Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathia Nurul Izza
"Peningkatan populasi penduduk DKI Jakarta setiap tahunnya telah memberi pengaruh terhadap meningkatnya emisi karbon dioksida. Emisi karbon dioksida yang dihasilkan di wilayah DKI Jakarta telah melampaui ambang batas karbon dioksida yang mampu diserap oleh seluruh RTH (Ruang Terbuka Hijau) di DKI Jakarta. Pengelolaan RTH kemudian dinilai dapat menjadi salah satu jalan keluar bagi permasalahan emisi karbon di DKI Jakarta. Vegetasi tingkat pohon yang ditanam di arboretum memiliki kemampuan menyerap gas karbon dioksida dari atmosfer sehingga Arboretum Ir. Lukito Daryadi, M.Sc. dengan status hutan kota di Jakarta Pusat memiliki peluang untuk diteliti data potensi serapan karbon dioksida dan valuasi ekonomi karbon yang tersimpan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi valuasi ekonomi serapan karbon dioksida pada vegetasi tingkat pohon di Arboretum Ir. Lukito Daryadi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh vegetasi tingkat pohon yang didata pada 9 plot berukuran 20 m x 20 m. Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya. Penghitungan biomassa, stok karbon, dan serapan karbon dioksida dilakukan menggunakan persamaan alometrik. Hasil penelitian menunjukkan total biomassa, stok karbon, dan serapan karbon dioksida berturut-turut adalah 599 ton/ha, 281,71 ton/ha, dan 1.033,88 ton/ha. Dengan demikian, estimasi valuasi ekonomi serapan karbon dioksida tegakan pohon di Arboretum Ir. Lukito Daryadi, M.Sc adalah sebesar US$1.860,98 atau Rp26.767.200,30. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran baik para pengambil keputusan maupun masyarakat umum untuk pengelolaan hutan kota dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi GRK dalam beberapa tahun ke depan.

The increase number in the population of DKI Jakarta every year has brought an impact on the increase of carbon dioxide emission. The carbon dioxide emission produced in DKI Jakarta area has exceed the carbon dioxide’s threshold that can be absorbed by all of the green open spaces in DKI Jakarta. The management of the green open spaces is expected to be the solution of the exceeding carbon emission in DKI Jakarta. Tree vegetation that is planted in the arboretum has the ability to absorb carbon dioxide gas from the atmosphere, thus Arboretum Ir. Lukito Daryadi, M.Sc., with the status of an urban forest in Jakarta Pusat has an opportunity to be studied on its potential for the economic value on the carbon sequestration. This study aims to estimate the economic value of carbon dioxide sequestration on tree vegetation in the Arboretum Ir. Lukito Daryadi, M.Sc.. The sample used in this study includes all of the tree vegetation that is planted and is sampled using 9 20 m x 20 m plots. The environmental parameters measured include temperature, humidity, dan light intentsity. The calculation of biomass, carbon stock, and carbon dioxide sequestration is carried out using allometric equations. The result of this study shows that the total of biomass, carbon stock, and the carbon dioxide sequestration are 599 ton.ha-1, 281,71 ton.ha-1, dan 1.033,88 ton.ha-1respectively. Thus, the carbon dioxide sequestration economic value estimation of the tree stands in Arboretum Ir. Lukito Daryadi, M.Sc. is US$1.860,98 or Rp26.767.200,30. This study is expected to increase the awareness of both decision makers and all of the public elements regarding urban forest management in order to fulfill Indonesia’s commitment to reduce greenhouse gases in the next few year."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Hafiyya Sabara
"Aktivitas manusia tidak terlepas dari kebutuhan bahan bakar, terutama pada sektor transportasi yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Emisi karbon dioksida yang dihasilkan sektor transportasi, industri, dan rumah tangga dengan terbatasnya ruang terbuka pada wilayah perkotaan seperti DKI Jakarta akan menyebabkan regulasi karbon terganggu hingga berdampak pada efek rumah kaca. Tujuan penelitian berikut adalah untuk mengetahui valuasi ekonomi karbon dioksida pada vegetasi tingkat pohon yang berada di Hutan Kota Srengseng melalui estimasi serapan karbon dioksida dengan metode non-destruktif dan menganalisis kemampuan Famili Fabaceae sebagai famili yang unggul di Hutan Kota Srengseng dalam menyerap karbon dioksida beserta valuasi ekonominya. Diperoleh bahwa total valuasi ekonomi karbon pada tegakan pohon yang dimiliki hutan kota sebesar US$ 5.407,57 atau Rp77.760.804/ ton CO2-e dari serapan karbonnya yaitu 1.502,10 ton/ha. Terbukti juga Famili Fabaceae memiliki valuasi ekonomi karbon paling unggul dibandingkan famili lainnya di hutan kota dengan harga rerata US$138,72 atau Rp1.994.847/ ton CO2-e dari serapan karbon dioksida sebesar 38,53 ton/ha.

