Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Nur Puji Lestari
"Manusia senantiasa bersikap waspada dalam menjalani kehidupannya. Sikap kewaspadaan tidak hanya ditujukan kepada diri sendiri, tetapi juga kepada sesama, dan Sang Pencipta. Konsep kewaspadaan dalam budaya Jawa dapat ditemukan dalam Serat Kalatidha, dalam bentuk unen-unen ‘proposisi berbahasa Jawa yang berisi ajaran kehidupan’. Sumber data penelitian adalah suntingan Serat Kalatidha jilid 1 (pupuh 1-12) pada tahun 1991 oleh Kamajaya yang mengandung konsep kewaspadaan dan diperoleh melalui teknik simak catat. Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana makna unen-unen berbahasa Jawa yang memuat konsep kewaspadaan dalam Serat Kalatidha. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep kewaspadaan sebagai ajaran moral yang terkandung dalam makna unen-unen berbahasa Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teori metafora dari Lakoff dan Johnson (1987) yang dikembangkan oleh Rahyono (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 unen-unen, ditemukan konsep kewaspadaan kepada diri sendiri sebanyak 6 unen-unen, kepada sesama sebanyak 2 unen-unen, dan kepada Sang Pencipta sebanyak 2 unen-unen. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep kewaspadaan dalam masyarakat Jawa berkaitan dengan rasa batin dalam upaya medekatkan diri dengan Sang Pencipta sehingga dapat menciptakan keseimbangan hubungan antara diri sendirinya, orang lain, dan kepada Tuhan.

Humans are always vigilant in living their lives. The attitude of vigilance is not only aimed at oneself, but also towards others, and the Creator. The concept of vigilance in Javanese culture can be found in Serat Kalatidha, in the form of unen-unen 'a Javanese proposition containing the teachings of life'. The source of the research data is the edited Serat Kalatidha volume 1 (pupuh 1-12) in 1991 by Kamajaya which contains the concept of alertness and is obtained through the note-taking technique. The problem in this research is how the meaning of unen-unen in Javanese language which contains the concept of vigilance in Serat Kalatidha is defined. This study aims to explain the concept of vigilance as a moral teaching contained in the meaning of unen-unen in Javanese. This research using qualitative descriptive method was analyzed using the metaphorical theory of Lakoff and Johnson (1987) which was developed by Rahyono (2012). The results showed that from 10 unen-unen, found the concept of self-awareness as many as 6 unen-unen, 2 unen-unen to others, and 2 unen-unen to the Creator. This study concludes that the concept of vigilance in Javanese society is related to the inner feeling in an effort to get closer to the Creator so that it can create a balance relationship between oneself, others, and to God."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Sarasswati
"ABSTRAK
Kriteria pemimpin ideal dalam budaya Jawa dikenal dalam Astha Brata yang berasal dari pemikiran budaya Jawa. Ajaran Astha Brata dalam Pakem Makutharama sebagai data penelitian merupakan representasi budaya Jawa yang dituliskan melalui kata-kata yang bermakna. Makna dari ajaran Astha Brata tersebut dikomunikasikan di tengah masyarakat Jawa melalui unen-unen yang merupakan ungkapan yang menyatakan tindakan seperti yang dimaksudkan dari unen-unen tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan konsep pemimpin Jawa dalam Astha Brata, khususnya watak kisma lsquo;tanah rsquo;, serta keterkaitannya dengan unen-unen. Metode penelitian kualitatif dengan Teori Segitiga Semiotik oleh Ogden dan Richards serta Teori Metafora oleh Lakoff dan Johnson 1987 digunakan untuk pemaparan Astha Brata, serta Teori Semantik Pragmatik untuk unen-unen. Hipotesis penelitian menyatakan seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat utama layaknya kisma yaitu murah hati, mampu mengarahkan masyarakatnya, dan tidak berbelas kasih kepada rakyat yang malas, serta mampu melakukan tiga belas tindakan kepemimpinan yang terperinci seperti yang dinyatakan dalam unen-unen.

