Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Sari
"Peritonitis tuberkulosis adalah peradangan peritoneum parietal atau visceral yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Efusi pleura terjadi karena komplikasi dari penyakit yang menyertai maupun proses infeksi yang mengenai rongga pleura. Masalah keperawatan yang dapat ditegakkan yaitu gangguan pertukaran gas dan intoleransi aktivitas. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan pemberian intervensi pursed lip breathing dan graded exercise therapy. Metode yang digunakan berupa laporan kasus yang dikelola selama 4 hari berdasarkan tinjauan literatur. Hasil analisis kombinasi intervensi mengenai efektifitas pemberian intervensi pursed lip breathing dan graded exercise therapy terbukti efektif dalam mengatasi masalah gangguan pertukaran gas dan intoleransi aktivitas. Dibuktikan dengan perubahan tanda-tanda vital menjadi lebih stabil, frekuensi pernapasan dan frekuensi nadi membaik, serta keluhan sesak pasien berkurang. Toleransi aktivitas pasien menjadi lebih meningkat dengan kemampuan self care yang meningkat. Pemberian intervensi pursed lip breathing dan graded exercise therapy direkomendasikan dalam mengatasi gangguan pertukaran gas dan intoleransi aktivitas.

Peritoneal tuberculosis is an inflammation of the parietal or visceral peritoneum caused by mycobacterium tuberculosis. Pleural effusion occurs due to complications from the accompanying disease as well as infectious processes that affect the pleural cavity. Enforceable nursing problems are gas exchange disorders and activity intolerance. This study aims to analyze nursing care by providing pursed lip breathing and graded exercise therapy   interventions. The method that used is a case report that is managed for four days based on a literature review. The results of the combination analysis of interventions regarding the effectiveness of giving pursed lip breathing and graded exercise therapy interventions have been shown to be effective in overcoming the problems of gas exchange disorders and activity intolerance. Evidenced by the change of vital signs to become more stable, the frequency of breathing and the frequency of the pulse improve, as well as dyspnea of the patient are reduced. The tolerance of patient activity improved with the increaseasing self-care ability. Intervention of pursed lip breathing and graded exercise therapy is recommended in overcoming gas exchange disorders and activity intolerance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Syani
"Sesak merupakan gejala yang sering terjadi pada pasien efusi pleura. Ketidakefektifan pola napas merupakan masalah keperawatan yang utama pada pasien efusi pleura. Studi ini bertujuan untuk menganalisis penerapan pernapasan diafragma dan fan therapy sebagai manajemen sesak. Metode yang digunakan adalah tinjauan literatur. Hasil studi menemukan bahwa pernapasan diafragma dan fan therapy dapat menurunkan frekuensi napas dan penurunan skor sesak menggunakan Brog Scale, serta peningkatan fungsi paru. Oleh karena itu, pernapasan diafragma dan fan therapy dapat diimplementasikan sebagai manajemen sesak pada pasien efusi pleura.


Dyspnea is a symptom that often occurs in pleural effusion. Ineffective breathing patterns is major nursing problem in pleural effusion patients. The aim of this study is to analyze the application of diaphragmatic breathing and fan therapy as dyspnea management. Literature review is used as a method. This study finds that diaphragmatic breathing and fan therapy decrease respiration rate and Borg Scale of Dyspnea, also increase lungs function. Therefore, the diaphragmatic breathing and fan therapy is recommended as dyspnea management in patient with pleural effusion."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Tri Handayani
"Efusi pleura merupakan kondisi dimana terdapat akumulasi cairan diantara parietal dan visceral atau disebut rongga pleura. Hal ini dapat terjadi akibat dari penyakit parenkim di sekitarnya seperti adanya infeksi, keganasan atau kondisi peradangan. Pasien dengan efusi pleura mengalami gejala sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisir terutam pada saat batuk produktif maupun non produktif. Karya ilmiah ini bertujuan menganalisis pengaruh posisi semi fowler dan deep breathing exercise sebagai intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas. Metode yang digunakan berupa laporan kasus yang telah dikelola selama 4 hari terhadap pasien individu yang terdiagnosis efusi pleura dan sedang menjalani perawatan di ruang Dahlia Atas di salah satu rumah sakit umum pusat di Jakarta. Hasil menunjukkan bahwa pasien dapat menerima intervensi yang diberikan, melakukannya dengan baik dan rutin, sehingga dapat merasakan efek yang positif yaitu nafas yang lebih nyaman dan tidak sesak.

