Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146234 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah Khansa Humaira
"Endometriosis merupakan jaringan yang ditemukan di luar uterus dan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya infertilitas. Endometriosis dapat terjadi pada wanita umur reproduktif dengan probabilitas sebesar 10—15%. Selain itu, endometriosis dapat terjadi pada wanita yang memiliki nyeri kronis pada pelvis dengan besar probabilitas sebesar 70%. Pertumbuhan dan perkembangan jaringan endometriosis dipengaruhi oleh autofagi. Mekanisme autofagi yang terjadi pada tubuh manusia dapat dipicu dengan keberadaan HMGB1. Selain dengan HMGB1, autofagi dapat dipicu dengan adanya ekspresi gen LC3 dan BECN1. Adanya HMGB1 berpengaruh terhadap jumlah gen LC3 dan BECN1. Penelitian dilakukan dengan menganalisis sampel jaringan endometriosis pada fase proliferasi dan sekretori menggunakan metode RT-qPCR absolut dengan kurva standard. Kurva standard dibuat dengan fragmen gen HMGB1 didapatkan nilai efisiensi sebesar 88,38% dan nilai R2 sebesar 0,99618. Kedua nilai yang telah disebutkan masuk ke dalam kisaran yang dapat diterima yaitu dalam rentang 80—110% dan diatas 0,99. Sementara itu, Uji T menunjukkan perbedaan dengan hasil yang tidak signifikan (p<0,05) namun menunjukkan kecenderungan pada rata-rata kelompok. Penelitian ini juga melakukan uji Spearman’s Rank pada HMGB1 dan BECN1 dan menunjukkan korelasi positif baik itu pada kelompok sekretori maupun proliferasi dengan hasil masing-masing 0,721 dan 0,729. Sehingga dapat disimpulkan dari penelitian yang dilakukan bahwa jumlah salinan gen HMGB1 berperan dalam mekanisme autofagi dan memengaruhi tingkat autofagi pada jaringan endometriosis.

Endometriosis is human tissue found outside the uterus and can be a contributing factor to infertility. Endometriosis can occur in women of reproductive age with a percent probability of 10—15%. In addition, it can occur in women who have chronic pelvic pain with a 70%. The growth of endometriotic tissue can be influenced by autophagy. The mechanism of autophagy that occurs in the human body can be triggered by the presence of the HMGB1 protein. In addition to the HMGB1 protein, autophagy also regulated by the presence of LC3 and BECN1 genes. The presence of HMGB1 protein affects LC3 and BECN1. The study was conducted by analyzing tissue samples of endometriosis in the proliferative and secretory phase using the RT-qPCR absolute method with standard curve. The standard curve was made by HMGB1 gene fragment and obtained an efficiency value of 88.38% and R2 value of 0.99618. The two values ​​mentioned above fall into the acceptable range, namely in the range of 80-110% and above 0.99. Meanwhile, the results the T test showed there is no significant difference (p<0,05) but showed a tendency if it compared by the group means. Spearman's Rank test showed a positive correlation between HMGB1 and BECN1 expression in both the secretory and proliferative phase with results of 0.721 and 0.729, respectively. So, it can be concluded from the research that was conducted, it was found that the expression of HMGB1 gene mRNA in the secretory phase was higher in endometrial tissue while in the proliferative phase it was higher in endometrial tissue. In addition, it can be concluded that there is a tendency for the HMGB1 gene take parts to autophagy mechanism in endometriotic tissue.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valencia Astri Yuwono
"Latar Belakang: Endometriosis dan infertilitas memiliki keterkaitan yang sangat erat. Namun etiopatogenesis terjadinya infertilitas pada kasus endometriosis sangat beragam. Teori yang berkembang akhir-akhir ini adalah buruknya reseptivitas endometrium. Gen HOXA 11 adalah salah satu gen yang berperan dalam reseptivitas endometrium karena berkorelasi dengan penanda lain seperti Leukemia Inhibitory Factor LIF, B3integrin, dan EMX2. Teori epigenetik yang berkembang adalah terjadi hipermetilasi pada gen HOXA 11 sehingga terjadi penurunan ekspresi gen tersebut.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo pada Juli 2015 - Juni 2016. Subjek penelitian adalah pasien endometriosis yang terbukti secara histopatologi dengan infertilitas dan kelompok kontrol merupakan pasien non-endometriosis yang fertil. Status metilasi gen HOXA 11 dari sampel endometrium eutopik pada kedua kelompok ini diperiksa dan dibandingkan.
