Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19369 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadira A`Dila
"Asiatikosida adalah konstituen utama yang diisolasi dari Centella asiatica (L.) dan merupakan salah satu zat aktif yang banyak digunakan untuk mencegah penuaan kulit. Namun, asiatikosida memiliki masalah ketidakstabilan karena mudah teroksidasi dan terdegradasi. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas asiatikosida dalam sediaan kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan mikroemulsi asiatikosida sebagai sistem pembawa yang dapat meningkatkan stabilitas asiatikosida dan memfasilitasinya sebagai sediaan kosmetik. Pada penelitian ini, optimasi mikroemulsi asiatikosida dilakukan dengan memformulasikan mikroemulsi menggunakan isopropil miristat (sebagai fase minyak) dengan konsentrasi surfaktan (Tween 80) yang berbeda, yaitu F1 = 20%, F2 = 25%, dan F3 = 30%. Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan metode titrasi fase. Ketiga formula yang diproduksi dievaluasi dalam hal organoleptik, distribusi ukuran partikel, pH, bobot jenis, viskositas, rheologi dan tegangan permukaan, cycling test, sentrifugasi, uji stabilitas 6 minggu pada 5±3°C dan 30±2°C, serta uji penetapan kadar selama 5 minggu penyimpanan. Mikroemulsi jernih dihasilkan dari F2 dan F3, sedangkan F1 tampak keruh dan terjadi pemisahan fase. Uji penetapan kadar menunjukkan bahwa kadar asiatikosida selama 5 minggu dalam formula F1, F2 dan F3 berturut-turut adalah 65,25 ± 13,73%; 42,62 ± 15,72% dan 68,50 ± 5,94%. Dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi yang mengandung asiatikosida yaitu F2 dan F3 memenuhi persyaratan dan stabil secara fisik selama penyimpanan 6 minggu. Namun, belum dapat meningkatkan stabilitas kimia asiatikosida selama penyimpanan 5 minggu.

Asiaticoside is the main constituent isolated from Centella asiatica (L.), and is one of the active substances widely used to prevent skin aging. However, asiaticoside has instability problems because it is easily oxidized and degraded. This can affect the stability of asiaticoside in cosmetic preparations. The aim of this study was to obtain an asiaticoside-containing microemulsion as a carrier system that could increase the stability of asiaticoside and facilitate it as a cosmetic preparation. In this study, optimization of the asiaticoside-contiaining microemulsion was carried out by formulating the microemulsion using isopropyl myristate (as an oil phase) with different surfactant (Tween 80) concentrations, namely F1 = 20%, F2 = 25%, and F3 = 30%. The microemulsion was prepared by using the phase titration method. The three formulations manufactured were evaluated in terms of their organoleptic, particle size distribution, pH, mass density, viscosity, rheology and surface tension. Moreover, a cycling test, centrifugation method, 6-week stability test at 5±3°C and 30±2°C, and drug content assay during 5-week of storage were also conducted. Clear microemulsions were produced from F2 and F3, while F1 looked cloudy and phase separation occurred. The assay results showed that the asiaticoside levels for 5 weeks in F1, F2 and F3 were 65.25 ± 13.73%; 42.62 ± 15.72% and 68.50 ± 5.94%, respectively. It can be concluded that the asiaticoside microemulsions F2 and F3, meet the requirements and were physically stable during 6 weeks of storage. However, it has not been able to increase the chemical stability of asiaticoside during 5 weeks of storage.  "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati
"Paparan sinar UV yang berlebihan merupakan salah satu faktor ekstrinsik penyebab terjadinya penuaan dini, yaitu akibat terbentuknya radikal bebas dan Reactive Oxygen Species (ROS). Rubus fraxinifolius Poir. terutama pada bagian daunnya terbukti secara in vitro memiliki sifat antipenuaan dengan cara mencegah aktivitas enzim elastase. