Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100140 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juju Juariah
"Kista duktus koledokus merupakan penyakit yang jarang terjadi, penyebabnya bisa kongenital ataupun didapat, berupa dilatasi kistik dari traktus bilier atau intrahepatik. Trias gejala klinis tampak: nyeri perut, jaundice, dan adanya massa di perut. Sekitar 20-30 % semua gejala klinis tersebut bisa muncul. Di Indonesia sendiri, data epidemiologi mengenai kista duktus koledokus dan atresia bilier masih belum banyak dilaporkan. Namun, pada studi yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, atresia bilier merupakan penyebab kolestasis obstruktif tersering (>90%). Berdasarkan hasil studi tersebut, terdapat 60 pasien dengan atresia bilier yang berobat ke Departemen Ilmu kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo dalam 12 tahun terakhir (tahun 1998-2009). Dan dari total pasien tersebut, hanya 20% pasien yang berobat pada usia kurang dari 2 bulan.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah pembedahan laparatomi. Nyeri merupakan masalah keperawatan utama yang umumnya dikeluhkan oleh anak-anak post laparatomi. Nyeri yang tidak diatasi dengan baik akan mengakibatkan gangguan psikologis maupun secara fisik yang dapat menyebabkan trauma pada anak. Penatalaksanaan nyeri yang dilakukan pada An. M dengan pemberian posisi semi fowler untuk mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri serta meningkatkan rasa kontrol anak dalam mengatasi nyeri. Pemberian posisi semi fowler efektif dalam mengurangi keluhan nyeri pada An. M, menurunkan skala nyeri dari 5 menjadi 2 dalam 3 hari.

Choledochal duct cyst is a rare disease, the cause can be congenital or acquired, in the form of cystic dilatation of the biliary tract or intrahepatic. The triad of clinical symptoms appears: abdominal pain, jaundice, and a mass in the abdomen. About 20-30% of all these clinical symtoms can appear. In Indonesia alone, epidemiological data regarding common bile duct cysts and biliary atresia are still not widely reported. However, in a study conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, biliary atresia was the most common cause of obstructive cholestasis (>90%). Based on the results of the study, there were 60 patients with biliary atresia who went to the Department of Pediatrics at Cipto Mangunkusumo Hospital in the last 12 years (1998-2009). And of the total patients, only 20% of patients who seek treatment at the age of less than 2 months.
The treatment is laparotomy. Pain is a major nursing problem that is generally complained of by post-laparotomy children.Pain that is not handled properly will result in psychological and physical disturbances that can cause trauma to children. Pain management performed on An. M by giving the semi fowler position to reduce tension on the inciosion and abdominal organs which helps reduce pain and increases the child’s sense of control in dealing with pain. Giving a semo fowler’s position is effective in reducing pain complaints in An. M, reduced pain scale from 5 to 2 in 3 days.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juju Juariah
"Kista duktus koledokus merupakan penyakit yang jarang terjadi, penyebabnya bisa kongenital ataupun didapat, berupa dilatasi kistik dari traktus bilier atau intrahepatik. Trias gejala klinis tampak: nyeri perut, jaundice, dan adanya massa di perut. Sekitar 20-30% semua gejala klinis tersebut bisa muncul. Di Indonesia sendiri, data epidemiologi mengenai kista duktus koledokus dan atresia bilier masih belum banyak dilaporkan. Namun, pada studi yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, atresia bilier merupakan penyebab kolestasis obstruktif tersering
(>90%). Berdasarkan hasil studi tersebut, terdapat 60 pasien dengan atresia bilier yang berobat ke Departemen Ilmu kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo dalam 12 tahun terakhir (tahun 1998-2009). Dan dari total pasien tersebut, hanya 20% pasien yang berobat pada usia kurang dari 2 bulan.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah pembedahan laparatomi. Nyeri merupakan masalah keperawatan utama yang umumnya dikeluhkan oleh anak-anak post
laparatomi. Nyeri yang tidak diatasi dengan baik akan mengakibatkan gangguan psikologis maupun secara fisik yang dapat menyebabkan trauma pada anak.
Penatalaksanaan nyeri yang dilakukan pada An. M dengan pemberian posisi semi fowler untuk mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu
mengurangi nyeri serta meningkatkan rasa kontrol anak dalam mengatasi nyeri. Pemberian posisi semi fowler efektif dalam mengurangi keluhan nyeri pada An. M, menurunkan skala nyeri dari 5 menjadi 2 dalam 3 hari.

