Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Angga Ridhallah
"Kehadiran kaki seribu Afrika (Spirostreptus servatius) terutama pada lingkungan manusia dapat memberikan beberapa dampak negatif serta gejala penyakit pada tubuh manusia apabila terkena gigitannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendata serta menganalisis empat tanaman yang diduga bersifat pestisida dan diyakini paling dihindari sehingga dapat mengusir kaki seribu. Penelitian dilakukan selama 20 hari. Waktu pengamatan dimulai pukul 08.00—16.45 WIB dengan interval waktu 10 menit per pengulangan dengan jeda selama 15 menit. Metode pengamatan yang digunakan adalah 4 wadah berisi masing-masing ekstrak tanaman (cabai merah, pandan wangi, jeruk nipis, dan bawang putih) diamati secara bersamaan dan data yang diperoleh diuji menggunakan ANAVA dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) paling sering dihindari oleh kaki seribu dengan rata-rata frekuensi sebesar 9,65. Berdasarkan uji Tukey HSD dan LSD ditemukan bahwa pandan wangi dengan cabai merah tidak berbeda nyata, dan signifikan terhadap jeruk nipis dan bawang putih. Histogram yang dihasilkan juga memperlihatkan bahwa pandan wangi memiliki frekuensi paling sedikit sebesar 1,55 dengan rentang frekuensi terendah antara 1-2 kali. Peneliti menyimpulkan bahwa pada penelitian ini, pandan wangi adalah tanaman yang paling efektif sebagai pestisida untuk mengusir kaki seribu dibandingkan dengan tiga tanaman lainnya.

The presence of the African millipede (Spirostreptus servatius) especially in the human environment can have several negative impacts and symptoms of disease on the human body when it is bitten. This study aims to record and analyze four plants that are thought to have pesticidal properties and are believed to be the most avoided so that they can repel millipedes. The study was conducted for 20 days. Observation time starts at 08.00-16.45 WIB with an interval of 10 minutes per repetition with a pause of 15 minutes. The observation method used was 4 containers containing each plant extract (red chili, pandan, lime, and garlic) were observed simultaneously and the data obtained were tested using ANOVA with SPSS application. The results showed that the pandanus plant (Pandanus amaryllifolius Roxb.) was the most frequently avoided by millipedes with an average frequency of 9,65. Based on the Tukey HSD and LSD tests, it was found that pandan and red chili were not significantly different, and significant to lime and garlic. The resulting histogram also shows that pandan has a frequency of at least 1,55 with the lowest frequency range between 1-2 times. It was concluded that in this research, pandan is the most effective plant as a pesticide to repel millipedes compared to the other three plants."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Carolyn Tjokrosetio
"Latar belakang: Karies pada gigi sulung antara usia 0-72 bulan dikenal sebagai Early Childhood Caries (ECC) dan merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tinggi yang disebabkan oleh biofilm. Pada dekade terakhir, jamur Candida albicans banyak ditemukan bersama-sama dengan Streptococcus mutans dalam biofilm yang diambil dari plak gigi anak dengan ECC. Jamur C. albicans dapat meningkatkan derajat keparahan ECC. Pemahaman mengenai hubungan C. albicans dan S. mutans, memberikan perspektif baru untuk terapi yang efektif dalam mengkontrol ECC. Salah satu usaha untuk mencegah dan mengurangi tingkat ECC pada anak adalah dengan menggunakan bahan antimikroba. Bawang putih (Allium sativum) merupakan bahan herbal yang memiliki kemampuan antibakteri dan antijamur. Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak bawang putih terhadap viabilitas biofilm Candida albicans anak ECC. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan secara in vitro dengan isolat klinis dari plak gigi anak ECC. Ekstrak bawang putih dalam konsentrasi 10%, 25%, 50%, dan 100% dengan kontrol positif berupa CHX 0,2%. Uji viabilitas biofilm dilakukan dengan MTT assay. Hasil: Data statistik dianalisis dengan uji One Way ANOVA. Terdapat  perbedaan yang signifikan secara statistik dari viabilitas biofilm ekstrak bawang putih dibandingkan dengan kontrol negatif. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih efektif terhadap viabilitas biofilm Candida albicans.