Hasil: Enam pasien endometriosis dan enam pasien kontrol diambil sebagai subjek. Perbedaan tingkat metilasi gen HOXA 11 pada kedua kelompok ini berbeda secara signifikan dengan nilai p 0.03 dengan perbedaan rerata peningkatan kadar metilasi pada kelompok pasien endometriosis sebesar 33.
Kesimpulan: Gen HOXA 11 yang berperan dalam reseptivitas endometrium mengalami hipermetilasi pada pasien dengan endometriosis dan infertilitas.

Introduction: Endometriosis compromises infertility in some patients. They have close relationship and many etiologies have been proposed. HOXA11 has important role in window implantation because it is related to other endometrial receptivity markers such as Leukemia Inhibitory Factor LIF , B3integrin, and EMX2. Recently, many researchers found poor endometrial receptivity in endometriosis due to hyper methylation of HOXA11 gene. Therefore, this study aims to find out the HOXA11 gene profile on endometriosis patients with infertility in Indonesia.
Methods: This cross sectional study was conducted in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from July 2015 June 2016. The subjects were endometriosis patients with infertility who have been confirmed histopathological. The control group was taken from non endometriosis and fertile patients. Eutopic endometrium samples were taken and examined for the methylation of HOXA11 gene.
Results: Both groups consist of six patients. The difference of methylation of HOXA 11 gene between those two groups is statistically significant p 0.03 . There was hyper methylation in endometriosis group.
Conclusion: There is a hyper methylation of HOXA 11 gene in eutopic endometrium of endometriosis patients with infertility. Thus, possibly can explain the poor endometrial receptivity in endometriosis patient and give a broad research area in epigenetic therapy of endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sulistya Utami
"ABSTRAK
Latar belakang. Potensi terjadinya kekambuhan paska pengobatan endometriosis
dengan terapi hormonal dan pembedahan konservatif masih terjadi sekitar 11-32
dalam waktu 1-5 tahun. Salah satu faktor pemicunya adalah proses inflamasi kronik
yang merangsang peningkatan sitokin proinflamasi dalam rongga peritoneum, sehingga
perlu pengembangan terapi baru. Heptil galat dan oktil galat merupakan senyawa
turunan asam galat yang berpotensi menekan proliferasi beberapa jenis sel kanker.
Penelitian kami sebelumnya membuktikan oktil galat dapat menekan ekspresi mRNA
NFkB yang merupakan faktor transkripsi aktivasi jalur proinflamasi, serta dapat
menekan proliferasi sel endometriosis in vitro. Saat ini kami ingin menganalisis
aktivitas heptil galat dan oktil galat terhadap protein target NFkB melalui teknik insilico
docking dan efeknya terhadap regulasi sitokin proinflamasi IL-1, COX-2, TGF-
1 dan IL-10 pada kultur primer sel endometriosis.
Metode. In silico docking heptil galat dan oktil galat terhadap protein target NFkB
melalui teknik bioinformatika. Sel endometriosis dari jaringan primer pasien diisolasi
secara enzimatis dan dikultur, kemudian diberi perlakuan heptil dan oktil galat dengan 2
macam dosis (51,2 μg/mL dan 102,4 μg/mL) selama 48 jam, dilanjutkan induksi LPS 10
ng/mL selama 24 jam. Kelompok kontrol positif hanya diinduksi LPS tanpa perlakuan,
dan kontrol negatif tanpa perlakuan dan LPS. Regulasi inflamasi dinilai dari tingkat
kadar sitokin IL-1, COX-2, TGF-1 dan IL-10 dengan teknik ELISA.
Hasil. Analisis in-silico docking protein NFkB menunjukan nilai ikatan energi oktil
galat lebih tinggi (-7,98 kkal/mol) dibandingkan heptil galat (-7,68 kkal/mol) dan asam
galat (-7,66 kkal/mol). Terjadi penurunan kadar sitokin COX-2 secara signifikan
(p<0,03) pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol positif, begitu juga
dengan sitokin IL-1 dan IL-10 cenderung menurun (p>0,05). Sedangkan kadar sitokin
TGF-1 mengalami kenaikan pada kelompok perlakuan dibandingkan kontrol positif
meskipun kurang bermakna secara statistik (p>0,05).