Pleural effusion is a condition in which there is an accumulation of fluid between the parietal and visceral spaces, also known as the pleural cavity. This can occur as a result of diseases of the surrounding parenchyma such as infection, malignancy or inflammatory conditions. Patients with pleural effusion experience symptoms of shortness of breath, heaviness in the chest, pleuritic pain due to sharp and localized pleural irritation, especially during productive and non-productive coughs. This scientific work aims to analyze the effect of the semi-Fowler position and deep breathing exercise as a nursing intervention in overcoming the problem of ineffective breathing patterns. The method used is a case report that has been managed for 4 days on individual patients diagnosed with pleural effusion and currently undergoing treatment in the upper Dahlia room at a central general hospital in Jakarta. The results show that patients can accept the intervention given, do it well and routinely, so that they can feel a positive effect, namely more comfortable breath and less shortness of breath."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jihaz Haneen Hakiki
"Efusi pleura merupakan kondisi terkumpulnya cairan didalam rongga pleura yang dapat berupa cairan eksudat dan transudat. Efusi pleura terjadi karena komplikasi dari penyakit yang menyertai. Selain itu dapat disebabkan juga karena penyakit infeksi maupun dan non infeksi. Masalah yang umum muncul pada efusi pleura adalah sesak napas dikarenakan penurunan ekspansi paru sebagai akibat penumpukan cairan di rongga pleura. Masalah keperawatan yang dapat ditegakkan yaitu pola napas tidak efektif. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada Tn. S dengan efusi pleura. Hasil evaluasi yang dilakukan selama empat hari menunjukkan penurunan sesak napas dan penurunan penggunaan otot bantu pernapasan pada Tn. S setelah diberikan posisi semi fowler. Posisi semi fowler mampu menurunkan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan. Posisi semi fowler dapat direkomendasikan untuk memaksimalkan ekspansi paru dan penurunan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan.

Pleural effusion is a condition of fluid accumulation in the pleural cavity which can be fluid exudate and transudate. Pleural effusion occurs because of complications from the accompanying disease. Besides that it is also caused by infectious and non-infectious diseases. A common problem in pleural effusion is shortness of breath due to decrease lung expansion as a result of accumulation of fluid in the pleural cavity. Nursing problems that can be enforced are ineffective breathing patterns. This paper provides an overview of the effectiveness of giving a semi fowler position to decrease shortness of breath in Mr. S pleural effusion. The results of semi fowler position intervention were decreasing in shortness of breath and in using of respiratory muscles in Mr. S. The semi fowler position is recommended to maximize lung expansion and to decrease the use of respiratory muscles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Rosyiani
"Pneumonia nosokomial, juga disebut sebagai pneumonia yang didapat di rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang bermanifestasi 48 jam atau lebih setelah rawat inap dan tidak dalam masa inkubasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan hasil temuan dengan menggunakan latihan pernapasan teknik pernapasan buteyko untuk membantu mengatur kembali pola nafas pasien yang bertujuan untuk mengatasi dispnea yang pasien alami, Latihan pernapasan ini diberikan selama enam hari dengan durasi intervensi 5-10 menit dilakukan 1x dalam sehari. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 69 tahun yang mengalami Hospital Acquired Pneumonia dengan keluhan utama yang seringkali muncul yaitu Dispnea pasien juga mengeluhkan batuk serta sulit mengeluarkan dahaknya. Masalah keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan nyeri akut. Hasil dari intervensi yang telah diberikan diketahui bahwa teknik pernapasan buteyko dapat meningkatkan saturasi dan memperbaiki pola nafas namun perbaikan tersebut hanya terlihat segera setelah dilakukannya intervensi, namun belum menunjukkan perbaikan yang terlihat jika dibandingkan dengan data harian. Kesimpulan teknik buteyko dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, selain mudah dan bermanfaat teknik ini dapat membantu meningkatkan pernapasan, mengurangi sesak dan meningkatkan saturasi.

