Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lidya Lindasari
"Bisphenol A (4,4’-isopropildenadifenol atau 2,2-bis(4-hidroksifenil)-propana) adalah senyawa kimia yang digunakan untuk produksi plastik polikarbonat dan resin epoksi. BPA berpotensi mengakibatkan kerusakan DNA oksidatif akibat terjadinya stres oksidatif dengan membentuk spesies oksigen reaktif. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan 8-OHdG sebagai biomarker kerusakan DNA/gen yang disebabkan paparan senyawa kimia BPA. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2’-deoksiguanosin dengan BPA, logam Ni (II), logam Pb (II), dan hidrogen peroksida melalui reaksi fenton-like dengan variasi pH (7,4 dan 8,4), suhu (37°C dan 60°C), dan waktu inkubasi (24 jam dan 30 jam). Analisis pembentukan 8-OHdG pada studi ini dilakukan menggunakan instrumen HPLC kromatografi fase terbalik dengan detektor UV. Pada studi biomonitoring, dilakukan d pengambilan sampel urin balita pengguna botol susu plastik. Analisis pembentukan 8-OHdG pada studi biomonitoring ini dilakukan dengan menggunakan instrumen LC-MS/MS. Hasil studi in vitro menunjukkan bahwa paparan BPA, Pb (II), Ni (II), dan hidrogen peroksida terhadap 2-deoksiguanosin dapat memicu pembentukan 8-OHdG, sementara pada studi biomonitoring, konsentrasi senyawa 8-OHdG terdeteksi lebih banyak pada urin balita pengguna botol susu plastik berbahan polikarbonat (PC), mengindikasikan terkandung BPA dalam botol susu plastik tersebut.

Bisphenol A (4,4'-isopropyldenadiphenol or 2,2-bis(4-hydroxyphenyl)-propane) is a chemical compound used for the production of polycarbonate plastics and epoxy resins. BPA has the potential to cause oxidative DNA damage due to oxidative stress by forming reactive oxygen species. This study was conducted to analyze the formation of 8-OHdG as a biomarker of DNA/gene damage caused by exposure to BPA chemical compounds. In vitro studies were conducted by reacting 2'-deoxyguanosine with BPA, Ni (II), Pb (II), and hydrogen peroxide through Fenton-like reactions with pH variations (7.4 and 8.4), temperature (37°C and 60°C), and incubation time (24 hours and 30 hours). Analysis of 8-OHdG formation in this study was carried out using the reverse phase chromatography HPLC instrument with a UV detector. The biomonitoring study was carried out by taking urine samples of toddlers who use plastic milk bottles. Analysis of 8-OHdG formation in this biomonitoring study was carried out using the LC-MS/MS instrument. Results of in vitro studies showed that exposure to BPA, Pb (II), Ni (II), and hydrogen peroxide to 2-deoxyguanosine could trigger the formation of 8-OHdG. In the biomonitoring study, the concentration of 8-OHdG compounds was detected more in the urine of toddlers who used polycarbonate (PC) plastic milk bottles, indicating that BPA was contained in the plastic milk bottles."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Pratiwi
"Bisphenol A (BPA) merupakan senyawa kimia yang penggunaannya cukup luas, salah satunya dalam pembuatan plastik polikarbonat yang banyak digunakan untuk wadah makan dan minum. BPA diketahui dapat menginduksi stress oksidatif dalam tubuh melalui enzim sitokrom P450 dengan menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS). Keadaan stress oksidatif yang parah dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, seperti risiko kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi senyawa 8-OHdG sebagai indikasi adanya kerusakan oksidatif DNA. Penelitian dilakukan secara in vitro berdasarkan reaksi Fenton-like dengan menginkubasi 2’-dG, Cu(II), Zn(II), H2O2, dan BPA, yang kemudian hasilnya dianalisis menggunakan HPLC. Pada studi, diamati pengaruh waktu inkubasi, suhu, dan pH reaksi. Hasil analisis menunjukkan adanya penurunan 8-OHdG pada waktu inkubasi yang lebih lama dan pH yang lebih basa, serta memberikan kenaikan 8-OHdG pada suhu inkubasi yang lebih tinggi. Selain itu, adapun studi biomonitoring yang dilakukan pada urin balita pengguna botol susu plastik sebagai gambaran adanya paparan BPA. Biomonitoring dilakukan dengan mengumpulkan tiga urin balita sebagai kontrol dan tiga urin balita sebagai sampel terindikasi BPA. Sebelum dianalisis menggunakan LC-MS/MS, sampel urin diberikan enrichment melalui metode solid phase extraction (SPE) dan LC-MS/MS dilakukan validasi. Hasil analisis urin tersebut menunjukkan bahwa kadar 8-OHdG terdeteksi lebih tinggi pada sampel urin balita pengguna botol plastik terindikasi BPA.