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kadar total fenol, kadar total flavonoid, aktivitas antioksidan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), FRAP (Ferri Reducing Antioxidant Power) dan ABTS (2,2'-azino-bis(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid) serta aktivitas penghambatan elastase dari ekstrak (hasil optimasi jenis daun dan optimasi metode ekstraksi) dan fraksi daun Rubus fraxinifolius, selanjutnya fraksi ter-aktif diformulasikan dalam sediaan gel. Penelitian diawali dengan optimasi jenis daun terlebih dahulu dengan cara ekstraksi terhadap daun tua dan daun muda secara Soxhlet, dan dievaluasi aktivitas antioksidan dan aktivitas penghambatan elastase. Selanjutnya dilakukan optimasi metode ekstraksi secara Soxhlet, Microwave Assisted Extraction (MAE) dan Ultrasound Assisted Extraction (UAE) kemudian dievaluasi aktivitas antioksidan dan aktivitas penghambatan elastase. Ekstrak teraktif selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan n-heksana, etil asetat, dan aquadest. Fraksi teraktif dilakukan pengujian antioksidan dan aktivitas penghambatan elastase, kemudian diidentifikasi menggunakan LC-MSMS. Berdasarkan hasil optimasi jenis daun, ekstrak daun tua memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dari daun muda dalam hal aktivitas antioksidan dan aktivitas penghambatan enzim elastase. Sedangkan hasil optimasi metode ekstraksi, UAE memberikan hasil terbaik untuk selanjutnya difraksinasi dan fraksi aquadest memberikan hasil terbaik aktivitas antioksidan dan aktivitas penghambatan enzim elastase. Formulasi gel fraksi aquadest dari metode ekstraksi secara UAE menunjukkan pada formula 1 dengan konsentrasi fraksi daun Rubus 3% memberikan hasil yang lebih baik dan stabil selama masa penyimpanan 12 minggu.

Excessive exposure to UV light is one of the extrinsic factors that causes premature aging, which is due to the formation of free radicals and Reactive Oxygen Species (ROS). Rubus fraxinifolius Poir. especially in the leaves have antiaging in vitro properties by preventing the activity of elastase enzyme. The purpose of this study was to analyze total phenol levels, total flavonoid levels, antioxidant activity of DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazyl), FRAP (Ferri Reducing Antioxidant Power) and ABTS (2,2'-azino-bis(3- ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid) also elastase inhibitory activity of the extract (from optimizing leaf types and optimizing extraction methods) and Rubus fraxinifolius leaf fractions, then the most active fractions are formulated in Gel preparations. The research begins with optimizing leaf types first, by extraction old leaves and young leaves used Soxhlet method, and evaluated their antioxidant activity and elastase inhibition activity. Furthermore, optimization of extraction methods (Soxhlet, Microwave Assisted Extraction/ MAE and Ultrasound Assisted Extraction/ UAE) was carried out and then evaluated antioxidant activity and elastase inhibitory activity. Active extract then fractionated with n-hexane, ethyl acetate, and aquadest. The most active fraction was tested for antioxidant and elastase inhibitory activity, then identified using LC-MSMS. Based on the optimization of leaf types, old leaf extract has better performance than young leaves in terms of antioxidant activity and elastase enzyme inhibitory activity. While the optimization results of extraction method UAE gave the best results. Fractionation process gave aquadest fraction the best results for antioxidant activity and elastase enzyme inhibitory activity. The gel formulation of the aquadest fraction from the UAE extraction method showed that formula 1 with a concentration of 3% Rubus leaf fraction gave better and more stable results during a storage period of 12 weeks."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Danastri
"ABSTRACT
Biji markisa ungu (Passiflora edulis) diketahui mengandung polifenol yang dapat mengatasi tanda penuaan. Kandungan polifenol biji markisa ungu diekstraksi menggunakan etanol 80%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula masker mata hidrogel dengan kestabilan dan karakteristik fisik yang baik. Masker mata hidrogel yang mengandung ekstrak biji markisa ungu 0,1% diformulasikan dengan alginat 3% dan xanthan gum 0,5%, selanjutnya dibiarkan dalam larutan kalsium klorida 0,5% selama 60 menit. Kestabilan dan karakteristik fisik masker mata hidrogel dievaluasi melalui pengamatan organoleptis, daya mengembang, konsistensi, kekuatan peregangan, dan persen elongasi. Hasil evaluasi menunjukkan masker mata hidrogel tidak mengalami perubahan organoleptis selama 12 minggu dan memiliki kemampuan menahan air yang baik. Selain itu, masker mata hidrogel memiliki kekuatan peregangan sebesar 4,0823 ± 0,6879 kgf/cm2 dan persen elongasi sebesar 200%. Masker mata hidrogel yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki karakteristik dan stabilitas fisik yang baik sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai sediaan perawatan kulit nutrakosmesetika.

