Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Betty Luinta
"Nyeri dan kekakuan sendi merupakan gejala utama pada pasien Osteoarthritis (OA) lutut. Terapi komplementer dan alternatif diperlukan untuk menurunkan nyeri dan kekakuan sendi pada OA lutut tanpa efek samping. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas Extra Virgin Olive Oil (EVOO) topikal terhadap nyeri dan kekakuan sendi pada pasien OA lutut di RS St Carolus Jakarta. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental menggunakan pre-test and post-test. Jumlah sampel terdiri dari 15 responden pada masing-masing kelompok intervensi (EVOO topikal) dan kelompok kontrol (placebo) dengan teknik consecutive sampling. Uji statistik dilakukan menggunakan uji parametrik dan uji non parametrik sesuai hasil uji normalitas. Hasil penelitian menunjukkan terdapat efektivitas EVOO topikal menurunkan nyeri bangun pagi pada hari ke-7 (p 0,001) dan hari ke-14 (p 0,000), nyeri beraktivitas pada hari ke-7 (p 0,022) dan hari ke-14 (p 0,004), serta menurunkan kekakuan sendi pada hari ke-14 (p 0,040). Placebo efektif dalam menurunkan nyeri beraktivitas dan kekakuan sendi pada hari ke-7 dan hari ke-14. Namun, tidak efektif dalam menurunkan nyeri bangun pagi pada hari ke-14. Selisih nilai perubahan nyeri bangun pagi antara kedua kelompok secara signifikan menunjukkan ada efektivitas EVOO topikal dalam menurunkan nyeri dibandingkan placebo pada hari ke-14 (p 0,0002). EVOO topikal menunjukan sedikit lebih berefek dalam menurunkan nyeri beraktivitas dan kekakuan sendi pada hari ke-7 dan hari ke-14 dibandingkan placebo. Hasil ini menunjukkan bahwa EVOO topikal efektif secara bertahap menurunkan nyeri dan kekakuan sendi pada OA lutut. Oleh karena itu, EVOO topikal direkomendasikan sebagai terapi komplementer yang aman tanpa efek samping pada pasien OA lutut

Joint pain and stiffness are the main symptoms in knee osteoarthritis (OA) patients. In order to avoid side effect, complementary and alternative therapies are needed to ease joint pain and stiffness. This study aims to identify the effectiveness of topical Extra Virgin Olive Oil (EVOO) against joint pain and stiffness in knee OA patients at St Carolus Hospital Jakarta. The research design uses quasi-experimental using pre-test and post-test. The total sample consisted of 15 respondents in each intervention group (topical EVOO) and control group (placebo) with consecutive sampling techniques. Statistical tests are carried out using parametric tests and non-parametric tests compliant to the results of normality tests. The results reveal there is an effectivity of topical EVOO in reducing the initial pain when waking up in the morning on the 7th day (p 0.001) and the 14th day (p 0.000), the highest pain (activity) occurs on the 7th day of smearing (p 0.022) and the 14th day (p 0.004), as well as reducing joint stiffness on the 14th day of smearing (p 0.040). Placebo also has the highest effectiveness in lowering pain during activities and joint stiffness on the 7th and 14th day of smearing. However, it is not effective in lowering the early pain when waking up early on the 14th day of smearing. When the value differences of pain during waking up in the morning are compared between two groups, it is revealed that topical EVOO is effective effectiveness in reducing the early pain compared to placebo on the 14th day of smearing (p 0.0002). In contrary with placebo, topical EVOO reveals slight effect in reducing the highest pain (activity) and joint stiffness on the 7th and day 14th day of smearing. The results of this study have shown that topical EVOO is effective in gradually lowering joint pain and stiffness in knee OA patients. Therefore, topical EVOO is recommended as a complementary therapy and safer alternative without side effects in knee OA patients"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jun Absa B.