Bisphenol A (BPA) is a chemical compound that is widely used, such as in the manufacture of polycarbonate plastic which usually is used for food and drink containers. BPA is known to induce oxidative stress in the body through cytochrome P450 enzymes by producing reactive oxygen species (ROS). The state of severe oxidative stress will cause several health problems, such as the risk of cancer and other degenerative diseases. Therefore, this study aimed to detect 8-OHdG compounds as an indication of DNA oxidative damage. The study was conducted in vitro based on the Fenton-like reaction by incubating 2'-dG, Cu(II), Zn(II), H2O2, and BPA, then being analyzed with HPLC. This study also observed the effect of incubation time, temperature, and pH. The results of the analysis showed a decrease in 8-OHdG at a longer incubation time and a more alkaline pH, as well as an increase in 8-OHdG at a higher temperature. In addition, a biomonitoring study was also conducted on the urine of toddlers who used plastic milk bottles as a representation of BPA exposure. Biomonitoring was carried out by collecting three toddler urine as controls and three toddlers urine as samples indicated by BPA. Before being analyzed with LC-MS/MS, urine samples were given enrichment through the solid phase extraction (SPE) method and LC-MS/MS validation was performed. The results of the urine analysis showed that higher levels of 8-OHdG were detected in the urine samples of toddlers using plastic bottles indicated by BPA.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrissy Fransisca Olivyana Rugian
"Bisphenol A BPA merupakan bahan kimia sintetis yang digunakan sebagai monomer pembuatan plastik polikarbonat yang dapat ditemukan dalam produk seperti wadah penyimpanan makanan, kertas termal serta penambal gigi. Selain itu, logam Nikel II merupakan logam berat yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika terpapar kepada manusia, kedua zat toksik tersebut dapat membentuk spesies oksigen reaktif yang dapat berinteraksi dengan DNA dan menimbulkan kerusakan, sehingga berisiko menyebabkan kanker. DNA adduct yang terbentuk akibat paparan zat toksik dapat menjadi biomarker kerusakan DNA. 8-hidroksi-2 deoksiguanosin 8-OHdG merupakan salah satu bentuk adduct yang telah umum digunakan sebagai biomarker kerusakan oksidatif pada DNA. Penelitian dilakukan dengan memaparkan senyawa BPA dan Ni II kepada tikus Sprague-Dawley selama 28 hari. Pembentukan 8-OHdG yang ditemukan pada urin tikus dianalisis dengan instrumen Liquid Chromatography ndash;Mass Spectrometry LC-MS/MS. Hasil penelitian menunjukkan 8-OHdG terbentuk akibat paparan BPA dan Ni II pada tikus. Kadar 8-OHdG pada kelompok tikus yang dipaparkan BPA maupun BPA dan Ni II mengalami peningkatan setiap minggunya. Namun, kadar 8-OHdG pada tikus yang diberikan paparan BPA dan Ni II lebih kecil dibandingkan tikus yang hanya dipaparkan BPA. Hal ini dapat terjadi karena Ni II yang diberikan dalam keadaan tidak berlebih sehingga belum menunjukkan efek sinergis dalam pembentukan 8-OHdG.