ABSTRACT
The ideal criteria of a leader on Javanese culture known as Astha Brata, that is originally from those culture itself. Astha Brata concepts that written on Pakem Makutharama as a research subject is representation of Javanese culture that written by meaningful words. The meaning of those Astha Brata concepts are communicated among the Javanese society through unen unen which consicts of metaphor that reflect the action like the meaning of unen unen. The purpose of the research is to explain Javanese leadership concept in Astha Brata, exspecially kisma character, and the corelation with unen unen. Qualitative research method Semiotic Triangle by Ogden and Ricards also Theory of Methaphor by Lakoff and Jahnson that are used to explain Astha Brata and Theory of Semantic Pragmatic for the unen unen. The research hypotesis shows that a leader should have character like kisma which is generous, have ability to direct the society, not give a pity to the society that indolent and have ability to implement thirteen leadership action that are elaborated on the unen unen."
2017
S67388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Sariningsih
" ABSTRAK
Korupsi merupakan masalah yang serius di Negara Indonesia. Kasus korupsi di Indonesia sering terjadi di berbagai instansi, termasuk instansi pemerintahan. Salah satu penyebab korupsi yaitu tentang adanya pergeseran moral masyarakat Indonesia yang lebih cenderung mementingkan materi. Oleh karena itu, pentingnya ajaran moral tentang konsep antikorupsi harus digancangkan sebagai upaya pencegahan. Pembangungan moral generasi penerus bangsa yang antikorupsi dapat dicegah sejak dini. Salah satu bentuk pencegahan yaitu dengan adanya ajaran moral melalui pendekatan budaya. Budaya Jawa pada khususnya, memiliki unen-unen yang ada dalam perkembangan kebudayaan. Sumber data dalam penelitian ini berupa unen-unen dari buku Pitutur Luhur Budaya Jawa. Berdasarkan sumber data tersebut dipaparkan tentang konsep antikorupsi dengan dibantu oleh teori Lakoff dan Johnson dalam Rahyono (2015) tentang makna metafora, serta Kohlberg tentang tahapan moral.

ABSTRACT
Corruption is a serious problem in Indonesia. Corruption cases in Indonesia often occur in various agencies, including government agencies. One of the causes of corruption is that there is a shift in the morale of Indonesian people who are more likely to attach material importance. Therefore, the importance of moral teachings on the concept of anti-corruption must be established as a preventative measure. The moral development of the anti-corruption generation of the nation's future can be prevented from an early age. One form of prevention is the existence of moral teachings through a cultural approach. In particular, Javanese culture has a presence in cultural development. The source of the data in this study is in the form of a book from the Pitutur Luhur Budaya Jawa book. Based on the data sources, it was explained about the concept of anti-corruption assisted by Lakoff and Johnson theory in Rahyono (2015) about the meaning of metaphor, and Kohlberg about moral stages."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Priyono
"Jawa adalah suku mayoritas di negara Indonesia, beragam kreasi dan kearifan terlahir di komunitas ini. Ada satu hal yang menjadi acuan dalam kehidupan bermasyarakat yakni moralitas dalam kepemimpinan. Di dalam Serat Kalatidha disinggung moralitas kepemimpinan yang kian merosot dan memicu huru-hara. Dalam tulisan ini akan dibahas peristiwa Dombreng, sebuah peristiwa berupa hukuman yang dilahirkan oleh rakyat di pinggiran pantai utara Jawa (eks Karisidenan Pekalongan: Tegal, Brebes, dan Pemalang) tahun 1945. Dombreng adalah hukuman bagi pemimpin yang lalim dan korup serta meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan. Peristiwa Dombreng seolah merepresentasikan makna yang tersirat di dalam Serat Kalatidha karya Ranggawarsita (1802-1873). Melalui pendekatan Linguistik akan dilakukan analisis terhadap dua kasus yang berbeda zaman ini.

Javanese is a majority tribe in Indonesia. Creation and wisdom were born in this comunity. There is one thing to be a reference in their community life, which is morality of leadership. In Serat Kalatidha which was written in leadership morality was decreased and chaos. In this writing will discuss about an event of Dombreng punishment, it was born by “Pantura” „North Central Java‟ Peoples (Eks Karisidenan Pekalongan: Pemalang, Tegal, Brebes). Dombreng is the punishment for a bad leader, corruptly, and who leave humans value. The Dombreng event is representation a means is written in Serat Kalatidha. Linguistic approximation method will be used to analize on two these different cases.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fachrizal Helmi
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik simak. Objek penelitian berupa data verbal teks yang dikumpulkan dari buku teks, kamus idiom Jawa, dan serat piwulang. Data penelitian dianalisis menggunakan analisis referensial, taksonomi, dan semiotik. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi, mengidentifikasi, serta menguraikan kembali nilai-nilai kearifan lokal Jawa mengenai toleransi. Orang Jawa dikenal sebagai kelompok masyarakat yang memiliki ideologi hidup yang menjunjung tinggi sikap toleran antarsesama. Konsep toleransi yang dianut orang Jawa terungkap melalui proposisi atau dikenal dengan istilah unen-unen. Toleransi dalam penelitian ini meliputi tiga pengertian, yaitu 1 mengakui perbedaan, 2 menghargai perbedaan, dan 3 menghormati perbedaan. Proposisi atau unen-unen yang mengandungi makna toleransi adalah tepa salira. Unen-unen tepa salira sebagai suatu representasi konsep toleransi dikukuhkan oleh sejumlah proposisi lain yang berkonsep serupa yang telah terjaring.