Kesimpulan. Melalui jalur NF-kB sebagai regulator inflamasi, baik oktil galat dan
heptil galat terbukti dapat menekan produksi sitokin proinflamasi COX2 dan IL-1
serta meningkatkan sitokin TGF-1 dan menurunkan sitokin IL-10 sehingga berpotensi
sebagai bahan terapi tambahan pada endometriosis.

ABSTRACT
Background: The potential for relapse post endometriosis treatment with hormonal
therapy and conservative surgery still occurs around 11-32 within 1-5 years. One of
the trigger factors is a chronic inflammatory process that stimulates an increase
proinflammatory cytokines in the peritoneal cavity, so needed the development of new
therapies. Heptyl galate and octyl galate are gallic acid derivatives which have the
potential to suppress the proliferation of several types cancer cells. Our previous
research proved that octyl galate can suppress the expression of NFkB mRNA which is
a proinflammatory activation transcription factor, and can suppress endometriosis cell
proliferation in vitro. We currently want to analyze the activity of heptyl galates and
octyl galates against the NFκB target protein through in-silico docking techniques and
their effects on the regulation of proinflammatory cytokines IL-1, COX-2, TGF-1 and
IL-10 in primary cultures of endometriosis cells.
Method: In silico docking heptyl and octyl galates against the NFkB target proteins
through bioinformatics techniques. Endometriosis cells from primary tissue were
enzymatically isolated and cultured, then given heptyl and octyl gallate treatment with 2
doses (51.2 μg/mL and 102,4 μg/mL) for 48 hours, continued induction of 10 ng / mL
LPS for 24 hours. The positive control group only induced LPS without treatment, and
negative treatment without treatment and LPS. Inflammatory regulation was assessed
from levels of cytokines IL-1, COX-2, TGF-1 dan IL-10 with ELISA techniques.
Results: In-silico docking analysis of the NFkB gene showed higher energy bonding
values in octyl galate (-7,98 kcal / mol) than heptyl galate (-7,68 kcal / mol) and gallic
acid (-7,66 kcal / mol). Significantly decreased levels of COX-2 cytokine (p <0,03) in
the treatment group compared with positive controls, so also the cytokines of IL-1 and
IL-10 tended to decrease (p> 0,05). Whereas the levels of cytokine TGF-1 experienced
an increase in the treatment group compared to the positive control although it was less
statistically significant (p> 0,05).
Conclusion: Through the NFkB pathway as an inflammatory regulator, both octyl
galates and heptyl galates have been shown to suppress the production of
proinflammatory cytokines COX2 and IL-1, as well as increase TGF-1 cytokines and
reduce IL-10 cytokines so that they have the potential to be additional therapeutic
agents in endometriosis."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Radityo Yohakim
"ABSTRAK
Latar Belakang: Endometriosis merupakan isu utama yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi dengan keluhan infertilitas. Endometriosis Fertility Index EFI merupakan suatu sistem staging yang sederhana, bermakna, dan bermanfaat secara klinis untuk memprediksi prognosis fertilitas pada pasien endometriosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kehamilan dan hubungannya dengan skor EFI pada pasien endometriosis yang menjalani terapi pembedahan laparoskopi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Carolus. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode kohort prospektif yang dilakukan di RSCM dan RS Carolus pada subjek pasien endometriosis dengan keluhan infertilitas yang dilakukan terapi pembedahan laparoskopi pada tahun 2012-2014. Skor EFI ditentukan dengan mengambil data catatan rekam medis dan video operasi berdasarkan klasifikasi menurut Adamson. Data kehamilan diambil dalam periode 2 tahun follow up. Hubungan antara skor EFI dengan kehamilan dianalisis secara bivariat. Hasil: Terkumpul 51 pasien yang dianalisis. Sebanyak 18 pasien 35,3 diketahui hamil selama durasi pemantauan 2 tahun. Insidensi kehamilan sampai dengan tahun kedua pada kelompok skor EFI 0-3, 4, 5, 6, 7-8, 9-10 beturut turut adalah 0 , 0 , 50 , 25 , 92,9 , 100 . Median skor EFI pasien yang hamil vs tidak hamil yakni: 7 5-9 vs 4 1-8 dengan nilai p

ABSTRACT
