Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171651 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iqbal Maulana
"SMAN 9 Kota Bogor Jalan Kartini merupakan bangunan sekolah kolonial yang memiliki bentuk bangunan yang unik, yaitu bentuk bangunannya menyudut. Hal tersebut memunculkan hipotesis adanya penerapan bangunan sudut pada bangunan ini sehingga menarik untuk dianalisis gaya bangunannya. Kini, bangunan tersebut mengalami perubahan-perubahan fungsi untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang sehingga menarik untuk dikaji bentuk-bentuk adaptasi dan revitalisasi pada bangunan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan bentuk bangunan sudut, gaya bangunan, adaptasi, dan revitalisasi pada SMAN 9 Kota Bogor Jalan Kartini?”. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan metode penelitian arkeologi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan studi pustaka dan lapangan melalui kegiatan observasi dan perekaman data, pengolahan data yang dilakukan dengan metode analisis deskriptif, dan terakhir merupakan eksplanasi untuk menjawab permasalahan penelitian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bangunan ini merupakan bangunan sudut yang berfungsi sebagai sekolah, bangunan ini memiliki beberapa persamaan karakteristik dengan SMPN 5 Bandung sebagai bangunan sudut sehingga menunjukkan adanya indikasi karakteristik bangunan sudut yang berfungsi sebagai sekolah. Hasil analisis gaya bangunan menunjukkan perkembangan bangunan dan percampuran budaya. Hasil analisis adaptasi dan revitalisasi diketahui empat bentuk kegiatan adaptasi dan revitalisasi, yaitu perubahan material bangunan lama, penambahan komponen bangunan baru, perubahan atau penambahan ruang, dan penambahan bangunan baru.

SMAN 9 Bogor Jalan Kartini is a colonial school building with a unique form, namely the angular shape building. That raises the hypothesis of the application of corner buildings in this building, so it is interesting to analyze the style of the building. Now, the building is changing its function to meet the present needs, so it is interesting to study the forms of adaptation and revitalization of the building. Based on this explanation, the problem in this research is "How is the application of corner building forms, building styles, adaptation, and revitalization at SMAN 9 Bogor at Kartini Street?". This research was conducted with three stages of archaeological research methods: data collection by conducting library and field studies through observation and data recording, data processing carried out by descriptive analysis methods, and finally, an explanation to answer research problems. The results of his research indicate that this building is a corner building that functions as a school. This building has several characteristics in common with SMPN 5 Bandung as a corner building so that it shows an indication of the elements of a corner building that functions as a school. The analysis results of the style building show the development of the building and the mixing of cultures. Based on the analysis of adaptation and revitalization, it is known that there are four forms of adaptation and revitalization activities, namely changes in old building materials, the addition of new building components, modifications or additions to space, and addition of new buildings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dwi Trisnaedy
"Kehadiran bangsa Belanda yang beragama Protestan di Bogor melatarbelakangi terjadinya pendirian bangunan Gereja Zebaoth. Gereja Zebaoth merupakan gereja tertua di Bogor yang dibangun pada awal abad ke-20 M dan menjadi salah satu bangunan Cagar Budaya yang dilindungi. Sebagai bangunan peninggalan kolonial, Gereja Zebaoth memiliki nilai sejarah penting mengenai gaya bangunan yang diterapkan pada bangunannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini membahas mengenai gaya bangunan pada Gereja Zebaoth Bogor yang didirikan pada awal abad ke-20 M. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian arkeologi menurut Sharer & Ashmore yang terdiri atas formulasi penelitian, implementasi penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan publikasi hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gereja Zebaoth Bogor bergaya Indis.

