Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112885 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Allyssa Rachel Annabelle
"Film White Snake (白蛇:缘起Báishé: Yuánqǐ) adalah film animasi yang menceritakan mengenai perjalanan siluman ular putih bernama Xiao Bai dalam mencari identitasnya dengan bantuan manusia bernama Xuan. Perjalanan mereka dipenuhi dengan rintangan dan musuh-musuh yang ingin membunuh mereka, namun mereka selalu menolong satu sama lain. Waktu yang mereka habiskan bersama di perjalanan menumbuhkan rasa cinta terhadap satu sama lain, begitu pula dengan kebajikan-kebajikan dalam diri Xiao Bai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penokohan Xiao Bai dalam menerapkan nilai kebajikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun Xiao Bai merupakan siluman, nilai kebajikan tetap terlihat dalam dirinya yang ditunjukkan melalui tindakan dan percakapannya dengan tokoh lain. Selain itu, penemuan lainnya dalam penelitian ini adalah adanya kontradiksi pada penokohan Xiao Bai yang juga memiliki sisi gelap dalam dirinya. Dengan adanya penerapan dan kontradiksi ini menunjukkan bahwa terdapat keseimbangan di setiap makhluk hidup. Film ini juga memberikan edukasi mengenai kebajikan dalam diri sendiri yang dapat dipicu oleh pergaulan dengan orang-orang di sekitar.

White Snake (白蛇:缘起 Báishé: Yuánqǐ) is an animated film that tells about the journey of a white snake demon named Xiao Bai in finding her identity with the help of a human named Xuan. Their journey is filled with obstacles and enemies who want to kill them, but they always help each other. The time they spent together grew their love for one another, as well as the virtues in Xiao Bai. This research aims to analyze the characterization of Xiao Bai in applying the value of virtue. The method used in this research is the qualitative method. The results show that although Xiao Bai is a demon, the value of virtue still appears in her which is shown through her actions and conversations with other characters. In addition, this research also finds there is a contradiction in the characterization of Xiao Bai who also has a dark side in her. The existence of these applications and contradictions shows that there is balance in every living being. This film also provides education about the virtues within oneself that can be triggered by association with the people around them."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Louis
"White Snake: The Origin (2019) merupakan film animasi yang menceritakan kisah persaudaraan yang kompleks antara Siluman Ular Putih (Xiao Bai) dan Siluman Ular Hijau (Xiao Qing). Film adaptasi ini merupakan film adaptasi pertama dari cerita mitologi Legenda Siluman Ular Putih yang disajikan dalam bentuk animasi dan menceritakan kisah awal mula terjadinya legenda tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membahas penerapan prinsip xinren dalam film tersebut dengan menganalisis kompleksitas hubungan persaudaraan Xiao Bai dan Xiao Qing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan prinsip xinren dalam hubungan antara Xiao Bai dan Xiao Qing mempengaruhi dinamika hubungan mereka. Selain itu, kompleksitas penerapan prinsip xinren dalam hubungan persaudaraan antara Xiao Bai dan Xiao Qing membuat karakter dan peran dari tokoh Xiao Bai dan Xiao Qing dan hubungan mereka dalam film menjadi lebih kuat dan kompleks. Melalui penerapan prinsip xinren, film ini juga dapat menciptakan refleksi dan pembelajaran mendalam terhadap norma dan etika yang relevan bagi masyarakat modern.

The film White Snake: The Origin (2019) is an animated film that tells the story of a complex relationship between the White Snake Demon (Xiao Bai) and the Green Snake Demon (Xiao Qing). This film adaptation is the first film adaptation of the mythological story The Legend of the White Snake Demon which is presented in animated form and tells the story of how the legend began. This research aims to discuss the application of the xinren principle in the film by analyzing the complexity of Xiao Bai and Xiao Qing's sibling relationship. The method used in this research is qualitative method. The research results show that the application of xinren principles in the relationship between Xiao Bai and Xiao Qing influences the dynamics of their relationship. Apart from that, the complexity of applying the xinren principle in the sibling relationship between Xiao Bai and Xiao Qing makes the characters and roles of Xiao Bai and Xiao Qing and their relationship in the film stronger and more complex. Through the application of xinren principles, this film can also create in-depth reflection and learning regarding norms and ethics that are relevant to modern society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michigan: William B. Eerdmans, 1986
291.5 VIR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ginan Aulia Rahman
"ABSTRACT
David Hume menulis dua buku yang membahas moral secara filosofis dan komprehensif yaitu A Treatise of Human Nature dan An Enquiry Concerning the Principle of Morals. Hume mendapat kritik dari Jeremy Bentham dan Immanuel Kant bahwa kajian filosofisnya terhadap moral tidak memberikan pedoman untuk membuat putusan moral etika normatif . Robert Shaver dan Nicholas Capaldi membantah kritik tersebut. Keduanya mengatakan bahwa Hume memiliki teori putusan moralnya sendiri yang unik. Namun, pembelaan mereka tidak menunjukkan teori moral Hume yang bisa digunakan membuat putusan moral. Penelitian tulisan ini akan memaparkan pemikiran moral Hume yang dilandasi oleh teori epistemologinya yaitu empirisme, lalu dengan menggunakan enam kriteria putusan moral dari B. C. Bostow sebagai alat analisis, tulisan ini memperkuat argumentasi bahwa Hume memiliki teori putusan moral sendiri yaitu etika kebajikan.