ABSTRACT
This study used a qualitative method with literature review technique. The data of verbal text is collected from textbook, Javanese idiom dictionary, and piwulang literature. Those data were analyzed using referential, taxonomic, and semiotic analysis. The purpose of the study was to reconstruct, identify and redefine the local values of Javanese wisdom of toleration. The Javanese were known as a society who have an ideology that upholds the toleration. The concept of toleration which adopted by the Javanese was shown through proposition or known as unen unen proverbs . Toleration in this study was consisted in three meanings, those are 1 recognizing the differences, 2 admitting the differences, and 3 respecting the differences. Propostion or unen unen that contained the meaning of toleration is tepa salira. Unen unen of tepa salira in this study stands as a representation of the concept of toleration which was confirmed bythe other propositions whose similar concept with tepa salira. "
2017
S70169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.Ng. (Raden Ngabehi) Ranggawarsita
"Buku ini berisi puisi berjudul 'Kalatidha' karya R. Ng. Ranggawarsita yang sangat terkenal. Puisi tersebut diperkenalkan oleh Ki Padmasusastra."
Kediri: Tan Khoen Swie, 1931
BKL.0396-PU 4
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam edisi terdahulu Jurnal ini pernah menulis mengenai bagaimana Rama mengutus Hanoman sebagai intelijen sebelum menyerang Alengka untuk merebut kembali Dewi Shinta.Dalam edisi yang lalu Zafrullah Salim juga mengutip ajaran SunTzu (310-230 SM) dari tulisan P.K. Ojong mengenai Intelijen. ...."
IKI 2:11 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawati Intan Savitri
"

Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh jarak psikologis saat menulis naratif terhadap refleksi diri adaptif. Jika mekanisme menjaraki-diri yang menggunakan perspektif dan kata-ganti personal saat menulis dianggap memfasilitasi refleksi diri adaptif, apakah variasi penggunaan keduanya memiliki pengaruh adaptif yang berbeda-beda? Dilakukan 3 studi. Studi 1.a. (N= 428),dilakukan untuk membuktikan dugaan bahwa penggunaan perspektif (aktor vs pengamat) saat mengingat peristiwa negatif akan berbeda dalam refleksi diri adaptifnya. Didapatkan hasil studi 1.a. hanya dapat membedakan mekanisme menjaraki-diri, tetapi tidak pada reaktivitas emosi, penghindaran, bercerita berulang dan pemaknaan kembali. Sedangkan Studi 1.b.(N=428) berhasil membuktikan penggunaan kata ganti persona pertama berbeda secara signifikan dengan kata ganti nama diri dalam hal menjaraki-diri, reaktivitas emosi, bercerita berulang, pemaknaan kembali kecuali penghindaran, ketika refleksi diri dilakukan dengan cara menulis. Studi 2 (N = 496) dilakukan untuk membuktikan bahwa terdapat variasi penggunaan perspektif (aktor vs pengamat) dengan kata-ganti personal (pertama vs nama-diri) pada menulis refleksi diri, studi membuktikan bahwa terdapat perbedaan refleksi diri adaptif pada efek utama maupun interaksi pada penggunaan perspektif dan kata ganti personal. Studi 3 (N=92) dilakukan untuk menjawab dugaan bahwa terdapat perbedaan pengaruh variasi jarak psikologis terhadap refleksi diri adaptif pada metode menulis ekspresif, menulis dengan menjaraki-diri dengan kelompok kontrol. Ditemukan terdapat perbedaan pengaruh variasi jarak psikologis pada penggunaan kata ganti personal dan perspektif dalam menulis naratif. Diskusi dan pembahasan dilakukan dengan mempertimbangkan teori level pemaknaan yang dikaitkan dengan jarak psikologis.