"Pendahuluan : Osteoarthrtis (OA) dideskripsikan sebagai sebuah proses degrasi matriks kartilago yang diikuti dengan ketidakefektifan usaha tubuh dalam memperbaiki. Hilangnya elastisitas pada kartilago dapat menyebabkan hilangnya kemampuan menahan air pada penggunaan beban yang berat. Aktivitas yang terbatas, interaksi sosial yang terbatas, Perubahan lingkungan, dan disfungsi bangun tidur yang selalu menjadi masalah karena nyeri yang muncul. Manajemen nonfarmakologi berupa terapi exercises fisik atau olahraga sangat direkomendasi oleh garis panduan klinis sebagai terapi inti atau managemen utama intervensi pasien dengan Osteoartritis. Perangkat VR salah satu metode pengendalian nyeri yang semakin pepuler. Virtual Reality (VR) adalah perangkat multimedia tiga dimensi yang memungkinkan pengguna untuk terlibat secara aktif di ruang virtual. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian terapi stretching exercise dengan media VR terhadap penurunan Skala Nyeri yang disertai kekakuan pada penderita Osteoarthritis (OA) lutut. Metode : Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen pretest postest dengan randomized control group pre post test design. Sampel penelitian adalah pasien osteoartritis grade 1-3 dengan total 46 responden. Nyeri diukur menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), Kekakuan dengan Western Ontario dan McMaster University Arthritis Index (WOMEC) dan media Virtual Reality (VR) yang mengkombinasikan visual gerakan stretching exercises lutut. Hasil : Rerata skor nyeri pada kelompok intervensi menurun dari 5,39 menjadi 3,35 skor kekakuan pada kelompok intervensi menurun dari 6,91 menjadi 5,35. skor kekakuan pada kelompok intervensi menurun dari 6,91 menjadi 5,35. Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh yang signifikan intervensi stretching exercises melalui VR terhadap nyeri dan kekakuan (p=< 0.00; α < 0,05 ). Kesimpulan : Penalitian ini menunjukkan bahwa stretching exercises dengan menggunakan media VR memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri dan kekakuan pada pasien Osteoartritis lutut.

Introduction : Osteoarthritis (OA) is described as a process of degradation of the cartilage matrix followed by the ineffectiveness of the body's efforts to repair it. Loss of elasticity in cartilage can cause loss of water holding ability when using heavy loads. Limited activities, limited social interactions, environmental changes, and sleep-wake dysfunction are always problems because of the pain that appears. Non-pharmacological management in the form of physical exercises or sports therapy is highly recommended by clinical guidelines as core therapy or main intervention management for patients with osteoarthritis. VR devices are one method of pain control that is becoming increasingly popular. Virtual Reality (VR) is a three-dimensional multimedia device that allows users to actively engage in virtual spaces. Objective: This study aims to identify the effectiveness of providing stretching exercise therapy using VR media to reduce the pain scale accompanied by stiffness in sufferers of knee osteoarthritis (OA). Method : This research method is a quasi-experimental pretest posttest with a randomized control group pre-post test design. The research sample was osteoarthritis patients grade 1-3 with a total of 46 respondents. Pain was measured using the Numeric Rating Scale (NRS), Stiffness with the Western Ontario and McMaster University Arthritis Index (WOMEC) and Virtual Reality (VR) media which combines visual knee stretching exercises. Results: The mean pain score in the intervention group decreased from 5.39 to 3.35. The stiffness score in the intervention group decreased from 6.91 to 5.35. Stiffness scores in the intervention group decreased from 6.91 to 5.35. The statistical test results showed that there was a significant effect of stretching exercises intervention via VR on pain and stiffness (p=<0.00; α <0.05). Conclusion: This research shows that stretching exercises using VR media have a significant effect on reducing pain and stiffness in knee osteoarthritis patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusy Erawati
"Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang sering dijumpai dan salah satu penyebab disabititas serta nyeri. Osteoartritis banyak menyerang sendi penumpu berat badan seperti lutut, panggul dan tulang belakang. Prevalensi penyakit ini meningkat tajam pada usia lebih dan 55 tahun. Dan beberapa sendi penumpu berat badan, OA lutut paling sering dikeluhkan terutama pada wanita dan penderita obesitas. Pada suatu studi yang dilakukan oleh Mannoni dkk, prevalensi OA lutut di Italia diperkirakan 29,8%.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Cushnaghan dan Dieppe, dan seluruh gejala OA yang sirntomatik, 41,2% melibatkan sendi Iutut. Berdasarkan penelitian di Malang, diperkirakan masalah OA di Indonesia lebih besar jika dibandingkan negara barat. Lebih dari 85% penderita OA di Indonesia terganggu aktivitasnya terutama kesulit-in dalam jongkok, naik turun tangga dan berjalan. Pada suatu studi yang dilakukan oleh Bristol, menyatakan bahwa 15% subyek pada populasi yang berusia diatas 55 tahun terdapat keterbatasan aktivitas karena nyeri lutut yang terjadi hampir setiap hari dalam satu bulan selama satu tahun terakhir.