Nosocomial pneumonia, also known as hospital-acquired pneumonia (HAP), is defined as pneumonia that manifests 48 hours or more after hospitalization and is not in the incubation period. The analysis was conducted on a 69-year-old woman who had HAP (Hospital Acquired Pneumonia) with the main complaint that often arises, namely dyspnea, the patient also complained of coughing and difficulty in expelling phlegm. Problems that arise include ineffective airway hygiene, activity intolerance, and acute pain. The purpose of this paper is to present the findings and analysis of nursing care using breathing exercises with the Buteyko breathing technique to help rearrange the patient's breathing pattern which aims to overcome the dyspnea that the patient is experiencing, this breathing is given for six days with a duration of 5-10 minutes of intervention. 1x in a day. It is known from the results of the intervention that the buteyko breathing technique can increase saturation and improve breathing patterns, but these improvements were only seen immediately after the intervention, but have not shown any visible improvement when compared to daily data. Conclusion: The Buteyko technique can be done anytime and anywhere, besides being easy and useful this technique can help improve breathing, reduce tightness and increase saturation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Rosyiani
"Pneumonia nosokomial, juga disebut sebagai pneumonia yang didapat di rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang bermanifestasi 48 jam atau lebih setelah rawat inap dan tidak dalam masa inkubasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan hasil temuan dengan menggunakan latihan pernapasan teknik pernapasan buteyko untuk membantu mengatur kembali pola nafas pasien yang bertujuan untuk mengatasi dispnea yang pasien alami, Latihan pernapasan ini diberikan selama enam hari dengan durasi intervensi 5-10 menit dilakukan 1x dalam sehari. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 69 tahun yang mengalami Hospital Acquired Pneumonia dengan keluhan utama yang seringkali muncul yaitu Dispnea pasien juga mengeluhkan batuk serta sulit mengeluarkan dahaknya. Masalah keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan nyeri akut. Hasil dari intervensi yang telah diberikan diketahui bahwa teknik pernapasan buteyko dapat meningkatkan saturasi dan memperbaiki pola nafas namun perbaikan tersebut hanya terlihat segera setelah dilakukannya intervensi, namun belum menunjukkan perbaikan yang terlihat jika dibandingkan dengan data harian. Kesimpulan teknik buteyko dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, selain mudah dan bermanfaat teknik ini dapat membantu meningkatkan pernapasan, mengurangi sesak dan meningkatkan saturasi.

Nosocomial pneumonia, also known as hospital-acquired pneumonia (HAP), is defined as pneumonia that manifests 48 hours or more after hospitalization and is not in the incubation period. The analysis was conducted on a 69-year-old woman who had HAP (Hospital Acquired Pneumonia) with the main complaint that often arises, namely dyspnea, the patient also complained of coughing and difficulty in expelling phlegm. Problems that arise include ineffective airway hygiene, activity intolerance, and acute pain. The purpose of this paper is to present the findings and analysis of nursing care using breathing exercises with the Buteyko breathing technique to help rearrange the patient's breathing pattern which aims to overcome the dyspnea that the patient is experiencing, this breathing is given for six days with a duration of 5-10 minutes of intervention. 1x in a day. It is known from the results of the intervention that the buteyko breathing technique can increase saturation and improve breathing patterns, but these improvements were only seen immediately after the intervention, but have not shown any visible improvement when compared to daily data. Conclusion: The Buteyko technique can be done anytime and anywhere, besides being easy and useful this technique can help improve breathing, reduce tightness and increase saturation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Garinda Alma Duta
"Latar belakang: Efusi pleura tuberkulosis (TB) adalah bentuk umum dari TB ekstra paru. Proporsi efusi pleura pada kasus TB adalah terbesar kedua setelah keganasan di RSUP Persahabatan. Diagnosis definitif ditegakan dengan menemukan basil Mycobacterium tuberculosis (M.tb) dari cairan pleura mapun jaringan pleura walaupun kurang sensitif. Analisis cairan pleura dan pemeriksaan kadar adenosine deaminase (ADA) dapat membantu dalam mendiagnosis efusi pleura pada kasus TB terutama pada negara dengan insidens TB menengah hingga tinggi.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah membandingkan profil efusi pleura pada kelompok TB dan non-TB.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 411 catatan medis subjek dengan efusi pleura yang menjalani prosedur diagnostik di RSUP Persahabatan dari bulan Januari 2013 hingga 31 December 2015 secara retrospektif. Semua jaringan dan cairan diperiksa untuk pemeriksaan mikrobiologi, histopatologi, analisis cairan pleura dan ADA. Total 273 subjek dieksklusikan dan 138 subjek memenuhi kriteria inklusi untuk TB (n=65) dan non-TB (n=73).
Hasil: Nilai tengah usia pada kelompok TB adalah 27 (15-69) tahun dengan proporsi 34 (75%) laki-laki berbeda bermakna dengan nilai tengah usia pada kelompok non TB yaitu 51 (16-75) tahun yang terdiri atas 38 (52%) perempuan. Pada kelompok TB rentang nilai ADA adalah 5,9 hingga 437,6 U/L dengan nilai tengah 103 U/L sedangkan pada kelompok non TB rentang 3,4 hingga 155 U/L dengan nilai tengah 19,9 U/L. Protein cairan pleura pada kelompok TB memiliki rerata 5,6 (SD 1,1) mg/dL berbeda bermakna dibandingkan pada rerata kelompok non TB yaitu 4,9 (SD 1,6) mg/dL. Sensitivitas ADA dengan titik potong 60 IU/dL adalah 89% dengan spesifitas 77% untuk kepositifan TB. Protein cairan pleura dengan titik potong 5 g/dL memberikan sensitivitas dan spesifitas sebesar 60% dan 52%. Pada penelitian ini kombinasi titik potong ADA dengan kadar 60 IU/L dan protein dengan kadar 5 g/dL meningkatkan spesifisitas menjadi 78% dan sensitivitas menjadi 66%.
Kesimpulan: Hasil ADA dan protein cairan pleura harus diintepretasikan bersama temuan klinis dan hasil uji konfirmasi lain.