Choledochal duct cyst is a rare disease, the cause can be congenital or acquired, in the form of cystic dilatation of the biliary tract or intrahepatic. The triad of clinical symptoms appears: abdominal pain, jaundice, and a mass in the abdomen. About 20-30% of all these clinical symtoms can appear. In Indonesia alone, epidemiological data regarding common bile duct cysts and biliary atresia are still not widely reported. However, in a study conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, biliary atresia was the most common cause of obstructive cholestasis (>90%). Based on the results of the study, there were 60 patients with biliary atresia
who went to the Department of Pediatrics at Cipto Mangunkusumo Hospital in the last 12 years (1998-2009). And of the total patients, only 20% of patients who seek treatment at the age of less than 2 months.
The treatment is laparotomy. Pain is a major nursing problem that is generally complained of by post-laparotomy children.Pain that is not handled properly will result in psychological and physical disturbances that can cause trauma to children. Pain management performed on An. M by giving the semi fowler position to reduce tension on the inciosion and abdominal organs which helps reduce pain and increases the child’s sense of control in dealing with pain. Giving a semo fowler’s position is effective in reducing pain complaints in An. M, reduced pain scale from 5 to 2 in 3 days.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ananditasari
"Efusi pleura merupakan penyakit pada saluran pernapasan akibat pengumpulan cairan dalam ruang pleura. Efusi pleura terjadi karena komplikasi dari penyakit lain, juga disebabkan karena penyakit infeksi maupun non infeksi. Masalah yang ditimbulkan dari efusi pleura yaitu munculnya sesak napas karena menumpuknya cairan dalam rongga pleura. Masalah keperawatan yang muncul yaitu gangguan pola napas. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada Tn. R dengan efusi pleura. Hasil evaluasi yang dilakukan selama empat hari menunjukkan penurunan sesak napas dan penurunan penggunaan otot bantu pernapasan pada Tn. R setelah diberikan posisi semi fowler. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, posisi semi fowler mampu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan.

Pleura effusion is a disease on respiratory tract which caused by an accumulation of liquids on pleural cavity. Pleura effusion happens because of a complication from another disease, either infection or non infection disease. Problem that caused by pleura effusion is an appearance of breathless. It is because of an accumulation of liquids on pleural cavity. Nursing problems that happens are ineffective breathing pattern. This final project scientific nurse analyzed about an affectiveness of semi fowler position to decreasing of breathless on Mr. R with pleura effusion. The results of an evaluation for four days showed decreasing of breathless and used of breath auxiliary muscles on Mr. R after semi fowler positioning. This study recommends, semi fowler positioning can optimize pulmonary expansion and reduce effort of used breath auxiliary muscles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desmalayati
"Tindakan bedah CABG merupakan pilihan utama untuk pasien-pasien yang mengalami angina yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan dan PCI. Setiap Tindakan pembedahan berisiko untuk menimbulkan komplikasi. Komplikasi hipoksia post CABG dapat terjadi dikarenakan pertukaran gas yang tidak sempurna. Posisi pasien perawatan intensif dapat diterapkan untuk meningkatkan saturasi oksigen darah arteri, mencegah atelektasis dan pengumpulan lendir. Posisi pasien yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi hipoksia. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi perbedaan posisi semi Fowler dan Supine pada saturasi oksigen pada pasien yang menjalani post-CABG dengan harapan dapat menjadi acuan baku bagi perawat yang bekerja di ruang kritikal. Desain penelitian quasi-experimental dengan menggunakan two group pretest-posttest design. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok sebanyak 12 responden dengan pengambilan sampel consecutive sampling. Analisis menggunakan uji Mann Whitney dan uji wilcoxon. Terdapat perbedaan saturasi oksigen yang bermakna sebelum dan setelah pengaturan posisi Semi Fowler maupun Supine; serta terdapat perbedaan saturasi oksigen yang bermakna antara posisi Semi Fowler dan Supine setelah pengaturan posisi. Berdasarkan hasil temuan ini, pengaturan posisi semifowler bisa diterapkan untuk meningkatkan status oksigenasi pasien post CABG.