Urban activities are inseparable from the demand for fossil fuel use, particularly in the transportation sector that continues to increase along with the population growth. Carbon dioxide emissions are produced by the sector of transportation, industry, and households regardless of the limited open space in urban areas at the same time will cause carbon regulation in DKI Jakarta to be disrupted and impact the greenhouse effect. This study aims to determine the economic valuation of carbon dioxide on tree stands vegetation by its carbon dioxide uptake and to analyze the sequestration ability of Fabaceae tree stands compared with the other families in Srengseng City Forest, West Jakarta. Result shows that the total economic value of carbon owned by the urban forests’ tree stands was US$ 5.407,57 or Rp.77.760.804/tonne CO2-e from its 1.502,10 tonnes/ha carbon sequestration or 16.523,12 tonnes. It is also proven that the Fabaceae family has the most prominent carbon economic valuation in urban forests with average price of US$ 138.72 or Rp.1,994,847/tonne CO2-e from carbon dioxide absorption of 38.53 tonnes/ha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Ernst Belseran
"Isu perubahan iklim menjadi perhatian dunia dimana salah satunya peningkatan suhu udara akibat dari emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim ini diakibatkan oleh gas-gas dalam atmosfer salah satunya yaitu CO2. DKI Jakarta sebagai ibukota memiliki jumlah penduduk yang padat dengan berbagai macam penggunaan lahan yang ada. Penggunaan lahan yang di dominasi oleh permukiman mengakibatkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi untuk menyerap CO2 di atmosfer. Intepretasi citra SPOT-7 digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan menggunakan indeks vegetasi NDVI, EVI, GNDVI dan OSAVI.
Pengukuran diameter dan tinggi pohon juga dilakukan untuk mendapatkan nilai biomassa yang akan dijadikan nilai serapan CO2. Nilai serapan CO2 yang tersebar di DKI Jakarta diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pola sebaran dari nilai serapan CO2 pada RTH di DKI Jakarta di dominasi pada kelas sedang dengan pola persebaran berada di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Pola sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta tersebar secara acak dan lebih mendominasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

The issue of climate change become world attention where one of them increase in air temperature due to greenhouse gas emissions. This climate change is caused by gases in the atmosphere, one of which is CO2. DKI Jakarta as the capital has a dense population with a variety of existing land use. Land use that is dominated by settlements resulting in fewer green space, which functions to absorb atmospheric CO2. Image interpretation SPOT-7 is used to determine the level of greenness of vegetation on a green space using the vegetation index NDVI, EVI, GNDVI and OSAVI.
Measuring the diameter and height of trees were also performed to obtain the value of biomass that will be used as the CO2 absorption value. The CO2 absorption value that spread in Jakarta are classified into three classes: high, medium and low. The distribution pattern of CO2 absorption value at green space in Jakarta dominance in the medium class with the distribution pattern is located in South Jakarta, East Jakarta, North Jakarta and West Jakarta. The distribution pattern of green space in Jakarta scattered randomly and more dominate in East Jakarta and South Jakarta.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggit Febiriyanti
"Hutan Kota dapat berfungsi menyerap emisi CO2 yang berasal dari aktivitas manusia disekitar kota. Salah satu hutan kota yang berpotensi dalam penyimpan karbon, yaitu Hutan Kota Universitas Indonesia UI. Telah dilakukan penelitian mengenai potensi cadangan karbon di Hutan Kota UI dengan tujuan untuk menganalisis potensi cadangan karbon terkini pada tegakan pohon dan spesies tegakan pohon yang memiliki cadangan karbon tertinggi di Hutan Kota UI. Tegakan pohon merupakan vegetasi berkayu dengan diameter ge; 20 cm. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2017 di Hutan Kota UI meliputi tiga lokasi yaitu Wallace Barat, Wallace Timur, dan Vegetasi Alami.