ABSTRACT
Purple passion fruit (Passiflora edulis) seed had known containing polyphenol which could prevent aging. Polyphenol content were extracted using 80% ethanol. The aim of this research was to obtain a hydrogel eye patch formula with good physical characteristic and stability. Hydrogel eye mask which contains 0.1% purple pasion fruit seeds extract was formulated with 3% alginate, 0.5% xanthan gum, and immersed at 0.5% calcium chloride solution for 60 minutes. Hydrogel eye mask physical characteristic and stability was evaluated by organoleptic observation, swelling index, consistency, tensile stregth, and elongation rate. The results showed that hydrogel eye mask was stable in colour and odour for 12 weeks and showed a good water holding capacity. In addition, hydrogel eye mask had tensile strength at 4.0823 ± 0.6879 kgf/cm2 and elongation rate at 200%. This research demonstrated that hydrogel eye mask formula has good physical characteristic and stability. Thus, it had potential to be used as nutracosmeceutical skin care product."
2014
S55278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofiyah Fatin Afifah
"N-acetylcysteine ​​adalah antioksidan yang mengandung gugus thiol / sulfhydryl dan saat ini sedang dikembangkan sebagai bahan aktif dalam krim anti-penuaan. N-asetilsistein tidak stabil karena mudah teroksidasi. Salah satu strategi untuk menjaga stabilitas N-acetylcysteine ​​adalah diformulasikan menggunakan transferome sebagai sistem pembawa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan stabilitas dan aktivitas antioksidan dari N-acetylcysteine ​​dalam krim anti-penuaan yang diformulasikan dengan sistem pembawa yang berpindah-pindah dan yang tidak. Formulasi transferome optimal yang digunakan memiliki rasio fosfatidilkolin dan tween 80 (90:10). Stabilitas fisik diuji dengan tes bersepeda dan tes sentrifugal, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kedua krim stabil secara fisik. Stabilitas kimia diperoleh dari hasil penentuan zat aktif yang tersisa dalam uji stabilitas dipercepat pada kondisi 40oC dan kelembaban relatif 70% yang dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography detektor UV-Vis pada kondisi analisis optimal dan valid menggunakan kolom C18 , panjang gelombang maksimum 214 nm, laju aliran 1,0 mL / menit, volume injeksi 5 μL, dan larutan buffer fosfat fase seluler pH 3,0. Hasil uji stabilitas dipercepat menunjukkan bahwa jumlah rata-rata N-asetilsistein yang tersisa dalam krim transferom adalah 82,92%, sedangkan krim non-transferom adalah 48,47%. Uji aktivitas antioksidan yang telah dilakukan membuktikan bahwa N-acetylcysteine ​​yang terkandung dalam sediaan krim memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena memiliki IC50 26,90 μg / mL dan 38,63 μg / mL. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan bahwa formulasi transferom dalam sediaan krim dapat meningkatkan tingkat penetrasi N-acetylcysteine ​​dalam krim anti-penuaan yang 845,67 μg.cm-2.jam