Background: Dental caries on primary teeth in a child 72 of months age or younger is defined as Early Childhood Caries (ECC). ECC has a high prevalences and caused by biofilms. In the past decade, Candida albicans has been frequently detected together with S. mutans in oral biofilms collected from children with ECC. Candida albicans might enhance degree of ECC. Understanding of C. albicans and S. mutans relationship give a new perspective for effective therapy to control ECC. Antimicrobial agent can be used to prevent or as a therapy for ECC. Garlic (Allium sativum) is one of the traditional medicine that has antibacterial and antifungal effect. Purpose: To analyzed the effectivity of garlic extract against the viability of C.albicans biofilms in children with ECC. Method: Laboratorium research (in vitro), with plaque sample from children with ECC. Garlic extract in 10%, 25%, 50%, 100%, and CHX 0,2% as positive control. MTT assay were used to assess biofilms viability. Statistical data were analyzed with the One Way ANOVA test. Result: There was a statistically significant difference in the viability of C.albicans biofilms after garlic extract application. Conclusion: This study showed that garlic extract has a positive effect on the viability of C.albicans."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Adisaputra
"Candida albicans merupakan salah satu patogen oportunistik yang juga merupakan flora normal pada tubuh manusia. C. albicans dapat ditemukan pada saluran pencernaan, sistem genitourinari, oral dan konjungtiva. C. albicans dapat menyebabkan infeksi yang salah satunya terjadi ketika sistem imunitas inang lemah atau immunocompromised. Biofilm pada C. albicans peran dalam resistensi terhadap sebagian besar obat antijamur. Resistensi dari C. albicans terhadap antijamur disebabkan tiga faktor utama, seperti peningkatan regulasi pompa efluks, kehadiran matriks ekstraselular, dan keberadaan sel persister. Untuk menangani masalah resistensi dari C. albicans, maka diperlukan agen terapi baru dengan mekanisme aksi yang berbeda atau multi-target. Costus speciosus adalah tanaman asli Asia Tenggara meskipun saat ini lebih banyak ditemukan di India, Sri Lanka, Indonesia dan Malaysia. C. speciosus telah diketahui memiliki beragam aktivitas farmakologis salah satunya adalah antijamur. Beberapa senyawa dalam ekstrak Costus speciosus seperti dioscin, diosgenin dan costunolide memiiliki potensi untuk pengembangan terapi antifungal dengan mekanisme kerja yang baru. Metode dapat digunakan untuk menguji aktivitas dan mekanisme antifungal seperti pengujian viabilitas, uji waktu penambahan dengan deteksi menggunakan MTT dan PCR, uji struktur menggunakan SEM, uji aktivitas pompa proton, uji aktivitas mitokondria dan kuantifikasi ergosterol.

Candida albicans is an opportunistic pathogen and also a normal flora of the human body. These microorganisms can be found in digestive tract, genitourinary, oral and conjunctiva. C. albicans can cause infection, one of which occurs when the host's immune system is weak or immunocompromised. Biofilms on C. albicans play a role in resistance to most antifungal drugs.. The resistance of C. albicans to antifungals is due to three main factors, such as upregulation of efflux pump, extracellular matrix, and persister cells. In order to treat the resistance problem of C. albicans, new therapeutic agents with different mechanisms of action or multi-targeted is required. Costus speciosus is native to Southeast Asia although it is more commonly found in India, Sri Lanka, Indonesia and Malaysia. C. speciosus has been known to have various pharmacological activities, including antifungal. Several compounds in Costus speciosus extracts such as dioscin, diosgenin and costunolide have the potential to develop antifungal therapy with new mechanisms of action. The methode can be used to test the activity and antifungal mechanisms such as viability testing, time of addition with detection using MTT and PCR, structural test using SEM, proton pump activity test, mitochondrial activity test and ergosterol quantification."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Angga Wardani
"ABSTRAK
Nanopartikel merupakan sistem penghantaran novel yang sudah banyak dikembangkan dalam ilmu pengobatan hingga perawatan tubuh termasuk kosmetik. Antioksidan banyak digunakan sebagai bahan aktif dari formulasi salah satunya namun antioksidan secara umum bersifat tidak stabil. ulasan kali ini membahas mengenai karakteristik partikel dari berbagai sistem nanopartikel dari penelitan mengenai pengembangan kosmetik nanopartikel berbahan dasar ekstrak tanaman yang mengandung antioksidan. Karakteristik nanopartikel seperti ukuran, nilai polydispersity index dan nilai potensial zeta. Karakteristik yang terbentuk dipengaruhi berbagai faktor seperti dari faktor komponen penyusun sistem nano hingga faktor metode yang digunakan. Karakteristik yang terbentuk dapat menentukan kestabilan dari formulasi. Nanopartikel dengan karakteristik ukuran partikel yang kecil, penyebaran homogen dan nilai potensial yang besar menujukan formulasi yang stabil.