CABG surgery is the main choice for patients who experience angina that have not been controlled effectively with medication and PCI. The procedure has a risk of complications. Complication of hypoxia after CABG occurs due to imperfect gas exchange. Positions of Intensive care patient can be applied to improve arterial blood oxygen saturation, preventing atelectasis and mucus accumulation. Appropriate patient position can prevent hypoxic complications. The aim of the research was to identify differences between Semi Fowler and Supine positions in oxygen saturation among patients undergoing post-CABG with the expectation that. This result could become a standard reference for nurses working in critical wards. A Quasi-experimental research design using a two-group pretest-posttest design. The number of samples in each group was 12 respondents using a consecutive sampling approach. The Analysis in the study used the Mann Whitney and Wilcoxon tests. The findings showed that there is a significant difference in oxygen saturation before and after in Semi Fowler and Supine positions; and there is a significant difference in oxygen saturation after the position given between the Semi Fowler and Supine positions. Therefore, based on the findings above, the Semi Fowler position can be applied to improve the patient's oxygenation status after CABG."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Solikhah
"Hidropneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Penyebab paling umum hidropneumothorax dikarenakan penyakit Tuberkulosis yang disebut pneumothorax spontan sekunder. Hidropneumothorax menyebabkan masalah keperawatan  ketidakefektifan pola napas. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan berupa pemberian posisi semi fowler dan latihan tarik nafas dalam. Intervensi pemberian posisi semi fowler dan latihan nafas dalam dilakukan selama tiga hari. Hasil intervensi yang didapatkan adalah berkurangnya keluhan sesak dan penurunan frekuensi pernafasan. Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai intervensi keperawatan rekomendasi untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas pada pasien hidropneumothorax.

Hydropneumothorax is a condition in which there is air and fluid in the pleural cavity which causes lung tissue to collapse. The most common cause of hydropneumothorax is a tuberculosis disease called secondary spontaneous pneumothorax. Hydropneumothorax causes nursing problems and ineffective breathing patterns. The nursing interventions that can be given are semi-Fowler’s position and deep breathing exercises. The intervention of giving the semi-Fowler position and deep breathing exercises can be done for three days. The results of the intervention obtained were reduced complaints of shortness of breath and decreased respiratory frequency. This scientific work can be used as a recommended nursing intervention to overcome the problem of ineffective breathing patterns in hydropneumothorax patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jihaz Haneen Hakiki
"Efusi pleura merupakan kondisi terkumpulnya cairan didalam rongga pleura yang dapat berupa cairan eksudat dan transudat. Efusi pleura terjadi karena komplikasi dari penyakit yang menyertai. Selain itu dapat disebabkan juga karena penyakit infeksi maupun dan non infeksi. Masalah yang umum muncul pada efusi pleura adalah sesak napas dikarenakan penurunan ekspansi paru sebagai akibat penumpukan cairan di rongga pleura. Masalah keperawatan yang dapat ditegakkan yaitu pola napas tidak efektif. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada Tn. S dengan efusi pleura. Hasil evaluasi yang dilakukan selama empat hari menunjukkan penurunan sesak napas dan penurunan penggunaan otot bantu pernapasan pada Tn. S setelah diberikan posisi semi fowler. Posisi semi fowler mampu menurunkan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan. Posisi semi fowler dapat direkomendasikan untuk memaksimalkan ekspansi paru dan penurunan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan.

