Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oswan Alief Dirurasto
"Gas karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca yang saat ini mulai menjadi menjadi masalah sejak memasuki era industrial, dimana terjadi peningkatan emisi gas rumah kaca yang tak terkendali. Material berbasis silika dan karbon banyak digunakan karena memiliki permukaan yang luas dan juga gugus silanol untuk mengikat CO2. Pada penelitian ini, disintesis komposit Graphene-coated silica (GCS) dari GO dan SiO2. Graphene oxide disintesis menggunakan grafit dengan metode Hummers yang dimodifikasi. Kemudian, SiO2 disintesis menggunakan TEOS dengan metode sol gel. Pada penelitian ini, Graphene-coated silica (GCS) berhasil disintesis yang dibuktikan dengan hasil karakterisasi menggunakan FTIR, XRD, Spektrofotometer Raman, FESEM, TGA, dan CO2-TPD. Modifikasi Graphene-coated silica (GCS) berhasil dilakukan yang terlihat dari hasil Raman yang menunjukkan adanyaperubahan pada pita D dan G. Pada FESEM terlihat bahwa lapisan graphene yang terlihat melapisi SiO2. GCS menunjukkan kapasitas Adsorpsi CO2 3 kali lebih baik dibandingkan dengan SiO2 yaitu sebesar 0.0763 mmol/g.

Carbon dioxide (CO2) gas is one of the greenhouse gases which is currently starting to become a problem since entering the industrial era, where there is an uncontrollable increase in greenhouse gas emissions. Silica and carbon based materials are widely used because they have a large surface area and also silanol groups to bind CO2. In this study, graphene-coated silica (GCS) composites were synthesized from GO and SiO2 and reducing it with hydrazine hydrate so that it coats the silica particles. Graphene oxide was synthesized using graphite by the modified Hummers method. Then, SiO2 was synthesized using TEOS with the sol gel method. In this study, Graphene-coated silica (GCS) was successfully synthesized as evidenced by the results of characterization using FTIR, XRD, Raman Spectrophotometer, FESEM, TGA, and CO2-TPD. Modification of Graphene-coated silica (GCS) was successfully carried out as seen from the Raman results which showed changes in the D and G bands. In FESEM, it was seen that the graphene layer was coating SiO2. GCS showed 3 times better CO2 adsorption capacity than SiO2, which was 0.0763 mmol/g."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Dwi Setyaningrum
"Periodic Mesoporous Organosilica atau PMO yang mengandung jembatan organik berupa bifenilena (Bph-PMO) telah berhasil disintesis melalui metode sol-gel dengan pendekatan Evaporation Induced Self-Assembly (EISA). Variasi jumlah surfaktan yang ditambahkan memberikan pengaruh terhadap karakteristik Bph-PMO yang terbentuk berupa peningkatan luas permukaan seiring meningkatnya jumlah surfaktan yang ditambahkan. Pengembanan Bph-PMO dengan nanopartikel nikel melalui metode impregnasi menggunakan NiCl2 sebagai prekursor nikel dan direduksi menggunakan NaBH4 berhasil dilakukan yang dibuktikan dengan karakterisasi TEM-EDX dan adanya penurunan luas permukaan berdasarkan perhitungan BET setelah dilakukannya impregnasi. Uji adsorpsi 15% gas CO2 menggunakan instrumentasi GC-TCD membuktikan pengaruh luas permukaan terhadap kapasitas adsorpsi. Kapasitas adsorpsi pada suhu ruang meningkat seiring bertambahnya jumlah surfaktan dimana selaras dengan luas permukaan yang cenderung meningkat pula. Setelah dilakukannya impregnasi dengan logam nikel, kapasitas adsorpsi menurun dikarenakan adanya penurunan luas permukaan. Namun, penurunan kapasitas adsorpsi tidak sesignifikan penurunan luas permukaan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari aktivitas nanopartikel nikel itu sendiri.

