Ditemukan 83336 dokumen yang sesuai dengan query
Salma Suci Auliya
"Kekalahan Jerman pada Perang Dunia II memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan negaranya. Dampak yang muncul diantaranya adalah denazifikasi, keharusan membayar ganti rugi, kesulitan ekonomi, serta ketidakberdayaan masyarakat. Kesulitan untuk melayangkan kritik pun membuat masyarakat Jerman terpaksa menerima kebijakan sekutu. Meski begitu, Jerman berusaha bangkit dari keterpurukannya ketika mengalami kekalahan perang untuk kedua kalinya. Melalui penelitian ini, penulis mendiskusikan bagaimana cerpen “Die schwarzen Schafe” digunakan oleh Heinrich Böll dalam menampilkan kondisi Jerman Barat saat kalah Perang Dunia II. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Böll mengisahkan kehidupan tokoh utama di dalam cerpen, seorang kambing hitam, sebagai sebuah metafora untuk menampilkan kondisi Jerman Barat tepat saat kalah Perang Dunia II. Böll menampilkan kondisi masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, dijauhkan dari lingkungan tempat tinggal mereka sendiri, dan nyaris kehilangan harapan akibat ketidakberdayaan mereka. Selain itu, perang tidak hanya berdampak pada masyarakat yang merasakan peperangan dan yang selamat setelahnya, tetapi juga akan berdampak pada generasi selanjutnya.
The defeat of Germany in World War II has had a negative influence on the country and society. Denazification, the necessity to pay reparations, economic hardships, and societal impotence are some of the consequences. The German people were also constrained to accept the Allies' policies since it was difficult to criticize them. Nonetheless, Germany attempted to recover from the agony of a second war defeat. Through this research, the author discusses how Heinrich Böll used the short story "Die schwarzen Schafe" to depict West Germany's condition after World War II. The qualitative descriptive method is used in this research, together with a sociology of literature approach. The findings reveal that Böll uses the life of the main character in the short story, a black sheep, as a metaphor for West Germany at the time it lost World War II. Through this short story, Böll depicts the condition of people who are experiencing economic difficulty, are alienated from their own environment, and have nearly given up hope due to their inability to defend themselves. Furthermore, war will have an impact not only on those who lived through the conflict and those who survived, but also on future generations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Asykar Fathony Sukri Harining
"Penelitian tugas akhir ini menganalisis persiapan dan upaya KM (Koninklijke Marine) di Hindia Belanda dalam menghadapi potensi ancaman invasi militer Jepang dari tahun 1940-1942. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai persiapan dan upaya yang dimiliki KM dalam upaya membendung agresi militer Jepang di Hindia Belanda yang selama ini belum banyak dibahas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan berupaya untuk menemukan sumber-sumber primer berupa buku yang memuat laporan dan keterangan mengenai perjalanan Koninklijke Marine selama Perang Dunia II. Diantaranya seperti yang ditulis oleh C.E.L. Helfrich dan H.V. Quispel sebagai komandan dan perwira militer Koninklijke Marine. Selain itu sumber-sumber sekunder diantaranya seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh H.T. Lenton, Bussemaker dan Masanori Ito. Sumber-sumber tersebut kemudian melalui proses kritik internal dan eksternal selanjutnya diinterpretasi dengan tahapan analisis dan sintesis. Tahap akhir adalah historiografi untuk menghasilkan tulisan yang objektif. Pembahasan penelitian ini dimulai dengan kajian terhadap kekuatan dan pengorganisasian kapal-kapal KM di Hindia Belanda. Selanjutnya usaha-usaha yang dilakukan oleh KM untuk memperkuat pertahanan dan keamanan laut di Hindia Belanda. Pembahasan ditutup dengan analisis peran KM selama tiga bulan pertempuran laut mempertahankan Hindia Belanda, yang berakhir dengan kapitulasi di Kalijati Maret 1942. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa Belanda tidak hanya kalah secara jumlah kekuatan laut yang dimiliki, tetapi juga memiliki banyak permasalahan internal, strategis dan taktis yang membuatnya tidak mampu menahan agresi pasukan Jepang.
