Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astri Widya
"Pendahuluan: Student engagement merupakan keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran, dan keterikatan mahasiswa pada kegiatan akademik maupun non akademik yang terlihat dari perilaku, emosi dan kognitif saat belajar. Salah satu kuesioner yang sering digunakan untuk mengukur student engagement adalah The National Survey of Student Engagement (NSSE). Kuesioner ini belum pernah divalidasi dalam konteks pendidikan kedokteran di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji validasi NSSE Bahasa Indonesia. Metode : Penelitian menggunakan desain potong lintang, melibatkan 260 responden mahasiswa kedokteran tahap akademik (tahun 1-3), dilaksanakan pada Mei-Juli 2022. Penelitian terdiri atas 3 tahap yaitu adaptasi bahasa, uji coba serta pengumpulan data untuk validasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan perangkat SPSS 25 dengan Exploratory Factor Analysis (EFA). Hasil : Butir kuesioner mendapatkan masukan dari panel ahli dengan CVI 0,91. Sejumlah 260 kuesioner memenuhi syarat analisis lebih lanjut. Hasil uji validitas konstruk, menunjukkan hasil baik dan terdapat satu butir pernyataan yang dihilangkan. Ekstraksi dengan metode Principal Component Analysis dan rotasi oblimin diperoleh 11 komponen: 1) Pembelajaran Tingkat Tinggi, 2)Pertimbangan Isu Sosial dalam Pembelajaran, 3) Pembelajaran Reflektif 4) Pembelajaran Integratif dan Interaksi Sosial, 5) Penalaran Kuantitatif, 6) Pembelajaran Kolaboratif, 7)Diskusi dengan Beragam Orang, 8) Interaksi Mahasiswa-Civitas Akademika, 9) Praktik Pengajaran Efektif, 10)Praktik Umpan Balik, 11)Dukungan Lingkungan.
Nilai koefisien alpha kuesioner NSSE adaptasi Bahasa Indonesia sangat baik (0,928). Terdapat perbedaan nilai berdasarkan jenis kelamin pada komponen pembelajaran reflektif, diskusi dengan beragam orang dan praktik umpan balik dengan p<0,05. Berdasarkan tingkat pendidikan terdapat perbedaan pada komponen satu yaitu pertimbangan isu sosial dalam pembelajaran, pembelajaran reflektif dan kolaboratif dengan p < 0,05. Kesimpulan : Instrumen NSSE adaptasi Bahasa Indonesia memenuhi kriteria validitas konstruk dan kriteria reliabilitas yang baik secara keseluruhan sebagai instrumen penilaian student engagement mahasiswa kedokteran tahap akademik di Indonesia. Terdapat perubahan distribusi butir kuesioner pada komponen dan perbedaan komponen NSSE asli dan NSSE adaptasi Bahasa Indonesia.

Introduction: Student engagement is student involvement in the learning process, in academic and non-academic activities as seen from behavior, emotion and cognitive skills. The instrument to measure student engagement has never been validated in the context of medical education in Indonesia. Therefore, this study aims to test the validation of the Indonesian adaptation of National Survey of Student Engagement (NSSE) questionnaire. Method: This is a cross-sectional study, consists of 3 phases: translation, content validation by panel of experts and testing the questionnaire on non-respondent students. The study involved 260 respondents from the 1st, 2nd and 3rd academic year students (May to July 2022). The data obtained were then analyzed using SPSS 25 with Exploratory Factor Analysis (EFA). Result: Questionnaire items receive input from a panel of experts with a CVI of 0,91. A total of 260 questionnaires are analysed. The results of the construct validity test revealed that one statement should be omitted. Extraction using Principal Component Analysis and Oblimin Rotation obtained 11 components: 1) High-Level Learning, 2) Integrative Learning, Identification and Feedback Ability during Activities, 3) Learning Strategies and Quantitative Reasoning, 4) Collaborative Learning, 5) Discussions with Diverse People, 6) Student-Faculty Environment Interaction, 7) Effective Teaching Practices and Feedback Post-Activity, and 11) Environmental Support. The alpha coefficient value of questionnaire is very good (0,928). There are differences in score ​​based on gender in reflective learning, discussions with various people and feedback practices components. Based on the level of education, there are differences in consideration of social issues in learning, reflective and collaborative learning components (p < 0,05). Conclusion: The Indonesian adaptation of the NSSE is considered valid and reliable to be applied as an instrument for assessing pre-clinical medical student engagement in Indonesia. There is a change in the distribution of questionnaire items on some components."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahrani
"Perluasan Akses Pendidikan Dokter (PAPD) adalah upaya untuk memberikan kesempatan yang setara pada semua pihak dari berbagai latar belakang untuk mengakses pendidikan dokter. PAPD menjadi perhatian di berbagai negara karena terkait dengan kemampuan empati dokter dan pemerataan dokter di daerah tertinggal. Penelitian tentang PAPD di Indonesia masih sangat terbatas, profil keberagaman mahasiswa kedokteran pun belum tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud memberikan gambaran awal tentang posisi PAPD di Indonesia saat ini dengan mengeksplorasi sudut pandang para pimpinan Fakultas Kedokteran mengenai konsep PAPD di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam secara daring terhadap pimpinan Fakultas Kedokteran. Kemudian dilakukan transkripsi verbatim, pengkodean, pencarian tema, dan deskripsi tema. Diperoleh 6 tema utama yaitu pemahaman konsep, manfaat, peran pemangku kepentingan, penerapan tahap pra-seleksi, penerapan tahap seleksi, dan penerapan tahap pasca seleksi. Temuan menarik dalam penelitian ini diantaranya mengenai manfaat mempererat persatuan nasional, kurangnya peran lembaga akreditasi, tantangan dalam merancang metode seleksi masuk mahasiswa, stigma biaya pendidikan FK mahal, kurangnya tenaga dosen di bidang kedokteran, dan rendahnya resiliensi mahasiswa asal daerah tertinggal. PAPD di Indonesia adalah upaya mewujudkan kesetaraan kesempatan mengakses pendidikan dokter bagi mahasiswa asal daerah tertinggal dan status sosio-ekonomi rendah dengan tujuan utama memenuhi kecukupan dokter di daerah tertinggal.

Medical Education Widening Access is an effort to provide equal opportunities for all people from various backgrounds to access medical education. It has been concerned in various countries because it related to the doctors’ empathy and distribution of doctors in rural areas. However, research on this subject in Indonesia is still very limited. Therefore, this study intends to provide a preliminary overview of Medical Education Widening Access in Indonesia by exploring the perspectives of medical school’s leaders regarding its concept. Data collection was carried out by online in-depth interviews with the leaders of the Faculty of Medicine then verbatim transcriptions analyzed by coding, theme search, and theme description. Six main themes emerged in this study are the conceptual understanding, benefits, roles of stakeholders, pre-selection staged implementation, selection staged implementation, and post-selection staged implementation. Some interesting findings are about impact on strengthening national unity, challenges in designing selection methods, stigma that medical education must be expensive, inadequacy of lecturers, and the low resilience of students from rural areas. In conclusion, Medical Education Widening Access in Indonesia is an effort to achieve equal opportunity to access medical education for students from rural areas and low socio-economic status aiming to meet the adequacy of doctors in rural areas."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indah Suci Widyahening
Jakarta : Sagung Seto, 2021
610.7 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Sagung Seto, 2021
610.7 BUK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Sagung Seto, 2021
610.7 BUK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Sagung Seto, 2021
610.7 BUK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Ainur Pamungkas
"Pendahuluan : Pembelajaran tahap klinis merupakkan pembelajaran berbasis work-placed based. Pada tahap ini peserta didik belajar secara langsung mempraktikan keilmuan yang dimiliki dan mengembangkan karakter seorang dokter melalui panduan pengajar klinis. Peserta didik memiliki kemampuan untuk menilai dan meniru karakter yang dimiliki oleh pengajar klinis. Peserta didik memiliki kecenderungan untuk mudah mencerna perilaku negatif dibandingkan perilaku positif. Karakter pengajar klinis menjadi penting dalam pembelajaran berbasis role model. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi karakteristik pengajar klinis pada pendidikan dokter di Indonesia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan responden penelitian dilakukan dengan menggunakan maximum variation sampling pada kelompok pengelola prodi, peserta didik dan pengajar di tahap pembelajaran klinis. Penelitian dilakukan di empat institusi fakultas kedokteran di Indonesia (UNIBA, UKI, UNPATTI dan UI). Analisis konten dilakukan pada Focus Group Discussions (FGD) dan In Depth Interviews (IDI). Hasil : Sebanyak 32 peserta didik yang berpartisipasi dalam empat FGD dan delapan pengajar klinis dan pengelola prodi yang berpartisipasi dalam IDI untuk menjabarkan karakter ideal pengajar klinis di Indonesia. Terdapat 504 pendapat yang teridentifikasi dan dikelompokan kedalam 38 tema karakteristik. Sikap menghargai menjadi karakter yang sangat diharapkan dimiliki pengajar klinis diikuti sifat terbuka dan mampu memberikan umpan balik konstruktif. Terdapat empat buah karakter khusus yang hanya dimiliki pengajar klinis di Indonesia yakni kemampuan berbagi pengalaman, mengajarkan prinsip dasar kedokteran, pribadi religius dan disiplin. Sebagian contoh yang diberikan peserta didik berupa aspek negatif dari pengajar klinis. Simpulan : Terdapat tujuh belas karakter dari 38 karakter ideal bagi pengajar klinis pendidikan dokter di Indonesia yang memiliki kesamaan dengan karakter negara barat dan negara timur. Karakter baru pada Indonesia menunjukkan adanya perbedaan kebutuhan karakter pengajar pada setiap tempat yang memiliki latar belakang yang berbeda. Sebagai tambahan, terdapat proses pembelajaran negative role model yang diobservasi oleh peserta didik.