The focus of this research was evaluate the CO2 adsorption activity of PMO synthesized from biphenylene-bridged organosilane with non-ionic surfactant Pluronic F127 and then the material (called Bph-PMO) was impregnated with nickel metal to increase the active site of the adsorbent and the interaction with CO2. Increasing amount of surfactant has an effect on its surface area. The impregnation method was used NiCl2 as nickel precursor and NaBH4 as reducing agent was succesfully carried out by TEM-EDX and decreased in surface area based on BET calculation. GC-TCD instrumentation was used to evaluate the adsorption of 15% CO2. It shows the effect of surface area on the adsorption capacity of the material. After impregnation with nickel metal, the adsorption capacity decreased due to its surface area. However, the decrease in adsorption capacity was not as significant as the decrease in surface area. This shows the influence of the nickel nanoparticles activitiy itself."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Abdul Rasyid
"Penelitian kontaktor membran sebagai kontaktor gas-cair dalam absorbsi CO2 merupakan teknologi yang menjanjikan di tengah kendala yang ditimbulkan pada kontaktor kolom konvensional. Namun, kualitas produk yang belum maksimal menuntut penelitian lebih lanjut dalam penggunaan berbagai tipe dan bahan kontaktor membran dalam absorbsi CO2. Untuk itu, penelitian ini mengevaluasi penggunaan kontaktor membran berpori nano spiral-wound dalam absorbsi gas CO2 murni dengan menganalisis efektifitas perpindahan massa. Membran yang digunakan terbuat dari bahan poliamida dengan luas permukaan efektif membran 0,5 m2.
Hasil dari penelitian ini menunjukan nilai optimum pada rentang laju alir 100-1400 ml/min menggunakan pelarut DEA 5% (persen berat), didapat pada laju alir 1400ml/min dengan nilai koefisien perpindahan massa (KL) 0,0086 cm/s , fluks (J) 0,002558 mol/cm2s dan CO2 yang terserap 0,274 mol/L.

Membrane contactor as gas-liquid contactor in the CO2 absorption research is a promising technology from limitations posed by conventional column contactors. However, the quality of products that have not been optimum requires further research in the use of various types and materials in the membrane contactor for CO2 absorption. Therefore, this study evaluated the use of nanoporous membrane contactors spiral-wound in the absorption of pure gas CO2 by analyzing the mass transfer effectiveness. Nano-porous membranes contactor used in this research are made of polyamide material with an effective membrane surface area of 0.5 m2.
Results of this study showed the value of the optimum flow rate with range 100-1400 ml/min using solvent DEA 5% (weight percent), obtained at flow rate 1400 ml/min with the value of mass transfer coefficient (KL) 0.0086 cm/s, flux (J) 0.002558 mol/cm2s and CO2 absorbed 0.274 mol/L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Servatius B.A.
"ABSTRAK
Gas CO2 yang terkandung dalam gas alam dapat menurunkan nilai kalor pembakaran (heating value) gas alam. Selain sifatnya sebagai gas asam yang korosif, CO2 juga dapat merusak sistem perpipaan pabrik karena dapat membeku pada suhu operasional yang sangat rendah. Proses gas sweetening adalah proses yang biasa dilakukan oleh pabrik pengolahan gas bumi untuk meminimalkan kandungan CO2 dalam gas. Teknik konvensional yang biasa digunakan adalah kolom absorpsi. Namun, teknologi kolom absorpsi ini memerlukan energi yang besar dan kurang efektif. Saat ini, para peneliti sedang mengembangkan hollow fiber membrane contactor agar proses CO2 removal berjalan lebih efektif. Pada penelitian ini digunakan pelarut tunggal diethanolamine (DEA) dan campuran senyawa amina monoethanolamine dan diethanolamine (MEA dan DEA). Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah variasi laju alir gas CO2 sebagai gas umpan. Variasi lain yang dilakukan adalah jumlah serat dalam modul. Analisis efektifitas modul dilakukan dengan studi perpindahan massa. Besarnya perpindahan massa ditentukan dengan koefisien perpindahan massa. Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kontaktor membran serat berongga adalah alat yang efektif dalam menyerap gas CO2 pada laju alir gas umpan yang tinggi, jumlah serat dalam modul yang sedikit, dan menggunakan pelarut tunggal DEA.