Bisphenol A BPA is a synthetic chemical used as monomers for synthesis of polycarbonate plastics. It is widely found in products such as storage containers, thermal papers, and dental sealants. Furthermore, Nickel II metals are some of many heavy metals found in daily lives. If human are exposed to those substances, it can form Reactive Oxygen Species ROS that can interact with DNA causing DNA damage leading to cancer. DNA adduct formation of toxic substances can be a biomarker of DNA damage. 8 hydroxy 2 39 deoxyguanosine 8 OHdG is one of many adducts used as biomarker. This research was conducted by exposing BPA and Ni II metals to Sprague Dawley rats for 28 days. The formation of 8 OHdG found in urine of rats were analysed using Liquid Chromatography ndash Mass Spectrometry LC MS MS . The research shows that 8 OHdG is formed and detected. Levels of 8 OHdG in rats exposed to BPA and BPA Ni II increase every week. However, levels of 8 OHdG in rats exposed by BPA Ni II is less than levels of 8 OHdG in rats exposed by BPA only. This can happen because Ni II given to rats are not in the excessed levels, therefore the synergical effect of BPA and Ni II is not yet seen.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Silva Putri Hindarsyah
"ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan formaldehida dan logam Cu (II). Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi paparan formaldehida (82 mg/kg BB) dan Cu (II) (10 mg/kg BB) selama 28 hari. Sampel urin diambil setiap minggunya. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2-deoksiguanosin dengan formaldehida, logam Cu (II), dan H2O2 melalui reaksi Fenton-like. Reaksi dilakukan pada suhu 37°C dengan variasi pH (7,4 dan pH 8,4) serta waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Analisis pembentukan 8-OHdG secara in vivo dan in vitro dilakukan menggunakan instrumen LC-MS/MS dengan kromatogafi fasa terbalik. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran amonium asetat 20 mM pH 4 dan asetonitril dengan gadien elusi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa paparan formaldehida dan logam Cu (II) dapat menyebabkan terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG. Pada studi in vivo, ditemukan kadar 8-OHdG tertinggi pada kelompok paparan formaldehida dengan Cu (II). Pada studi in vitro, terbentuk 8-OHdG dengan konsentrasi paling tinggi pada kelompok variasi formaldehida, Cu (II) dan H2O2.

ABSTRACT
This research was conducted to analyze the formation of DNA Adduct 8-OHdG due to oxidative DNA damage caused by exposure formaldehyde and Cu (II). In vivo studies were conducted using a group of rat (Rattus norvegicus) which were exposed to formaldehyde (82 mg/kg BW) and Cu (II) (10 mg/kg BW) for 28 days. Urin samples were taken every week. In vitro studies were carried out by reacting 2-deoxyguanosine with formaldehyde, Cu (II) and H2O2 through a Fenton-like reaction. The reaction was carried out at 37°C with variation in pH (7,4 and 8,4) and incubation time (7 and 12 hours). Analysis of the formation DNA Adduct 8-OHdG with in vivo and in vitro studies using LC-MS/MS with reverse phase chromatogaphy. The mobile phase used was a mixture of 20 mM ammonium acetate pH 4 and acetonitrile with elution gadient. The results of the study show that exposure of formaldehyde and Cu (II) can cause the formation of a DNA Adduct 8-OHdG. In vivo study showed that the highest levels of 8-OHdG were found in the group that exposed to formaldehyde with Cu (II). In vitro study showed that 8-OHdG was formed with the highest concentration in the formaldehyde, Cu (II) and H2O2 variation groups."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awan Rahmadewi