Introduction: At the clinical learning stage, students learn to practice their knowledge and develop their character through a clinical teacher's guide. Students can assess and imitate the character possessed by clinical teachers. The character of clinical teachers becomes important in role models. This study aims to explore the characteristics of clinical teachers in medical education in Indonesia. Methods: This is a qualitative study using the phenomenological approach. Respondents were recruited using maximum variation sampling in groups of program managers, students, and lecturers at the clinical stage at four medical faculties in Indonesia (UNIBA, UKI, UNPATTI, and UI). We used content analysis on Focus Group Discussions (FGD) and In Depth Interviews (IDI). Results: A total of 32 (students) and eight (teachers and program managers) participated in four FGDs and eight IDIs. There are 504 opinions identified and grouped into 38 characteristic themes. "Respect for others" is a highly expected character, followed by being "openness" and "able to provide constructive feedback". There are four new characteristics: "ability to share experiences", "teach basic principles of medicine", "religious personality", and "discipline". Some of the examples given by students are negative aspects of clinical teachers. Conclusion: There are seventeen characteristics of clinical teachers in Indonesia similar to characters in western and eastern countries. The new character of Indonesia shows that there are differences in teachers' character needs in each place with a different background. Learning by negative role models was carried out by students in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldeka Kamilia Mufidah
"Pendahuluan: Pendidikan dokter terdiri dari dua tahap pembelajaran, yaitu tahap akademik (preklinik) dan tahap klinik. Dosen yang ideal merupakan komponen terpenting dalam proses pembelajaran tersebut. Kedua tahap pembelajaran tersebut memiliki metode dan lingkungan pembelajaran yang berbeda sehingga diperkirakan terdapat perbedaan atribut dosen kedokteran yang ideal antara tahap akademik dengan klinik. Penelitian ini bertujuan membandingkan atribut dosen kedokteran yang ideal antara tahap akademik dengan klinik menurut persepsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang (cross sectional) ini menggunakan data primer yang diperoleh dari pengisian mandiri kuesioner yang valid dan reliabel (Cronbachs alpha 0.950). Sampel diperoleh secara cluster random sampling dari populasi mahasiswa tingkat tiga dan lima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebanyak 200 orang. Data yang diperoleh dianalisis bivariat.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa tahap akademik dengan klinik terhadap atribut dosen yang ideal yaitu atribut penuh persiapan (p 0.010), kompetensi klinis (p 0.028), bersikap tidak diskriminatif (p 0.001), pengajaran yang interaktif (p 0.035), non-judgmental (p 0.005), dan memberikan tugas yang jelas dan sesuai topik (p0.005). Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa berjenis kelamin perempuan dengan laki-laki terhadap atribut dosen yang ideal, yaitu atribut profesionalisme (p 0.014) dan empati (p 0.010), serta terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dari Jabodetabek dengan luar Jabodetabek terhadap atribut dosen yang ideal, yaitu atribut role model (p 0.027). Hasil analisis peringkat menunjukkan atribut dosen kedokteran yang ideal pada tiga peringkat teratas pada tahap akademik ialah profesionalisme, pengetahuan, komitmen terhadap perkembangan peserta didik, kejelasan, bersikap jujur, respek, mampu membimbing mahasiswanya dalam proses pembelajaran, dan keterampilan komunikasi yang baik. Sedangkan pada tahap klinik ialah pengetahuan, kompetensi klinis, respek, profesionalisme, mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran, ketulusan hati, kejelasan, dan bersikap jujur.