ABSTRACT
Nanoparticles is a novel delivery system that has been widely developed in the sciences of medicine to body care including cosmetics. Antioxidants are widely used as active ingredients of formulations, but antioxidants are generally unstable. This review discusses the particle characteristics of various nanoparticle systems from research on the development of cosmetics based on plant extracts that contain antioxidants. The characteristics of nanoparticles such as size, polydispersity index value and zeta potential value. The characteristics formed are influenced by various factors such as the components of the nano system components to the method used. The characteristics formed can determine the stability of the formulation. Nanoparticles with characteristics of small particle size, homogeneous dispersion and large potential values ​​indicate a stable formulation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando Martua Agustinus
"DSSC merupakan sel surya generasi baru. Pengembangannya pada dye akan sangat beragam. Dye dengan menggunakan bahan alami telah menjadi pilihan dalam pembuatan DSSC. Namun, beragam kesulitan muncul pada saat menggunakan dye alami. Salah satunya adalah pemrosesan bahan alami tersebut, seperti untuk melarutkan dan menempelkannya pada DSSC.
Tulisan ini menunjukkan perbedaan DSSC dengan dye yang dilarutkan dalam tiga pelarut berbeda, yaitu H2O, CH3COOH dan C2H5OH, serta tanpa pelarut yang mana Voc dan Isc yang terukur lebih baik untuk DSSC tanpa pelarut, yaitu 278 mV dan 62 μA.

DSSC is the new generation of solar cell. The development of dye will be very varied. Dye using natural ingredient has been choosen for creating DSSC. However, varied difficulties appear from using natural dye. One of them is the processing of its natural ingredient like dissolving and patching it to DSSC.
This thesis shows the different of DSSC which is dissolved in three different solvent, that H2O, CH3COOH and C2H5OH, and without solvent which natural dye without solvent measured Voc and Isc is better than anothers with solvent, that is 278 mV and 62 μA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Berliany Hedinata
"Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang memiliki empat serotipe: DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 dengan infeksi sekunder antara DENV-2 dan DENV-4 menimbulkan gejala paling parah. Meskipun antivirus umum digunakan sebagai pengobatan alternatif, tetapi belum ada antivirus dengue yang berlisensi hingga saat ini. Mengingat potensi antivirus dari ekstrak tanaman, penelitian ini mengevaluasi 12 ekstrak tanaman mengandung berbagai fitokimia, termasuk flavonoid, yang mampu mengikat langsung protein virus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai sitotoksisitas (CC50) dan potensi aktivitas antivirus DENV-2 dan DENV-4 Isolat Indonesia. Kedua virus dipropagasi dan dilakukan plaque assay untuk mendapatkan konsentrasi berdasarkan nilai titer virus. 12 ekstrak dipreparasi dan diuji MTT untuk mendapatkan nilai sitotoksisitas (CC50). Hasil dari kedua pengujian, yaitu konsentrasi titer virus dan nilai sitotoksisitasnya kemudian diuji untuk mengukur potensi aktivitas antivirus dengan plaque assay. Andrographis paniculata dan Phyllanthus niruri sebagai kontrol pembanding memiliki nilai sitotoksisitas (CC50) sebesar 148,8 dan 151,7 ppm, serta menunjukkan aktivitas antivirus DENV-2 dengan nilai inhibisi 79,1% dan 65,8%. Dibandingkan dengan kontrol pembanding, diketahui bahwa delapan dari sepuluh ekstrak, yaitu Sonchus arvensis, Kaempferia galanga, Curcuma aeruginosa, Syzygium polyanthum, Centella asiatica, Ardisia elliptica, Anredera cordifolia, dan Sechium edule bersifat tidak lebih toksik terhadap galur sel BHK-21. Setelah pengujian aktivitas antivirus diketahui Syzygium polyanthum, Ardisia elliptica, dan Anredera cordifolia memiliki potensi antivirus DENV-2 dan DENV-4 dengan nilai inhibisi sekitar 50—100%. Namun, senyawa spesifik yang bertanggung jawab atas aktivitas antivirus dalam esktrak tersebut belum diketahui, sehingga memerlukan fraksinasi dan pengujian ulang untuk mengidentifikasi senyawa spesifik berpotensi menjadi antivirus DENV-2 dan DENV-4.

