Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27721 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Angga Ridhallah
"Kehadiran kaki seribu Afrika (Spirostreptus servatius) terutama pada lingkungan manusia dapat memberikan beberapa dampak negatif serta gejala penyakit pada tubuh manusia apabila terkena gigitannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendata serta menganalisis empat tanaman yang diduga bersifat pestisida dan diyakini paling dihindari sehingga dapat mengusir kaki seribu. Penelitian dilakukan selama 20 hari. Waktu pengamatan dimulai pukul 08.00—16.45 WIB dengan interval waktu 10 menit per pengulangan dengan jeda selama 15 menit. Metode pengamatan yang digunakan adalah 4 wadah berisi masing-masing ekstrak tanaman (cabai merah, pandan wangi, jeruk nipis, dan bawang putih) diamati secara bersamaan dan data yang diperoleh diuji menggunakan ANAVA dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) paling sering dihindari oleh kaki seribu dengan rata-rata frekuensi sebesar 9,65. Berdasarkan uji Tukey HSD dan LSD ditemukan bahwa pandan wangi dengan cabai merah tidak berbeda nyata, dan signifikan terhadap jeruk nipis dan bawang putih. Histogram yang dihasilkan juga memperlihatkan bahwa pandan wangi memiliki frekuensi paling sedikit sebesar 1,55 dengan rentang frekuensi terendah antara 1-2 kali. Peneliti menyimpulkan bahwa pada penelitian ini, pandan wangi adalah tanaman yang paling efektif sebagai pestisida untuk mengusir kaki seribu dibandingkan dengan tiga tanaman lainnya.

The presence of the African millipede (Spirostreptus servatius) especially in the human environment can have several negative impacts and symptoms of disease on the human body when it is bitten. This study aims to record and analyze four plants that are thought to have pesticidal properties and are believed to be the most avoided so that they can repel millipedes. The study was conducted for 20 days. Observation time starts at 08.00-16.45 WIB with an interval of 10 minutes per repetition with a pause of 15 minutes. The observation method used was 4 containers containing each plant extract (red chili, pandan, lime, and garlic) were observed simultaneously and the data obtained were tested using ANOVA with SPSS application. The results showed that the pandanus plant (Pandanus amaryllifolius Roxb.) was the most frequently avoided by millipedes with an average frequency of 9,65. Based on the Tukey HSD and LSD tests, it was found that pandan and red chili were not significantly different, and significant to lime and garlic. The resulting histogram also shows that pandan has a frequency of at least 1,55 with the lowest frequency range between 1-2 times. It was concluded that in this research, pandan is the most effective plant as a pesticide to repel millipedes compared to the other three plants."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Carolyn Tjokrosetio
"Latar belakang: Karies pada gigi sulung antara usia 0-72 bulan dikenal sebagai Early Childhood Caries (ECC) dan merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tinggi yang disebabkan oleh biofilm. Pada dekade terakhir, jamur Candida albicans banyak ditemukan bersama-sama dengan Streptococcus mutans dalam biofilm yang diambil dari plak gigi anak dengan ECC. Jamur C. albicans dapat meningkatkan derajat keparahan ECC. Pemahaman mengenai hubungan C. albicans dan S. mutans, memberikan perspektif baru untuk terapi yang efektif dalam mengkontrol ECC. Salah satu usaha untuk mencegah dan mengurangi tingkat ECC pada anak adalah dengan menggunakan bahan antimikroba. Bawang putih (Allium sativum) merupakan bahan herbal yang memiliki kemampuan antibakteri dan antijamur. Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak bawang putih terhadap viabilitas biofilm Candida albicans anak ECC. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan secara in vitro dengan isolat klinis dari plak gigi anak ECC. Ekstrak bawang putih dalam konsentrasi 10%, 25%, 50%, dan 100% dengan kontrol positif berupa CHX 0,2%. Uji viabilitas biofilm dilakukan dengan MTT assay. Hasil: Data statistik dianalisis dengan uji One Way ANOVA. Terdapat  perbedaan yang signifikan secara statistik dari viabilitas biofilm ekstrak bawang putih dibandingkan dengan kontrol negatif. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih efektif terhadap viabilitas biofilm Candida albicans.