Konsep inflamasi sebagai salah satu patogenesis OA akhir-akhir ini banyak dibicarakan. Salah satu bukti yang mendukung konsep tersebut adalah ditemukannya peningkatan protein fase akut seperti C-Reactive Protein (CRP) serum penderita OA pada penelitian Spector dkk. Pada penelitian Kertia dkk ditemukan peningkatan jumiah lekosit, peningkatan ringan kadar protein, viskositas yang turun serta peningkatan berbagai mediator proinflamasi pada penderita OA. Ditemukannya ekspresi sitokin pada membran sinovial pasien OA lutut membuktikan peranan inflamasi pada patogenesis OA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Wati Astri Arifin
"Latar Belakang: Osteoartritis (OA) lutut seringkali menyebabkan disabilitas akibat nyeri dan penurunan kemampuan fungsional berjalan. Low Level Laser Therapy (LLLT) dan High Intensity Laser Therapy (HILT) telah terbukti mampu menurunkan nyeri dan kemampuan fungsional pada OA lutut, namun hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang membandingkan kedua modalitas tersebut.
Tujuan: Mengetahui perbedaan efek LLLT dan HILT terhadap derajat nyeri dan kemampuan fungsional pasien OA lutut.
Metode: Studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol tersamar ganda yang melibatkan 61 subjek yang diacak ke dalam kelompok LLLT (n=31) dan HILT (n=30). Subjek adalah pasien OA lutut di Poliklinik Muskuloskeletal Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan VAS ≥ 4 dan mampu berjalan 15 meter. Terapi laser diberikan 3 kali seminggu selama 2 minggu. Derajat nyeri dinilai dengan VAS dan kemampuan fungsional dinilai dengan uji jalan 15 meter.
Hasil: Setelah 6 kali terapi, didapatkan penurunan VAS kelompok LLLT dan HILT sebesar 3 (2 – 4) dan 3 (2 – 5) serta peningkatan kecepatan berjalan sebesar 0,23
(0,02 – 1,24) meter/detik dan 0,22 (0,08 – 0,7) meter/detik) yang bermakna secara statistik (p<0,001) maupun secara klinis. Pada perbandingan antar kelompok didapatkan kelompok HILT mengalami penurunan VAS yang lebih cepat dan lebih besar dibanding kelompok LLLT (p<0.001), namun tidak didapatkan perbedaan perubahan kecepatan berjalan yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,655).
Simpulan: Pemberian HILT pada pasien OA lutut mampu menurunkan derajat nyeri dengan lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan pemberian LLLT.

Background: Osteoarthritis (OA) of the knee causes disability due to pain and decreased functional ability to walk. The degree of pain will affect the functional ability to walk. Low Level Laser Therapy (LLLT) has been shown to reduce pain in knee OA, while High Intensity Laser Therapy (HILT) is able to reach deeper joint areas.
Aim: To compare the differences of LLLT and HILT on pain and functional capacity knee OA.
Methods: This is a double-blind randomized controlled trial with 61 subjects randomized into LLLT (n=31) and HILT (n=30) groups . Subject was knee OA patient with VAS ≥ 4 in Muskuloskeletal Polyclinic of Medical Rehabilitation RSUPN Cipto Mangunkusumo. Laser therapy was given 3 times per week for 2 weeks. Pain measured with VAS and functional capacity evaluated with 50-feet walk test.
Result: After 6 therapy sessions, both LLLT and HILT group showed reduced VAS score [LLLT = 3 (2 – 4), HILT = 3 (2 – 5)] and increased walking speed (LLLT =
0.23 (0.02 – 1.24) m/s, HILT = 0.22 (0.08 – 0.7) m/s) which was statistically (p<0.001) and clinically significant. HILT group had faster and greater VAS reduction compared to LLLT group (p<0.001), but there was no significant difference in walking speed between the two groups (p=0.655).