N-acetylcysteine ​​is an antioxidant that contains a thiol / sulfhydryl group and is currently being developed as an active ingredient in anti-aging creams. N-acetylcysteine ​​is unstable because it is easily oxidized. One strategy to maintain the stability of N-acetylcysteine ​​is formulated using transferome as a carrier system. This study aims to compare the stability and antioxidant activity of N-acetylcysteine ​​in anti-aging creams formulated with mobile carrier systems and those that do not. The optimal transferome formulation used has a ratio of phosphatidylcholine and tween 80 (90:10). Physical stability was tested with a cycling test and a centrifugal test, the results obtained showed that both creams were physically stable. Chemical stability was obtained from the results of determining the remaining active substances in the accelerated stability test at 40oC and 70% relative humidity analyzed using High Performance Liquid Chromatography UV-Vis detector under optimal and valid analysis conditions using column C18, maximum wavelength 214 nm, rate flow of 1.0 mL / min, 5 μL injection volume, and cellular phase phosphate buffer solution pH 3.0. Accelerated stability test results showed that the average amount of N-acetylcysteine ​​remaining in transferom cream was 82.92%, while non-transferom cream was 48.47%. Antioxidant activity tests that have been carried out prove that N-acetylcysteine ​​contained in cream preparations has strong antioxidant activity because it has IC50 26.90 μg / mL and 38.63 μg / mL. In vitro penetration test results show that the transferom formulation in cream preparations can increase the penetration rate of N-acetylcysteine ​​in anti-aging creams which is 845.67 μg.cm-2.hours."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Mumtaza Hadi
"Salah satu upaya untuk mengatasi penuaan kulit adalah dengan antioksidan yang dapat menangkal Reactive Oxygen Species (ROS) penyebab kerutan kulit. Salah satu sumber alami antioksidan adalah dari mikroalga Spirulina sp. Spirulina sp. mengandung senyawa berbagai antioksidan, salah satunya pigmen biru fikosianin sekitar 20% berat keringnya. Ekstraksi antioksidan Spirulina sp. dapat diaplikasikan dalam kosmetika berbentuk esens yang dapat digunakan dalam bentuk patch. Ekstraksi dilakukan dengan metode ultrasonikasi dengan variasi jenis pelarut air dan etanol, lalu durasi sonikasi selama 15 menit, 30 menit, dan 45 menit, identifikasi jenis antioksidan, analisis senyawa fikosianin ekstrak Spirulina sp. dan pembuatan formulasi esens, uji aktivitas antioksidan dengan DPPH, dan uji fisik (pH, viskositas, dan organoleptik selama 4 minggu). Waktu sonikasi terbaik untuk menghasilkan fikosainin dihasilkan selama 15 menit pada suhu 30°C menggunakan pelarut air yaitu 15,55mg/g pada ekstrak Spirulina sp., 9,20mg/g pada formulasi esens, dengan uji aktivitas antioksidan IC50 sebesar 64,5. Pada uji fisik dihasilkan hasil yang stabil yaitu pH antara 5,0-5,9, viskositas 0,7-1,4 dPa.s, berwarna hijau tua, berbau khas alga, tekstur cair tidak lengket, dan homogen.