Background: Dental caries on primary teeth in a child 72 of months age or younger is defined as Early Childhood Caries (ECC). ECC has a high prevalences and caused by biofilms. In the past decade, Candida albicans has been frequently detected together with S. mutans in oral biofilms collected from children with ECC. Candida albicans might enhance degree of ECC. Understanding of C. albicans and S. mutans relationship give a new perspective for effective therapy to control ECC. Antimicrobial agent can be used to prevent or as a therapy for ECC. Garlic (Allium sativum) is one of the traditional medicine that has antibacterial and antifungal effect. Purpose: To analyzed the effectivity of garlic extract against the viability of C.albicans biofilms in children with ECC. Method: Laboratorium research (in vitro), with plaque sample from children with ECC. Garlic extract in 10%, 25%, 50%, 100%, and CHX 0,2% as positive control. MTT assay were used to assess biofilms viability. Statistical data were analyzed with the One Way ANOVA test. Result: There was a statistically significant difference in the viability of C.albicans biofilms after garlic extract application. Conclusion: This study showed that garlic extract has a positive effect on the viability of C.albicans."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Adisaputra
"Candida albicans merupakan salah satu patogen oportunistik yang juga merupakan flora normal pada tubuh manusia. C. albicans dapat ditemukan pada saluran pencernaan, sistem genitourinari, oral dan konjungtiva. C. albicans dapat menyebabkan infeksi yang salah satunya terjadi ketika sistem imunitas inang lemah atau immunocompromised. Biofilm pada C. albicans peran dalam resistensi terhadap sebagian besar obat antijamur. Resistensi dari C. albicans terhadap antijamur disebabkan tiga faktor utama, seperti peningkatan regulasi pompa efluks, kehadiran matriks ekstraselular, dan keberadaan sel persister. Untuk menangani masalah resistensi dari C. albicans, maka diperlukan agen terapi baru dengan mekanisme aksi yang berbeda atau multi-target. Costus speciosus adalah tanaman asli Asia Tenggara meskipun saat ini lebih banyak ditemukan di India, Sri Lanka, Indonesia dan Malaysia. C. speciosus telah diketahui memiliki beragam aktivitas farmakologis salah satunya adalah antijamur. Beberapa senyawa dalam ekstrak Costus speciosus seperti dioscin, diosgenin dan costunolide memiiliki potensi untuk pengembangan terapi antifungal dengan mekanisme kerja yang baru. Metode dapat digunakan untuk menguji aktivitas dan mekanisme antifungal seperti pengujian viabilitas, uji waktu penambahan dengan deteksi menggunakan MTT dan PCR, uji struktur menggunakan SEM, uji aktivitas pompa proton, uji aktivitas mitokondria dan kuantifikasi ergosterol.

Candida albicans is an opportunistic pathogen and also a normal flora of the human body. These microorganisms can be found in digestive tract, genitourinary, oral and conjunctiva. C. albicans can cause infection, one of which occurs when the host's immune system is weak or immunocompromised. Biofilms on C. albicans play a role in resistance to most antifungal drugs.. The resistance of C. albicans to antifungals is due to three main factors, such as upregulation of efflux pump, extracellular matrix, and persister cells. In order to treat the resistance problem of C. albicans, new therapeutic agents with different mechanisms of action or multi-targeted is required. Costus speciosus is native to Southeast Asia although it is more commonly found in India, Sri Lanka, Indonesia and Malaysia. C. speciosus has been known to have various pharmacological activities, including antifungal. Several compounds in Costus speciosus extracts such as dioscin, diosgenin and costunolide have the potential to develop antifungal therapy with new mechanisms of action. The methode can be used to test the activity and antifungal mechanisms such as viability testing, time of addition with detection using MTT and PCR, structural test using SEM, proton pump activity test, mitochondrial activity test and ergosterol quantification."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Angga Wardani
"ABSTRAK
Nanopartikel merupakan sistem penghantaran novel yang sudah banyak dikembangkan dalam ilmu pengobatan hingga perawatan tubuh termasuk kosmetik. Antioksidan banyak digunakan sebagai bahan aktif dari formulasi salah satunya namun antioksidan secara umum bersifat tidak stabil. ulasan kali ini membahas mengenai karakteristik partikel dari berbagai sistem nanopartikel dari penelitan mengenai pengembangan kosmetik nanopartikel berbahan dasar ekstrak tanaman yang mengandung antioksidan. Karakteristik nanopartikel seperti ukuran, nilai polydispersity index dan nilai potensial zeta. Karakteristik yang terbentuk dipengaruhi berbagai faktor seperti dari faktor komponen penyusun sistem nano hingga faktor metode yang digunakan. Karakteristik yang terbentuk dapat menentukan kestabilan dari formulasi. Nanopartikel dengan karakteristik ukuran partikel yang kecil, penyebaran homogen dan nilai potensial yang besar menujukan formulasi yang stabil.