Conclusion: HILT and LLLT combined with exercise were effective in reducing pain and increasing functional capacity in knee OA patient after 6 sessions of treatment. Pain improvement was faster and greater in HILT group than LLLT group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andwi Setiawan Kokok
"Tesis ini disusun untuk menilai perbedaan skor nyeri (VAS), fleksibilitas (LGS), kemampuan fungsional (WOMAC) dan ketebalan ligamen kolateral medial pada pasien osteoarthritis lutut sebelum dan sesudah mendapatkan Shock Wave Therapy. Penelitian ini menggunakan desain pre-post. Subjek penelitian adalah pasien OA lutut berusia 50 hingga 70 tahun dengan derajat Kellgren-Lawrence 2-3 dan cedera MCL derajat 1 (ketebalan MCL lebih dari 5,6 mm), skor nyeri sedang (31 – 69 mm), dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah menandatangani lembar persetujuan penelitian setelah mendapat penjelasan. Semua subjek penelitian (n=14) dievaluasi terkait nilai dasar skor nyeri, lingkup gerak sendi, kemampuan fungsional, dan ketebalan MCL. Selama penelitian didapatkan dropout sebanyak 2 subjek (n=12). Terapi SWT diberikan sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu, masing-masing sesi mendapatkan 4000 shock dengan intensitas 1,5 – 4 Bar yang dinaikkan secara bertahap. Terapi SWT dilakukan dengan subjek berada pada posisi berbaring terlentang, lutut ditekuk 90o, tanpa pemberian analgesik topikal. Penilaian Kembali dilakukan pada minggu ke-4 dan ke-8 dan didapatkan perbedaan skor nyeri yang bermakna dari 51,09+13,81 menjadi 29,33+19,95 (p < 0,001), perbedaan skor WOMAC yang bermakna dari 37,5+16,61 menjadi 29,17+16,58 (p = 0,007), perbedaan ketebalan MCL yang bermakna dari 7,73+1,59 mm menjadi 6,8+1,75 (p = 0,01), dan perbedaan yang tidak bermakna pada fleksibilitas (p = 0,317). Kesimpulan penelitian ini adalah karakteristik umum pasien OA lutut di RSUPNCM memiliki rerata usia 59 tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan derajat KL 3, terdapat perbedaan bermakna pada skor nyeri, kemampuan fungsional, dan ketebalan MCL yang bermakna sesudah mendapatkan terapi ESWT, tidak terdapat perbedaan bermakna pada fleksibilitas sesudah mendapatkan terapi ESWT.

This thesis was aimed to measure changes in pain score (VAS), flexibility (ROM), functional score (WOMAC), and medial collateral ligament size in knee osteoarthritis patient before and after getting Shock Wave Therapy. The design is pre-post design. The subjects were knee OA patient, ages range from 50 – 70 years old, with Kellgren-Lawrence grade 2-3 and grade 1 MCL sprain (MCL size is more than 5,6 mm), moderate pain score (31 – 69 mm), willing to participate in this study and has signed the informed consent after getting thorough explanation about the study. All subjects (n=14) were evaluated regarding baseline pain score, ROM, functional score, and MCL size. During this research 2 subjects dropped out (n-=12). Shock Wave Therapy was given 3 times with 1-week interval. All subjects were given 4000 shocks with intensity 1,5 – 4 Bar (raised gradually) each session. The therapy were given in supine position, knee flexed 90o, without topical anesthetic. Re-evaluation were done in week 4 and week 8, and were found significant difference in pain score from 51,09+13,81 to 29,33+19,95 (p < 0.001), significant difference in WOMAC score from 37,5+16,61 to 29,17+16,58 (p = 0.007), significant difference in MCL size from 7,73+1,59 mm to 6,8+1,75 (p = 0.01). No significant difference was found in knee ROM (p = 0.317). The conclusions of this study are typical characteristic of knee OA in RSUPNCM has average age 59 years old, female, and KL grade 3, and significant difference in pain score, functional score, and MCL size after getting SWT treatment, no significant difference in knee ROM after getting SWT treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimatus Zahroh
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektivitas penggunaan elastic taping terhadap intensitas nyeri, kekuatan otot quadriceps dan status fungsi lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut. Penelitian menggunakan desain uji eksperimental Randomized Control Trial. Subjek penelitian merupakan pasien overweight dan obesitas dengan osteoarthritis lutut, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Semua subjek dari kedua kelompok mendapatkan latihan standar berupa latihan aerobik dengan ergocycle, latihan penguatan otot quadriceps dan hamstring dengan NK table dan latihan keseimbangan dengan balance board sesuai dengan prosedur di Poliklinik Obesitas Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta yang dilakukan 2x/minggu selama 2 minggu. Kelompok perlakuan mendapatkan pemasangan 3 elastic taping dengan tarikan 40- 50%, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pemasangan elastic taping dengan arah pemasangan yang sama namun tanpa penarikan. Pemasangan elastic taping dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 2 minggu. Hasil keluaran