One effort to overcome skin aging is with antioxidants that can counteract the Reactive Oxygen Species (ROS) that cause skin wrinkles. One natural source of antioxidants is from the microalgae Spirulina sp. Spirulina sp. contains various antioxidant compounds, one of which is the blue pigment phycocyanin about 20% dry weight. Antioxidant extraction of Spirulina sp. can be applied in cosmetics in the form of essences that can be used in patches. Extraction was carried out by ultrasonication with variations in the type of water and ethanol solvent, then the duration of sonication for 15 minutes, 30 minutes, and 45 minutes, identification of antioxidant types, analysis of phycocyanin compounds Spirulina sp. and making essence formulations, antioxidant activity tests with DPPH, and physical tests (pH, viscosity, and organoleptics for 4 weeks). The best sonication time to produce phycocyanin was produced for 15 minutes at 30°C with a water solvent of 15.55 mg/g in Spirulina sp. Extract, 9.20 mg/g in the essence formulation, with an IC50 antioxidant activity test of 64.5. On physical tests, stable results were obtained, ie pH between 5.0-5.9, viscosity of 0.7-1.4 dPa.s, dark green, characteristic of algae, non-sticky liquid texture, and homogeneous."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dearesti Jodistia Rakanita
"Penelitian dalam skripsi ini dilakukan terhadap iklan kosmetik produk anti-aging yang berasal dari dua merek terkemuka di dunia yaitu L'ORÉAL dan NIVEA. Adapun metode penelitian yang ditempuh untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam menganalisis iklan dan pesan yang terkandung dalam iklan, digunakan teori representasi dan identitas Stuart Hall dengan pendekatan mitos kecantikan oleh Naomi Wolf untuk memahami wacana konstruksi kecantikan serta ideologi apa yang bekerja di dalamnya. Potret mengenai perempuan dalam iklan tidak mewakili bagaimana perempuan yang "sebenarnya" melainkan bagaimana perempuan "seharusnya". Ideologi yang ingin ditanamkan dalam iklan ini adalah ideologi patriarki. Perempuan dituntut untuk tampil cantik dan menarik demi diakui feminitasnya oleh laki-laki, dalam hal ini digambarkan dengan memiliki kulit yang mulus, kencang dan awet muda.

The research in this thesis used anti-aging cosmetic ads from two major cosmetic brands LOREAL and NIVEA as it corpus. The research method used to answer the problems in this thesis is qualitative descriptive method. In analyzing the ads and the meaning that wants to be conveyed in the ads, I use the representation and identity theory by Stuart Hall, in addition to the beauty myth approach by Naomi Wolf, in order to understand the discourse of the construction of beauty that is inverted in the ads. The image about women in the ads is not represent how women really "are", but how women "should be". The patriachal ideology that wants to be conveyed through the ads, is for women to look pretty and attractive to be admitted their feminity by men, specifically in having smooth and young skin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1659
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fissilmi Khansa
"Mikroalga Nannochloropsis sp. memiliki kandungan biomassa bervariasi, salah satunya protein. Hidrolisis protein menghasilkan peptida dan asam amino sehingga meningkatkan bioaktivitas dari protein. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan protein hidrolisat dari mikroalga Nannochloropsis sp. serta mengetahui keamanan dan efektivitasnya sebagai produk kosmetik anti-aging. Protein hidrolisat mikroalga Nannochloropsis sp. (PHMN) diperoleh dari proses hidrolisis menggunakan enzim alkalase. PHMN dievaluasi perolehan rendemen, derajat hidrolisis, kandungan proksimat, asam amino serta aktivitas anti-elastasenya. PHMN diformulasikan menjadi sediaan emulgel, kemudian dievaluasi sifat fisikokimia dan stabilitasnya. Uji keamanan produk kosmetik PHMN dilakukan dan efektivitas produk kosmetik PHMN sebagai anti-aging dievaluasi dengan mengukur serat kolagen, elastisitas, dan kelembaban kulit relawan. Protein hidrolisat yang diperoleh memiliki nilai rendemen sebesar 25,77%±3,16% (b/b), derajat hidrolisis sebesar 36,73%, dan mengandung asam amino yang didominasi oleh asam glutamat, asam aspartat, dan leusin. Nilai konsentrasi penghambatan setengah maksimal (IC50) PHMN sebagai anti-elastase yaitu 244,43 mg/mL. Produk kosmetik PHMN menunjukkan stabilitas yang baik yaitu homogen dan kadar yang stabil setelah 24 minggu. Penggunaan produk kosmetik PHMN tidak menyebabkan iritasi dan meningkatkan serat kolagen, elastisitas, dan kelembaban kulit setelah 28 hari. