Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Endah Handayani
"Kemoterapi merupakan salah satu metode pengobatan kanker. Meskipun kemoterapi dapat membunuh sel kanker, pemberian kemoterapi intravena juga dapat menimbulkan cedera pada pasien yaitu ektravasasi. Ekstravasasi merupakan proses keluarnya cairan atau obat-obatan secara tidak sengaja ke jaringan sekitar. Identifikasi yang adekuat terhadap faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya ekstravasasi sangat penting untuk meminimalisir risiko ekstravasasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan terjadinya ekstravasasi pada pasien kanker yang medapatkan kemoterapi. Desain penelitian berupa deskriftif korelasional berupa cross sectional. Data diperoleh dari kuesioner pada observasi dari bulan juni 2022 sampai Mei 2022 yang didapatkan 17 kasus ekstravasasi dari 133 pasien yang mendapatkan kemoterapi (12,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lokasi pemasangan infus dengan kejadian ekstravasasi (p=0,055) dan kondisi vena (p=0,014). Pemilihan lokasi vena dan memperhatikan kondisi vena sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya ekstravasasi.

Chemotherapy is one of the methods of cancer treatment. Although chemotherapy can kill cancer cells, intravenous chemotherapy can also cause injury to the patient, namely extravasation. Extravasation is the process of accidentally releasing fluids or drugs into the surrounding tissue. Adequate identification of factors that have the potential to cause extravasation is very important to minimize the risk of extravasation. This study aims to determine the factors associated with the occurrence of extravasation in cancer patients receiving chemotherapy. The research design is a correlational descriptive in the form of a cross sectional. Data were obtained from questionnaires on observations from June 2022 to May 2022 which obtained 17 extravasation cases from 133 patients receiving chemotherapy (12.8%). The results of this study indicate that there is a significant relationship between the location of the infusion with the incidence of extravasation (p=0.055) and venous condition (p=0.014). Selection of the location of the vein and paying attention to the condition of the vein is needed to prevent extravasation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Nur Ocnisari
"Penasun merupakan populasi kunci yang memiliki risiko ganda untuk penularan HIV, yaitu melalui perilaku menyuntik dan perilaku seksualnya. Upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan infeksi lainnya yang terjadi melalui penggunaan napza dengan jarum suntik dan perlengkapannya adalah dengan melalui program pengurangan dampak buruk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan program pengurangan dampak buruk HIV-AIDS dengan perilaku menyuntik. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan data STBP Tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah penasun yang pernah bertemu dengan petugas penjangkau sebanyak 430 responden di kota Yogyakarta, Tangerang, Pontianak dan Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penasun yang menyuntik berisiko dalam seminggu terakhir adalah sebesar 43% dan 45,4% penasun yang tidak mengakses program pengurangan dampak buruk. penasun yang tidak mengakses program pengurangan dampak buruk berisiko 1,2 kali lebih tinggi untuk menyuntik berisiko dibandingkan dengan penasun yang mengakses program pengurangan dampak buruk setelah dikontrol oleh faktor usia, tempat menyuntik, penggunaan kondom, lama menjadi penasun, dan jumlah teman menyuntik. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan program pengurangan dampak buruk secara komprehensif untuk mengurangi perilaku menyuntik berisiko, sehingga penularan HIV-AIDS pada penasun dapat dicegah.