The presence of Dutch Protestants in Bogor was the reason behind the construction of the Gereja Zebaoth Bogor. Gereja Zebaoth Bogor is the oldest church in Bogor which was built in the early 20th century AD and is one of the protected Cultural Heritage buildings. As a colonial heritage building, Gereja Zebaoth has an important historical value related to the building style applied to the building. Based on this explanation, this study discusses the building style of the Gereja Zebaoth Bogor which was founded in the early 20th century AD. This research will be conducted using archaeological research methods according to Sharer & Ashmore which consists of research formulation, implementation research, data collection, data processing, data analysis, and publication of research results. The results of the study show that the Gereja Zebaoth Bogor has an Indis style.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Chandra Bestari
"Gereja Santo Yoseph Matraman merupakan salah satu gereja yang dibangun pada awal abad ke-20 oleh F.J.L. Ghijsel yang memiliki beberapa keunikan, terutama di bagian fasad dan menaranya. Sebagai salah satu fitur arkeologi, Gereja Santo Yoseph dapat memberikan informasi penting terutama terkait gaya bangunan yang berkembang di Jakarta pada awal abad ke-20. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gaya bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman dengan mengkaji bentuk dan gaya bangunan gereja tersebut melalui tahap observasi, pengolahan data, dan interpretasi. Dalam menganalisis gaya bangunan digunakan metode analisis bentuk (formal analysis), analisis gaya (stylistic analysis), dan analisis komparatif (comparative analysis). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman menerapkan empat gaya yang berkembang di awal abad ke-20, yaitu Art Nouveau, Art Deco, Indis, dan Arts and Crafts. Perpaduan gaya ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangunan kolonial yang sejaman dengan gereja tersebut, karena pada umumnya bangunan-bangunan lain hanya menerapkan satu gaya bangunan yang sedang populer pada masanya, sementara Gereja Santo Yoseph memadukan empat gaya yang berbeda pada satu bangunan. Hal ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki nilai penting secara arkeologis, historis, dan arsitektural dalam perkembangan gaya bangunan awal abad ke-20 di Indonesia.

The Church of Saint Joseph is one of the churches that built in the early 20th century by F.J.L. Ghijsels which has some uniqueness, especially in its fa�§ade and tower. As one of the archaeological features, the Church of Saint Joseph could provide important informations, especially related to the building style that developed in Jakarta during the early 20th century. This study seeks to find out more about the building style of the Saint Joseph Church by examining the shape and style of the building through stages of observation, data processing, and interpretation. In analyzing the building style, the methods of form analysis (formal analysis), stylistic analysis, and comparative analysis are used. The result of the study shows that the Saint Joseph Church building applies four styles that were popular and developed in the early 20th century, namely Art Nouveau, Art Deco, Indische, and Art and Craft. This makes the Church of Saint Joseph Matraman unique and different from other churches in Jakarta and Indonesia that were built in the same era. This marks the building styles that were popular in the early 20th century and the combination of styles at that time. Therefore, the Church of Saint Joseph Matraman has a significant archaeological, historical, and architectural values in the development of early 20th century building styles in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wulandari Dewi Lestari
"SMPN 5 Jakarta merupakan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah pada masa Hindia Belanda. Bangunan SMPN 5 Jakarta belum ditetapkan sebagai cagar budaya dan perlu dilakukan kajian berkaitan dengan gaya bangunan serta nilai penting pada bangunanya. Penelitian bangunan SMPN 5 Jakarta dilakukan karena lokasi bangunan terletak di pusat Jakarta dan berada di antara bangunan Cagar Budaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap bangunan SMPN 5 Jakarta agar tetap terjaga eksistensi dan kelestarian bangunanya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, membahas gaya bangunan yang diterapkan pada bangunan SMPN 5 Jakarta dan nilai penting yang terkandung dalam bangunannya. Penelitian ini menggunakan tujuh tahapan pada metode yang dikemukakan oleh Pearson dan Sullivan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bangunan SMPN 5 Jakarta merupakan bangunan yang berdiri pada awal abad ke-20 dengan menerapkan beberapa gaya bangunan dengan gaya bangunan yang paling dominan, yaitu Gaya Art Deco dan Gaya Vernakular. Hasil analisis nilai penting bangunan mencakup nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan. Hasil dari analisisnya membantu dalam memberikan pertimbangan dalam penetapan bangunan SMPN 5 Jakarta sebagai bangunan Cagar Budaya.