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa diperoleh protein hidrolisat dari mikroalga Nannochloropsis sp. serta produk kosmetik PHMN memiliki karakteristik yang baik, aman, dan efektif sebagai anti-aging

Microalgae Nannochloropsis sp. contain various biomass composition including protein. Protein hydrolysis generate peptide and amino acids so that protein bioactivity improves. The purpose of study was to obtain protein hydrolysate from Nannochloropsis sp. microalgae, also assess its safety and efficacy as anti-aging cosmetic product. Nannochloropsis sp. protein hydrolysate (NPH) was obtained from microalgae through enzymatic hydrolysis using alcalase enzyme and characterized for yield, degree of hydrolysis (DH), proximate content, amino acids composition, and anti-elastase activity. NPH was formulated as emulgel, then evaluated for physical characteristics and stability. NPH cosmetic product was evaluated for safety and efficacy as anti-aging by measuring collagen fibers, elasticity, and moisture in volunteers. NPH was obtained with yield of 25.77±3.16% (w/w), DH value of 36.73%, and amino acids dominated by glutamic acid, aspartic acid, and leucin. Half-maximum inhibitory concentration (IC50) value as anti-elastase was 244.43 µg/mL. NPH cosmetic product showed good stability which homogenous and had stable protein content after 24 weeks storage. NPH cosmetic product usage did not cause skin irritation and increased collagen fiber, elasticity and moisture after 28 days. In conclusion, protein hydrolysate was obtained from Nannochloropsis sp. microalgae and NPH cosmetic product had good characteristic, safe, and effective as anti-aging."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thia Amalia
"Daun senggani (Melastoma malabathricum L.) digunakan sebagai penyembuh luka secara empiris. Senyawa yang bertanggungjawab atas aktivitas farmakologi daun senggani adalah senyawa fenolik, flavonoid, dan glikosida. Senyawa fenolik dan flavonoid diketahui memiliki aktivitas anti-aging. Selain itu, senyawa flavonoid dan fenolik tidak stabil dan sulit terpenetrasi di kulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas anti-aging ekstrak daun senggani dan mendapatkan serum fitosom ekstrak daun senggani yang stabil dan memiliki penetrasi yang baik. Uji aktivitas anti-aging dilakukan secara in vitro terhadap dua enzim, yaitu elastase dan kolagenase. Tiga formula fitosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis berdasarkan perbandingan massa ekstrak dan fosfolipid. Fitosom dikarakterisasi berdasarkan morfologi, ukuran partikel dan zeta potensial, profil spektrum FTIR, dan efisiensi penjerapan.
Formula fitosom terpilih diformulasikan ke dalam sediaan serum, kemudian diuji stabilitas dan penetrasi secara in vitro dengan sel difusi Franz. Ekstrak daun senggani memiliki aktivitas anti-elastase (IC50 95,553 µg/mL) dan anti-kolagenase (62,933 µg/mL). Fitosom ekstrak daun senggani (F2, 1:1 b/b) memiliki bentuk sferis, Dv90 638,00±62,39 nm, PDI 0,503±0,05, zeta potensial (ZP) -38,3±1,6 mV, efisiensi penjerapan 92,22±0,31%. Spektrum IR membuktikan terjadinya kompleks antara ekstrak dan fosfolipid dalam fitosom. Serum fitosom tidak mengalami perubahan ukuran partikel, namun mengalami penurunan kadar kuersetin setelah 12 minggu penyimpanan pada suhu 25oC. Fluks serum fitosom adalah 0,56±0,01 µg/cm2/jam, sedangkan fluks serum ekstrak adalah 1,28±0,02 µg/cm2/jam. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun senggani berpotensi sebagai bahan kosmetik anti-aging, fitosom ekstrak daun senggani stabil pada suhu rendah, dan serum ekstrak terpenetrasi lebih baik dibandingkan dengan serum fitosom. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk lebih meningkatkan stabilitas dan penetrasi ekstrak daun senggani. 