Background Endometriosis is among the main issue related to infertility among reproductive age women. Endometriosis Fertility Index EFI is a simple staging system, significant, and has clinical benefit to predict fertility prognosis among endometriosis patients. This study aimed to know incidence of pregnancy and the relationship between Endometriosis Fertility Index EFI score and pregnancy among endometriosis patients underwent laparoscopy in Cipto Mangunkusumo and Carolus Hospitals. Method This was a cohort prospective study conducted in Cipto Mangunkusumo and Carolus Hospitals. Subjects were endometriosis patinets with infertility who underwent laparoscopic surgery at 2012 2014. EFI score was noted by medical records and procedure video, using Adamson criteria. Pregnancy data was collected with two years of follow up duration. The relationship betweem EFI score and pregnancy was analyzed. Results Fifty one patients was recruited in this study with 18 of them 35,3 konw to be pregnant in follow up. Incidence of pregnancy in two years based on EFI score 0 3, 4, 5, 6, 7 8, 9 10 were respectively 0 , 0 , 50 , 25 , 92,9 , 100 . The median EFI score of pregnant patients vs non pregnant was 7 5 9 vs 4 1 8 , p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adita Hadining Putri
"Endometriosis adalah kelainan ginekologis yang ditandai dengan adanya jaringan endometrium yang tumbuh di luar uterus. Penyakit ini bersifat multifaktorial, salah satunya dipengaruhi genetik. Polimorfisme genetik gen reseptor progesteron (PR) diketahui berhubungan dengan penyakit endometriosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara polimorfisme gen PR rs544843047 di bagian promoter dengan endometriosis di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan membandingkan 25 jaringan endometriosis dari wanita penderita endometriosis dan 21 jaringan endometrium dari wanita tanpa endometriosis. Molekul DNA dari kedua jenis jaringan diisolasi, diamplifikasi dengan menggunakan metode PCR. Analisis perubahan nukleotida pada gen PR dilakukan dengan metode sequencing. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi genotip dan alel pada SNP gen PR rs544843047 adalah genotip TT 100% dan alel T 100%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara SNP gen PR pada rs544843047 dengan penyakit endometriosis di Indonesia.

Endometriosis is a gynecological disorder characterized by the presence of endometrial tissues that grow outside the uterus. This disease is multifactorial cause, one of which is influenced by genetics factor, and genetic polymorphism of the Progesterone Receptor (PR) gene is known to be associated with endometriosis. The aim of this study was to determine the relationship between PR gene polymorphism rs544843047 in the promoter and endometriosis in Indonesia. A cross sectional design was used in this study, comparing 25 endometriosis tissues of women with endometriosis and 21 endometrial tissues of women without endometriosis. DNA molecules from both types of tissues were isolated, then amplified using the PCR method. While analysis of nucleotide changes in the PR gene was conducted by sequencing. The results showed that the genotypic and allelle frequencies of the PR rs544843047 SNP were 100% TT genotype and 100% T allele. This research concludes that there are no association between SNP PR gene in rs544843047 and endometriosis in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Budiarti
"Latar Belakang. Endometriosis ditandai dengan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus, salah satunya disebabkan oleh disregulasi apoptosis sel yang memicu ketahanan sel ektopik. Asam galat dan turunannya pada beberapa penelitian mampu menghambat karsinogenesis pada beberapa cell line kanker. Penelitian kami terdahulu membuktikan asam galat dan turunannya dapat menekan proliferasi sel dan meningkatkan apoptosis sel endometriosis in vitro, namun efeknya terhadap mekanisme jalur apoptosis instrinsik belum di buktikan. Metode. Sel endometriosis berasal dari jaringan endometrium pasien laparaskopi, diisolasi secara enzimatis dan dikultur primer. Sel kultur diberi perlakuan asam galat, heptil galat, oktil galat dengan dosis 51,2 μg/ml, 102,4 μg/ml dan 153,6 μg/ml selama 48 jam, dilanjutkan induksi 10 ng/ml LPS selama 24 jam . Kelompok kontrol hanya di induksi LPS tanpa perlakuan. Ekspresi relatif mRNA Bax, Bcl-2, dan Caspase-3 dinilai dengan qRT-PCR. Hasil. Peningkatan tertinggi ekspresi mRNA Bax dan penekanan tertinggi ekspresi mRNA Bcl-2 pada oktil galat dosis 153,6 μg/ml. Peningkatan ekspresi mRNA Bax, dan penurunan ekspresi mRNA Bcl-2 akan di ikuti dengan peningkatan ekspresi mRNA Caspase-3. Secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dengan ekspresi mRNA Bax, Bcl-2, dan Caspase-3 (p > 0,05). Kesimpulan. Oktil galat, asam galat, dan heptil galat memiliki efek potensial pada mekanisme apoptosis intrinsik.