Metode pengambilan data vegetasi dilakukan secara nondestructive sampling dengan mengukur Diameter Breast Height DBH batang pohon. Pengolahan data menggunakan pengembangan alometrik dengan nilai berat jenis pada masing-masing individu tumbuhan. Hasil diperoleh bahwa potensi cadangan karbon pada kawasan Hutan Kota UI yaitu sebesar 468,02 ton/ha dengan Wallace Barat, Wallace Timur, dan Vegetasi alami yang di peroleh secara berurut yaitu sebesar 138,62 ton/ha, 162,75 ton/ha, dan 182,64 ton/ha. Potensi cadangan karbon secara keseluruhan di Hutan Kota UI yaitu sebesar 11.752,48 ton/ha. Spesies pohon yang memiliki potensi cadangan karbon tertinggi yaitu Delonix regia.

Urban forest has a function as absorbers CO2 emissions derived from human activities around the city. University Indonesia UI Urban rsquo s Forest the one of the Urban Forest which has potential carbon stocks. Research has been conducted to analyze the potential of carbon stocks and tree stands that have the highest carbon stock in UI Urbans Forest. Tree stands are woody vegetation with a diameter ge 20 cm. Research was conducted in October November 2017 in UI Urbans Forest area covering three locations namely Wallace Barat, Wallace Timur, and Vegetai Alami.
Method of collecting data of vegetation was done by nondestructive sampling by measuring Breast Height Diameter DBH. Data processing uses allometric equations with the specific wood dencity of each individual tree. Results showed that the potential of carbon stocks in UI Urbans Forest is 468,02 ton ha with Wallace Barat, Wallace Timur, and Vegetasi Alami is 138,62 ton ha, 162,75 ton ha, and 182,64 ton ha. Overall, potential carbon stocks in UI Urbans Forest is 11,752.48 ton ha. Species of trees that have the highest potential of carbon stocks is Delonix regia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Khafilatul Jannah
"Penelitian potensi serapan karbon dilakukan di lima taman yang berlokasi di Jakarta Pusat. Taman tersebut yaitu Taman Monas, Taman Lapangan Banteng, Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situlembang. Penelitian dilakukan pada bulan Februari ? Maret 2015. Penghitungan karbon dilakukan dengan menghitung biomassa dari data diameter setinggi dada pada tegakan yang didapatkan melalui pengukuran di lapangan, kemudian dikonversi ke dalam bentuk cadangan dan serapan karbon. Penghitungan biomassa menggunakan persamaan alometrik 0,1728 (dbh) 2,2234 (Dharmawan & Siregar, 2009). Estimasi serapan karbon setiap taman didapatkan dari hasil kali serapan karbon dengan luas vegetasi masing-masing taman. Total potensi serapan karbon dari tegakan di kelima taman yaitu 1630,25 ton dari luas vegetasi 24,07 ha.

Research of potential carbon sequestration have been done in five parks in Central Jakarta. Those parks are Taman Monas, Taman Lapangan Banteng, Taman Menteng, Taman Suropati, and Taman Situlembang. Research do at February - March, 2015. The calculation of carbon sequestration is by calculating the biomass from diameter at breast height measurement on the tree stands in the parks. The biomass then convert to carbon stocks and carbon sequestration. The calculation of biomass using allometric equation 0,1728 (dbh) 2.2234 (Dharmawan & Siregar, 2009). Estimates of carbon sequestration each park obtained from the multiplication result of carbon sequestration with area of vegetation in each park. The amount of carbon sequestration potential from the stands in five parks is 1630,25 ton from 24,07 ha vegetation area."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Puji Agung
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara dengan luas 98.072,7 juta ha berpotensi memberikan jasa lingkungan sebagai penyimpan karbon. Untuk mendukung program pemerintah RAN-GRK dan RAD-GRK perlu adanya kajian di daerah yang sejalan dengan program pemerintah, salah satu kajian untuk sektor kehutanan adalah kajian perhitungan stok karbon di Kecamatan Keliling Danau. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biomassa, stok karbon dan valuasi ekonomi pohon diatas permukaan di Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Jumlah biomassa tertinggi di Kecamatan Keliling Danau nilainya mencapai 13.062.182 ton. Jumlah stok karbon tertinggi Kecamatan Keliling Danau 6.269.847 ton. Nilai ekonomi dari stok karbon tertinggi diperkirakan mencapai Rp. 7.720.584.827.404 Tingginya jumlah biomassa dan stok karbon tidak berbanding lurus dengan kerapatan vegetasi, tetapi dipengaruhi juga oleh ukuran vegetasi.