Senggani leaves (Melastoma malabathricum L.) was used traditionally to treat wound because of flavonoids and phenolic compound. Flavonoid and phenolic compounds were known to have anti-aging activity. However, flavonoids and phenolic compounds were poor in stability and skin permeation. The aim of this study was to evaluate the anti-aging activity of the extracts, then formulate and evaluate serum dosage form containing senggani leaves extract-loaded phytosomes. Anti-aging activity was evaluated by in vitro elastase inhibitor and collagenase inhibitor. The extract was formulated into three formulations of phytosomes with thin layer method. The phytosomes were characterized in terms of particle morphology, particle size, zeta potential, profile spectra of FTIR, and entrapment efficiency. The selected phytosome formula was formulated into serum dosage form and evaluated its stability and in vitro penetration study using Franz diffusion cell. The senggani leaves extract has anti-elastase and anti collagenase with IC50 of  95.553 µg/mL and 62.933 µg/mL, respectively.
The selected phytosome formula (F2, 1:1 w/w) has a spherical shape, Dv90 of 638.00±62.39 nm, PDI 0.503±0.05, zeta potential of -38.3±1.6 mV, and entrapment efficiency of 92.22±0.31%. Molecular interaction between extract and phospholipid was confirmed from FTIR spectrum. Serum phytosome was physically stable, but chemically unstable after 12 weeks storage in 25oC. According to the in vitro penetration study, the diffusion flux of quercetin as marker from phytosome and extract serum was 0.7945 µg/cm2/h and 1.835 µg/cm2/h, respectively. In conclusion, the extract could be a potential anti-aging, the phytosomes were stable in low temperature, and the skin penetration of the extract serum was much better than the phytosomes serum. Further study was required to improve stability and penetration of the extract. 
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T51863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sela Aksad
"Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering terjadi pada usia remaja terutama dibagian wajah yang dapat menyebabkan kepercayaan diri seseorang berkurang. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengobatan yang tepat untuk menghambat pertumbuhan jerawat. Secara klinis zat aktif asam azelat telah terbukti efektif sebagai anti jerawat yang dapat menghambat bakteri Propionibacterium acnes sehingga menurunkan produksi protein yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup. Untuk mencapai efek terapi yang baik, asam azelat memiliki keterbatasan dalam kemampuan penetrasi ke kelenjar sebasea di dermis kulit. Maka dari itu, untuk mengatasi keterbatasannya diformulasikan dalam bentuk mikroemulsi dengan minyak pembawa olive oil yang dibandingkan dengan palm oil dalam meningkatkan penetrasi, masing-masing konsentrasi yang digunakan sebesar 3%. Metode yang digunakan dengan cara di homogenizer dan dilakukan optimasi formulasi smix (surfaktan dan kosurfaktan) dengan konsentrasi (8:1) untuk mendapatkan formulasi mikroemulsi yang jernih dan stabil. Untuk uji penetrasi obat jumlah kumulatif pada formulasi olive oil yang berpenetrasi adalah 6457,94 μg/cm2 ± 0,75% dan formulasi palm oil adalah 5597,44 μg/cm2 ± 1,86%. Sedangkan, jumlah fluks yang didapatkan pada formulasi olive oil adalah 807,24 μg/cm2.jam ± 0,74% dan formulasi palm oil adalah 669,68 μg/cm2.jam ± 1,82%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua formulasi mikroemulsi tetap stabil secara fisik selama penyimpanan dan pada formulasi yang menggunakan minyak pembawa olive oil memberikan penetrasi sediaan lebih banyak dibandingkan dengan formulasi palm oil.