Background. Endomeriosis characterized by the presence of extrauterine endometrial tissue, one of which caused by disregulation of apoptosis that contribute of endometrial ectopic survival. Our previous research has proven that gallic acid and its derivatives can suppress proliferation and induce apoptosis endometriosis cell in vitro. However, the effect of gallic acid and its derivatives on apoptosis intrinsic pathway mechanism is not proven yet. Method. Endometriosis cell from endometriosis patiens who had undergone laparascopy surgery were isolated by enzimatic reaction and primary cultured. Cultured cells treated by gallic acid, heptyl gallate and octyl gallate each with dosage 51.2 μg/ml, 102.4 μg/ml, 153.6μg/ml for 48 hours, than induced by LPS 10 ng/ml for 24 hours. Parameter research was assessed by qRT-PCR for mRNA expression of Bax, Bcl-2, Caspase-3. Result. Octyl gallate showed more effect to induce apoptosis intrinsic . Endometriosis cell were treated with octyl gallate shown increases of Bax and Caspase3 mRNA expression than decrease of Bcl-2 mRNA expression. Statistically, mean differences are not significant between treatment groups and mRNA expression (p > 0.05). Conclusion. This study exhibited that octyl gallate has a more potential effect on apoptosis intrinsic in endometriosis cell cultures followed by gallic acid and heptyl gallate and their potency as treatment for endometriosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ari Pujianto
"Antibodi antisperma adalah salah satu penyebab infertilitas pada manusia. Antibodi ini berikatan dengan protein pada permukaan sperma dan dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sperma yang menghambat proses fertilisasi secara langsung maupun tak langsung. Identifikasi antigen sperma diharapkan akan menjelaskan mekanisme terjadinya infertilitas autoimun. Selain itu, apabila antigen tersebut berhubungan langsung dengan proses fertilisasi, studi ini dapat pula memperjelas mekanisme fertilisasi pada tingkat molekul.
Tesis ini melaporkan basil penelitian awal dari sebuah penelitian besar yang mempelajari tentang mekanisme infertilitas imunologis. Penelitian awal ini mencakup identifikasi antigen sperrna dengan menggunakan sera pasien infertil dan isolasi klon cDNA yang menyandi salah satu antigen tersebut. Identifikasi antigen dilakukan dengan Western immunoblotting menggunakan 13 sera yang berasal dari individu fertil sebagai kontrol (kode EIC) dan 37 sera dari pasien infertil (kode EIS). Serum pasien yang memberikan reaksi kuat dan konsisten kemudian digunakan untuk mengisolasi klon cDNA dari pustaka cDNA testis manusia.