SMPN 5 Jakarta is a Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) or secondary school during the Dutch East Indies period. The building of SMPN 5 Jakarta has not been designated as a cultural heritage site and requires further study regarding its building style and significant values. Research on the SMPN 5 Jakarta building was conducted because its location is in the center of Jakarta and is situated among cultural heritage buildings. Therefore, it is necessary to carry out research on the SMPN 5 Jakarta building to maintain its existence and preservation. The issues addressed in this study include the building style applied to the SMPN 5 Jakarta building and the significant values contained within it. This research uses seven stages of the method proposed by Pearson and Sullivan. The results of the research show that the SMPN 5 Jakarta building was built in the early 20th century, incorporating several building styles with Art Deco and Vernacular styles being the most dominant. The results of the analysis of the building's significance values ​​include significance for history, science, education, and culture. The results of the analysis help in considering the designation of the SMPN 5 Jakarta building as a Cultural Heritage Site."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Aulia Ikhsani
"Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana peran budaya material dan praktik ritual yang terdapat di Masjid Kuno Al Mustofa dalam mempertahankan nilai warisan budaya dengan menggunakan pendekatan heritagisasi dan bagaimana nilai warisan budaya yang berkembang di masyarakat sekitar Masjid Kuno Al Mustofa dalam konteks keberlanjutan budaya dan relevansi sosial? Penelitian ini menggunakan metode K.R. Dark dengan beberapa tahapan yaitu sumber data, data, bukti, dan interpretasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan heritagisasi dalam membantu menjawab permasalahan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Masjid Kuno Al Mustofa mempertahankan nilai-nilai warisan tidak melalui bangunan fisik, tetapi melalui budaya material dan praktik ritual yang terdapat di masjid ini, di mana nilai warisan budayanya dapat mendukung keberlanjutan budaya dan relevansi sosial di masyarakat.

The problems raised in this research are how the role of material cultures and ritual practices at Masjid Kuno Al Mustofa in preserving heritage values using heritagization approach and how the heritage value of the community around the Al Mustofa Ancient Mosque evolve in the context of cultural sustainability and social relevance? The method used in this research comes from K.R. Dark’s method has several stages, which involves stages of data sources, data, evidence, and interpretation. This research uses a heritagization approach to answer the research questions. The results of this research show that Masjid Kuno Al Mustofa preserves its heritage values not through physical buildings, but through the material culture contained in this mosque, where the value of its cultural heritage can support cultural sustainability and social relevance in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Azahra Putri
"Bangunan Kantor Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) merupakan bangunan bersejarah peninggalan masa penjajahan Belanda yang dibangun pada abad ke-19. Bangunan ini sudah 3 kali berganti fungsi, awalnya bangunan ini difungsikan sebagai Rumah Pastoran, lalu beralih fungsi menjadi SMPK Kasih, dan sekarang berfungsi sebagai Kantor Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). Bangunan kantor Yayasan Cornelis Chastelein sangat terawat hingga menarik untuk dikaji gaya arsitektur dan adaptasi yang dilakukan pada kantor Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein. Metode penelitian yang digunakan mencakup proses formulasi penelitian, implementasi penelitian, pengumpulan data, pemrosesan data, analisis data, penafsiran data, dan publikasi hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan ini mengadopsi gaya Indische Empire, yang merupakan bentuk dari arsitektur Indis yang berkembang pada abad ke-19. Dalam perkembangannya, bangunan ini telah mengalami berbagai adaptasi untuk memenuhi kebutuhan modern sambil memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian bangunan cagar budaya.