Dengue fever caused by dengue virus, which has four serotypes: DENV-1, DENV-2, DENV-3, and DENV-4. Secondary infections between DENV-2 and DENV-4 can result in most severe symptoms. Although antivirals used as alternative treatments, there currently no licensed dengue antivirals. Given antiviral potential of plant extracts, this study evaluated antiviral activity of 12 plant extracts containing various phytochemicals, including flavonoids, which can directly bind viral proteins. The study aimed to determine cytotoxicity and potential antiviral activity of DENV-2 and DENV-4 isolates from Indonesia. Both viruses propagated and plaque assays performed to obtain concentrations based on viral titers. The 12 extracts were prepared and tested using MTT assay to determine their cytotoxicity (CC50). The results, viral titers and cytotoxicity values, were used to measure potential antiviral activity using plaque assays. Andrographis paniculat and Phyllanthus niruri as comparison control, with cytotoxicity (CC50) values of 148.8 and 151.7 ppm, and showed antiviral DENV-2 with inhibition values of 79.1% and 65.8%. Compared to the comparison control, it was found that eight of the ten extracts, including Sonchus arvensis, Kaempferia galanga, Curcuma aeruginosa, Syzygium polyanthum, Centella asiatica, Ardisia elliptica, Anredera cordifolia, and Sechium edule, was not more toxic to BHK-21 cell lines. After testing antiviral activity, it was found Syzygium polyanthum, Ardisia elliptica, and Anredera cordifolia had potential antiviral DENV-2 and DENV-4 with inhibition values around 50-100%. However, specific compounds responsible for antiviral activity in extracts remain unknown, necessitating further fractionation and re-testing to identify specific compounds with potential antiviral DENV-2 and DENV-4."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Octavia
"Latar Belakang: Ekstrak bawang putih memiliki efek antibakteri terhadap berbagai bakteri Gram-positif dan Gram-negatif serta bakteri anaerob seperti Lactobacillus dan E. faecalis. Enterococcus faecalis merupakan bakteri Gram-positif fakultatif anaerob yang mampu menginvasi tubuli dentin dan resisten terhadap bahan irigasi dan medikamen intrakanal. Bahan irigasi saluran akar yang digunakan saat ini adalah bahan kimiawi yang dapat membahayakan jaringan periapikal dan benih gigi permanen jika terdorong ke apeks. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas ekstrak bawang putih terhadap viabilitas Enterococcus faecalis dari isolat klinis saluran akar gigi sulung non vital. Metode Penelitian: Uji MTT digunakan untuk menilai viabilitas E. faecalis setelah pemaparan ekstrak bawang putih dengan berbagai konsentrasi (10%, 25%, 50% dan 100%) dan CHX 2% sebagai kontrol positif. Hasil: Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Post-Hoc Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok. Ekstrak bawang putih konsentrasi 10%, 25%, 50% dan 100% mampu menurunkan viabilitas E. faecalis. Nilai viabilitas antara kelompok ekstrak bawang putih konsentrasi 25%, 50% dan 100% berbeda tidak bermakna (p>0,05) namun berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak 10% dan kelompok CHX 2% (p<0,05) dengan nilai viabilitas E. faecalis lebih rendah. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang putih efektif dalam menurunkan viabilitas E. faecalis.