Background: Pleural effusion is a common form of extra pulmonary tuberculosis (TB). Effusion due to pleural TB is second biggest proportion after malignancy in Persahabatan Hospital. The definitive diagnosis was established by determining the basil of Mycobacterium tuberculosis (M.tb) in the pleural fluid or pleural tissue but less sensitive. Pleural fluid analysis and adenosine deaminase (ADA) level can aid in the diagnosis of TB pleural effusions commonly used in the countries with a moderate to high incidence of TB.
Objectives: The aim of the study is comparing the profile of pleural effusion in TB and non-TB group.
Methods: This is retrospective cross sectional study on 411 subjects with pleural effusions who underwent diagnostic procedure at Persahabatan Hospital by January 1st 2013 to December 31th 2015. All data from tissue and fluid sample of microbiological, histopathological, pleural fluid and ADA examinations were taken from medical records. Total 138 patients met our inclusion criteria for TB (n=65) and non-TB (n=73) and 273 patients were excluded.
Results: Median of age in tuberculosis group age median was 27 (15-69) years old and consisted of 34 male (75%). Median of age in non-TB group was 51 (16.75) years old and consisted of 38 female (52%). In TB groups ADA range from 5.9 to 437.6 U/L with median ADA level 103 and in non TB groups ADA level range from 3.4 to 155 U/L with median 19.9 U/L. In TB groups protein level mean 5.6 (SD 1.1) mg/dL non TB 4.9 (SD 1.6) mg/dL. By using cut off the sensitivity of ADA level 60 IU/dL were 89% with specifity 77%. Protein level cutoff at 5 g/dL the sensitivity and specifity were 60% and 52%. This study showed a combination of ADA and protein as a cut off increasing specifity up to 78% and sensitivity 66%.
Conclusion: The results of ADA and protein of pleural fluid should be interpreted in parallel with clinical findings and the results of comfirmation tests.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rini Anisa
"Community acquired pneumonia (CAP) adalah inflamasi yang menyerang parenkim sistem pernapasan bagian bawah. Penyakit ini banyak menyerang individu dari segala tahapan perkembangan. Penyakit ini rentan terjadi pada wilayah perkotaan diakibatkan oleh tingkat polusi udara di wilayah perkotaan yang tinggi. Pada pasien CAP terjadi perubahan pada alveolar sehingga terdapat konsolidasi yang menyebabkan perubahan pola napas. Pursed lip breathing adalah salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi manifestasi yang ditimbulkan berupa hiperventilasi. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien CAP dan penerapan pursed lip breathing. Hasil Analisa yang didapat dari penerapan pursed lip breathing adalah masalah ketidakefektifan pola napas teratasi ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal dan tidak ada sesak.