penelitian ini berupa intensitas nyeri berdasarkan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps yang diukur menggunakan handheld dynamometer serta penilaian kuesioner KOOS pada sebelum, setelah 1 minggu dan setelah 2 minggu pemasangan elastic taping. Analisis statistik dilakukan untuk membandingkan perubahan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps dan nilai keusioner KOOS sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemasangan elastic taping sebagai terapi tambahan efektif dalam menurunkan nilai VAS, meningkatkan kekuatan otot quadriceps, dan nilai kuesioner KOOS pada pasien overweight dan obesitas dengan osteoartritis lutut setelah diberikan intervensi selama 2 minggu. Perbaikan nilai median VAS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar
3 (1-4) dan 2 (1-3) dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,008. Peningkatan rerata kekuatan otot quadriceps pada kelompok kontrol dan perlakuan masing- masing sebesar 3,44±0,71 kg dan 5,66±1,71 kg, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p< 0,001. Peningkatan rerata nilai kuesioner KOOS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar 12,92±3,51 dan 17,02±5,59, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p=0,023. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas elastic taping dalam jangka waktu yang lebih lama serta untuk membandingkan efektivitas aplikasi elastic taping pada otot quadriceps antara metode dua taping dengan tiga taping untuk melihat perbandingan penurunan intensitas nyeri.

This thesis was aimed to determine the effectiveness of elastic taping on pain intensity, quadriceps muscle strength and knee function status in obese patients with knee osteoarthritis. The study used an experimental randomized control trial design. The subjects were overweight and obese patients with knee osteoarthritis, which was divided into 2 groups: control and intervention groups. All subjects from both groups received standard exercises: aerobic exercise with ergocycle, quadriceps and hamstring muscle strengthening exercises with NK tables and balance exercises with balance board in accordance with procedures at the Obesity Polyclinic, Department of Medical Rehabilitation of RSCM Jakarta, which was conducted 2x/week for 2 weeks. The intervention group received an application of 3 elastic taping with 40-50% stretched, while the control group received an application of elastic taping with the same mounting direction but without stretching. Installation of elastic taping is done 3 times in 2 weeks. The results of this study include pain intensity based on VAS values, quadriceps muscle strength measured using a handheld dynamometer and KOOS questionnaire assessment before, after 1 week and after 2 weeks of elastic taping application. Statistical analysis was performed to compare changes in VAS values, quadriceps muscle strength and KOOS questionnaire values after the intervention in the control and intervention groups. The results stated that the application of elastic taping as an adjunct therapy was effective in reducing the value of VAS, increasing quadriceps muscle strength, and the value of the KOOS questionnaire in overweight and obese patients with knee osteoarthritis after 2 weeks of intervention. Improvements to the median VAS values in the control and intervention groups were 3 (1-4) and 2 (1-3), respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.008. The mean increase in quadriceps muscle strength in the control and intervention groups was 3.44
± 0.71 kg and 5.66 ± 1.71 kg, respectively, and a significant difference was obtained with p value <0.001. The increase in the average value of the KOOS questionnaire in the control and intervention groups was 12.92 ± 3.51 and 17.02 ± 5.59, respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.023. Further research is needed to assess the effectiveness of elastic taping over a longer period of time and to compare the effectiveness of the application of elastic taping in the quadriceps muscle between the two taping and three taping methods to see a comparison of the decrease in pain intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Notario Haryanto Putro
"ABSTRAK
Osteoarthritis (OA) adalah kelainan sendi lutut degeneratif tersering. Artroplasti distraksi adalah sebuah alternatif tata laksana OA. Penelitian dilakukan pada 32 lutut kambing diinduksi secara mekanis menjadi OA dengan menisektomi lateral. Dalam penelitian 6 kambing mati. Arthroplasti distraksi dilaksanakan pada 10 lutut selama 4 minggu, dan 10 lutut kontralateral dibiarkan, kemudian diperiksa anatomi dan histopatologinya. Terdapat perburukan anatomis dan histopatologis pada lutut yang diberikan perlakuan. Perbandingan anatomis menggunakan staging ICRS berbeda bermakna (p <0,002) dan histopatologis menggunakan scoring OARSI berbeda bermakna (p<0,002). Arthroplasti distraksi masih memerlukan penelitian lebih lanjut pada hewan coba sebelum dapat diterapkan ke uji klinis kepada manusia.