ABSTRACT
Indonesia is a country with 98.072,7 million hectare forest, this condition potential to give environmental services as carbon storage. the academic study in district in line with government program to support RAN-GRK and RAD-GRK, one of study in forest sector is study about stock carbon measurement at Keliling Danau district. The research purpose to measurement biomass, stock carbon, and economic valuation of the tree at Keliling Danau District. This research and quantitative approach and survey method. Higher total biomass at Keliling Danau District the value is 13.062.182 ton. The Higher total value of carbon stock is 6.269.847 ton. Economic value of stok carbon estimated achieve Rp. 7.720.584.827.404. The value of biomass and carbon stock is not directly proportional with vegetation density, but also depend on dimension of the vegetation (diameter)."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Ria Kirana
"Peningkatan pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta memicu tingginya pembentukan gas emisi karbon dioksida yang berdampak pada perubahan iklim global. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk hutan kota menjadi salah satu solusi pemerintah sebagai upaya menstabilkan iklim mikro di perkotaan. Tanaman perdu menjadi salah satu komponen vegetasi di hutan kota. Selain perannya sebagai tanaman hias, tanaman perdu memiliki fungsi ekologis yang kerap kali diabaikan. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui estimasi daya serap serta simpanan karbon pada tanaman perdu di Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat dengan menggunakan metode Nowak. Metode Nowak merupakan metode non destruktif yang diinisiasi oleh United States Department of Agriculture dengan melakukan pengukuran diameter batang tanaman perdu. Berdasarkan hasil penilitian didapatkan estimasi daya serap karbon pada vegetasi perdu di Hutan Kota Srengseng memiliki nilai serapan karbon sebesar 0,07 ton/thn atau setara dengan 6.350 kg/thn serta simpanan karbon sebesar 0,24 ton atau setara dengan 21.772 kg. Daya simpan serta daya serap karbon terbesar diperoleh tanaman Murbei. Perencanaan penanaman vegetasi perdu dari sisi fungsi ekologis di hutan kota memerlukan peninjauan berdasarkan daya serap karbon.

The increase in population growth in DKI Jakarta triggers the high formation of carbon dioxide emission gas which has an impact on global climate change. The existence of Green Open Spaces in the form of urban forests is one of the government's solutions as an effort to stabilize the microclimate in urban areas. Shrubs are one of the vegetation components in the urban forest. In addition to its role as an ornamental plant, shrubs have an ecological function that is often overlooked. This research was conducted to estimate the absorption capacity and carbon storage of shrubs in the Srengseng City Forest, West Jakarta, using the Nowak method. The Nowak method is a non-destructive method initiated by the United States Department of Agriculture by measuring the stem diameter of shrubs. Based on the research results, it was found that the carbon absorption capacity of shrub vegetation in Srengseng City Forest had a carbon storage value of 0.24 tons = 21.772 kg with a carbon absorption value of 0.07 tons/year 6.350 . The greatest capacity to store and absorb carbon is obtained by Mulberry plants. So, planning for planting shrubs from an ecological function point of view requires a review based on carbon absorption."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Carla Mariana
"Hutan Kota Ciganjur, Jakarta Selatan merupakan hutan kota yang dikelola oleh pemerintah daerah sebagai ruang terbuka hijau yang bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah pada perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di Ekosistem Hutan Kota Ciganjur dan menganalisis hubungan antara suhu tanah, suhu udara, kelembaban tanah, dan pH tanah dengan fluks emisi gas karbon dioksida tanah. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September-November 2023. Sampel gas karbon dioksida diambil menggunakan metode Chamber-based pada tiga stasiun dengan persentase tutupan kanopi vegetasi yang berbeda, yaitu stasiun tutupan terbuka T1 (0%-30%), stasiun tutupan sedang T2 (31%-60%), dan stasiun tutupan tertutup T3 (61%-100%). Sampel gas yang diperoleh dikirim ke Laboratorium GRK BSIP, Pati untuk diukur. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan langsung dilapangan. Hasil emisi gas yang diperoleh pada masing-masing tutupan terbuka, sedang, dan tertutup adalah 6,87 g CO2/m-2 hari-1, 2,57 g CO2/m-2 hari-1, dan 3,21 g CO2/m-2 hari-1. Hasil dari analisis Kruskal-Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara tutupan kanopi vegetasi berbeda dengan fluks emisi gas karbondioksida (H hitung = 1,921; x2 tabel = 5,991). Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain seperti suhu dan tanah, kelembapan, dan pH tanah yang mempengaruhi. Hasil analisis korelasi Spearman-rho menunjukkan terdapat korelasi dengan arah positif pada suhu udara (r = 0,28) dan pH (r = 0,34) terhadap fluks emisi gas karbon dioksida. Sebaliknya, tidak terdapat korelasi antara suhu tanah (r = 0,16) dan kelembapan (r = -0,10) terhadap fluks emisi gas karbon dioksida (rho tabel = 0,226; signifikansi = 0,05).