ABSTRACT
Nanoparticles is a novel delivery system that has been widely developed in the sciences of medicine to body care including cosmetics. Antioxidants are widely used as active ingredients of formulations, but antioxidants are generally unstable. This review discusses the particle characteristics of various nanoparticle systems from research on the development of cosmetics based on plant extracts that contain antioxidants. The characteristics of nanoparticles such as size, polydispersity index value and zeta potential value. The characteristics formed are influenced by various factors such as the components of the nano system components to the method used. The characteristics formed can determine the stability of the formulation. Nanoparticles with characteristics of small particle size, homogeneous dispersion and large potential values ​​indicate a stable formulation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando Martua Agustinus
"DSSC merupakan sel surya generasi baru. Pengembangannya pada dye akan sangat beragam. Dye dengan menggunakan bahan alami telah menjadi pilihan dalam pembuatan DSSC. Namun, beragam kesulitan muncul pada saat menggunakan dye alami. Salah satunya adalah pemrosesan bahan alami tersebut, seperti untuk melarutkan dan menempelkannya pada DSSC.
Tulisan ini menunjukkan perbedaan DSSC dengan dye yang dilarutkan dalam tiga pelarut berbeda, yaitu H2O, CH3COOH dan C2H5OH, serta tanpa pelarut yang mana Voc dan Isc yang terukur lebih baik untuk DSSC tanpa pelarut, yaitu 278 mV dan 62 μA.

DSSC is the new generation of solar cell. The development of dye will be very varied. Dye using natural ingredient has been choosen for creating DSSC. However, varied difficulties appear from using natural dye. One of them is the processing of its natural ingredient like dissolving and patching it to DSSC.
This thesis shows the different of DSSC which is dissolved in three different solvent, that H2O, CH3COOH and C2H5OH, and without solvent which natural dye without solvent measured Voc and Isc is better than anothers with solvent, that is 278 mV and 62 μA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Octavia
"Latar Belakang: Ekstrak bawang putih memiliki efek antibakteri terhadap berbagai bakteri Gram-positif dan Gram-negatif serta bakteri anaerob seperti Lactobacillus dan E. faecalis. Enterococcus faecalis merupakan bakteri Gram-positif fakultatif anaerob yang mampu menginvasi tubuli dentin dan resisten terhadap bahan irigasi dan medikamen intrakanal. Bahan irigasi saluran akar yang digunakan saat ini adalah bahan kimiawi yang dapat membahayakan jaringan periapikal dan benih gigi permanen jika terdorong ke apeks. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas ekstrak bawang putih terhadap viabilitas Enterococcus faecalis dari isolat klinis saluran akar gigi sulung non vital. Metode Penelitian: Uji MTT digunakan untuk menilai viabilitas E. faecalis setelah pemaparan ekstrak bawang putih dengan berbagai konsentrasi (10%, 25%, 50% dan 100%) dan CHX 2% sebagai kontrol positif. Hasil: Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Post-Hoc Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok. Ekstrak bawang putih konsentrasi 10%, 25%, 50% dan 100% mampu menurunkan viabilitas E. faecalis. Nilai viabilitas antara kelompok ekstrak bawang putih konsentrasi 25%, 50% dan 100% berbeda tidak bermakna (p>0,05) namun berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak 10% dan kelompok CHX 2% (p<0,05) dengan nilai viabilitas E. faecalis lebih rendah. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang putih efektif dalam menurunkan viabilitas E. faecalis.