This final project research analyzes the power and role of KM (Koninklijke Marine) in the Dutch East Indies in facing the potential threat of Japanese military invasion from 1940-1942. The goal to be achieved from this research is to provide an explanation of the strengths and roles that KM has in efforts to stem Japanese military aggression in the Dutch East Indies which so far has not been widely discussed. The method used in this research is the historical method by trying to find primary sources in the form of books that contain reports and information about the journey of the Koninklijke Marine during World War II. Among them, as written by C.E.L. Helfrich and H.V. Quispel as the commander and military officer of the Koninklijke Marine. Besides that, secondary sources include the results of research conducted by H.T. Lenton, Busseker and Masanori Ito. These sources then go through a process of internal and external criticism and are then interpreted with the stages of analysis and synthesis. The final stage is historiography to produce objective writing. The discussion of this research begins with a study of the strength and organization of KM ships in the Dutch East Indies. Furthermore, the efforts made by KM to strengthen maritime defense and security in the Dutch East Indies. The discussion closes with an analysis of the role of the KM during the three months of sea battles to defend the Dutch East Indies, which ended with the capitulation at Kalijati in March 1942. The results of this study found that the Netherlands not only lost in terms of the number of sea power it possessed, but also had many internal, strategic and tactics that made him unable to withstand the aggression of Japanese troops."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nur Assifa
"
ABSTRAKTesis ini merupakan kajian kepustakaan yang bertujuan meneliti unsur ambiguitas dalam novel karya Man’en Gannen No Futtobooru Karya Kenzaburo Oe dengan latar waktu tahun pertama Man’en, 1860 dan 1960. Seperti yang dipaparkan Oe dalam pidatonya di Swedia, bahwa bangsa Jepang merupakan bangsa yang ambigu. Keambiguan ini diakibatkan oleh pengalaman interaksi masa lalu Jepang dengan Barat pasca kekalahan Perang Dunia II. Penelitian ini bertujuan untuk melihat unsur ambiguitas dalam sikap masyarakat Jepang tahun 1960an melalui analisis shutaisei yang diusung Maruyama Masao yang tercermin melalui tokoh dan peristiwa dalam novel. Shutaisei secara singkat dapat diartikan “Kemampuan dan kebebasan yang dimiliki individu dalam bertindak sesuai kehendaknya”. Melalui analisis ada tidaknya shutaisei ini kita bisa mengaitkannya dengan sikap ambiguitas masyarakat Jepang tahun 1960-an. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang akan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang ada dalam sebuah karya sastra.
ABSTRACTthesis is a study which aims at examining the ambiguity conveyed in Kenzaburo Oe’s novel, Man'en Gannen no Futtobooru . This novel is set in the 1960s and 1860s. As described by Oe in his Nobel speech, that the Japanese nation is an ambiguous nation. This Ambiguity is caused by Japan’s past interaction and experiences with the West after Japan's defeat in World War II. This research examined Japanese ambiguity through analysis of shutaisei of Maruyama Masao. Shutaisei briefly means "The ability to think and to act independently according to his will". By examining of the existence of this shutaisei through the events an characters, we can explain the ambiguious of Japanese in 1960s."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Nataya Rizky Alifa
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan adanya unsur feminisme gelombang ketiga yang memberdayakan perempuan Jepang pasca Perang Dunia II dalam bentuk subkultur mode Harajuku Ama-Loli, dan menjelaskan pandangan pemakai mode Ama-Loli terhadap street fashion Lolita dan Ama-Loli itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari buku atau jurnal artikel yang membahas mengenai feminisme, pemberdayaan perempuan, dan mode Lolita secara umum maupun yang dilakukan oleh Jepang, majalah-majalah lawas Jepang yang secara khusus menampilkan mode Lolita yang sudah diarsipkan secara digital, serta data informan yang diperoleh melalui wawancara personal dengan beberapa model Ama-Loli Jepang melalui sosial media. Perlu diperhatikan bahwa informasi dan umpan balik yang diperoleh melalui beberapa informan tidak dapat mewakili seluruh komunitas subkultur mode Ama-Loli di Harajuku. Penelitian ini membuktikan adanya unsur feminisme gelombang ketiga yang mendefinisikan ulang femininitas melalui pandangan perempuan dan menekankan pilihan perempuan untuk diberdayakan dalam subkultur mode Harajuku Ama-Loli.