Hasil Western immunoblotting menunjukkan bahwa EIS mengenali satu atau beberapa protein sperma dengan berat molekul yang bervariasi mulai dari 34 hingga 105 kDa. Sebagian besar EIC (11 dari 13) juga berikatan dengan beberapa protein sperma namun intensitasnya lebih lemah dibanding EIS. Serum dengan kode EIS07 memperlihatkan reaksi yang kuat dan spesifik dengan protein berukuran 66 kDa clan 88 kDa. Serum ini kemudian digunakan sebagai pelacak pada skrining pustaka cDNA testis manusia. Dari skrining tersebut berhasil diisolasi sebuah klon positif dari kurang lebih 225.000 klon. Klon ini membawa potongan cDNA berukuran kurang lebih 2.3 kpb yang selanjutnya disebut cDNA AIR (Autoimmune Infertility Related). cDNA AIR selanjutnya disubklon ice dalam vektor plasmid pGEX-4T2. Plasmid rekombinan ini kemudian dipotong dengan berbagai enzim restriksi untuk membuat peta restriksi pada fragmen eDNA AIR tersebut. Hasil pemetaan menunjukkan adanya situs restriksi untuk enzim Pstl, ApaI, HindIII, KpnI, SacI, dan Xbal. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, bila ia mau dikatakan sebagai wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10 % pasangan di Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Sedangkan penyebab kekurang berhasilan seorang wanita untuk bisa hamil dan melahirkan anak setelah 12 bulan pernikahan dengan kegiatan bersenggama secara teratur, yang lazimnya disebut infertilitas, sangat bervariasi. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan psikologis terhadap kondisinya tersebut, yang pada akhirnya bisa menjadi satu sumber stres baginya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti merupakan masalah yang peka dan membutuhkan kedalaman informal. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Ruang lingkup penelitian adalah wanita yang sudah menikah, paling sedikit 12 bulan, berpendidikan minimal SMA dan belum punya anak. Lokasi penelitian pun dibatasi yaitu kompleks perumahan salah satu BUMN di Cilegon.
Hasil yang diperoleh adalah terjaringnya berbagai sumber-sumber stres, baik berupa penghayatan frustrasi, karena adanya hambatan fisik dan sosial, konflik maupun tekanan-tekanan yang dirasakan oleh wanita infertil. Tergali pula mengenai makna anak, serta hal yang menarik lagi adalah diketahuinya peran dukungan suami yang sangat besar dalam memotivasi istri untuk melakukan coping secara efektif. Sedangkan strategi coping yang muncul pun bervariasi, mencakup coping baik yang berpusat pada masalah, maupun berpusat pada emosi. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan oleh wanita infertil lebih condong bersifat bukan medis/tradisional. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dukungan suami untuk terlibat dalam upaya pencarian pengobatan. Kesimpulan yang diperoleh adalah tentang pentingnya dukungan suami dalam memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pencarian pengobatan. Saran yang diberikan adalah perlunya konseling infertilitas bagi pasangan infertil dan pemberdayaan pengobatan tradisional oleh wanita infertil.

This research is base on stereotype about role of woman as married adult who has a child. About 10% of married couples in Indonesia doesn't have child. They are called infertile couple or who has infertility problem. The infertility is condition where married woman doesn?t have pregnancy including 12 months during her married periods within do coitus routinely. The cause of infertility is varied. The infertility made a married woman appreciate some psychological feeling about her problem, so that can be a stressor for her.
Method of this research is qualitative, because of the essential research problem is sensitive and wants a accurate and in-depth data. The informants are married women, with married age at least 12 months, high school education minimal, Childless. The research location is in Cilegon.
The results of research are known frustration, because of physical and social barriers, conflicts and stress. The informants appreciated varied meaning of child for them. The role of social support from informants? husbands is very important, because that can motivate them to do coping effectively. There are many coping strategy; problem-focused coping and emotion focused coping that do by informants. The low of social support from their husbands made them do traditional treatments, that no husband participants. The infertility counseling and the improvement traditional medicine is propose to help infertility couple to solve their problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Aurelle Emmanuelle Yosephine