Pleural effusion is a condition of fluid accumulation in the pleural cavity which can be fluid exudate and transudate. Pleural effusion occurs because of complications from the accompanying disease. Besides that it is also caused by infectious and non-infectious diseases. A common problem in pleural effusion is shortness of breath due to decrease lung expansion as a result of accumulation of fluid in the pleural cavity. Nursing problems that can be enforced are ineffective breathing patterns. This paper provides an overview of the effectiveness of giving a semi fowler position to decrease shortness of breath in Mr. S pleural effusion. The results of semi fowler position intervention were decreasing in shortness of breath and in using of respiratory muscles in Mr. S. The semi fowler position is recommended to maximize lung expansion and to decrease the use of respiratory muscles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Prihartini
"Makin bertambahnya dan meningkatnya pertambahan penduduk dan diikuti dengan kemajuan dibidang teknologi dan industri, secara tidak langsung polusi lingkunganpun meningkat. Gas dari asap kendaraan, polusi pabrik-pabrik industri dan terutama pola hidup yang tidak sehat, merokok di sembarang tempat semakin menambah tingkat polusi yang mengancam kesehatan, terutama penyakit-penyakit saluran napas, baik saluran npas atas ataupun saluran napas bawah, seperti TBC, pharingitis, pneumothorax, empisema, asma, bronchitis dan penyakil paru lainnya.
Penyakit paru sangat herbahaya dan mengancam kehidupan apabila tidak segera ditangani. Salah satu penyakil paru yang sering terjadi adalah pneumothorax , yaitu bila udara masuk ke area pleural antara pleural viseral dan parietal, bila terjadi tegangan pneumothorax, sobekan pada bronkhus paru alau dinding dada bekerja sebagai katup yang memungkinkan udara masuk ke area pleural pada inspirasi. Bila ini tidak diketahui dengan cepat dan diterapi, atelektasis dapat terjadi juga dapat menyebabkan kematian.
Pengaturan posisi pada pasien yang terpasang selang dada, membantu meningkatkan drainase dan juga mencegah deformitas dan komraktur.
Ketepatan posisi membantu pemapassan dan meningkatkan sirkulasi napas. Penanganan nyeri diperlukan untuk kenyamanan dan menarik napas dalam (Brunner & Suddart’s, 1996 hal.570). Posisi ideal untuk pasien yang terpasang selang dada (WSD) adalah posisi semi Fowler (Hudak’s & Gallo, 1997). Dari hasil penelitan ini memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara pengaturan posisi semi fowler terhadap penunman rasa nyeri pada klien yang terpasang selang dada (WSD). Hal ini sesuai dengan teori dari Brunner dan Suddarth yang mengatakan bahwa ketepatan pengaturan posisi diperlukan untuk kenyamanan, pengurangan rasa nyeri dan menarik napas dalam."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5275
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kalvin Saputra Irawan
"Alumunium merupakan material yang umum digunakan dalam industri otomotif dan penerbangan. Namun dalam paduan Al-Si akan membentuk fasa intermetalik β-Al5FeSi yang berdampak buruk terhadap sifat mekanik paduan, tetapi belum bisa dihilangkan. Penambahan modifier dan peningkatan laju pendinginan merupakan cara mengurangi dampak fasa tersebut. Logam tanah jarang merupakan logam yang efektif dalam modifikasi fasa β-Al5FeSi. Sedangkan logam neodimium sampai sekarang belum ada digunakan sebagai modifier β-Al5FeSi.
Penelitian ini akan diamati pengaruh penambahan logam tanah jarang neodimium (0,3%, 0,6% dan 1%) dan laju pendinginan (5, 10 dan 30 oC/menit) terhadap morfologi fasa intermetalik beta pada paduan Al7Si1Fe. Kemudian dilakukan karakterisasi dengan pengontrolan laju pendinginan Simultaneous Thermal Analysis, pengamatan mikrostruktur Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope, dan penembakan fasa yang terbentuk dengan Energy Diffraction Spectrum.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan logam Nd optimum pada kosentrasi 1%Nd untuk mengurangi fasa β-Al5FeSi dan 1%Nd untuk merubah morfologi fasa silikon eutektik, sedangkan laju pendinginan 30oC/menit menghasilkan ukuran fasa β-Al5FeSi maupun silikon eutektik paling halus yang disebabkan fenomena undercooling pada paduan. Sehingga dapat disimpulkan peningkatan laju pendinginan dan penambahan Nd dapat menyebabkan pengurangan ukuran fasa intermetalik β dan silikon eutektik.

Aluminum are widely used in automotive industry and aerospace structural application. Al-Si alloy can form intermetallic β-Al5FeSi phase that cause undesirable effect on mechanical properties. The addition of modifier and increase the cooling rate is a way to reduce the effect of the phase. Rare earth elements are effective to modified β-Al5FeSi phase. However, neodymium have been used as a modifier β-Al5FeSi.
This study will observed the effect of addition rare earth metal neodymium (0.3%, 0.6% and 1%) and cooling rate (5, 10 and 30 ° C / min) on morphology of intermetallic beta phase of Al7Si1Fe alloy. Futher, characterized by controlling the cooling rate by Simultaneous Thermal Analysis, observation of microstructure by Optical Microscope and Scanning Electron Microscope, and microchemical analysis by Energy Diffraction Spectrometer.
The results showed that the addition of Nd optimum concentration of 1% can reduce β-Al5FeSi phase and change silicon eutectic phase morphology, whereas the cooling rate of 30 ° C / min produces finer structure morphology of β-Al5FeSi phase or silicon eutectic due to the phenomenon of undercooling on the alloy. In conclusion, increasing the cooling rate and Nd addition can decrease the size of intermetallic β phases and silicon eutectic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilly Pangestuti
"Efusi pleura merupakan kejadian akumulasi cairan yang berada diantara lapisan parietal dan visceral. Efusi pleura terjadi akibat akumulasi cairan dimana pembentukan cairan pleura yang lebih cepat dibandingkan proses penyerapannya. Dyspnea merupakan pengalaman subjektif pasien tentang ketidaknyamanan saat bernapas dengan kualitas pernapasan ringan, sedang dan berat. Positioning yang tepat dapat memperbaiki proses ventilasi dapat meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak yang dialami oleh pasien. Tujuan : studi ini untuk menganalisis intervensi keperawatan mandiri berupa pengaturan posisi semi-fowler pada pasien dengan masalah pola napas tidak efektif pada kasus efusi pleura. Metode : yang digunakan adalah studi literatur terkait pemberian posisi semi-fowler pada pasien yang memiliki masalah pernapasan. Penerapan posisi semi-fowler merupakan posisi yang direkomendasikan untuk pasien efusi pleura dengan alat ukur MRC Dyspnoea scale. Asuhan keperawatan diberikan kepada pasien kelolaan yaitu Ny. A (60 tahun) dengan Efusi Pleura dan gagal jantung. Asuhan keperawatan dilakukan selama empat hari dengan satu hari periode IGD dan ICCU serta tiga hari pada periode ICCU. Masalah keperawatan utama yang dialami pasien adalah pola nafas tidak efektif. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan, termasuk penerapan posisi semi-fowler. Hasil : studi menunjukan pemberian posisi semifowler berdampak pada peningkatan saturasi oksigen dan penurunan frekuensi napas pada kondisi sesak dengan alat ukur MRC Dyspnoea scale. Analisis studi ini merekomendasikan pengaturan posisi semi-fowler efektif untuk diimplementasikan pada pasien dengan masalah pola napas tidak efektif.