Community acquired pneumonia (CAP) is an inflammation that occurred on lower respiratory system especially lung parenchyma. CAP can occur in all development stage. People who live in urban area are vulnerable to get CAP because the level of air pollution in urban area is higher than rural area. People with CAP will have dyspnea and increase of respiratory rate because there consolidation occurred in alveolus which cause ineffective breathing pattern. Pursed lip breathing is one of the intervention that nurse can do to solve ineffective breathing pattern related to hyperventilation. This nursing Scientific work aims to analyze nursing process on patient with CAP and application of pursed lip breathing. The result of applicating pursed lip breathing on CAP patient are decrease of dyspnea and decrease of respiratory "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
"ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan perkotaan yang sangat berkaitan dengan kepadatan penduduk yang menyebabkan angka kematian tertinggi di dunia. Salah satu komplikasi yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosis adalah efusi pleura dimana efusi pleura dapat menimbulkan nyeri dada yang berkelanjutan. Penelitian menyatakan bahwa teknik relaksasi napas dalam berpengaruh pada penurunan level nyeri kronik yang dialami pasien dengan tuberkulosis paru dan efusi pleura. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan analisis asuhan keperawatan relaksasi napas dalam pada pasien tuberkulosis paru dengan efusi pleura. Karya ilmiah ini menggunakan pendekatan studi kasus klinik. Intervensi keperawatan relaksasi napas dalam yang diberikan pada pasien selama 6 hari menunjukkan penurunan level nyeri. Implikasi keperawatan teknik relaksasi napas dalam pada studi ini dapat dilakukan pada pasien tuberkulosis paru dengan efusi pleura saat dirumah sebelum mendapatkan terapi obat untuk mengatasi nyeri.

ABSTRACT
Tuberculosis is the common disease in urban communities due to over population that causes high risk mortality in the world. The bacteria of tuberculosis can lead pleura effusion that cause of prolong chest pain. Research prove that deep breath relaxation technique can relieve chronic pain level in tuberculosis and pleura effusion patient. This study used clinical cases method and aim to analyze the influence of deep breath relaxation technique to patient with chronic pain. The results show that deep breath relaxation technique can reduce patients pain level. Recommendation of this study is patient with chronic pain could improve their ability to control pain with deep breath relaxation technique before medical therapy."
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lu`lu` Hardianti
"Perpindahan penduduk ke daerah perkotaan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan sehubungan dengan perilaku gaya hidup yang tidak sehat, termasuk perilaku merokok. Perilaku merokok dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama penyakit pernapasan. Efusi pleura terjadi akibat penumpukan cairan di dalam rongga pleura melebihi kapasitasnya yang dapat dipicu oleh perilaku merokok. Kondisi efusi pleura ditandai dengan keluhan nyeri dada dan juga sesak. Kondisi nyeri yang tidak ditangani dengan tepat dapat menjadi kronis dan menimbulkan penurunan kenyamanan dan kualitas hidup. Oleh sebab itu, karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian kompres dingin sebagai manajemen nyeri non-farmakologis pada pasien dengan efusi pleura.
Kompres dingin diterapkan pada pasien selama 3 hari  berturut-turut dengan frekuensi 1-2 kali per hari di area dada. Kompres dingin dilakukan dengan menggunakan handuk dan air dingin selama ±20 menit dengan suhu 15-27 C. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata skala nyeri poin sebesar 5 poin dalam 3 hari dengan skala 0-100 melalui numeric rating pain scale. Oleh sebab itu, pemberian kompres dingin ini dapat menjadi salah satu terapi nyeri non-farmakologis pada pasien dengan EF sehubungan dengan dampak positif yang ditunjukkan dalam hasil ini.

The migration of peole to urban areas has increase the risk for health problems related to unhealthy lifesytles in communities, including smoking behavior. Smoking can cause many diseases, especially respiratory disease. Pleural effusion happened because of fluid accumulation in pleural cavity and induced by cigarette. Pleural effusion manifestation is shortness of breath and chest pain. Pain that not treated correctly will be chronic and decrease the comfort and quality of life. Therefore, this case study aims to identify the effect of cold compress as non-pharmacological pain in patient with pleural effusion.
Cold compresses applied for 3 consecutive days with a frequency of 1-2 times per day in left chest area. It used a towel and cold water with 15-27 C for ±20 minutes each compress.  The result shows that there was a decrease in the pain mean scale by 5 points in 3 days on a scale of 0-100 through a numeric rating pain scale. So, it cold compress can be used as one of non-pharmacological pain management in patient with pleural effusion because of that result in this study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>