Acne is a skin disease that often occurs in adolescence, especially on the face, which can cause a person's confidence to decrease. Therefore, it takes the right treatment to inhibit acne growth. Clinically, the active substance of azelaic acid has been shown to be effective as an anti-acne agent that can inhibit the Propionibacterium acnes bacteria, there by reducing the production of protein needed by bacteria to survive. To achieve a good therapeutic effect, azelaic acid has limited penetration of the sebaceous glands in the dermis of the skin. Therefore, to overcome its limitations it is formulated in the form of a microemulsion with olive oil as a carrier oil compared to palm oil to increase penetration, each concentration used by 3%. The method used was homogenizer and optimization of the smix formulation (surfactant and cosurfactant) with a concentration (8: 1) to obtain a clear and stable microemulsion formulation. For the drug penetration test, the cumulative amount of the olive oil formulation with penetration was 6457.94 μg/cm2 ± 0.75% and the palm oil formulation was 5597.44 μg/cm2 ± 1.86%. Meanwhile, the amount of flux obtained in the olive oil formulation was 807.24 μg/cm2.hour ± 0.74% and the palm oil formulation was 669.68 μg/cm2.hour ± 1.82%. The results showed that the two microemulsion formulations remained physically stable during storage and the formulations using olive oil as a carrier oil provided more penetration than the palm oil formulations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Dwi Prakoso
"Karies gigi merupakan penyakit progresif yang terjadi akibat demineralisasi enamel gigi oleh aktivitas bakteri kariogenik yang menghasilkan asam, khususnya Streptococcus mutans. Dari berbagai penelitian, sediaan fluoride topikal terbukti memiliki efektivitas tinggi dalam menghentikan aktivitas karies gigi dengan biaya produksi yang rendah serta mudah untuk diaplikasikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan alternatif fluoride topikal NH4F 5% dengan ekstrak etanol propolis (EEP) dalam suatu sistem mikroemulsi yang memiliki stabilitas, kemampuan antibakteri dan remineralisasi yang baik dalam menghentikan aktivitas karies gigi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi 2,7% EEP; 6,3% surfaktan; dan 90,9% larutan NH4F 5% memiliki stabilitas penyimpanan terbaik. Uji antibakteri menunjukkan sediaan uji memiliki daya inhibisi pertumbuhan bakteri kariogenik sekitar 78-80%, dengan nilai konsentrasi hambat mínimum (KHM) pada pengenceran 6,25%. Hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray (EDX) menunjukkan sediaan berhasil meremineralisasi permukaan enamel gigi dengan deposit fluoride hingga 5 - 6 x dibandingkan kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sediaan mikroemulsi propolis fluoride (PF) dapat menjadi alternatif sediaan fluoride topikal yang memiliki efektivitas tinggi dalam menghentikan aktivitas karies gigi.

Dental caries is a disease caused by demineralization of tooth enamel by the activity of cariogenic bacteria that produce acid, especially Streptococcus mutans. From various studies, preparation of topical fluoride is proven to have higher efficacy in preventing dental caries with low production cost and easy to apply. The objective of this research is to formulate alternatife agent topical fluoride NH4F 5% mixed with extract ethanol propolis (EEP) in the microemulsion system that has high stability, antimicrobial activity, and remineralisation to arrest teeth caries activity.
The result shows that formulation 2,7% EEP; 6,3% surfactan; and 90,9% NH4F solution has the highest perervation stability. Antibacterial test shows three simple have ability to inhibit cariogenic bacteria development around 78-80% with mínimum inhibtory concentration (KHM) value at 6,25% dilution. Scanning Electron Microscopy (SEM) and Energy Dispersive X-Ray (EDX) result show that sample succesfuly reminerilize enamel surface with fluoride deposite up to 5 - 6 x compared by control. The conculsion from this research is microemulsion agent propolis fluoride (PF) can become topical fluoride alternatife that has high effectivity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>