Diskusi: Pada tahap akademik, pembelajaran cenderung lebih terstruktur dan dominan kuliah, dengan lingkungan belajar yang formal sehingga dosen yang penuh persiapan dipersepsi sebagai dosen yang ideal. Sementara di tahap klinik, pembelajaran lebih bersifat experiential, mahasiswa dominan memelajari keterampilan klinik dengan lingkungan belajar tidak formal berupa lingkungan pelayanan kesehatan, sehingga kompetensi klinik dan pengajaran yang interaktif menjadi atribut yang ideal. Baik mahasiswa tahap akademik maupun mahasiswa tahap klinik memandang atribut terpenting yang harus dimiliki seorang dosen ideal adalah penguasaan pengetahuan, profesionalisme, kejelasan dan kualitas personal seperti jujur dan respek.

Medical education consists of two stages of learning, preclinical and clinical. An ideal medical teacher needs attributes for supporting learning process. Both stages have different environments of learning and learning methods, so that the ideal medical teachers attributes in both stages are estimated to be different. This study aims to compare the attributes of ideal medical teacher between preclinical stage and clinical stage according to medical students view in faculty medicine of Universitas Indonesia.
Method: This cross-sectional study using primary data with questionnaire which is valid and reliable (Cronbachs alpha 0.950). The sample was obatained by cluster random sampling from two groups, medical students in third years and fifth years of Faculty Medicine of Universitas Indonesia. Total 200 data were analyzed by bivariate analysis.
Result: The results of bivariate analysis showed that there were differences in perceptions between preclinical and clinical students on the ideal attributes of medical teacher, such as well-prepared (p 0.010), clinical competence (p 0.028), non-discriminative (p 0.001), interactive teaching (p 0.035), non-judgmental (p 0.005), and provide clear and on-topic assignment (p 0.005). There are differences in perceptions between female and male students on the ideal attributes of medical teacher, such as professionalism (p 0.014) and emphaty (p 0.010) and there are differences in perceptions between students from Jabodetabek and outside Jabodetabek on the ideal attributes of medical teacher, such as role model (p 0.027).  The results shown that the ideal attributes of medical teacher based on top three in preclinic stage are professionalism, knowledge, commitment to the development of students, clarity, honest, respect, guiding students in the learning process, and good communicator skill. Meanwhile in clinical stages are knowledge, clinical competence, respect, professionalism, creating conducive atmosphere to learning, sincerity, clarity, and honest.
Discussion: In the preclinical stage, learning methods are more structured such as lectures with a formal learning environment, so that the well-prepared attribute is considered as ideal attributes for medical teacher. While in the clinical stage, learning methods are more experiential and students tend to be more in learning clinical skills with a non-formal learning environment, so that the clinical competent and interactive teaching attributes are considered as important attribute for medical teacher. Both students at the preclinical and clinical stages considered the attributes of knowledge, professionalism, clarity, and personal attributes such as honest and respect as the important attributes for ideal medical teacher.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrin Redayani Lukman
"Gangguan kepribadian ambang (GKA) merupakan gangguan jiwa dengan dampak psikososial yang bermakna dan umumnya lebih sulit ditata laksana dibandingkan dengan gangguan psikiatri lainnya. Sebagian besar Peserta Program Pendidikan Spesialis Kedokteran Jiwa (PPDS-KJ) menyatakan sulit melakukan psikoterapi pada pasien GKA dan belum ada metode pengajaran psikoterapi psikodinamik yang khusus dan terstruktur untuk kasus GKA. Tujuan penelitian adalah menghasilkan Modul Pendidikan Psikoterapi Psikodinamik untuk kasus GKA (PP-GKA) beserta instrumen untuk mengevaluasi hasil pembelajaran PPDS-KJ setelah mengikuti modul pada domain pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor. Penelitian dilakukan pada Januari–Desember 2023 di sembilan institusi pendidikan psikiatri di Indonesia menggunakan mixed method kualitatif dan kuantitatif dengan desain exploratory