Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ela Laelasari
"Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa laring (KSSL) dengan metastasis ke kelenjar getah bening (KGB) leher memiliki angka kelangsungan hidup 5 tahun kurang dari 50%. Banyak penelitian menunjukkan bahwa MMP-9 dan CCR7 berhubungan dengan metastasis ke KGB leher. Overekspresi MMP-9 dan CCR7 berhubungan dengan sifat sel tumor yang lebih agresif dan prognosis yang lebih buruk dikarenakan cenderung bermetastasis ke KGB leher.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ekspresi MMP-9 dan CCR7 pada KSSL yang bermetastasis dan tidak metastasis ke KGB leher.
Metode: Penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang pada sediaan operasi laringektomi parsial maupun total dengan diseksi leher di RSCM periode Desember 2017 sampai Desember 2019. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu KSSL dengan metastasis KGB leher dan tanpa metastasis. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara konsekutif dari kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sesuai perhitungan besar sampel untuk masing-masing kelompok. Pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi primer MMP-9 dan CCR7. Data imunoekspresi dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan terjadinya metastasis ke KGB leher.
Hasil: Kejadian metastasis KSSL ke KGB leher berhubungan dengan ekspresi MMP-9 (P<0,05). Ditemukan ekspresi MMP-9 yang tinggi pada KSSL-M sebesar 41,7% sedangkan KSSL-NM 8,3%. Ekspresi CCR7 juga berkorelasi dengan metastasis KSSL ke KGB leher (P<0,05), ekspresi CCR7 yang tinggi pada KSSL-M sebanyak 48,3% sedangkan KSSL-NM hanya 10%. Ditemukan pula hubungan antara ekspresi MMP-9 dan CCR7 dengan terjadinya metastasis KSSL ke KGB (p=0,001).
Kesimpulan: Metastasis KSSL ke KGB berhubungan dengan ekspresi MMP-9 dan CCR7. Terdapat adanya hubungan antara ekspresi MMP-9 dan CCR7 pada kejadian metastasis KSSL ke KGB leher.

Background: Laryngeal squamous cell carcinoma (LSCC) with metastasis to the lymph nodes of the neck has a 5-year survival rate of less than 50%. Many studies have shown that MMP-9 and CCR7 are associated with metastasis to cervical lymph nodes. Overexpression of MMP-9 and CCR7 are associated with a more aggressive cell tumour and poor prognosis because they are more likely to metastasis to cervical lymph nodes.
Purpose: This study aims to determine the expression of MMP-9 and CCR7 in metastasis and non-metastatis KSSL to cervical lymph nodes.
Methodology: An observational analytic study with a cross-sectional design on partial and total laryngectomy surgery preparations with neck dissection at RSCM for the period December 2017 to December 2019. The study sample was divided into 2 groups, namely KSSL with cervical lymph nodes metastasis and without metastasis. The research sample was taken by consecutive sampling from cases that met the inclusion and exclusion criteria according to the calculation of the sample for each group. Immunohistochemical examination using primary antibodies MMP-9 and CCR7. Immunoexpression data were analyzed to determine their relationship with metastasis to cervical lymph nodes.
Results: The incidence of SCC metastases to cervical lymph nodes was associated with MMP-9 expression (P<0.05). High MMP-9 expression was found in KSSL-M by 41.7% while in KSSL-NM 8.3%. CCR7 expression also correlated with KSSL metastases to cervical lymph nodes (P<0.05), high CCR7 expression in KSSL-M was 48.3% while KSSL-NM was only 10%. It was also found that there was a relationship between the expression of MMP-9 and CCR7 with the occurrence of SLCC to lymph node metastasis (p=0.001).
Conclusion: Metastasis SLCC to lymph node was associated with MMP-9 and CCR7 expression. There is a relationship between the expression of MMP-9 and CCR7 in the incidence of SCC metastases to cervical lymph nodes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadirah Rasyid Ridha
"ABSTRAK
Latar belakang: Peran utama matriks metalloproteinase-9 (MMP-9) adalah mendegradasi matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan terjadinya invasi dan infiltrasi sel tumor. Tujuan utama penelitian ini adalah menilai kadar MMP-9 pada pasien leukemia limfoblastik akut-L1 (LLA-L1).