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis formasi DNA adduct 8-OHdG baik secara in vitro maupun in vivo akibat paparan ion logam Bisphenol A (BPA) dan nikel (II). Penelitian in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2-deoksiguanosin dengan BPA, Ni (II), dan H2O2 pada berbagai pH (7,4 dan 8,4), suhu (37oC dan 60oC) dan waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Penelitian in vivo dilakukan dengan menggunakan Rattus norvegicus, terutama strain Sprague-Dawley. Hewan coba dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok A adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan apa pun, kelompok B terpapar BPA dengan dosis 2 mg/kg BB secara oral dan kelompok C terpapar BPA dengan dosis 2 mg/kg BB dan nikel (II) dengan dosis 0,1 μg/kg BB secara oral selama 28 hari. Sampel yang digunakan untuk penelitian in vivo adalah serum darah tikus yang diambil pada minggu pertama dan keempat. Analisis pembentukan 8-OHdG untuk studi in-vitro dilakukan menggunakan fase balik UHPLC dengan detektor UV-Vis pada 254 nm, sedangkan analisis 8-OHdG untuk studi in vivo dilakukan menggunakan metode Sandwich ELISA tidak langsung. Studi in vitro menunjukkan bahwa penambahan DNA 8-OHdG terbentuk pada pH 7,4 lebih tinggi dari pH 8,4. Selain itu, penambahan DNA 8-OHdG yang terbentuk pada 60oC lebih tinggi dari 37oC, dan waktu inkubasi 12 jam menghasilkan 8-OHdG lebih tinggi dari 7 jam. Studi in vivo menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dengan paparan BPA dan kelompok dengan paparan BPA dan nikel (II) menghasilkan 8-OHdG lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

This study was conducted to analyze both in vitro and in vivo formation of the DNA adduct 8-OHdG due to exposure of Bisphenol A (BPA) and nickel (II) metal ions. In vitro studies were carried out by reacting 2-deoxyguanosine with BPA, Ni (II), and H2O2 at various pH (7.4 and 8.4), temperatures (37oC and 60oC) and incubation times (7 and 12 hours). In vivo studies were carried out using Rattus norvegicus, especially the Sprague-Dawley strain. The experimental animals were divided into three groups. Group A was the control group without any treatment, group B was exposed by BPA with a dose of 2 mg/kg BW orally and group C was exposed by BPA with a dose of 2 mg/kg BW and nickel (II) with a dose of 0.1 μg/kg BW orally for 28 days. The sample used for in vivo study was rat blood serum taken at the first and fourth week. Analysis of 8-OHdG formation for in vitro studies was carried out using a reverse-phase UHPLC with UV-Vis detector at 254 nm, meanwhile the 8-OHdG analysis for in vivo studies was carried out using the Indirect Sandwich ELISA method. In vitro studies showed that the DNA adduct 8-OHdG was formed at pH 7.4 was higher than pH 8.4. In addition, the DNA adduct 8-OHdG formed at 60oC was higher than 37oC, and the incubation time of 12 hours produced higher 8-OHdG than 7 hours. The in vivo study showed that the experimental group with BPA exposure and group with BPA and nickel (II) exposure produced higher 8-OHdG compared to the control group."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Firyal Suhendra
"Pada penelitian ini dilakukan analisis pembentukan DNA adduct 8-hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OHdG) sebagai biomarker kerusakan DNA yang disebabkan oleh penambahan bisfenol A (BPA) dan ion logam Cu(I) secara in vitro. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan BPA, ion logam Cu(I), dan H2O2 melalui reaksi Fenton-Like. Variasi yang digunakan pada penelitian ini meliputi pH (7,4 dan 8,4), suhu (37) dan waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Analisis DNA adduct 8-OHdG dilakukan dengan menggunakan UHPLC fasa terbalik. Pada metode UHPLC digunakan fasa gerak buffer natrium fosfat dan metanol (85:15) dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 254 nm. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi 8-OHdG pada sebagian besar variasi sampel pada pH 8,4 lebih tinggi dari pH 7,4. Pada suhu 60 besar sampel memiliki konsentrasi 8-OHdG lebih tingi dari suhu 37. Sebagian besar variasi sampel dengan waktu inkubasi 12 jam memiliki konsentrasi 8-OHdG lebih tinggi dari sampel dengan waktu inkubasi 7 jam. Konsentrasi tertinggi diperoleh pada variasi sampel dG pH 8,4 dengan penambahan BPA, Cu(I), dan H2O2 pada suhu 60 dan waktu inkubasi 12 jam, yaitu sebesar 92,438 ppb.