Background: Garlic extract exhibits antibacterial effect against wide variety of gram-positive and Gram-negative bacteria as well as anaerobic bacteria such as Lactobacillus and E. faecalis. Enterococcus faecalis is a Gram-positive facultative anaerobe capable of invading the dentin tubules and is resistant to several irrigating solutions and intracanal medicament. Commonly used irrigating solutions are from chemical substances that can compromise the periapical tissue and permanent tooth germs if extruded from apex. The aim of this study was to analyse the effectivity of garlic extract against viability of E. faecalis from clinical isolate of non-vital primary root canals. Method: MTT assay was used to determine the viability of E. faecalis after exposure of different concentrations of garlic extract (10%, 25%, 50%, 100%) and CHX 2% as positive control. Result: Analysis was done using Kruskal-Wallis; the post-hoc test was done for multiple comparisons at a 0,05 significance level. All concentrations of garlic extracts were able to reduce viability of E. faecalis. Viability score between 25%, 50% and 100% extracts were not significantly different from one another (p>0,05), however they were significantly different from 10% extract and CHX 2% (p<0,05) with lower viability score. Conclusion: The results showed that garlic extract were effective to reduce viability of E. faecalis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafiidh Surya Putra
"Latar Belakang. Moringa oleifera merupakan tanaman yang banyak tumbuh di area tropis seperti Asia dan Afrika yang ditemukan memiliki komponen bioaktif yang memiliki aktivitas antiseptik. Penggunaan antiseptik memiliki peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri, salah satunya adalah Klebsiella pneumoniae, bakteri batang gram negatif yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan resisten terhadap antibiotik. Infeksi oleh bakteri ini menjadi perhatian lebih akibat adanya resistensi dan kemampuannya membentuk biofilm pada permukaan alat medis. Metode. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Klebsiella pneumoniae. Sampel yang diuji efektivitasnya sebagai antiseptik adalah ekstrak daun Moringa oleifera 80% dengan pelarut karboksimetil selulosa. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung pertumbuhan koloni K. pneumoniae pada sampel perlakuan dan kontrol dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik sampel dinilai dengan perhitungan dari prinsip percentage kill, yaitu ≥ 90%. Hasil. Hasil perhitungan percentage kill ekstrak daun M. oleifera dalam menghambat pertumbuhan koloni K. pneumoniae dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 65,7%, 85,6%, dan 90,1%. Efektivitas antiseptik didapatkan pada waktu kontak 5 menit, senilai 90,1%. Kesimpulan. Ekstrak daun M. oleifera memiliki aktivitas antiseptic yang efektif terhadap K. pneumoniae.

Background. Moringa oleifera is a plant that thrives in tropical areas such as Asia and Africa, known to contain bioactive components with antiseptic properties. The use of antiseptics plays a crucial role in the prevention and treatment of bacterial infections. Klebsiella pneumoniae is a gram-negative rod-shaped bacterium that causes nosocomial infections and exhibits significant antibiotic resistance. Infections caused by this bacterium are of particular concern due to its resistance and its ability to form biofilms on medical device surfaces. Method. The bacteria used in this study are Klebsiella pneumoniae. The sample tested for its antiseptic effectiveness is an 80% extract of Moringa oleifera leaves with carboxymethyl cellulose as a solvent. This research was conducted by counting the growth of K. pneumoniae colonies in treatment and control samples with contact times of 1, 2, and 5 minutes. The antiseptic effectiveness of the sample is assessed based on the percentage kill principle, which is ≥90%. Results. The results of the percentage kill calculation for the M. oleifera leaf extract in inhibiting the growth of K. pneumoniae with contact times of 1, 2, and 5 minutes were 65.7%, 85.6%, and 90.1%, respectively. Antiseptic effectiveness was achieved at a 5-minute contact time, with a value of 90.1%. Conclusion. Moringa oleifera leaf extract has effective antiseptic activity against K. pneumoniae."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Ramadhania
"ABSTRACT
Peningkatan radikal bebas dapat mengakibatkan sejumlah besar masalah kesehatan penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular dengan prevalensi tinggi di Indonesia dan merupakan masalah kesehatan di dunia. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Asia khususnya Indonesia dan memiliki kandungan yang bersifat antioksidan yakni flavonoid, alkaloid, dan fenolik. Penelitian ini mengkaji kemampuan antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi pada hati tikus yang diberi CCl4. Kondisi stres oksidatif dipicu dengan pemberian CCL4 0,55 mg/kgBB, 24 tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi 4 kelompok yakni kontrol, CCl4, ekstrak, ekstrak+CCl4. Dosis ekstrak yang digunakan yakni 85 mg/KgBB. Kemampuan antioksidan ekstrak pandan dinilai dari pengukuran MDA, GSH, dan aktivitas spesifik katalase. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok (p>0,05). Berdasarkan perbedaan reratanya, pemberian ekstrak daun pandan wangi menurunkan kadar MDA hati dan meningkatkan kadar GSH dan aktivitas spesifik katalase hati yang diinduksi oleh CCl4 dibanding kelompok CCl4. Pemberian CCl4 0,55 mg/kgBB menunjukkan peningkatan kadar MDA hati dan penurunan aktivitas spesifik katalase dan GSH yang tidak signifikan dibanding kelompok kontrol. Dari hasil yang didapat masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan dosis CCl4 yang lebih tinggi dan membandingkan efek pemberian ekstrak pandan dengan kontrol positif vitamin E.