sequential, terdiri dari tahap pengembangan modul, pengembangan instrumen evaluasi, dan uji efektivitas modul. Penelitian ini juga mengadaptasi Kuesioner Kirkpatrick level 1 untuk mengevaluasi reaksi peserta terhadap modul. Pengembangan modul dan instrumen dilakukan secara saksama melalui tahapan focus group discussion, survei Delphi, diskusi panel ahli, uji validasi isi modul dan instrumen, serta uji reliabilitas instrumen dengan narasumber dari kalangan PPDS-KJ, psikiater, ahli psikoterapi, dan staf pengajar psikoterapi dari institusi pendidikan psikiatri di Indonesia. Modul yang dihasilkan bersifat valid (S-CVI/Ave = 1), berbentuk pembelajaran daring dengan durasi 12 kali pertemuan. Penelitian juga menghasilkan instrumen evaluasi hasil belajar berupa 50 butir soal pilihan ganda, rubrik penilaian formulasi psikodinamik (RP-FP), dan rubrik penilaian praktik psikoterapi psikodinamik (RP-PPGKA). RP-FP dan RP-PPGKA juga valid (S-CVI/Ave RP-FP = 0,981, RP-PPGKA = 1) dan reliabel (ICC RP-FP = 0,879, RP-PPGKA = 0,727). Uji efektivitas modul dengan pre-test post-test control group design dilakukan kepada 33 orang PPDS-KJ semester 6–7 dari sembilan institusi pendidikan PPDS-KJ di Indonesia yang direkrut berdasarkan stratified random sampling. Berdasarkan hasil analisis instrumen soal pilihan ganda, RP-FP, RP-PPGKA, dan Kuesioner Kirkpatrick level 1 versi Indonesia, Modul Pendidikan PP-GKA efektif memberikan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor serta mendapatkan reaksi yang positif dari peserta. Modul Pendidikan PP-GKA dapat diimplementasikan pada pendidikan PPDS-KJ di Indonesia sebagai panduan pengajaran dan membantu meningkatkan kompetensi PPDS-KJ dalam melakukan psikoterapi psikodinamik untuk kasus GKA di Indonesia.

Borderline personality disorder (BPD) is a mental disorder with significant psychosocial impacts and is difficult to manage compared to other psychiatric disorders. The majority of psychiatry residents in Indonesia stated that it was difficult to carry out psychotherapy on BPD patients and that there was no specific and structured psychodynamic psychotherapy teaching method for BPD cases. The aim of this study is to produce a Psychodynamic Psychotherapy Module for BPD cases (PP-BPD) along with the instruments to evaluate the residents’ learning outcomes in the cognitive, affective and psychomotor learning domains after receiving the module. The research was conducted in January–December 2023 at nine psychiatric educational institutions in Indonesia using mixed qualitative and quantitative methods with a sequential exploratory design, consisting of module development stages, evaluation instruments development, and module effectiveness testing. This study also adapted the Kirkpatrick Questionnaire level 1 to evaluate participants' reactions to the module. The development of the module and instruments was carried out carefully through the stages of focus group discussions, Delphi surveys, expert panel discussions, content validation testing of the module and scales, as well as inter-rater reliability testing of the scales with psychotherapy experts and teaching staff as participants. The resulting module, in the form of online learning with a duration of 12 meetings, is valid, (S-CVI/Ave = 1). The learning outcomes evaluation instruments were 50 multiple choice questions, Psychodynamic Formulation Competency Assessment scale (PF-CAS), and a Practical Competency Assessment Scale (PC-CAS) for psychodynamic psychotherapy for BPD. PF-CAS and PC-CAS were valid (S-CVI/Ave PF-CAS = 0.981, PC-CAS = 1) and reliable (ICC PF-CAS = 0.879, PC-CAS = 0.727). The module effectiveness test with a pre-test post-test control group design was carried out on 33 PPDS-KJ students in semesters 6–7 from nine psychiatric educational institutions in Indonesia who were recruited based on stratified random sampling. Analysis of the multiple choice exam, PF-CAS, PC-CAS, and Kirkpatrick Questionnaire level 1 Indonesian Version showed that the PP-BPD Education Module was effective in inducing changes in cognitive, affective and psychomotor aspects and received positive reactions from participants. The PP-BPD Education Module can be implemented in resident education in Indonesia as a teaching guide and to help improve residents’ competency in conducting psychodynamic psychotherapy for BPD cases in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>