This in vitro study was conducted to determine the formation of DNA adduct 8-hydroxy-2-deoxiguanosine (8-OHdG) as biomarker of DNA damage caused by bisphenol A, metal ion Cu(I) exposure in the presence of H2O2  as oxidizing agent on 2-deoxiguanosine via Fenton-Like reaction.  Samples with different variation of pH (7.4 and 8.4) temperature (37 and 60) and incubation times (7 and 12 hours) were analyzed by using UHPLC reverse phase technique and mobile phase sodium phospate buffer and methanol (85:15) with UV-Vis detector at wavelength 254 nm. The results showed that mostly 8-OhdG levels at alkaline pH (8.4) are higher than acidic pH (7.4). Samples with higher temperature (60) mostly have higher 8-OHdG levels than lower temperature (37). Samples with longer incubation time (12 hours) mostly have higher 8-OHdG levels than shorter incubation time (7 hours). The highest 8-OHdG concentration found on a sample that contains mixture of dG, BPA, Cu(I), and H2O2 at alkaline pH (8.4), higher temperature (60) and longer incubation time (12 hours) equal to 92.438 ppb."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chendy Permatasari Wibowo
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan akrilamida (1 mg/kg BB) dan Cu (II) (10 mg/kg BB). Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley yang diberi paparan selama 28 hari dan dilakukan pengambilan sampel urin setiap 7 hari. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2-„deoksiguanosin pH 7,4 dengan akrilamida, Cu (II), H2O2 melalui reaksi Fenton-like pada suhu 37 °C. Analisis 8-OHdG dilakukan dengan instrumentasi LC-MS/MS ionisasi positif, fasa terbalik, dengan gradien elusi campuran ammonium asetat 20mM dan asetonitril. Hasil studi in vivo menunjukkan bahwa paparan akrilamida, Cu, dan gabungan akrilamida + Cu (II) mengakibatkan adanya kerusakan DNA yang dapat menimbulkan risiko kanker. Kelompok paparan gabungan akrilamida + Cu (II) menunjukkan kadar yang paling tinggi, hal ini menunjukkan adanya kesinergisan antara akrilamida dan Cu (II) pada pembentukan kadar 8-OHdG. Pengujian kadar 8-OHdG secara berkala menunjukkan kadar 8-OHdG yang semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu paparan. Hasil studi in vitro menunjukkan bahwa akrilamida tidak menginduksi pembentukan 8-OHdG secara langsung, melainkan perlu adanya proses metabolisme terlebih dahulu.

This study was conducted to analyze the formation of 8-OHdG DNA Adduct due to oxidative DNA damage caused by exposure to acrylamide (1 mg / kg BB) and Cu (II) (10 mg / kg BW). In vivo studies were carried out using a group of Sprague Dawley rats (Rattus norvegicus) that were exposed for 28 days of exposure and urine samples were taken every 7 days. In vitro studies were carried out by reacting 2-oksdeoxiguanosine pH 7.4 with acrylamide, Cu (II), H2O2 through Fenton-like reaction at 37 ° C. The 8-OHdG analysis was performed with positive ionization LC-MS / MS instrumentation, reversed phase system, with a mixture of elution gradient of ammonium acetate 20mM and acetonitrile. The results of in vivo studies showed that acrylamide, Cu, and acrylamide combined Cu (II) exposure caused DNA damage that could cause cancer risk. The exposure group of acrylamide combined Cu (II) combined showed the highest levels, this indicates a synergy between acrylamide and Cu (II) in the formation of 8-OHdG levels. Periodic analysis of 8-OHdG levels shows that 8-OHdG levels are increasing along with the length of time of exposure. In vitro testing shows that acrylamide does not directly induce the formation of 8-OHdG, but rather requires a metabolic process first."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Juniarti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bisphenol A sebagai prooksidan. Pembentukan DNA adduct 8-OHdG dilakukan dengan mereaksikan dG dengan bisphenol A serta penambahan reagen Fenton. DNA adduct 8-OHdG dianalisis menggunakan HPLC kromatografi fasa terbalik dengan detector UV/vis pada panjang gelombang 254 nm. Kondisi optimum untuk menganalisis 8-OHdG menggunakan eluen dengan campuran buffer fosfat pH 6,7 10 mM dan metanol pada rasio 85:15. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bisphenol A bersifat sebagai prooksidan ditandai dengan peningkatan hasil 8-OHdG yang terbentuk pada reaksi dengan penambahan bisphenol A. Penambahan reagen Fenton juga meningkatkan hasil 8-OHdG.Variasi pada penelitian kali ini meliputi variasi suhu, pH, dan waktu inkubasi. Variasi pH 7,4 dan 8,4, suhu 37⁰C dan 60⁰C, serta waktu inkubasi 5 dan 7 jam. Sebagian besar konsentrasi 8-OHdG akan meningkat dengan meningkatnya pH, suhu, dan dengan waktu inkubasi yang lebih lama.