ABSTRACT
David Hume wrote two philosophy books that concern about moral A Treatise of Human Nature dan An Enquiry Concerning the Principle of Morals. Hume gets criticism from Jeremy Bentham and Immanuel Kant that his philosophical theory of morals does not provide guidance for making moral judgments normative ethics . Robert Shaver and Nicholas Capaldi denied the criticism. Both say that Hume has his own unique moral judgement theory. However, their defense does not show Hume 39 s moral theory that can be used to make moral judgments. The study of this paper will describe Hume 39 s moral thinking based on his epistemology theory empiricism and then using the six criteria of the moral ruling by B. C. Bostow as an analytical tool. This paper reinforces the argument that Hume has his own moral judgment theory, that is virtue ethics. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandha Julistya
"ABSTRAK
Selain membangun daya saing, Universitas Indonesia juga mempunyai kewajiban untuk menanamkan nilai-nilai civic virtue kepada mahasiswa sesuai dengan hakikat pendidikan dan semangat ketika Universitas Indonesia didirikan. Nilai-nilai ini hanya dapat dibangun melalui praktek langsung kepada masyarakat dalam bentuk program pengabdian. Terkait dengan proses penanaman karakter civic virtue, maka perlu dipetakan bagaimana Universitas Indonesia memaknai nilai-nilai pengabdian kepada masyarakat yang melibatkan partisipasi mahasiswa secara baik dan peran-peran apa saja yang mungkin dimainkannya.

ABSTRACT
Beside to build a competitiveness, University of Indonesia have an obligation harvesting civic virtue values to their student based on education philosophy and the spirit of University of Indonesia since there was build. Those values only can build by directly implementation to society as the community service program. Related with the process of civic virtue character harvested, University Indonesia needs a map of understanding of community service values which engaged the students and the kind of possible roles their plays.
"
2015
T45311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabian Nathanael
"Di dalam lingkungan akademik, terdapat sebuah kecenderungan untuk menempatkan fenomena kecanduan judi sebagai sebuah fenomena klinis yang berakar dari permasalahan biokimiawi maupun psikologis ataupun sebagai sebuah permasalahan kultural yang mengikat proses judi kompulsif ke dalam ranah nilai-nilai kolektif suatu masyarakat. Artikel ini akan memberikan sebuah penjelasan alternatif terhadap kecanduan judi dengan mengacu pada pemikiran filosofis Nassim Taleb mengenai ketidakpastian, keberuntungan, dan probabilitas, khususya yang tertera di dalam Fooled by Randomness. Taleb memandang bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk tidak memperhatikan peran dari keberuntungan dan ketidakpastian yang sesungguhnya memiliki andil besar di dalam kehidupan manusia dan bahwa kecenderungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme sesat pikir. Di dalam artikel ini, penulis melihat subjek di dalam fenomena kecanduan judi sebagai sebuah agen epistemis yang berhadapan—dan gagal—dalam menjalankan peran epistemisnya karena ketidakpahaman akan konsep-konsep abstrak seperti probabilitas dan ketidakpastian yang memiliki peran besar di dalam perjudian. Penulis juga akan memanfaatkan Epistemologi Kebajikan dalam mensistematisasi pemikiran Taleb menjadi sejumlah kebajikan intelektual yang dapat dipraktikan dalam menghadapi fenomena kecanduan judi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa fenomena kecanduan judi terjadi karena kesalahpahaman akan probabilitas yang melibatkan pemahaman yang keliru terhadap kausalitas dan konsep asimetri dalam probabilitas. Penulis kemudian menyatakan bahwa kebajikan-kebajikan intelektual seperti gaya berpikir probabilistik, kerendah-hatian, dan kewaspadaan empiris dapat berperan dalam menghadapi fenomena kecanduan judi. Terlebih lagi, penulis menyatakan bahwa kebajikan- kebajikan tersebut dapat ditanamkan melalui pendidikan. 