ABSTRACT
Carbon dioxide which is contained in natural gas can decrease the heating value of natural gas. Carbon dioxide is known as acid gas and it is corrosive. Carbon dioxide can also harm the piping system of the plant because it can freeze into solid phase at very low operational temperature. Gas sweetening process is a general process to minimize the carbon dioxide content in gas in natural gas processing industry. Absorption column is a conventional technique which is commonly used in CO2 removal process. But, this technique needs energy in bulk and it is not effective. Now, researchers are developing hollow fiber membrane contactor (HFMC) technology in order to the CO2 removal process runs more effectively. This research uses di-ethanolamine (DEA) as a single absorbent and mixed mono-ethanolamine (MEA) and DEA as a mixed absorbent. The variations in this research are variation of CO2 flow rate as feed gas and variation of the number of fiber in module. The performance of HFMC is analyzed by study of mass transfer. The mass transfer in HFMC is showed by the result of mass transfer coefficient. The mass transfer coefficient indicates the effectiveness of the mass transfer happened in HFMC. The result shows that HFMC is effective equipment in the absorption process of CO2 at high flow rate of feed gas and less number of fiber. It can be recommended for the CO2 removal process. Besides, DEA as a single absorbent is good and effective in absorbing CO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1383
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariz Kiansyahnur Huta Suhud
"Gas CO2 dalam gas alam yang bersifat asam merugikan karena korosif sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem perpipaan dan utilitas di industri serta mengurangi kalor pembakaran proses jika bercampur dengan air. Penelitian ini dilakukan untuk pemurnian dan pengolahan gas alam dengan absorpsi menggunakan kontaktor membran. Kontaktor membran berpori nano bersifat lebih ekonomis dan dapat menutupi kekurangan pada kolom absorpsi konvesional dalam proses absorpsi CO2. Pelarut amina lazim digunakan dalam proses absorpsi CO2 karena ekonomis juga memiliki kecepatan reaksi yang tinggi untuk mengabsorp CO2.
Dalam penelitian ini, pelarut campuran amina TEA/DEA digunakan untuk mengabsorpsi CO2 melalui kontaktor membran berpori nano spiral wound berbahan dasar poliamida dengan luas 0,5 m2. Pelarut campuran amina TEA 5% wt + DEA 3% wt menunjukkan hasil terbaik dalam penelitian ini dengan koefisien perpindahan massa 0,0012 cm/s dan dapat menyerap 0,021 mol/L. Secara hidrodinamika, penurunan tekanan cairan pada membran mencapai 0,69 psi pada laju alir 500 mL/menit.

Gas CO2 is one of acid gas in natural gas and considered to be harmful since it is corrosive and can cause damage in piping system and utilities in the industry as well as reduce the value of heating calor when mixed with water. In this research, there will be acid gas removal and purification processes by absorption using membranes. Nano porous membrane contactor is economical and can cover the disadvantages of conventional coloumn to absorp CO2. Amine solvent is widely used in CO2 absorption because it is economical and reactive with CO2.
In this research, mixture of amine solvent of TEA/DEA is used to absorp CO2 with nano-porous spiral wound membrane made from poly-amide having area of 0.5 m2. The mixture of amine solvent by TEA 5% wt + DEA 3% wt shows the best result in this research with mass transfer coefficient 0.0012 cm/s and can absorp 0.021 mol/L. Based on hydrodynamic test, the pressure drop of liquid has approached 0.69 psi by the flow rate 500 mL/minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Krestianto
"Evaluasi efektifitas pelarut dari buah mengkudu untuk absorpsi gas CO2 menggunakan kontaktor membran serat berongga telah diteliti. Pelarut yang digunakan adalah buah mengkudu dengan dosis 100 gram per liter air. Untuk studi perpindahan massa, hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien perpindahan massa pada pelarut buah mengkudu lebih tinggi dibandingkan pada pelarut air namun perbedaannya tidak signifikan.