This reseach was conducted to study the ability of bisphenol A as a prooxidant. The formation of DNA adduct 8-OHdG was being done by reacting dG with bisphenol A with addition of Fenton reagent. DNA adduct 8-OHdG were analyzed by using reversed phase HPLC with UV/vis detector at 254 nm. The optimum condition to analyze 8-OHdG obtained by using eluent with a mixture of phosphate buffer pH 6,7 10 mM and methanol at ratio 85:15. The results of this study indicate that bisphenol A act as prooxidant because of the increased yield of 8-OHdG formed in the reaction by the addition of bisphenol A. The addition of Fenton reagent also increased the yield of 8-OHdG.Variations in this present study include the variations of temperature, pH, and incubation time. Variations of pH 7.4 and 8.4, temperature 37⁰C and 60⁰C, also the incubation time 5 and 7 hours. Mostly the concentration of 8-OHdG will increased with the increasing of pH, temperature, and with longer incubation time.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tissa Wiraatmaja
"Bisphenol A BPA merupakan salah satu bahan kimia dengan volume produksi tertinggi di seluruh dunia. Pada penelitian tahun 2014, dinyatakan bahwa lebih dari 6,8 juta ton BPA diproduksi setiap tahun. Manusia rentan terhadap paparan senyawa ini akibat banyaknya penggunaan BPA dalam kehidupan sehari-hari. BPA bersifat toksik bagi kesehatan dan memiliki sifat yang identik dengan hormon estrogen. Dalam keadaan biologis, BPA dapat mengakibatkan terjadinya stress oksidatif seluler. Stress oksidatif adalah keadaan ketika dalam tubuh terjadi ketidaksetimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan untuk menetralkannya. Selain itu kadar logam besi Fe yang berlebih juga dapat berkontribusi menambah jumlah radikal. Radikal bebas yang terbentuk dapat menyerang DNA dan menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif serta menghasilkan senyawa 8-OHdG yang merupakan biomarker risiko karsinogenis. Studi pembentukan DNA adduct berupa 8-OHdG oleh senyawa Bisphenol A dilakukan secara in vivo menggunakan tikus Rattus Novergicus melalui reaksi Fenton oleh logam Fe II. Pada pengujian in vivo dilakukan pemaparan BPA 2mg/kgBB dan Fe II 0,09mg/kgBB. Kondisi optimum untuk menganalisis 8-OHdG menggunakan eluen dengan campuran Ammonium Asetat pH 4,0 20 mM dan Asetonitril. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi 8-OHdG pada kelompok tikus akibat adanya paparan BPA dan kelompok tikus akibat paparan BPA dan Fe II telah melebihi LOD. Bertambahnya waktu paparan memberikan efek sinergis kenaikan konsentrasi 8-OHdG pada tubuh tikus. Logam Fe II dengan dosis 0,09mg/kgBB tidak memberikan efek sinergis pada konsentrasi 8-OHdG. DNA adduct 8-OHdG yang terbentuk dianalisis menggunakan LC- MS/MS. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah keyakinan bahwa proses terjadinya kanker dapat terkait dengan pembentukan DNA Adduct sebagai bioindikator kerusakan DNA yaitu 8-OHdG.