Background: Garlic extract exhibits antibacterial effect against wide variety of gram-positive and Gram-negative bacteria as well as anaerobic bacteria such as Lactobacillus and E. faecalis. Enterococcus faecalis is a Gram-positive facultative anaerobe capable of invading the dentin tubules and is resistant to several irrigating solutions and intracanal medicament. Commonly used irrigating solutions are from chemical substances that can compromise the periapical tissue and permanent tooth germs if extruded from apex. The aim of this study was to analyse the effectivity of garlic extract against viability of E. faecalis from clinical isolate of non-vital primary root canals. Method: MTT assay was used to determine the viability of E. faecalis after exposure of different concentrations of garlic extract (10%, 25%, 50%, 100%) and CHX 2% as positive control. Result: Analysis was done using Kruskal-Wallis; the post-hoc test was done for multiple comparisons at a 0,05 significance level. All concentrations of garlic extracts were able to reduce viability of E. faecalis. Viability score between 25%, 50% and 100% extracts were not significantly different from one another (p>0,05), however they were significantly different from 10% extract and CHX 2% (p<0,05) with lower viability score. Conclusion: The results showed that garlic extract were effective to reduce viability of E. faecalis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafiidh Surya Putra
"Latar Belakang. Moringa oleifera merupakan tanaman yang banyak tumbuh di area tropis seperti Asia dan Afrika yang ditemukan memiliki komponen bioaktif yang memiliki aktivitas antiseptik. Penggunaan antiseptik memiliki peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri, salah satunya adalah Klebsiella pneumoniae, bakteri batang gram negatif yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan resisten terhadap antibiotik. Infeksi oleh bakteri ini menjadi perhatian lebih akibat adanya resistensi dan kemampuannya membentuk biofilm pada permukaan alat medis. Metode. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Klebsiella pneumoniae. Sampel yang diuji efektivitasnya sebagai antiseptik adalah ekstrak daun Moringa oleifera 80% dengan pelarut karboksimetil selulosa. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung pertumbuhan koloni K. pneumoniae pada sampel perlakuan dan kontrol dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik sampel dinilai dengan perhitungan dari prinsip percentage kill, yaitu ≥ 90%. Hasil. Hasil perhitungan percentage kill ekstrak daun M. oleifera dalam menghambat pertumbuhan koloni K. pneumoniae dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 65,7%, 85,6%, dan 90,1%. Efektivitas antiseptik didapatkan pada waktu kontak 5 menit, senilai 90,1%. Kesimpulan. Ekstrak daun M. oleifera memiliki aktivitas antiseptic yang efektif terhadap K. pneumoniae.

Background. Moringa oleifera is a plant that thrives in tropical areas such as Asia and Africa, known to contain bioactive components with antiseptic properties. The use of antiseptics plays a crucial role in the prevention and treatment of bacterial infections. Klebsiella pneumoniae is a gram-negative rod-shaped bacterium that causes nosocomial infections and exhibits significant antibiotic resistance. Infections caused by this bacterium are of particular concern due to its resistance and its ability to form biofilms on medical device surfaces. Method. The bacteria used in this study are Klebsiella pneumoniae. The sample tested for its antiseptic effectiveness is an 80% extract of Moringa oleifera leaves with carboxymethyl cellulose as a solvent. This research was conducted by counting the growth of K. pneumoniae colonies in treatment and control samples with contact times of 1, 2, and 5 minutes. The antiseptic effectiveness of the sample is assessed based on the percentage kill principle, which is ≥90%. Results. The results of the percentage kill calculation for the M. oleifera leaf extract in inhibiting the growth of K. pneumoniae with contact times of 1, 2, and 5 minutes were 65.7%, 85.6%, and 90.1%, respectively. Antiseptic effectiveness was achieved at a 5-minute contact time, with a value of 90.1%. Conclusion. Moringa oleifera leaf extract has effective antiseptic activity against K. pneumoniae."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Ramadhania
"ABSTRACT
Peningkatan radikal bebas dapat mengakibatkan sejumlah besar masalah kesehatan penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular dengan prevalensi tinggi di Indonesia dan merupakan masalah kesehatan di dunia. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Asia khususnya Indonesia dan memiliki kandungan yang bersifat antioksidan yakni flavonoid, alkaloid, dan fenolik. Penelitian ini mengkaji kemampuan antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi pada hati tikus yang diberi CCl4. Kondisi stres oksidatif dipicu dengan pemberian CCL4 0,55 mg/kgBB, 24 tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi 4 kelompok yakni kontrol, CCl4, ekstrak, ekstrak+CCl4. Dosis ekstrak yang digunakan yakni 85 mg/KgBB. Kemampuan antioksidan ekstrak pandan dinilai dari pengukuran MDA, GSH, dan aktivitas spesifik katalase. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok (p>0,05). Berdasarkan perbedaan reratanya, pemberian ekstrak daun pandan wangi menurunkan kadar MDA hati dan meningkatkan kadar GSH dan aktivitas spesifik katalase hati yang diinduksi oleh CCl4 dibanding kelompok CCl4. Pemberian CCl4 0,55 mg/kgBB menunjukkan peningkatan kadar MDA hati dan penurunan aktivitas spesifik katalase dan GSH yang tidak signifikan dibanding kelompok kontrol. Dari hasil yang didapat masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan dosis CCl4 yang lebih tinggi dan membandingkan efek pemberian ekstrak pandan dengan kontrol positif vitamin E.