Hasil penelitian juga menunjukkan peningkatan laju alir pelarut akan menaikkan koefisien perpindahan massa dan peningkatan jumlah serat akan menurunkan koefisien perpindahan massa. Sedangkan untuk studi hidrodinamika, kenaikan laju alir pelarut dan jumlah serat menyebabkan meningkatnya penurunan tekanan di dalam kontaktor membran.

Evaluation of effectiveness natural solvent from Morinda citrifolia fruit for CO2 gas absorption had already been researched. The solvent was solution from Morinda citrifolia fruit with dose 100 gram per liter of water. For mass transfer study, results showed that the value of mass transfer coefficient in Morinda citrifolia fruit solution is higher than water solvent, but the difference is not significant.
The research result also showed that higher liquid flow rate will increase mass transfer coefficient. Otherwise the amount of fiber will decrease the mass transfer coefficient. While for hydrodynamic study, higher the liquid flow rate and amount of fiber will increase pressure drop in membrane contactor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2009
S52180
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haikal Nur
"Teknologi pemisahan CO2 telah banyak dikembangkan melalui proses absorpsi, dimana salah satunya melalui kontaktor membran yang diharapkan berpotensi meningkatkan efisiensi energi dan volum serta mengurangi investasi dan menghindari berbagai kelemahan kolom absorpsi konvensional. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan kontaktor membran serat berongga menggunakan larutan daun mengkudu (Morinda citrifolia) dengan dosis 10 gram, 50 gram, dan 100 gram per liter air.
Efektifitas pelarut ini dievaluasi dari segi perpindahan massa dan hidrodinamika. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai koefisien perpindahan massa meningkat seiring dengan meningkatnya laju alir pelarut dan menurunnya jumlah dosis dan jumlah serat di dalam kontaktor. Sedangkan dari segi hidrodinamika, peningkatan laju alir dan jumlah serat meningkatkan penurunan tekanan di dalam kontaktor membran.

Technology of CO2 separation has been applied through absorption process, which one of the process is through membrane contactor that is potentially expected to increase the efficiency of energy and volum and also decrease the investation and hinder any weaknesses in conventional absorption column. Study was carried out by applying hollow fiber membrane contactor using solvent from leaves of Noni (Morinda citrifolia) with doses of 10 gram, 50 gram, dan 100 gram per liter of water.
This solvent's effectiveness was evaluated from the aspects of mass transfer and hydrodynamic. Result of the experiment shows that mass transfer coefficient increases with the increasing of solvent's flow rate and decreasing of doses and number of fiber in the contactor. In hydrodynamic aspect, the increase of solvent's flow rate will increase pressure drop in the contactor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52188
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khatarina Mada Regita Cahya Kusuma
"Konsumsi bahan bakar fosil mengakibatkan peningkatan CO2 di atmosfer dan memicu perubahan iklim yang sangat signifikan salah satunya pemanasan global. Solusi untuk menanggulangi pemanasan global adalah dengan menerapkan metode penangkapan CO2 telah dianggap sebagai strategi yang paling menjanjikan dalam mengatasi masalah tersebut. Adsorben CO2 dapat digunakan sebagai solusi untuk meminimalisir peningkatan CO2 di atmosfer. Pada penelitian ini berhasil dilakukan sintesis grafena oksida (GO), magnesium oksida (MgO) dan MgO/GO dari ampas kopi sebagai adsorben CO2. Grafena oksida (GO) disintesis dari grafit yang telah dipirolisis ampas kopi menggunakan metode hummers termodifikasi. MgO disintensis dengan menggunakan metode hidrotermal. Hasil sintesis GO kopi kemudian didispersikan dengan magnesium oksida (MgO) membentuk komposit MgO/GO ampas kopi. Hasil sintesis GO Kopi, MgO, dan nanokomposit MgO/GO kopi berhasil disintesis. Nanokomposit MgO/GO kopi memiliki potensi sebagai adsorben CO2 dengan luas permukaan yang besar yaitu 113,81 m2/g dan kapasitas adsorpsi CO2 sebesar 0,3339 mmol/g.