This study aims to explain the existence of third wave feminism that empowers Japanese women post World War II in the form of the Harajuku fashion subculture Ama-Loli, and to explain Lolita street fashion and Ama-Loli through the eyes of Japanese Ama-Lolis themselves. The method used in this research is a qualitative method. The data collection technique is done by collecting data from several books or journal articles that discuss feminism, women’s empowerment, and Lolita fashion in general as well as those carried out by Japan, Japanese old magazines that specifically feature Lolita fashion that has been digitally archived, as well as informant data obtained through personal interviews with Japanese Ama-Loli models through social media. It should be noted that the feedback and input obtained through a couple informants cannot represent the entire Ama-Loli fashion subculture community in Harajuku. This study proves that there is an element of third wave feminism, which redefines femininity through the women’s point of view and how it emphasizes the women’s choice to feel empowered in the Harajuku fashion subculture, Ama-Loli."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Blond, Georges
New York: Macmillan, 1954
940.542 BLO d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Fischer, Fritz
New York: W.W. Norton, 1974
940.32 FIS w
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Farid Juliano
"Perang Dunia II sudah terjadi 75 tahun yang lalu. Perang diakhiri dengan kalahnya Jepang dan Jerman. Hingga saat ini masih topik ini terus dipelajari dan diangkat kembali. Salah satunya adalah melalui permainan video. Pengembang permainan tertarik dengan PDII karena selain dari unsur sejarahnya, pengembang tidak perlu menciptakan yang sepenuhnya baru. Pengembang permainan membuat permainan ini sedemikian rupa agar pemain tertarik dengan permainan mereka. Salah satunya adalah Battlefield V campaign The Last Tiger yang dibuat oleh Electronic Arts di California Amerika Serikat. Dalam campaign ini permain dapat bermain sebagai prajurit Jerman dalam tank tiger mereka pada masa PDII. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif untuk melihat tampilan visual dan karakter dari setiap tokoh. Tujuannya adalah untuk melihat penokohan-penokohan dan ideologi-ideologi dari prajurit Jerman PDII pada Battlefield V. Hasil yang ditemukan adalah setiap tokoh memiliki perbedaan tingkatan nasionalisme dan patriotisme. Perbedaan tersebut diperjelas dengan adanya generation gap. Generasi yang lebih tua memegang ideologi-ideologi Nazi lebih banyak dibanding yang muda, mereka juga lebih bijak dalam peperangan. Peperangan juga membuat tentara mendapatkan berbagai sifat-sifat tertentu yang memengaruhi sifat mereka. Disimpulkan bahwa permainan Battlefield V menggambarkan tentara memiliki berbagai tingkat nasionalisme dan mereka adalah orang yang tidak stabil, baik generasi tua maupun generasi muda.
World War II happened 75 years ago. To this day, this topic is still discussed through various media form, one of them is video games. Games developer are interested in WWII not only from its historical factor, but also they do not have to invent something completely new. One of them is Battlefield V, made by Electronic Arts in California, United States. In the Last Tiger campaign, players play the role of Nazi tank commander in WWII supported by his 4 crewmen. This research uses qualitative and descriptive methods to examine each of the character visual and character. The purpose of this research is to understand their visual representation, character, and ideologies from each character in this game. The research found that, each character has their own level of nationalism and patriotism. Their differences are magnified by their generation gap. The older generation has more nationalism and wiser, compared to the younger generation. Because of the war, they have adopted certain traits to be able to survive the war. These made them an emotionally unstable soldier."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Badeau, John S.