Injection Drug Users (IDUs) are key population that have double risk of HIV transmission, through injecting behaviors and sexual behaviors. The effort to reduce HIV transmission and other infection among IDUs is by implementing harm reduction program. This study was conducted to identify the association between harm reduction program of HIV-AIDS among IDUs with injecting behaviors. This study used cross sectional design and used data of IBBS 2013. The respondents are IDUs who ever met with the outreach workers as many as 430 respondents in Yogyakarta, Tangerang, Pontianak, and Makassar. The result showed that the prevalence of IDUs who inject risky in the past week is 44,3% and 54,1% of IDUs do not access harm reduction program. IDUs who do not accsess harm reduction program has 1,3 time higher chance to inject risky than IDU who accsess harm reduction program after controlled by age, place of injection, condom use, duration of injecting drugs and total number of injecting partner. Therefore, optimalization of comprehensive harm reduction program is needed to decrease injection risk behavior in order to prevent HIV-AIDS transmission among IDUs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erma Antasari
"Pendahuluan: Pekerja merupakan salah satu kelompok rentan penyalahgunaan narkoba. Penggunaan narkoba oleh pekerja dapat menyebabkan hilangnya produktivitas, kecelakaan dan cedera di tempat kerja, peningkatan ketidakhadiran karyawan, penurunan semangat kerja dan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan demografi dan psikososial penyalahgunaan narkoba pada pekerja di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Pekerja Tahun 2017 dengan jumlah responden sebanyak 34.397. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Uji multivariat menunjukkan perilaku penyalahgunaan narkoba pada pekerja berhubungan dengan karakteristik demografi (pendidikan), karakteristik psikologis (sikap setuju terhadap penyalahgunaan narkoba, perilaku merokok, perilaku minum minuman beralkohol, perilaku seks berisiko dan melakukan pekerjaan berisiko tinggi/ berbahaya), dan karakteristik sosial (lingkungan rumah rawan narkoba, kemudahan mendapatkan narkoba, keluarga menggunakan narkoba, teman kerja menggunakan narkoba, teman sepergaulan menggunakan narkoba, konflik dengan keluarga, konflik dengan rekan kerja, usia pertama kali bekerja kurang dari 15 tahun dan jarang/ tidak pernah melakukan kegiatan beribadah).
Kesimpulan: Banyak faktor yang berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba pada pekerja, oleh karena itu perlu adanya upaya komprehensif untuk mendorong terciptanya program pencegahan penyalahgunaan narkoba pada pekerja di Indonesia.

Introduction: Workers are one of the vulnerable groups for drug abuse. Drugs use by workers can lead to loss of productivity, workplace accidents and injuries, the increase of employee absenteeism, the decrease in morale and health problems. The purpose of this study was to determine the demographic and psychosocial determinants of drug abuse among workers in Indonesia.
Methods: This study was an analysis of secondary data from the 2017 National Survey on Drug Abuse in the Working Group with a total of 34,397 respondents. Data analysis was performed using logistic regression.
Results: The multivariate test showed that drug abuse behavior among workers was related to demographic characteristics (education), psychological characteristics (the agreeable attitude towards drug abuse, smoking behavior, drinking behavior, risky sex behavior and doing high-risk/dangerous work), and social characteristics. (drug-prone home environment, easy access to drugs, family consuming drugs, coworkers consuming drugs, friends consuming drugs, conflict within the family, conflict with the co-workers, age at the first time working less than 15 years and rarely/never doing religious activities). Conclusion: Many factors influence drug abuse among workers, therefore there is a need for comprehensive efforts to encourage the creation of a drug abuse prevention programs for workers in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Citra Weny
"Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, jumlah kasus kanker baru di Indonesia diperkirakan 408.661 kasus dan jumlah kematian akibat kanker di Indonesia diperkirakan 242.988 kematian. Penatalaksanaan penyakit kanker tidak terbatas pada penanganan penyakit secara klinis, tetapi juga harus melibatkan rencana penatalaksanaan yang dapat memberikan kualitas hidup terbaik secara keseluruhan. Health-Related Quality of Life (HRQoL) pasien kanker merupakan persepsi pasien terhadap efek penyakit dan/atau pengobatan dan dianggap sebagai hasil terapi yang penting pada pasien kanker. Perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan HRQoL pasien kanker agar pemangku kebijakan dapat menyusun kebijakan yang sesuai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner EQ-5D-5L. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 14 variabel yang diteliti terdapat 4 variabel yang terbukti signifikan berhubungan, yaitu tingkat pendidikan (p = <0,001), pendapatan (p = 0,043), operasi (p = 0,022) dan komorbid (p = 0,007). Faktor dominan yang berhubungan signifikan dengan HRQoL pasien kanker adalah tingkat pendidikan (p = 0,000 dan B -0,430). Faktor-faktor yang berhubungan dengan HRQoL pasien kanker perlu menjadi target intervensi para pemangku kebijakan. Pendidikan mampu meningkatkan pemberdayaan pasien kanker. Edukasi untuk pasien kanker menjadi hal yang penting sehingga pemahaman yang baik dari pasien kanker terhadap penyakit yang diderita dapat memengaruhi HRQoL agar menjadi lebih baik.