ABSTRACT
Osteoarthritis (OA) is the most common knee degenerative disease. Distraction arthroplasty is a an alternatif for OA management. On this study 32 goat stiffle joints were mechanically induced to OA by lateral meniscectomy. During research 6 goats were deceased. Distraction arthroplasty was performed on 10 joints for 4 weeks, contralateral knees left untreated. Cartilage were anatomically and histopathologically examined. There was worsening on treated joints. The anatomical difference assessed using ICRS stage was significant (p<0,002) and the histopathological difference assessed using OARSI scoring was significant (p<0,002). Therefore distraction arthroplasty requires more animal research before human studies."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heka Priyamurti
"ABSTRAK
Penelitian osteoarthritis (OA) memerlukan model hewan karena progresifitas penyakit yang lambat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan metode induksi injeksi papain 5% intraartikular dengan menisektomi pada lutut kambing kacang sebagai model OA. Sembilan kambing menjadi subjek, satu ekor sebagai kontrol, grup papain dan menisektomi masing-masing empat ekor. Evaluasi dengan penilaian radiologis, makroskopis dan histologis. Penilaian makroskopis menunjukkan hasil tidak bermakna secara statistik tetapi penilaian menisektomi menunjukkan kerusakan pada kartilago dengan derajat yang lebih tinggi baik makroskopis maupun histologis.

ABSTRACT
Researches on osteoarthritis need animal model because slow progression of the disease. The aim of this study is to compare induction methods of papain 5% intraarticular injection and meniscectomy in Javanesse goat’s stiffle joints as animal model. Nine goats were involved in this study, one goat as control, four goats in papain and meniscectomy group each. Evaluation using radiologic, macroscopic and histologic scoring. Macroscopic scoring showed unsignificant finding statistically, but meniscectomy showed higher score of cartilage damage clinically and statistically."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Gunawan
"Tujuan : Mencari asosiasi gambaran abnormalitas jaringan dari magnetic resonance imaging (MRI) pada berbagai status fungsional Minis yang berbeda.
Bahan dan cara: Status fungsional klinis dinilai dengan Lequesne Indeks dan foto polos dinilai berdasarkan Kellgren-Lawrence pada 40 pasien. Gambaran pada MRI pada lesi di meniskus, lesi kartilago, efusi sendi dan kelainan pada ligamentum.
Hasil: Satu pasien dengan skor KL I, 8 pasien dengan skor KL 2, 15 pasien dengan skor KL 3 dan 16 pasien dengan skor KL 4. Efusi sendi ditemukan pada 38140 (95%), Minis berdasarkan Lequesne Indeks grade ringan-sedang terdapat ruptur meniskus grade 2 (3), grade3-4(3), grade berat grade 0-1(1), grade 2(3) dan grade 3-4(16) pada grade amat berat dan amat sangat berat grade 3-4(14). Sedangkan lesi kartilago yang ditemukan pada grade ringansedang yaitu grade 0-1 (3), grade 3 (3) sedangkan Minis berat grade 0-1 (3), grade 2 (3) dan grade 3(14). Pada grade sangat berat dan arnat sangat berat ditemukan grade 0-1 (7), grade 2 (5) dan grade 3 (28).
Kesimpulan: Lesi pada meniskus, lesi kartilago dan efusi sendi sering ditemukan pada pemeriksaan MRI pada pasien osteoarthritis lutut. Efusi sendi ditemukan pada sebagian besar pasien osteoarthritis lutut pada gambaran MRI lutut tetapi tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan tingkatan status fungsional Minis yang terjadi. Lesi kartilago pada gambaran MRI mempunyai asosiasi dengan status fungsional klinis, sedangkan pada ruptur meniskus tampak ada kecenderungan makin berat Minis yang terjadi makin hebat ruptur meniskus yang terjadi pada lutut.