The office building of the Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) is a historic structure from the Dutch colonial period, built in the 19th century. This building has undergone three functional changes: initially serving as a rectory, later transforming into SMPK Kasih, and currently functioning as the office of the Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). The YLCC office building is well-preserved, making it an intriguing subject for studying its architectural style and the adaptations applied over time.The research methodology employed includes the processes of research formulation, research implementation, data collection, data processing, data analysis, data interpretation, and publication of findings. The research findings indicate that the building adopts the Indische Empire style, a form of Indische architecture that developed in the 19th century. Over time, the building has undergone various adaptations to meet modern needs while adhering to the principles of cultural heritage preservation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arga Patria Dranie Putra
"Awal abad ke 20 dapat dikatakan sebagai sebuah titik yang mengawali pergeseran budaya dan keterbangunan di Indonesia menuju modernitas. Sedikit banyak perubahan ini hadir bersama perubahan paradigma kolonialisasi Belanda yang berusaha mendahulukan kepentingan masyarakat Hindia. Hadir tokoh-tokoh berkebangsaan Belanda yang dieluhkan telah berempati dan lebih memihak kepada penduduk Hindia-Belanda. Dengan begitu, ada kemungkinan bahwa empati bangsa Belanda terhadap masyarakat Hindia memiliki andil dalam implementasi politik etis maupun keterbangunan yang terjadi di awal abad ke-20.
Peran arsitek seperti Karsten dan Schoemaker dapat menggambarkan bagaimana subjektifitas dan hubungannya dengan manusia dapat mempengaruhi keputusan terhadap karakter arsitektur yang dapat mewakili Hindia Belanda. Dengan mengacu kepada teori empati yang telah di elaborasi, tesis ini mengkaji pembangunan dan keterbangunan yang terjadi selama awal abad ke-20 di Hindia Belanda. Penelusuran dan pemahaman akan berfokus terhadap individu-individu yang terlibat dalam praktek politik etis, dan memberikan perhatian terhadap subjektifitas dan tindakan yang dilakukan pihak Belanda.
Riset akan dilakukan melalui studi presedenm, wawancara, serta observasi. Melalui kerangka yang telah di elaborasi, kemudian dapat dipahami apakah kehadiran empati terhadap masyarakat Hindia benar-benar hadir dan memberikan pengaruh terhadap bentuk baru kolonialisasi Belanda di Hindia Pada Awal Abad Ke-20.

The beginning of the 20th century can be regarded as a point where cultural shift and development towards modernity in Indonesia began. More or less this change was present along with the paradigm shift of the colonialization of the Dutch who tried to prioritize the interests of the Indies community. Ethical Policy Present figures of Dutch who were complained for their empathy towards the population of the Dutch East Indies. Thus, there is a possibility that Dutches empathy towards Indies community has contributed to the implementation of ethical politics and the development in Dutch Indies that occurred in the early 20th century.
The role of architects such as Karsten and Schoemaker can illustrate how subjectivity and its relationship with humans can influence decisions regarding architectural characters that can represent the Dutch Indies. By referring to the elaborated theory of empathy, this thesis examines the development that occurred during the early 20th century in the Dutch Indies. Research and Understanding will be focused on individuals who was involved in ethical political practices, attention also given to subjectivity and actions that were taken by the Dutch.
The investigation will be done through precedent studies, Interviews & Observation. Through the elaborated framework, it can later be understood whether the presence of empathy for the Indies was truly present and had an influence on the new form of Dutch colonialism in the Indies in the Early 20th Century.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaesyar Nisfhan Akbar Rosadi
"

Artikel ini membahas tentang fasad dan elemen fasad gedung bioskop di Jakarta dan Bandung yang berdiri pada abad ke-20. Dalam ilmu arkeologi, fasad dan elemen fasad gedung bioskop yang didirikan oleh Belanda di Indonesia merupakan salah satu bukti arkeologi yang penting dalam mempelajari keunikan bentuk dan kekayaan nilai sejarahnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan bentuk fasad dan bioskop di Jakarta dan Bandung abad ke-20 yang terbit dalam ruang dan waktu. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan tahapan mulai dari data, pengolahan data, dan interpretasi data. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah elemen fasad dan fasad pada setiap gedung bioskop di Jakarta dan Bandung dapat mengalami perubahan bentuk yang berbeda. Perbedaan bentuk sangat terlihat pada desain tata letak fasad, penampang jendela, ventilasi, dan ornamen yang juga dapat dilihat dari faktor ruang (geografi) dan waktu (periode pendirian).

 

Kata kunci: bentuk, fasad, elemen fasad, ruang, dan waktu

 


This article discusses the facades and elements of the facades of cinema buildings in Jakarta and Bandung that were founded in the 20th century. In archeology, the facades and elements of the facade of a cinema building that was erected by the Dutch in Indonesia are one of the important archaeological evidence in studying the uniqueness of its shape and its rich historical value. The purpose of this research is to see the changes in the form of facades and cinemas in Jakarta and Bandung in the 20th century which were published in time and space. This research uses descriptive analysis method with stages starting from data, data processing, and data interpretation. The results obtained from this study are the facades and facades elements in each cinema building in Jakarta and Bandung can experience different shape changes. The difference in shape is very visible in the design of the facade layout, window sections, ventilation, and ornamentation which can also be seen from the factors of space (geography) and time (period of establishment).