Based on data from the Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, the number of new cancer cases in Indonesia is estimated at 408,661 cases and the number of cancer deaths in Indonesia is estimated at 242,988 deaths. Cancer management is not limited to clinical disease management, but must also involve a management plan that can provide the best overall quality of life. Health-Related Quality of Life (HRQoL) of cancer patients is the patient's perception of the effects of disease and/or treatment and is considered an important therapeutic outcome in cancer patients. It is necessary to know the factors associated with HRQoL of cancer patients so that policy makers can develop appropriate policies. The research method used was a cross-sectional method with a quantitative approach using the EQ-5D-5L questionnaire. The results of the analysis showed that of the 14 variables studied there were 4 variables that proved to be significantly related, namely education level (p = <0.001), income (p = 0.043), surgery (p = 0.022) and comorbidities (p = 0.007). The dominant factor significantly associated with HRQoL of cancer patients was education level (p = 0.000 and B -0.430). Factors associated with HRQoL of cancer patients need to be targeted for intervention by policy makers. Education can increase the empowerment of cancer patients. Education for cancer patients is important so that cancer patients' good understanding of their disease can affect their HRQoL for the better."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindi Fantika
"ABSTRAK
Kapesitabin adalah salah satu obat kemoterapi oral yang banyak digunakan dan dilaporkan memiliki efektivitas yang sama dengan kemoterapi intravena 5 fluorourasil. Akan tetapi, kapesitabin yang berkaitan dengan banyak efek samping dan memiliki jadwal siklus penggunaan yang kompleks berpotensi meningkatkan ketidakpatuhan terhadap minum obat. Tujuan article review ini adalah menelusuri faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan pasien kanker terhadap terapi kapesitabin. Pencarian literatur dilakukan pada pangkalan data seperti PubMed, Sage, Sciencedirect, dan Springer dengan berpedoman pada Preferred Reporting Items for Systematic reviews and Meta Analysis. Berdasarkan hasil penelusuran literatur didapatkan tujuh artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil review menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien kanker yang mendapat kapesitabin bervariasi antara 76,7% sampai ≤105%. Sedangkan faktor faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan berhubungan dengan efek samping, lupa minum obat, perkembangan toksisitas, penurunan kualitas hidup, hambatan bahasa dalam berkomunikasi, situasi sosial, keyakinan pasien pada terapi kapesitabin, dan kepuasan terhadap petugas medis.

ABSTRACT
Capecitabine is one of the most widely used oral chemotherapy drugs and is reported have the same effectiveness as 5 fluorouracil intravenous chemotherapy. However, capecitabine, which is associated with many side effects, and has complicated dosage regiment cycle, have the potential to increase non-adherence medication. This review article aimed to explore the factors that influence the level of adherence among cancer patients using capecitabine as chemotherapy. Electronic searches were performed on databases including PubMed, Sage, Sciencedirect, and Springer based on Preferred Reporting Items for Systematic reviews and Meta Analysis. Seven articles that fit the inclusion criteria were obtained. The results of the review showed that the level of adherence of cancer patients who received capecitabine varied between 76.7% to ≤105%. While the factors that influence the level of adherence were related to side effects, forgetting to take medication, the development of toxicity, decreased quality of life, language barrier, social situations, medication belief, and satisfaction with healthcare providers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Zulkarnaen Sababa
"Salah satu pengobatan kanker adalah dengan kemoterapi, namun selain memberikan banyak manfaat bagi penderita kanker, kemoterapi intravena memberikan masalah lain seperti ekstravasasi apabila perawat tidak mampu dalam melakukan manajemen kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat mengenai ekstravasasi di Rumah Sakit khusus kanker wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini adalah deskriptif analitik menggunakan desain cross sectional dengan jumlah responden 82 perawat. Kuisioner pengetahuan perawat mengenai ekstravasasi digunakan untuk mengetahui pengetahuan perawat. Instrument dikembangkan oleh peneliti dengan hasil koefisen reprodusibilitasnya 0,903 dan koefisien skalabilitasnya 0,806 dan pengukuran realibitas menggunakan KR-21 dengan hasil 0,54. Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan perawat mengenai ekstravasasi dalam ketegori baik sebanyak 75,6%, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24,4% dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hasil tentang pencegahan dan penatalaksanaan ekstravasasi ini dapat menjadi informasi dan dapat menjadi bentuk evaluasi terhadap pelaksanaan program pelatihan kemoterapi dengan materi mengenai ekstravasasi di Rumah Sakit, sehingga perawat yang bekerja di bagian onkologi mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara berkualitas. Penelitian berikutnya dapat mengevaluasi secara langsung sikap dan perilaku perawat mengenai pencegahan dan penatalakssanaan ekstravasasi.