The consumption of fossil fuels increases atmospheric CO2, triggering significant climate changes, including global warming. A solution to mitigate global warming is the implementation of carbon capture methods, considered the most promising strategy to address this issue. CO2 adsorbents can be utilized to minimize the rise of CO2 in the atmosphere. This study employed graphene oxide (GO), magnesium oxide (MgO), and MgO/GO synthesized from coffee grounds as CO2 adsorbents. Graphene oxide (GO) was synthesized from graphite pyrolyzed coffee grounds using a modified Hummers method. MgO was synthesized through a hydrothermal method. The synthesized GO coffee was then dispersed with magnesium oxide (MgO) to form the MgO/GO coffee composite. The synthesis of GO Coffee, MgO, and the MgO/GO coffee nanocomposite was successful, for synthesis. The MgO/GO coffee nanocomposite demonstrates potential as a CO2 adsorbent due to its large surface area of 113.81 m2/g and a CO2 adsorption capacity of 0.3339 mmol/g."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Libriandy
"ABSTRACT
Cadangan gas alam di Indonesia rata-rata memiliki kandungan CO2 yang tinggi. Karbondioksida CO2 dalam gas alam menjadi masalah dalam proses pengolahan gas bumi. CO2 akan mengurangi nilai kalor gas dari gas alam. Pada proses produksi LNG, CO2 harus dihilangkan karena akan membeku pada peralatan kriogenik. Absorpsi dengan senyawa alkanolamine seperti MEA, DEA, dan MDEA adalah teknologi yang umum digunakan dalam proses penghilangan CO2 dari gas bumi. Namun, teknologi ini memiliki banyak kekurangan seperti biaya operasional tinggi, regenerasi yang sulit, korosif, dan degradasi pelarut. Deep Eutectic Solvent DES bersifat stabil secara kimia dan termal, tidak korosif tidak mudah terbakar, dan tidak volatil sehingga lebih aman dan meningkatkan efisiensi regenerasi dibandingkan dengan pelarut lain pada yang umum digunakan seperti alkanolamine. DES juga disebut sebagai designer solvent karena sifatnya yang dapat di design sedemikian rupa untuk tujuan tertentu dengan mengkombinasikan berbagai HBA dan HBD. DES didefiniskan sebagai larutan yang berada dalam keadaan eutectik yang pertama kali dikemukakan oleh Abbot pada tahun 2003. Penelitian ini menggunakan DES berbasis Betain Anhidrat sebagai Hydrogen Bond Acceptor HBA dengan MDEA, Asam Levulinik, dan 1,2-Propanediol sebagai hydrogen bond donor HBD dengan rasio molar masing-masing 1:3 dan 1:6. Betain anhidrat merupakan senyawa ammonium kuartener selain kolin klorida yang digantikan karena sifatnya sangat higroskopis dan harga yang lebih tinggi. Penelitian absorpsi CO2 menggunakan metode volumetrik. Rasio antara mol CO2 yang mampu diabsorpsi oleh setiap mol DES dan tekanan gas dihitung dari data kelarutan. Kelarutan CO2 menggunakan DES meningkat seiring dengan kenaikan tekanan absorpsi pada suhu isotermal. Selain itu didapati bahwa gugus fungsi HBD, polaritas, dan viskositas mempengaruhi kelarutan CO2 dalam DES. DES dengan komposisi Betain-MDEA 1:6 memiliki kapasitas absorpsi CO2 terbesar yaitu 0,163 mol CO2/mol DES pada tekanan 8,855 bar.