ABSTRACT
Increased production of free radicals leads to numbers of health problems of degenerative and non-communicable diseases which have a high prevalence in Indonesia and common health problem in the world. Pandan Leaf Extract (Pandanus amaryllifolius) is one of plants that grows in Asia, especially in Indonesia. Major compounds tact as antioxidants found in pandan leaf is flavonoids, alkaloids, and phenolics. This study investigated the antioxidant capacity of ethanolic extract of pandan leaves on CCl4-induced liver of rats. Oxidative stress was triggered by oral administration of 0,55 mg/kgBW CCL4, 24 male Sprague-Dawley rats were divided into 4 groups,(normal control, CCl4, extract, extract+CCl4). Dose of extract used is 85 mg/KgBW. Antioxidant capacity of pandan extract was assessed by measuring MDA, GSH, and catalase specific activity. Results of this study showed no significant differences between groups (p>0,05). Based on mean differences, administration of pandan leaf extract decreased liver MDA and increased GSH and catalase specific activity of liver induced by CCl4 compared to CCl4 group. Administration of 0,55 mg/kgBW CCl4 demonstrated an increase in liver MDA levels and a decrease in catalase specific activity and GSH level insignificant compared to control group. Further research is needed by using higher dose of CCl4 and comparing effect of administrating pandan extract with positive control.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The research was conducted at Payakumbuh agricultural polytechnic farm service from March until September 2007. ..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati
"Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus merupakan dua dari sekian banyak bakteri yang menginfeksi manusia. Infeksi bakteri tersebut menjadi semakin berbahaya akibat tingginya kejadian resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik. Keterbatasan antibiotik yang tersedia menyebabkan perlunya penggunaan bahan alternatif sebagai antibiotik, antara lain tanaman herbal yang banyak djumpai di Indonesia sebagai kekayaan hayati. Kalanchoe pinnata merupakan salah satu tanaman herbal yang sering digunakan untuk menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di Departemen Mikrobiologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Daun Kalanchoe pinnata diekstraksi dengan etanol. Sampel bakteri diambil secara acak dari koleksi kultur bakteri yang diisolasi dari pasien. Uji kepekaan dilakukan dengan metode mikrodilusi. Kalanchoe pinnata mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum ekstrak daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii sebesar 144,9 mg/ml dan 289,8 mg/ml, sedangkan terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus sebesar 144,9 mg/ml; dengan Konsentrasi Bunuh Minimum yang tidak dapat ditentukan.

Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus are two out of many human infecting bacteria. These bacterial infections are becoming more threatening due to their high resistance towards antibiotics. This condition leads to a challenge in searching alternative substances that can be utilized as antibiotics. One way to obtain the substance is from herbs that are found all around Indonesia as its national plant heritage. Cocor Bebek Kalanchoe pinnata is one of the herbs that is often used to treat infections. The aim of this study is to investigate the antibacterial activity of leaves extract of Kalanchoe pinnata against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. This study was conducted at The Department of Microbiology and Pharmacy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Leaves of Kalanchoe pinnata were extracted using ethanol as solvent. Bacterial samples were selected randomly from a culture collection isolated from patients. Susceptibility test was done by broth microdilution method. Kalanchoe pinnata has antibacterial activity against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. The Minimum Inhibitory Concentration and Minimum Bactericidal Concentration of Kalanchoe pinnata leaves extract against Acinetobacter baumannii are 144.9 mg ml and 289.8 mg ml, while for Methicillin Resistant Staphylococcus aureus is 144.9 mg ml unfortunately, its MBC cannot be determined.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>