"Latar belakang: Infertilitas merupakan kegagalan mencapai kehamilan setelah 12 bulan atau lebih hubungan seksual teratur tanpa kontrasepsi. Secara global diperkirakan terdapat 48 juta pasangan dan 186 juta orang mengalami infertilitas yang juga dialami 10-15% pasangan usia reproduktif di Indonesia. Infertilitas dapat bersifat primer dan sekunder yang disebabkan oleh fakor perempuan, laki-laki, dan idiopatik. Pada perempuan, infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai kelainan ovarium, uterus, saluran tuba, dan sistem endokrin. Histeroskopi merupakan baku emas evaluasi uterus yang dapat mendeteksi kelainan uterus yang mengganggu proses implantasi dan kehamilan serta mengevaluasi manfaat modalitas terapi dalam memperbaiki endometrium. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi peran dan temuan histeroskopi office pada diagnosis faktor uterus kasus infertilitas. Metode: Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan metode deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder rekam medis pasien RSCM Kintani pada kurun waktu 1 Juli 2020−30 Juni 2022. Sampel dipilih menggunakan metode consecutive sampling, diinput dan ditabulasi dalam bentuk tabel pada aplikasi Microsoft Excel yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan narasi deskriptif. Seluruh data dianalisis dengan analisis univariat deskriptif. Hasil: Temuan faktor uterus menggunakan histeroskopi office sebanyak 148 temuan terdiri dari 132 (89,19%) temuan abnormal dan 16 (10,81%) temuan normal uterus. Temuan abnormalitas yang diidentifikasi melalui histeroskopi office pada kasus infertilitas mencakup temuan mioma uteri sebanyak 12 (9,09%) temuan, adhesi (sinekia intrauterin) sebanyak 9 (6,82%) temuan, polip endometrium sebanyak 46 (34,85%) temuan, polip serviks sebanyak 17 (12,88%) temuan, stenosis OUI sebanyak 13 (9,85%) temuan, kelainan kongenital sebanyak 5 (3,79%) temuan, endometritis sebanyak 9 (6,82%) temuan, malignansi sebanyak 7 (5,30%) temuan, dan hiperplasia endometrium sebanyak 14 (10.61%) temuan. Kesimpulan: Temuan faktor uterus menggunakan histeroskopi office pada kasus infertilitas adalah 132 (89,19%) abnormal dan 16 (10,81%) normal. Dari 132 kasus abnormal, kasus terbanyak ialah polip endometrium 46 (34,85%), kemudian polip serviks sebanyak 17 (12,88%), hiperplasia endometrium sebanyak 14 (10,61%), stenosis OUI sebanyak 13 (9,85%), mioma uteri sebanyak 12 (9,09%), endometritis sebanyak 9 (6,82%), adhesi (sinekia intrauterine) sebanyak 9 (6,82%), malignansi sebanyak 7 (5,30%), dan kelainan kongenital sebanyak 5 (3,79%).

ntroduction: Infertility is the failure to achieve pregnancy after 12 months or more of regular sexual intercourse without contraception. Globally, estimates suggest 48 million couples and 186 million individuals live with this problem. Infertility experienced by 10-15% of couples of reproductive age in Indonesia. Hysteroscopy is the gold standard for evaluating the uterine. Hysteroscopy has a role in infertility examination, namely detecting uterine abnormalities that can interfere with the implantation process, pregnancy, and also evaluating the benefits of therapeutic modalities in repairing the endometrium. This study aims to identify the role and findings of hysteroscopy office for diagnosis of uterine factors in infertility case. Method: This study was conducted using cross-sectional study with quantitative descriptive methods. The data used is secondary data from medical records of RSCM Kintani patients in the period July 1, 2020−June 30, 2022. The sample was selected using the consecutive sampling method, inputted and tabulated in tabular form in the Microsoft Excel application which was then presented in the form of tables, diagrams, and descriptive narratives. The data was analyzed by descriptive univariate analysis. Result: Uterine factor findings using office hysteroscopy totaled 148 findings consisting of 132 (89,19%) abnormal findings and 16 (10,81%) normal findings. Abnormal findings identified through office hysteroscopy in infertility cases included findings of uterine myoma in 12 (9,09%) findings, adhesions (intrauterine synechiae) in 9 (6,82%) findings, endometrial polyps in 46 (34,85%) findings, cervical polyps 17 (12,88%) findings, OUI stenosis 13 (9,85%) findings, congenital abnormalities 5 (3,79%) findings, endometritis 9 (6.82%) findings , malignancy in 7 (5,30%) findings, and endometrial hyperplasia in 14 (10,61%) findings. Conclusion: Uterine factor findings using office hysteroscopy in infertility cases were 132 (89.19%) abnormal and 16 (10,81%) normal. Of the 132 abnormal cases, the most common was endometrial polyps 46 (34,85%), then cervical polyps in 17 (12,88%), endometrial hyperplasia in 14 (10,61%), OUI stenosis in 13 (9,85% ), uterine myoma in 12 (9,09%), endometritis in 9 (6.82%), adhesions (intrauterine synechiae) in 9 (6,82%), malignancy in 7 (5.30%), and congenital abnormalities in 5 (3,79%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wachyu Winarsih