Ciganjur Urban Forest, South Jakarta is a urban forest managed by the local government as a green open space that is beneficial for the environment and society. The aims of this research were to to analyze the dynamics of soil carbon dioxide gas emission flux at different percentages of vegetation canopy cover in Ciganjur Urban Forest Ecosystem and analyze the relationship between soil temperature, air temperature, soil moisture and soil pH with soil carbon dioxide gas emission flux. Sampling was carried out in September-November 2023. Carbon dioxide gas samples were taken using the Chamber-Based method at three stations, namely open cover station T1 (0%-30%), medium cover T2 (31%-60%), and closed cover T3 (61%-100%). Environmental parameter measurements are carried out directly in the field. The gas emission results obtained for each open, medium and closed cover were 6,87 g CO2/m-2 day-1, 2,57 g CO2/m-2 day-1, and 3,21 g CO2/m-2 day-1. Results of Kruskal-Wallis analysis showed that there was no significant difference between different vegetation canopy cover and carbon dioxide gas emission flux (H calculated = 1,921; x2 table = 5.991). The differences are not significant because of the factors of air and soil temperature, moisture, and pH. Spearman-rho correlation analysis show a positive correlation between air temperature (r = 0,28) and pH (r = 0,34) on the carbon dioxide gas emission flux, but there is no correlation between soil temperature (r = 0,16) and moisture (r = -0,10) on carbon dioxide gas emission flux (rho table = 0,226; sig = 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Asmawari Putri
"Hutan kota di Jakarta memiliki peran penting dalam mengurangi dampak negatif pemanasan global dengan menyerap emisi gas karbon dioksida (CO2) atmosfer yang dihasilkan dari aktivitas antropogenik manusia dan menyimpannya di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika fluks emisi CO2 tanah pada perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di Ekosistem Hutan Kota Cijantung, Jakarta Timur dan menganalisis hubungan antara suhu udara, suhu tanah, kelembapan tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah dengan fluks emisi CO2 tanah. Metode penelitian melibatkan penggunaan Chamber-Based untuk mengambil CO2 tanah, yang kemudian diukur menggunakan Gas Chromatograph Shimadzu 2014. Chamber ditempatkan pada tiga kondisi stasiun: tutupan kanopi vegetasi terbuka (0%–30%), setengah terbuka (31%–60%) dan tertutup (61%–100%). Pengukuran parameter lingkungan dilakukan untuk setiap lokasi pengambilan emisi CO2 tanah dan dianalisis korelasinya menggunakan Spearman-rho. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata fluks emisi CO2 tanah di stasiun setengah terbuka (1,443–5,050 g CO2 m-2hari-1) lebih besar daripada stasiun terbuka (0,747–3,376 g CO2 m-2hari-1) dan tertutup (1,243–2,518 g CO2 m-2hari-1). Namun, ketika dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis tidak terdapat perbedaan signifikan antara fluks emisi CO2 tanah terhadap persentase tutupan kanopi vegetasi (0%–30%), (31%–60%) dan (61%–100%). Terdapat hubungan antara suhu tanah (r = -0,263) dan pH tanah (r = 0,233) dengan fluks emisi CO2 tanah, sedangkan suhu udara (r = -0,082) dan kelembapan tanah (r = -0,195) tidak memiliki hubungan dengan fluks emisi CO2 tanah. Hasil ini menyoroti kompleksitas interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan aliran emisi gas CO2 tanah di Hutan Kota.