Pleural effusion is an accumulation of fluid between the parietal and visceral layers. Pleural effusion occurs due to fluid accumulation where the formation of pleural fluid is faster than the absorption process. Dyspnea is the patient's subjective experience of discomfort when breathing with mild, moderate and severe respiratory qualities. Positioning The right one can improve the ventilation process can increase lung expansion thereby reducing shortness of breath experienced by patient. Objective : this study was to analyze the intervention Independent nursing in the form of positioning semi-fowler in patients with problems with ineffective breathing patterns in cases of pleural effusion. Method : Which used is a literature study related to position assignment semi-fowler on patients who have respiratory problems.Application of position semi-fowler is the recommended position for pleural effusion patients with measuring instruments MRC Dyspnoea scale. Nursing care given to the managed patient, namely Mrs. A (60 years old) with Pleural Effusion and heart failure. Nursing care is provided for four days with one day during the ER and ICCU period and three days during the ICCU period. The main nursing problem experienced by patients is ineffective breathing patterns. Implementation is carried out in accordance with the nursing plan, including position implementation semi-fowler. Results: studies show position assignment semi-fowler has an impact on increasing oxygen saturation and a decrease in respiratory frequency in shortness of breath with measuring instruments MRC Dyspnoea scale. The analysis of this study recommends positioning semi-fowler effective to implement in patients with breathing pattern problems effective.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wening
"TB Paru merupakan penyakit infeksius yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. TB Paru dapat menyebabkan kematian apabila tidak diobati dengan benar. Gejala klinis yang dialami pada TB Paru adalah batuk berdahak, batuk berdarah, sesak napas, demam, keringat malam hari, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Salah satu masalah yang sering dialami penderita TB Paru adalah bersihan jalan napas tidak efektif karena sulitnya pengeluaran sputum yang berlebih dan sesak napas. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah posisi semi-fowler dan latihan active cycle of breathing technique. Posisi semi-fowler dapat mengurangi sesak napas karena memfasilitasi ekspansi paru-paru lebih maksimal.
Hasil penerapan intervensi posisi semi-fowler pada pasien dapat mengurangi keluhan sesak napas, penurunan frekuensi pernapasan, dan saturasi oksigen meningkat. Latihan active cycle of breathing technique dapat membantu mengeluarkan sputum menjadi lebih mudah. Hasil penerapan latihan active cycle of breathing technique pada pasien dapat mengeluarkan sputum dengan mudah, menurunkan konsistensi sputum, menurunkan sesak napas, menurunkan frekuensi pernapasan, dan meningkatkan saturasi oksigen.

Pulmonary TB is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis that attacks the lungs. Pulmonary TB can cause death if not treated properly. Symptoms experienced in pulmonary TB are coughing up sputum, hemaptoe, shortness of breath, fever, night sweats, decreased appetite, and weight loss. One of the problems often experienced by patients with pulmonary TB is ineffective airway clearance because of the difficulty of removing excessive phlegm and shortness of breath. Interventions that can be done to overcome these problems are semi-Fowler's position and active cycle breathing techniques. The semi-Fowler's position can reduce maximal shortness of breath because it facilitates more lung expansion.
The results of applying for the semi-Fowler position so the patient can reduce complaints of shortness of breath, decrease respiratory rate, and increase oxygen saturation. Active cycle breathing techniques can help expel sputum more easily. The results of the application of active cycle breathing techniques in patients can expel sputum easily, reduce sputum consistency, reduce shortness of breath, decrease the respiratory frequency, and increase oxygen saturation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>