Metode: Penelitian dengan metode kohort prospektif telah di lakukan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar dari bulan Augustus sampai Desember 2014. Jumlah pasien LLA sebanyak 20 orang yang dikelompokkan menjadi risiko tinggi (RT) dan risiko biasa (RB). Luaran pasien di kelompokkan menjadi remisi dan tidak remisi setelah kemoterapi fase induksi.
Hasil: Pada kelompok LLA dengan RT dan RB masing-masing terdiri dari 6(30%) dan 14(70%). Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MMP-9 antara kelompok RT dan RB sebelum dan sesudah kemoterapi fase induksi dengan nilai p=0.216 dan 0.68, perubahan kadar MMP-9 antara RT dan RB sebelum dan sesudah kemoterapi fase induksi dengan nilai p=0.60 dan 0.975, kadar MMP-9 sebelum kemoterapi fase induksi antara kelompok remisi dan yang tidak remisi dengan nilai p=0.614 dan kadar MMP-9 sebelum kemoterapi fase induksi antara kelompok RT dan RB dengan nilai p=0.402 (p>0.05).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MMP-9 antara kelompok RT dan RB sebelum dan sesudah kemoterapi fase induksi, perubahan kadar MMP-9 pada kelompok RT dan RB sebelum dan sesudah kemoterapi fase induksi, kadar MMP-9 sebelum kemoterapi fase induksi anrata kelompok remisi dan tidak remisi, kadar MMP-9 pada yang remisi antara kelompok RT dan RB.

ABSTRACT
Back ground: The main role of matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) in invasive and infiltration is degradation of extracellular matrix. The objective of this study was to evaluate the serum level of MMP-9 in children with acute lymphoblastic leukemia-L1 (ALL-L1) as prognostic marker.
Methods: A prospective cohort study was conducted in Dr Wahidin Sudirohusodo General Hospital, Makassar from August to December to 2014. Twenty patients were enrolled and devided into high risk (HR) and standard risk (SR) ALL group. In terms of outcome, patients were classified into remission and non-remission induction phase of chemotherapy.
Result: High risk and SR ALL group consisted of 6(30%) and 14(70%) patients respectively. Statistical analysis showed no significant differences levels of MMP-9 between HR and SR groups before and after induction phase of chemotherapy with p=0.216 and 0.68, changes levels of MMP-9 between HR and SR groups before and after induction phase of chemotherapy with p=0.60 and 0.975, levels of MMP-9 before induction phase of chemotherapy between remission and non-remission groups with p=0.614 and levels of MMP-9 before induction phase chemotherapy in remission between HR and SR groups with p=0.402 (p>0.05).
Conclusion: MMP-9 expression was no significant difference in HR and SR groups before and after induction phase of chemotherapy, changes MMP-9 expression between HR and SR before and after induction phase of chemotherapy, MMP-9 expression between remission and non-remission groups and MMP-9 expression in remission between HR and SR groups.;"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romzi Karim
"Latar Belakang. Peningkatan jumlah penderita ulkus kaki diabetes berdasarkan data epidemiologi saat ini ternyata setiap tahunnya terus meningkat. Faktor genetik berperan dalam proses penyembuhan luka ulkus kaki diabetes dan peranan faktor genetik terhadap penyembuhan luka penderita ulkus kaki diabetes belum banyak diteliti terutama di Indonesia. Matrix Metalloproteinases MMPs merupakan proteolitik enzim yang memegang peranan pada proses remodeling connective tissue dan degradasi extracellular matrix. Polimorfisme pada gen MMP-9 diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya ulkus dan proses penyembuhan luka pada penderita ulkus kaki diabetes.
Metode Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan polimorfisme gen Matrix metalloprotein- 9 -1562 C>T dan 836 A>G dengan perkembangan penyembuhan luka ulkus kaki penderita diabetes mellitus tipe 2. Rancangan penelitian adalah sebuah penelitian prospektif potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI/RSCM Jakarta bekerjasama dengan Laboratorium Biologi Biomolekuler FKUI/RSCM Jakarta selama periode September 2016 - Desember 2016. Populasi target adalah penduduk Jakarta, populasi terjangkau adalah pasien Ulkus Diabetik yang berobat di divisi bedah vascular dan endovascular FKUI/RSCM Jakarta. Besar sampel ditentukan berdasarkan formula uji hipotesis dua proporsi. Dilakukan analisis DNA dan polimorfisme gen MMP-9. Dilakukan dokumentasi foto klinis luka ulkus kaki diabetes pada saat luka sebelum debrideman dan di hari ke 21, kemudian diukur luas luka dan jaringan granulasi dengan menggunakan program ImageJ.