One of  treatment for cancer is chemotherapy, but in addition to providing many benefits for cancer patients, intravenous chemotherapy provides other problems if nurses are unable to manage chemotherapy such as extravasation. This study aims to describe the nurses knowledge regarding extravasation in a cancer hospital in the South Jakarta area. This study was descriptive analytic using a cross sectional design with 82 respondents. The nurse knowledge questionnaire regarding extravasation is used to determine nurse knowledge. The instrument was developed by the researcher with the reproducibility coefficient of 0.903 and the scalability coefficient was 0.806 and the measurement of reliability used KR-21 with a result of 0.54. The results showed that the level of nurses knowledge about extravasation in good categories was 75.6%, the level of knowledge was as much as 24.4% and no respondents had a low level of knowledge. The results of prevention and management of extravasation can be information and can be a form of evaluation of the implementation of chemotherapy training programs with material on extravasation in hospitals, so that nurses working in the oncology department are able to provide quality nursing care to patients. Subsequent research can directly evaluate nurses attitudes and behaviors regarding prevention and treatment of extravasation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmah Yasinta
"Kualitas hidup berkaitan dengan keinginan manusia untuk hidup sehat dan sejahtera. WHOQoL mengukur kualitas hidup dengan empat domain dasar, yaitu fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendalami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pengguna narkoba suntik (penasun) di sembilan kota di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data sekunder SCP Penasun 2012 dan WHOQoL-BREF dengan desain cross sectional.
Hasil analisis menunjukkan proporsi penasun terbanyak adalah laki-laki (96,7%), berumur dewasa (>24 tahun) 87,8%, dan memiliki riwayat pendidikan tinggi (79,3%). Variabel kualitas hidup penasun menunjukkan Rata-rata skor kualitas hidup responden adalah 52,58 dengan skor kualitas hidup terendah adalah 25 dan yang tertinggi 77.
Hasil temuan lainnya variabel yang berhubungan dengan kualitas hidup penasun, yaitu umur (p value = 0,003) dan status penggunaan alat suntik (p value = 0,029). Skor kualitas hidup kurang cenderung pada penasun yang berpendidikan rendah dan masih berbagi alat suntik.

Quality of life related to the human desire to live a healthy and prosperous. WHOQOL measures quality of life with four basic domains, namely the physical, psychological, social, and environmental. The purpose of this study was to explore the factors that affect the quality of life for injecting drug users (IDUs) in nine cities in Indonesia in 2012. This study uses secondary data Behavior Rapid Survey for IDUs 2012 and WHOQOL-BREF with cross sectional design.
The analysis shows the highest proportion of IDUs was male (96,7%), aged adults (> 24 year old) 87,8%, and has a history of higher education (79,3%). Variable quality of life shows Variable quality of life of IDUs shows average quality of life score of respondents was 52.58 with the lowest quality of life score was 25 and the highest 77.
The other findings variables related to the quality of life of IDUs are age (p value = 0.003) and the use of non-sterile syringes. (p value = 0,029). Quality of life scores are less likely to IDUs who have lower education and still share syringes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman
"Radioterapi merupakan salah satu metode pengobatan utama kanker. Pasien yang akan menjalani radioterapi sangat rentan terhadap kecemasan. Ketidaktahuan mengenai prosedur radioterapi serta efek samping dari radioterapi dapat menimbulkan kecemasan pada pasien yang mendapatkan radioterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien kanker yang mendapatkan radioterapi di RS Kanker Dharmais tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan metode Cross Sectional, jumlah sampel 97 responden. Instrument yang digunakan adalah Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pasien dengan tingkat kecemasan ringan (64,9%), kecemasan sedang (18,6%) dan tingkat kecemasan berat (16,5%). Terdapat hubungan antara jenis kelamin, program dan frekuensi radioterapi dengan tingkat kecemasan pasien dibuktikan (p < α : 0,05). Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan dalam memberikan palayanan berupa konseling dan pendidikan kesehatan diperlukan pada pasien yang mendapatkan radioterapi.