New York: Foreign Policy Ass., 1943
956 BAD e
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Pujia Nuryamin Akbar
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai bagaimana memori sebuah peristiwa Sejarah di Sukabumi berkembang dan menjadi landasan dalam pola kehidupan masyarakat yang didokumentasikan pada sebuah monumen kesejarahan di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan mendokumentasikan memori kolektif Peristiwa Bojongkokosan dalam kurun waktu tahun 1992 sampai dengan tahun 2022 melalui museum. Untuk mencegah hilangnya sejarah lokal yang berharga, langkah-langkah konkret harus diambil untuk memperkenalkan dan memperkuat memori kolektif masyarakat terhadap peristiwa-peristiwa bersejarah seperti peristiwa Bojongkokosan. Pembangunan Museum Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan menjawab kebutuhan akan pelestarian sejarah lokal dan memori kolektif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi strukturis. Leirissa menjelaskan bahwa metode strukturis bertolak dari teori strukturisme yang ditulis oleh Anthony Giddens. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan pendekatan studi memori, dengan wawancara mendalam sebagai sumber data utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan Monumen Palagan Bojongkokosan memegang peranan dalam pembentukan memori kolektif peristiwa heroik Bojongkokosan bagi kesadaran akan sejarah pada masyarakat Sukabumi. Identifikasi tersebut menemukan adanya unsur memori kolektif yang terdapat dalam bangunan museum tersebut. Memori ini mencakup memori masyarakat Islami, pejuang, dan cinta akan seni budaya. Memori ini digunakan untuk membangun kesadaran sejarah masyarakat sekitar Bojongkokosan Sukabumi dengan mengaitkan ingatan masyarakat, budaya, dan kelompok masyarakat. Dengan demikian, bangunan Museum Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan bukan sekadar bangunan tanpa makna. Bangunan tersebut merefleksikan kondisi sosial masyarakat di masa lalu dan menjadi potret kehidupan manusia pada masa tersebut, dapat dijadikan sebagai sarana berkelanjutan identitas dan menumbuhkan kesadaran sejarah masyarakat.
This thesis is a study on how the memory of a historical event in Sukabumi develops and becomes a foundation in the community's way of life, as documented in a historical monument in the region. The research aims to document the collective memory of the Bojongkokosan Event from 1992 to 2022 through a museum. To prevent the loss of valuable local history, concrete steps must be taken to introduce and strengthen the community's collective memory of historical events like the Bojongkokosan Event. The establishment of the 1945 Bojongkokosan Struggle Monument Museum addresses the need for the preservation of local history and collective memory. This research employs a structuralist methodology. Leirissa explains that the structuralist method is based on the theory of structuralism written by Anthony Giddens. The research method used in this study is the historical method with a memory studies approach, using in-depth interviews as the primary data source. The findings show that the Bojongkokosan Struggle Monument plays a significant role in forming the collective memory of the heroic Bojongkokosan event, enhancing historical awareness among the people of Sukabumi. This identification reveals the presence of collective memory elements within the museum building. This memory includes the memory of the Islamic community, warriors, and a love for arts and culture. This memory is used to build historical awareness among the surrounding community of Bojongkokosan Sukabumi by connecting community memory, culture, and social groups. Thus, the 1945 Bojongkokosan Struggle Monument Museum is not merely a building without meaning. It reflects the social conditions of the past and serves as a portrait of human life during that period, making it a continuous medium for identity and fostering historical awareness in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Dika Nurul Hikmah
"Skripsi ini membahas propaganda yang terdapat di dalam film animasi Momotaro no Umiwashi 1943 dan Momotaro Umi no Shinpei 1945 melalui analisis aspek naratif dan sinematografis. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pesan propaganda dirumuskan ke dalam film. Analisis didukung latar belakang produksi film dan latar belakang Jepang memulai Perang Pasifik pada tahun 1941. Hasil analisis menunjukkan adanya pesan propaganda yang disampaikan oleh Angkatan Laut Jepang melalui simbol. Propaganda tersebut bertujuan membuat penonton film percaya bahwa Jepang adalah bangsa superior dan mengajak penonton untuk membenci Barat yang saat itu menjadi musuh Jepang dalam Perang Pasifik.
This study focuses on Pacific War Propaganda in Animated Film Momotaro no Umiwashi 1943 and Momotaro Umi no Shinpei 1945. This study aims to analyze how propaganda messages are encoded into the films through narrative and cinematographic aspects. The analysis is supported by the film production rsquo s background and the reasons why Japan started Pacific War in 1941. The results of this study showed that the propaganda messages are conveyed through symbols. The contain of the propaganda is to make audiences believe that Japan is a superior nation and make them hate the enemy of Japan during the Pacific War."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69699
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library