Bisphenol A BPA is one of the chemicals with the highest production volume in the worldwide. In a 2014 study, it was stated that more than 6.8 million tons of BPA were produced each year. Humans are prone to exposure to these compounds due to the large number of BPA use in daily life. BPA is toxic to health and has properties that are identical with the hormone estrogen. In a biological state, BPA can lead to cellular oxidative stress. Oxidative stress is a condition when in the body there is an imbalance between free radicals with antioxidants to neutralize it. In addition, excess iron Fe iron content can also contribute to increasing the number of radicals. The free radicals that are formed can attack the DNA and cause oxidative damage and produce an 8 OHdG compound which is a carcinogenic risk biomarker. The study of DNA adduct formation of 8 OHdG by Bisphenol A compound was performed in vivo using rat Rattus Novergicus by Fenton reaction by Fe II metal. In this In Vivo test, BPA exposure was 2mg kgBB and Fe II 0.09mg kgBB for 28 days. The optimum condition for analyzing 8 OHdG using eluent with mixture of Ammonium Acetate pH 4.0 20 mM and Acetonitrile. The results show that 8 OHdG concentrations in the rats group due to exposure to BPA and rats due to exposure to BPA and Fe II have exceeded LOD. Increased exposure time gives a synergistic effect of 8 OHdG concentration increase in mouse body. Fe II metal at a dose of 0.09mg kgBB did not provide a synergistic effect on the formation of 8 OHdG. The resulting 8 OHdG DNA adduct was analyzed using LC MS MS. With this research is expected to increase the belief that the process of cancer can be associated with the formation of DNA adduct as bioindikator DNA damage is 8 OHdG.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Kristianto
"Sinamaldehid merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan dalam bidang industri dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut strukturnya, sinamaldehid merupakan senyawa tak jenuh, yang dapat memicu produksi ROS dalam tubuh. ROS ini dapat bereaksi dengan DNA atau protein dan membentuk DNA Adduct. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan sinamaldehid. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2`-deoksiguanosin dengan sinamaldehid melalui reaksi Fenton-like. Reaksi dilakukan pada pH 7,4 dan 8,4, pada suhu 37 °C serta waktu inkubasi 7 dan 12 jam. Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) yang dikenai paparan sinamaldehid (200 mg/kg BB) dan CuSO4 (10 mg/kg BB) selama 28 hari. Sampel urine diambil setiap minggunya. Analisis pembentukan 8-OHdG dilakukan menggunakan instrumen LC-MS/MS dengan kromatografi fase terbalik. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran ammonium asetat 20 mM pH 4 dan asetonitril dengan gradien elusi. Hasil studi in vivo menunjukkan bahwa paparan sinamaldehid, Cu(II), dan H2O2 dapat menyebabkan pembentukan 8-OHdG, dengan produk terbanyak pada pH 7,4 dan waktu inkubasi 12 jam. Hasil studi in vivo menunjukkan bahwa paparan sinamaldehid dan Cu(II) dapat menyebabkan pembentukan 8-OHdG. Waktu pemaparan yang lebih lama menunjukkan peningkatan kadar sinamaldehid dalam urine tikus.

Cinnamaldehyde is a chemical compound that is widely used in industrial fields and is easily found in everyday life. According to the structure, cinnamaldehyde is an unsaturated compound, which can trigger the production of ROS in the body. This ROS can react with DNA or proteins and form DNA adducts. This study aims to analyze the formation of 8-OHdG DNA Adduct due to oxidative DNA damage caused by exposure to cinnamaldehyde. In vitro studies were carried out by reacting 2`-deoxiguanosine with cinnamaldehyde, Cu(II), and H2O2 through a fenton-like reaction. The reaction was carried out at pH 7.4 and 8.4, at 37 °C and incubation times of 7 and 12 hours. In vivo studies were carried out using a group of white mice (Rattus norvegicus) which were exposed to cinnamaldehyde (200 mg/kg BW) and CuSO4 (10 mg/kg BW) for 28 days. Urine samples are taken every week. Analysis of the formation of 8-OHdG using an LC-MS/MS instrument with reverse phase chromatography. The mobile phase used was a mixture of 20 mM ammonium acetate pH 4 and acetonitrile with elution gradient. The results of in vivo studies showed that exposure to cinnamaldehyde, Cu(II), and H2O2 can cause the formation of 8-OHdG, with the most products at pH 7.4 and 12 hours incubation time. The results of in vivo studies indicate that exposure to cinnamaldehyde and Cu(II) can cause the formation of 8-OHdG. Longer exposure times showed increased levels of cinnamaldehyde in rat urine."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>