Radiotherapy is one of the main methods for cancer treatment. Patients undergoing radiotherapy is very prone to anxiety. Ignorance about the procedure, side effects of radiotherapy can cause anxiety. The purpose of this study was to know the internal factors related to patients receiving radiotherapy at Dharmais Cancer Hospital in 2013. This study used a descriptive cross sectional method approach with 97 patients as a sample. Depression Anxiety Stress Scale (DASS) was used as a instrument. The results shows patients with mild anxiety level (64.9%), moderate anxiety (18.6%), and severe anxiety (16.5%). There was significant corelation between sex and the frequency of radiotherapy program with proved patient's anxiety level (p < α : 0,05). The study recommends to improve the quality of nursing care in providing services such as counseling and health education to reduce patient's anxiety level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pertimbangan untuk memutuskan ikut kemoterapi sangat dilematis bagi pasien kanker. Kemoterapi bagi
sebagian besar penderita kanker merupakan suatu pengobatan yang menakutkan bila dilihat dari efek
samping dan begitu besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pasien kanker menolak kemoterapi di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat. Metode penelitian ini adalah deskriptif sederhana,
melibatkan 30 responden dengan meggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang memiliki
nilai Cronbach Alpha (r) = 0.8 . Hasil penelitian didapatkan pada faktor intrinsik yang berpengaruh besar
yaitu keyakinan (28,9%) diikuti minat, nilai, perasaan dan pikiran; sementara faktor ekstrinsik terbesar
pegaruhnya adalah tingkat sosial ekonomi (76,7%). Selain itu sebagian besar pasien kanker yang menolak
kemoterapi pernah mendapat konseling yang komprehensif sebesar 66,7%. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa faktor ekstrinsik merupakan faktor terbesar yang rnempengaruhi pasien kanker menolak
kemoterapi, dimana sosial ekonomi mendominasi. Penelitian ini merekomendasikan untuk peneliti
selanjutnya agar mengeksplorasi hubungan atau korelasi antara faktor-faktor intrinsik dan eksrinsik
mencakup seluruh faktor yang dapat mempengaruhi pasien kanker menolak kemoterapi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5623
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andinia Fathonah
"Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik yang mulai banyak dikembangkan sebagai pengobatan rawat jalan. Namun, efek samping kemoterapi seringkali menyebabkan penurunan kondisi klinis yang mempengaruhi tingkat ketepatan jadwal kemoterapi intravena pasien.
Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan jadwal kemoterapi intravena pada pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di rawat jalan. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 85 pasien kanker yang menjalani kemoterapi intravena, ditentukan berdasarkan purposive sampling. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner karakteristik demografi, Smilkstein's family system apgar APGAR, Symptom Management Self Efficacy Scale-Breast Care SMSES-BC dan lembar ketepatan jadwal kemoterapi intravena.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, pendidikan, pendapatan, stadium penyakit, lamanya pengobatan dan dukungan keluarga dengan ketepatan jadwal kemoterapi p=0,563; p=0,240; p=0,195;p=0,195; p=0,743; p=0,681, ? =0,05. Ada hubungan positif bermakna antara efikasi diri dengan ketepatan jadwal kemoterapi, namun hubungannya lemah p=0,045, r=0,218. Peneliti menyarankan perlunya upaya peningkatan efiskasi diri untuk memperbaiki ketepatan jadwal kemoterapi.

Chemotherapy is a systemic treatment has been developed as an outpatient treatment. However, the side effects of chemotherapy often lead to decreased clinical conditions that affect the accuracy of the patients intravenous chemotherapy schedule.
This descriptive analytic study with cross sectional approach aims to identify factors related to the accuracy of intravenous chemotherapy schedule in breast cancer patients in undergoing outpatient chemotherapy. The number of samples in this study were 85 cancer patients who underwent intravenous chemotherapy, determined by purposive sampling. The instruments used include demographic characteristics questionnaires, Smilksteins family apgar system APGAR, Symptom Management Self Efficacy Scale Breast Care SMSES BS and intravenous chemotherapy compliance sheets.
The results of this study showed no significant correlation between age, education, income, disease stage, duration of treatment and family support with accuracy of chemotherapy schedule p 0,563 p 0,240 p 0,195 p 0,195 p 0,743 p 0,681, 0,05. There was a significant positive correlation between self efficacy with the accuracy of chemotherapy schedule, but the correlation was weak p 0,045, r 0,218. Researchers suggest improving self efficacy efforts to improve the accuracy of chemotherapy schedule.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>