Objective: To correlate varying degrees function in patients with derent stage of osteoarthritis with the degree of abnormality assessed on magnetic resonance imaging.
Materials and methods: Varying degrees of osteoarthritis of the knee were assessed by using Lequesne index and radiographs in 40 patients assessed by Kellgren-Lawrence (KL) score. MR image were analyzed for meniscal lesions, cartilage lesions, knees effusions and ligamentous.
Result: One knee with a KL score of 1, 8 knees with a KL score of 2, 15 knees with a KL score of 3 and 16 knees with a KL score of . Knee effuions was fended 38/40(95%). Clinical finding with Lequesne index at mild-moderate state, meniscal rupture grade 2 (3), grade3-4 (3), grade severe state meniscal rupture grade 0-1 (1), grade 2 (3) dan grade 3-4 (16) and at extreme state meniscal rupture grade 3-4(14). Cartilago lesions at mild-moderate state, cartilago lesions grade 0-1 (3), grade 3 (3) and at severe state cartilago lesions grade 0-1 (3), grade 2 (3) dan grade 3(14). At extreme state, kartilago lesions grade 0-1 (7), grade 2 (5) dan grade 3 (28).
Conclusion: Meniscal lesions, cartilago lesions, and knee effusions were frequently demonstrated on magnetic resonance imaging in patients with knee osteoarthritis. Knee effusions wasfnded in most of the patients with knee osteoarthritis that have undergone knee MRI but there are no significant correlations with different clinical stage osteoarthritis. Cartilago lesion showed significant correlations with different clinical stage of osteoarthritis. Meniscal rupture showed tendentiously correlations with different clinical stage of knee osteoarthrosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matrahman
"Nyeri merupakan gejala utama pada pasien dengan Osteoartritis OA , dan berdampak terhadap gangguan fungsional serta penurunan kualitas hidup. Latihan isometrik kuadrisep dan Jalan kaki dapat menjadi alternatif latihan pada pasien OA lutut untuk mengurangi keluhan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan efektifitas jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep terhadap nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien dengan osteoartritis lutut. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan non equivalent control group before - after. Jumlah sampel terdiri dari 17 responden pada masing-masing kelompok dengan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan jalan kaki efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi pasien OA lutut p 0.000. Latihan isometrik kuadrisep efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut pasien OA lutut p 0.000. Namun setelah dibandingkan kedua latihan tersebut menunjukkan bahwa latihan jalan kaki tidak lebih efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut daripada latihan isometrik kuadrisep pada pasien OA lutut p 0.000. Perlu dibuat protap latihan jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep yang terprogram. Pasien dengan obesitas dan derajat OA sedang bisa diarahkan dengan pilihan latihan isometrik kuadrisep. Sedangkan pasien dengan berat badan normal atau indeks masa tubuh kurang dan OA derajat ringan, bisa diarahkan pada latihan jalan kaki, serta pemberian edukasi gaya hidup agar kualitas hidup menjadi lebih baik.

Pain is known as the main symptom of Osteoarthritis OA which affect on the functional impairment and patient rsquo s quality of life. Alternatively, isometric quadriceps exercise and walking exercise could be employed to reduce the pain among knee OA patients. This study aimed to identify the comparison between walking exercise and isometric quadriceps exercise on pain and joint range of motion in knee osteoarthritis patients. This research was used quasi experimental with non equivalent control group before - after design. The experimental and control group, involved 17 respondents respectively with consecutive sampling technique.
The results showed the walking exercise is significantly reduce pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Similarly, the isometric quadriceps exercise is significantly decrease pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Nevertheless, after being compared showed that walking exercise is no more effective reduce pain and increase knee flexion range of motion rather than isometric quadriceps exercise in knee osteoarthritis patients. A standard operational procedure for walking exercise and isometric quadriceps exercise is programmed. Patients with obesity and moderat OA can be directed by choice of isometric quadriceps exercises. While patients with normal weight or less body mass index and mild OA, can be directed to walking exercise, as well as providing lifestyle education for better quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T50974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>