ABSTRACT
Increased production of free radicals leads to numbers of health problems of degenerative and non-communicable diseases which have a high prevalence in Indonesia and common health problem in the world. Pandan Leaf Extract (Pandanus amaryllifolius) is one of plants that grows in Asia, especially in Indonesia. Major compounds tact as antioxidants found in pandan leaf is flavonoids, alkaloids, and phenolics. This study investigated the antioxidant capacity of ethanolic extract of pandan leaves on CCl4-induced liver of rats. Oxidative stress was triggered by oral administration of 0,55 mg/kgBW CCL4, 24 male Sprague-Dawley rats were divided into 4 groups,(normal control, CCl4, extract, extract+CCl4). Dose of extract used is 85 mg/KgBW. Antioxidant capacity of pandan extract was assessed by measuring MDA, GSH, and catalase specific activity. Results of this study showed no significant differences between groups (p>0,05). Based on mean differences, administration of pandan leaf extract decreased liver MDA and increased GSH and catalase specific activity of liver induced by CCl4 compared to CCl4 group. Administration of 0,55 mg/kgBW CCl4 demonstrated an increase in liver MDA levels and a decrease in catalase specific activity and GSH level insignificant compared to control group. Further research is needed by using higher dose of CCl4 and comparing effect of administrating pandan extract with positive control.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Valentara Cindy
"Peningkatan jumlah radikal bebas yang tidak dapat diatasi oleh tubuh menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Kondisi stres oksidatif mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit seperti kanker, diabetes melitus, penyakit neurodegeneratif dan sebagainya. Untuk mengatasi kondisi stres oksidatif diperlukan antioksidan. Antioksidan bisa diperoleh dari bahan alami seperti daun pandan wangi. Daun pandan wangi telah dibuktikan memiliki kandungan antioksidan alami seperti flavonoid dan asam fenolik. Untuk melihat aktivitas ekstrak daun pandan wangi dalam mengatasi kondisi stres oksidatif, dilakukan uji coba pada sel darah merah sapi 2% dengan mengukur kadar MDA dan GSH. Ekstrak Etanol daun pandan wangi diberikan pada sel darah merah sapi 2% yang telah diberikan H2O2 ­­­atau akan diberikan H2O2 setelahnya, untuk melihat efek antioksidan secara preventif dan kuratif.
Hasil uji coba didapatkan bahwa kadar MDA tidak dapat diintepretasi karena pigmen warna daun pandan wangi mengganggu pembacaan hasil. Hasil pengukuran kadar GSH menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada kelompok perlakuan preventif dan kuratif dibandingkan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil salah satu indikator yang diuji tersebut, disimpulkan bahwa ekstral etanol daun pandan wangi memiliki efek preventif dan kuratif sebagai antioksidan terhadap kondisi stres oksidatif sel darah merah sapi 2%. Akan tetapi, perlu dilakukan modifikasi dalam pembuatan ekstrak daun pandan wangi pada penelitian selanjutnya untuk menangani faktor pengganggu dalam pembacaan hasil.

The increase in number of free radicals that cannot be overcame by human body can lead to a condition called stress oxidative. This condition causes several diseases such as cancer, diabetes mellitus, neurodegenerative disease and more. Antioxidant is needed to conquer stress oxidative. Antioxidants can be obtained from natural ingredients, for example pandan leaf. Pandan leaves have been proven to have antioxidant compounds such as flavonoid and phenolic acid. To observe the antioxidant activity of pandan leaves extract, an experiment on 2% cows blood cells is performed by measuring its MDA and GSH concentration. Ethanol extract of pandan leaves is given to 2% cows red blood cells, that has been given H2O2 or that will be given H2O2 later, in order to observe antioxidant effect preventively and curatively.
The resulting MDA concentration from this experiment is not able to be interpreted because of the pigmentation of pandan leaves confounding the absorbance reading. The measurement result of GSH concentration showed a significant increase on the preventive and curative groups compared to the negative control group. Based on the result of one of the indicators in this experiment, it can be concluded that ethanol extract pandan leaves have preventive and curative effects as an antioxidant to overcome stress oxidative condition on 2% cows red blood cells. However, modifications in preparing the pandan leaves extract should be done in further research to deal with the confounding factors in absorbance reading.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>