In academic circles, there is a tendency to explain problem gambling as a clinical phenomenon or a cultural one. This article seeks to give an alternative explanation of problem gambling by utilizing Nassim Taleb’s thought on unceetainty, luck, and probability, especially as laid out in Fooled by Randomness. Taleb sees that humans have the tendency to overlook the role of luck and uncertainty that in actuality plays a significant role in daily life. Moreover, he argues that this overlook is a result of a number of cognitive errors. In this article, the writer sees problem gamblers as flawed epistemic agents due to their failure to realize the crucial role of uncertainty in gambling. The writer also utilizes Virtue Epistemology in systematizing Taleb’s thought into a number of intellectual virtues in facing problem gambling. This research concludes with the statement that problem gambling occurs due to a misunderstanding of probability that includes a poor conceptualization of causality and asymmetry in probability. The writer then states that intellectual virtues such as probabilistic thinking, humility, and empirical prudence can play a significant role in facing the phenomenon of problem gambling. Moreover, the writer argues the potentiality of education in instilling such virtues. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairana Hanifa Irliana
"Prancis merupakan salah satu negara multikultural atau negara dengan identitas nasional yang berasal dari keragaman dan kemajemukan. Salah satu film yang mengangkat multikulturalisme Prancis adalah film Samba (2014) karya Olivier Nakache dan Éric Toledano. Film ini menggambarkan perjuangan hidup imigran yang telah menetap selama 10 tahun di Prancis secara tiba-tiba mendapatkan status imigran ilegal. Permasalahan imigran yang pada saat itu menjadi permasalahan genting menimbulkan sebuah bentuk kekuasaan secara sepihak oleh kelompok kulit putih. Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan rasionalisasi hegemoni kulit putih terhadap imigran di Prancis dimunculkan dalam film. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, dengan bantuan teori Boggs dan Petrie (2008) untuk memahami unsur dramatik dan sinematografis film, dan teori hegemoni Gramsci (2013) beserta konsep white hegemony Edwards (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hegemoni kulit putih muncul pada tokoh Samba melalui penyebaran ideologi yang telah diinternalisasi oleh pihak penguasa. Tokoh Samba sebagai pihak yang berhasil dikuasai memercayai dan meyakini bahwa ide-ide tersebut merupakan suatu hal yang benar dan wajar. Hegemoni yang dialami tokoh Samba membuatnya mengalami konformitas atau perubahan sikap dan tingkah laku untuk menyesuaikan diri dengan nilai, aturan dan norma kelompok kulit putih.

France is one of a multicultural country or a country with a national identity that comes from diversity and pluralism. One of the films that elevates France multiculturalism is the film Samba (2014) by Olivier Nakache and Éric Toledano. This film depicts the life struggle of immigrants who have lived for 10 years in France suddenly get illegal immigrant status. At that time, the problem of immigrants became a critical problem that inflict a form of unilateral power by the white group. Based on this explanation this study aims to show the rationalization of white hegemony against immigrants in France that appears in the film. This research will use a qualitative method, with the help of Boggs and Petrie (2008) theory to understand the dramatic and cinematographic elements of the film, and Gramsci's (2013) hegemony theory along with the concept of white hegemony by Edwards (2008). The results show that white hegemony appears in the character of Samba through the spread of ideology that has been internalized by the white group. Samba as the party who was successfully mastered believed and assured that these ideas were something that was right and rational. The hegemony experienced by Samba makes him experience conformity or changes in attitudes and behavior to adjust to the values, rules and norms of the white group."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hilma Rizqina Rabbani
"Artikel ini membahas tentang perubahan identitas yang terjadi di antara migran Arab di Amerika, khususnya Arab Palestina, yang direpresentasikan dalam novel A Woman Is No Man karya Etaf Rum. Imigrasi sebagai kejadian besar dalam hidup manusia dapat menyebabkan perubahan identitas pada dirinya, khususnya identitas budaya, akibat penyesuaian diri dengan budaya di tempat barunya. Usaha penyesuaian diri ini seringkali diangkat menjadi tema novel-novel karya penulis Arab-Amerika, dimana para tokoh beradaptasi dengan budaya Amerika yang cenderung bebas dan bertentangan dengan nilai-nilai tradisional Arab. Novel karya penulis diaspora Arab di Amerika dapat menjadi media pengamatan bagi situasi perubahan identitas yang dialami kelompok komunitas etnis tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan identitas yang berlangsung di antara generasi keluarga Arab-Palestina yang digambarkan dalam novel A Woman Is No Man. Data yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari buku, buku elektronik, dan jurnal elektronik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori figurative culture yang dikemukakan oleh Margaret Mead. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat perubahan bertahap yang terjadi pada identitas budaya migran Arab-Amerika yang ditunjukkan dalam novel