Urban forests in Jakarta play a crucial role in mitigating the negative impacts of global warming by absorbing atmospheric CO2 emissions from anthropogenic activities and storing them in the soil. This study aims to analyze the dynamics of soil CO2 emission fluxes based on varying percentages of canopy cover in the Cijantung Urban Forest Ecosystem, East Jakarta, and to examine the relationships between air temperature, soil temperature, soil moisture, and soil pH with soil CO2 emission fluxes. The research methodology involved using a Chamber-Based method to collect soil CO2, which was then measured using a Shimadzu 2014 Gas Chromatograph. Chambers were placed in three station conditions: open canopy cover (0%–30%), semi-open (31%–60%), and closed (61%–100%). Environmental parameters were measured at each CO2 emission sampling location, and their correlations were analyzed using Spearman-rho correlation analysis. The results showed that the average soil CO2 emission flux at the semi-open (1.443–5.050 g CO2 m-2day-1) was higher than at the open (0.747–3.376 g CO2 m-2day-1) and closed (1.243–2.518 g CO2 m-2day-1). However, the Kruskal-Wallis test revealed no significant differences between soil CO2 emission flux and vegetation canopy cover percentage (0%–30%), (31%–60%) and (61%–100%). Soil temperature (r = -0.263) and soil pH (r = 0.233) were related to soil CO2 emission flux, while air temperature (r = -0.082) and soil moisture (r = -0.195) were not. These results highlight the complexity of interactions between environmental factors and soil CO2 gas emission flows in Urban Forests"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Arif
"Peningkatan emisi gas karbon dioksida mendorong terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Tanah memiliki kemampuan menyimpan emisi gas karbon dioksida yang diserap oleh vegetasi. Kajian mengenai dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah dengan perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi di ekosistem Hutan Kota Srengseng belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan dinamika fluks emisi gas karbon dioksida tanah di ekosistem Hutan Kota Srengseng dengan perbedaan persentase tutupan kanopi vegetasi serta menganalisis hubungan antara suhu udara, kelembapan tanah, suhu tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah dengan fluktuasi emisi gas karbon dioksdia tanah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penangkapan gas rumah kaca menggunakan chamber, pengukuran faktor lingkungan, dan analisis data menggunakan uji ANOVA dan korelasi Spearman. Hasil penelitian serta kesimpulan peneleitian menyatakan bahwa nilai fluks emisi gas karbon dioksida tanah tidak berbeda signifikan di berbagai tutupan kanopi vegetasi Hutan Kota Srengseng. Lebih lanjut, faktor lingkungan yang memiliki hubungan terhadap fluks emisi gas karbon dioksida di Hutan Kota Srengseng, yakni suhu tanah, kelembapan tanah, dan derajat keasaman (pH) tanah, kecuali suhu udara.

Increasing carbon dioxide gas emissions encourages global warming and climate change. Soil can store carbon dioxide gas emissions, which are absorbed by vegetation. Studies on the dynamics of soil carbon dioxide gas emission fluxes with differences in the percentage of vegetation canopy cover in Srengseng Urban Forest ecosystem have never been carried out. This research aims to analyze and compare the dynamics of soil carbon dioxide gas emission fluxes in Srengseng Urban Forest ecosystem with different percentages of vegetation canopy cover and analyze the relationship between air temperature, soil moisture, soil temperature and soil acidity (pH) with carbon gas emission fluxes soil dioxide. The research method used is the greenhouse gas capture method, which uses a chamber to measure environmental factors and data analysis using the ANOVA test and Spearman correlation. The research results and research conclusions state that no significant difference between the percentage of vegetation canopy cover of the Srengseng Urban Forest and the flux of carbon dioxide gas emissions. Environmental factors related to the flux of carbon dioxide gas emissions in Srengseng Urban Forest are soil temperature, humidity, and acidity (pH), except air temperature.
"
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>