"Kasus infertilitas dapat menimbulkan kerugian baik materil maupun moril. Studi pustaka menunjukkan bahwa kontribusi laki-laki dan perempuan terhadap masalah infertilitas sebanding. Tetapi umumnya perempuan menanggung konsekuensi sosial yang lebih tinggi dari laki-laki sebagai dampak dari kasus infertilitas tersebut. Fakta ini menggambarkan bahwa hak-hak reproduksi perempuan masih diabaikan. Sementara di sisi lain juga diketahui bahwa infertilitas sebenarnya merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang dapat ditekan angka kejadiannya. Untuk itu diagnosa dan pencegahan infertilitas perlu untuk dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat variable-variabel yang diduga mempunyai hubungan dengan peristiwa infertilitas. Pola pikir analisa yang dipakai mengikuti ide Davis dan Blake (1956) pada analisa fertilitas tetapi dalam hal ini digunakan untuk sudut pandang sebaliknya yaitu infertilitas. Terdapat empat variabel antara infertilitas yaitu keguguran / lahir mati, pemakaian kontrasepsi pra konsepsi, frekuensi senggama dan pengeluaran makanan. Sedangkan variabel latar belakang yang diperkirakan mempunyai hubungan tidak langsung dengan peristiwa infertilitas antara lain status wilayah tempat tinggal, status kerja, pendidikan dan umur kawin pertama.
Data yang dipakai pada penelitian ini merupakan data sekunder. Metoda analisa statistik yang dipakai adalah metoda log linear. Metoda ini dipandang lebih mempunyai fleksibilitas karena dengan metoda ini pola hubungan antara variabel penjelas dengan variabel respon maupun pola hubungan antar variabel penjelas menjadi dapat dilihat secara keseluruhan.
Dari 5539 wanita yang tercakup dalam sampel penelitian sekitar 2,15 persen di antaranya mengalami kasus infertilitas. Peristiwa keguguran / lahir coati berhubungan negatif dengan peristiwa infertilitas. Hal ini dikarenakan sekitar 88,24 persen dari kasus infertilitas merupakan kasus 'primary infertility' dan di sisi lain sebagian besar (98,40%) dari wanita yang pernah mengalami peristiwa keguguran / lahir mati ternyata merupakan wanita fertil. Frekuensi senggama yang tinggi berhubungan positif dengan peristiwa infertilitas. Resiko infertilitas wanita yang melakukan senggama lebih dari delapan kali per bulan adalah sekitar 5,25 kali dari resiko infertilitas wanita yang melakukan senggama tidak lebih dari satu kali per bulan.
Di antara variabel antara infertilitas, pemakaian kontrasepsi pra konsepsi merupakan variabel yang mempunyai hubungan paling kuat dengan peristiwa infertilitas. Resiko infertilitas wanita-yang pernah memakai kontrasepsi pra konsepsi adalah sekitar 8,45 kali lipat dari resiko infertilitas wanita yang tidak pernah memakai kontrasepsi pra konsepsi. Pengeluaran makanan berhubungan positif dengan infertilitas. wanita yang pengeluaran makanan per orang per bulan lebih dari 51.500 rupiah memiliki resiko infertilitas hampir empat kali resiko infertilitas wanita yang pengeluaran makanan per orang per bulan kurang dari 25500 rupiah. Tinggal di wilayah perkotaan maupun tinggal di wilayah perdesaan tidak terlalu berhubungan dengan infertilitas. Demikian pula status kerja seorang wanita juga tidak terlalu berhubungan dengan infertilitas.
Infertilitas di kalangan wanita berpendidikan tinggi didukung oleh adanya fakta wanita berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan tinggi untuk tidak mengalami peristiwa keguguran / lahir mati. Sedangkan infertilitas di kalangan wanita berpendidikan rendah didukung oleh adanya fakta wanita berpendidikan rendah memiliki kecenderungan tinggi dalam hal pengeluaran makanan, frekuensi senggama dan pemakaian kontrasepsi pra konsepsi. Umur kawin pertama tidak berhubungan dengan infertilitas karena secara statistik hubungan umur kawin pertama dengan variabel antara infertilitas juga tidak nyata."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>