This article discusses about the identity changes that occurs among Arab immigrants in America, especially Palestinian Arabs, that represented in the novel A Woman Is No Man by Etaf Rum. Immigration as a major event in a human's life can cause an identity change, especially cultural identity, due to adjustment toward the culture in their new place. This adjustment effort is often used as the theme of novels by Arab-American writers, which the characters adapt to American culture that tend to be free and contrary to traditional Arab values. Novels by Arab diaspora writers in America can be a medium of observation for the situation of identity changes experienced by these ethnic community groups. This study aims to observe the identity changes among generations of Arab-Palestinian families described in the novel A Woman Is No Man. The data used for this article was collected from books, electronic books, and electronic journals. The theory used in this study is the figurative culture theory proposed by Margaret Mead. The results of this study indicate that there are gradual changes that occur in the cultural identity of Arab-American immigrants shown in the novel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dewi Meyrasyawati
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan maraknya busana pengantin Jawa yang dimodifikasi kearah religi. Perubahan
desain dari busana pengantin yang murni bernuansa budaya lokal Jawa dan kemudian dipadupadankan dengan gaya
berbusana muslim ini mengalami proses keberterimaan yang luar biasa sebagai trend fesyen dikalangan masyarakat
Indonesia tak terkecuali masyarakat perkotaan seperti halnya Surabaya. Penelitian ini berusaha mengungkapkan
simbolisasi dan pemaknaan budaya (budaya Jawa) dan agama (Islam) yang terdapat pada busana pengantin tersebut.
Dengan menggunakan teori fashion system, peneliti mengungkap simbol yang terdapat di balik busana pengantin Jawa
Muslim yang menampakkan dua sisi busana, yaitu busana dari budaya Jawa dan busana bernuansa Islami sebagai
sebuah sistem yang saling berkelindang. Hasil penelitian terhadap simbolisasi budaya dan agama dalam busana
pengantin Jawa Muslim menunjukkan bahwa busana pengantin Jawa Muslim diproduksi oleh para perias pengantin
sebagai bentuk kapitalisme yang menawarkan gaya hidup konsumerisme. Hal ini menunjukkan pula adanya pergeseran
pemaknaan dalam busana pengantin Jawa Muslim dari budaya lokal asli Jawa menjadi budaya Jawa kontemporer. Hal
menarik lainnya adalah bahwa pilihan dalam memakai busana pengantin Jawa Muslim ini tidak hanya karena alasan
agama tetapi juga karena popularitas. Konsep busana muslim dalam busana pengantin Jawa Muslim tidak lagi terkait
dengan pemenuhan akidah Islam melainkan sebuah trend fesyen yang hanya merujuk pada tertutupnya aurat
This study is conducted to investigate a popular practice of modifying Javanese bridal costumes based on religious
considerations. Transformation from purely traditional Javanese bridal costumes to those with some application of
Islamic clothing style is gaining rapid acceptance and begins to be considered as a popular fashion style by a great
number of Indonesians, especially in urban areas like Surabaya. The purpose of this study is to discover cultural (Java)
and religious (Islam) symbolisms implied in the modification and to examine the signification involved in the process.
By applying the fashion system theory, this paper seeks to unravel the symbolisms in modern Javanese-Moslem bridal
costumes which reveal a thought system built of two intertwining aspects: Javanese culture and Islamic religious
principles. Deep observation into the cultural and religious symbolisms reveals that the modern Javanese-Moslem bridal
costumes are actually invented by bridal stylists as a form of capitalism which benefits from a consumerist lifestyle.
This fact reflects a shift in the way people signify modern Javanese-Moslem bridal costumes from Javanese local
culture to contemporary Javanese culture. Another interesting finding shows that people choose this Javanese-Moslem
style for their bridal costumes because of not only religious considerations but also its popularity. The application of
Islamic fashion style in the Javanese-Moslem bridal costumes is no longer associated with the obedience to Islamic
teachings but is a mere reflection of a growing trend towards more extensive body coverage."
Universitas Airlangga. Fakultas Ilmu Budaya, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>