 

Keywords: shape, facade, facade elements, space, and time

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Idmand Perdina
"Bangunan sudut sebagai salah satu peninggalan masa kolonial dapat memperlihatkan perpaduan pengaruh arsitektur Eropa dengan kearifan lokal dalam bentuk yang lebih menarik dibandingkan bangunan di sekitarnya. Peninggalan tersebut banyak dijumpai di Kawasan Kota Lama Semarang sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan untuk wilayah Jawa bagian tengah yang memiliki karakteristik unik karena terdapat ratusan bangunan di lahan dengan luas sekitar 30 hektar sehingga tata bangunannya memunculkan banyak bangunan sudut. Keletakan dan bentuknya yang berbeda mengandung unsur-unsur yang dapat menjadi tanda perkembangan gaya arsitektur sehingga menarik untuk diteliti. Unsur-unsur tersebut kemudian didata dan dianalisis untuk mengetahui posisi Kota Lama Semarang dalam perkembangan gaya arsitektural. Hasilnya menunjukkan bahwa bangunan sudut di Kota Lama Semarang mengalami dua fase perkembangan gaya, yaitu gaya transisi dan gaya kolonial modern. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Lama Semarang adalah kota yang dinamis meskipun sudah berdiri sejak abad 17.

Corner building as one of the relics of the colonial period can show the combination of European architectural influences with local wisdom in a more interesting form compared to the surrounding buildings. These relics are often found in Semarang Old City as an economic and government center for the central part of Java, which has unique characteristics because there are hundreds of buildings on a land area of about 30 hectares so that the building layout raises many corner buildings. The layout and the different forms contain elements that can be a sign of the development of architectural style so that it is interesting to study. The elements are then recorded and analyzed to determine the position of Semarang Old City in the development of architectural styles. The results show that the corner building in Semarang Old City underwent two phases of style development, namely the transition style and the modern colonial style. It also shows that Semarang Old City is a dynamic city even though it was founded in the 17th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Nurzaifie
"Rumah tinggal kolonial Manggarai merupakan salah satu objek kolonial yang memiliki nilai sejarah tinggi dan menarik untuk diteliti karena telah berusia lebih dari satu abad. Kompleks rumah tinggal kolonial di Manggarai mulai dibangun pada tahun 1918 dan dipimpin oleh arsitek dari Belanda bernama Ir. J. Van Gendt. Meski demikian, penelitian mengenai kompleks kolonial tersebut masih belum banyak dilakukan. Berdasarkan objek penelitian yang berjumlah delapan rumah, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dianalisis, yaitu bagaimanakah bentuk dan gaya arsitektur serta pola ruang rumah-rumah tinggal kolonial di Manggarai dan juga apakah terdapat pengaruh tradisional pada unsur-unsur hunian rumah tinggal kolonial Manggarai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian arkeologi yang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap penafsiran data. Hasil analisis dari penelitian ini diantaranya adalah terdapat enam gaya bangunan yang mempengaruhi bangunan rumah tinggal kolonial Manggarai dan terdapat pola ruang yang dijadikan acuan dalam pembangunannya. Selain itu, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh tradisional, khususnya di wilayah setempat, yaitu rumah adat Betawi pada rumah tinggal kolonial Manggarai.

Manggarai colonial residential houses are notable colonial artifacts with significant historical value and are intriguing subjects for research, having stood for over a century. The colonial residential complex in Manggarai began construction in 1918 under the direction of Dutch architect Ir. J. Van Gendt. However, research on this colonial complex remains sparse. Based on the research objects, consisting of eight houses, several issues can be analyzed: what are the architectural styles and layout configurations of the Manggarai colonial residential houses, and is there any traditional influence on the elements of these colonial houses? This study employs an archaeological research method divided into three stages: data collection, data processing, and data interpretation. The analysis results indicate that six architectural styles influenced the Manggarai colonial houses and that a specific spatial configuration guided their construction. Additionally, the study reveals traditional influences, particularly from the local Betawi traditional houses, on the Manggarai colonial residential houses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>