Self-distancing mechanism is being mentally distant from recalled negative experience. If the self-distancing mechanism using personal pronouns and perspective considered to facilitate adaptive reflection, do the variation of both methods have different adaptive influences? Study 1.a. (N=428), is conducted to prove whether the use of perspectives (actor and observer) when recalling negative memory has different influence in the adaptive self-reflection. Study 1.a. found that the use of perspective only distinguishes mechanism of self-distancing, but does not distinguish emotional reactivity, avoidance, recounting and reconstruing. Study 1.b. (N=428) found that the use of first personal pronouns has differ significantly from the use of third personal pronouns, i.e. name, in the term of self-distancing, emotional reactivity, recounting, reconstruing but not for avoidance when writing self reflection. Study 2 (N= 496) has been conducted to prove that there are variation in the use of perspectives (actor v.s. observer) with the use of personal pronoun (first person v.s one’s name). The study proved that there are difference in adaptive self reflections on the main effect as well as on the interaction effect of the use of perspective and personal pronouns. Study 3 (N=92) has been conducted to answer the question whether there are different influences on the variation of psychological distance toward adaptive self reflection, between expressive writing methods, writing with self-distancing and  control group. Study found that there are different influences of psychological distance on the use of personal pronoun dan perspective in writing narrative. Discussions considered of the construal level theory of psychological distance.

"
2019
D2665
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Heppida
"Wanita adalah mahluk sosial yang senang membina hubungan dengan orang lain. Salah satu hubungan intim yang dapat dibina oleh wanita adalah persahabatan. Persahabalan merupakan hubungan yang bersifat sukarela dan tidak ada paksaan unruk berinteraksi dan partisipan berespon secara personal sama sama lain sebagai individu yang unik tanpa antrbut-atribut tertentu. Wanita menghargai persahabatan terutama dengan sesama jenis.
Dalam persahabatan antar wanita kegiatan yang paling banyak dilakukan adalah bercakap-cakap termasuk mengungkapkan diri. Pengungkapan diri merupakan tindakan individu untuk menceritakan berbagai informasi tentang dirinya, baik pikiran, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain. Dengan mengungkapkan diri, hubungan persahabatan dapat lebih intim dan wanita juga dapat lebih memahami dirinya dan sahabatnya. Masalah-masalah yang dialaminya dapat dibantu sahabat untuk diselesaikan. Namun demikian pengungkapan diri tidak mudah dilakukan karena memiliki sejumlah rlsiko. Dengan mengungkapkan diri wanita juga bisa mendapat penolakan dari sahabat, konflik, dan putusnya hubungan persahabatan.
Melihat bahwa dalam pengungkapan dirinya wanita dapat memperoleh banyak manfaat, maka penelitian ini bermaksud mengetahui pengungkapan diri wanita dalam persahabatannya dengan sesama wanita yang sampai saat ini masih baik (memberi hasil yang positif). Penelitian ingin mengetahui lebih dalam topik-topik yang diungkapkan wanita dalam persahabatannya dengan sesama wanita, bagaimana topik-topik tersebut diungkapkan; faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengungkapan diri wanita kepada sahabat wanitanya dan hasil-hasil yang diperoleh dari mengungkapkan diri kepada sahabat wanitanya.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif Dalam pendekatan ini yang ingin dicapai adalah memahami penghayatan subyektif individu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Penelitian ini melibatkan 4 subyek wanita yang berada pada usia dewasa muda.
Hasil penelitian menunjukkan seperti yang dikemukakan secara teoritis, pengungkapan diri wanita kepada sahabat wanitanya bersifat ?luas? dan ?dalam?. Jadi, wanita tidak hanya mengungkapkan topik-topik yang umum dan superfisial saja kepada sahabat wanitanya tetapi juga mengungkapkan topik-topik pribadi dan rahasia. Atribusi, efek diadik, waktu, rasa suka, definisi tentang hubungan dan kepribadian mempengaruhi pengungkapan diri wanita sehingga wanita dapat mengungkapkan suatu topik atau tidak. Hasil yang subyek peroleh dengan mengungkapkan diri kepada sahabat berguna baik untuk wanita itu sendiri atau persahabatannya. Hasil negatif juga diperoleh dan mengungkapkan diri namun subyek tetap menganggap pengungkapan diri sebagai suatu yang penting dalam persahabatannya dengan sesama wanita.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan mewawancarai sahabat subyek juga. Dapat juga dilakukan penelitian pengungkapan diri wanita dalam persahabatan dengan lawan jenis atau pada persahabatan antar pria. Selain itu perlu dilibatkan subyek dengan latar belakang yang beragam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>