ABSTRACT
Most of natural gas reserves in Indonesia has high CO2 concentration. CO2 become a problem in natural gas processing. CO2 is lowering the heating value of natural gas and at LNG processing, CO2 must be removed because it will freeze in equipments at criogenic condition. Absorption by alkanolamine such as MEA, DEA and MDEA is general technology of CO2 removal. However, this technology has several disadvantages such as high operational cost, regeneration problem, corrosive and solution degradation. Deep eutectic solvent DES is both thermally and chemically stable, non corrosive, non flammable and non volatile thus is able to be used safely and increasing solvent regeneration efficiency compared to alkanolamine. The freedom to variate HBA and HBD to achive certain characteristic for specific goal make DES called as designer solvent. DES is a solution in eutectic condition, introduced by Abbot in 2003. DES has low vapour, polarity and selectivity that can be customized. These properties make DES has potential as natural alternative absorbent. In this research, Betaine Anhydrous Based Deep Eutectic Solvent are used. Betaine Anhydrous is used as hydrogen bond acceptor with MDEA, Levulinic Acid and 1,2 Propanediol as hydrogen bond donor with each rasio molar of 1 3 and 1 6. Betaine is choosed as cholin chloride replacement because betaine characteristic is less hygroscopic than cholin chloride and can be found at lower price. This CO2 absorption research uses volumetric method. The ratio of moles from CO2 which can be absorbed per mole DES and the pressure of gas is calculated from the solubility data. The solubility of CO2 in DES increased at higher absorption pressure when the temperature is isothermal. The other factor such as viscosity, polarity and functional group of HBD affecting the solubility of CO2 in DES. Betaine MDEA 1 6 has highest ability to absorp CO2 with absorbing capacity of 0.16356 mol CO2 mol DES at 8.855 bar. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nur Hayati
"ABSTRACT
Umumnya, Industri gas menggunakan amina sebagai absorben untuk memisahkan CO2 dari gas asam. Namun, degradasi dari amina memiliki efek buruk terhadap lingkungan selain itu regenerasi amina membutuhkan energi yang besar. Deep Eutectic Solvent DES merupakan absorben alternatif yang ramah lingkungan yang dapat dijadikan pelarut CO2. Dalam penelitian ini, kelarutan CO2 menggunakan DES yang disintesis dari kolin klorida dan 1,4-butanadiol diamati pada 30oC, 40oC, dan 50oC pada tekanan mencapai 25 bar. Rasio mol kolin klorida dan 1,4-butanadiol yang digunakan adalah 1:2, 1:3, dan 1:4. Penelitian absorpsi CO2 menggunakan metode volumetrik. Rasio antara mol CO2 yang mampu diabsorpsi oleh setiap mol DES dan tekanan gas dihitung dari data kelarutan. Kelarutan CO2 menggunakan DES menurun dengan kenaikan suhu dan meningkat seiring dengan kenaikan tekanan absorpsi. DES dengan komposisi kolin klorida: 1,4-butanadiol 1:2 memiliki kapasitas absorpsi CO2 terbesar yaitu 0,085 mol CO2/mol DES pada suhu 25 bar dan 30oC dengan nilai parameter yaitu 0,0034 mol CO2/mol DES per bar.

ABSTRACT
Nowadays, Gas industry use amines technology to separate CO2 from the natural gas but the degradation of amines have some bad effects to environmental and the regeneration of amines consumed much enegy. Deep Eutectic Solvent DES have recently been considered as alternative solvent and have been proved its ability to absorp CO2. In this research, the solubility of CO2 in DES which is syntezsized by choline cloride and 1,4 butanadiol was determined at 30oC, 40oC, dan 50oC under pressure up to 25 bar. The mole ratios of choline chloride and 1,4 butanadiol selected were 1 2, 1 3, and 1 4. This research uses volumetric method. The ratio of moles from CO2 which can be absorbed per mole DES and the pressure of gas is calculated from the solubility data. The solubility of CO2 in DES decreased by with increasing temperature and increased by increasing pressure. The best composition to absorp CO2 is choline cloride 1,4 butanadiol 1 2 which can absorp 0,085 mol CO2 mol DES at 25 bar and 30oC with constant is 0,0034 mol CO2 mol DES per bar."
2017
S67896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>