Hasil: Perkembangan penyembuhan luka terdapat pada Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein-1562C>T CC yaitu sebanyak 17 dari 32 orang 31,48 , CT yaitu sebanyak 9 dari 21 orang 16,67, hasil uji statistik dengan nilai p=0,477. Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein 836A>G AA yaitu sebanyak 10 dari 14 orang 18,52, AG yaitu sebanyak 9 dari 19 orang 16,67, GG yaitu 7 dari 21 orang 12,96, Hasil uji statistik p = 0,087.Kesimpulan. Kedua polimorfisme gen MMP-9 tersebut tidak terdapat hubungan bermakna.

Background: According to epidemiology data, amount of diabetic ulcer patients is continue to increase. Genetic factor has a role in diabetic foot ulcer healing and the role of genetic it self in managing the ulcer only has a few study or publication conducted in Indonesia. Matrix Metalloproteinase MMPs is the proteolytic enzyme which has role in connective tissue remodeling process and extracellular matrix degradation. MMP 9 genes polymorphism is strongly predicted influencing ulcer formation process and ulcer healing process in diabetic foot ulcer patients.
Methods: The goal of this study is to analyze the relation between MMP 9 genes polymorphism with the progress of ulcer healing di diabetic foot ulcer patient. This is a cross sectional prospective study design at Vascular surgery and Endovascular division, surgery department FKUI RSCM Jakarta cooperated with Biology Biomolecular laboratory at FKUI RSCM during September december 2016. Target population are all Jakarta citizens, and accessible population are all diabetic foot ulcer patients in Vascular surgery and Endovascular division FKUI RSCM, Jakarta. Sample size is determined based on dual proportion hypothesis test formula. Blood sample are taken and sent to biology medic laboratory to perform DNA and MMP 9 gene polymorphism analysis. The characteristic of ulcer is documented before and on day 21, then the ulcer size and granulation tissue are measured using ImageJ program.
Results: Improvement of healing ulcer in gene polymorphism of matrix metalloproteinase 1562C T CC is about 17 from 32 patients 31,48 , CT is about 9 from 21 patients 16,67 , statistic testing with p value 0,477. Gene polymorphism metalloproteinase 836A G AA is 10 from 14 patienrs 18,52, AG is 9 from 19 patients 16,67, GG is 7 from 21 patients 12,96, statistic testing with p value 0,087.Conclusions There are not significant relationship in both of MMP 9 gene polymorfsm with diabetic foot ulcer healing progress
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marini Stephanie
"ABSTRAK
Latar belakang. MMP (matrix metalloproteinase) merupakan protease yang memiliki peran yang sangat penting pada proses invasi dan metastasis, namun dengan berkembangnya pengetahuan mengenai akivitas MMP dan matriks esktraseluler, MMP dipikirkan ikut berkontribusi dalam lesi-lesi intraepithelial neoplasia serviks. MMP 2 dan MMP 9 merupakan anggota kelompok gelatinase yang sering dilaporkan kaitannya dengan progresifitas lesi kanker serviks, yang umumnya penelitian ini dilakukan pada jaringan. Berbagai penelitian berusaha menginvestigasi lebih lanjut kaitan HPV yang merupakan faktor etiologi utama dari kanker serviks dengan overekspresi MMP 2 dan MMP 9 pada kanker serviks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ekspresi MMP 2 dan MMP 9 dengan derajat neoplasia serviks dan infeksi HPV. Bahan dan cara. Penelitian ini dilakukan secara prospektif, menggunakan studi analitik potong lintang dengan mengumpulkan sediaan pap smear berbasis cairan yang telah didiagnosis sesuai dengan klasifikasi Bethesda 2001. Pada kasus yang terdapat kelainan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan imunositokimia MMP 2 dan MMP 9. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain usia dan hasil pemeriksaan HPV. Hasil. Terdapat hubungan bermakna antara ekspresi MMP2 dan MMP 9 dengan derajat neoplasia serviks (masing-masing p=0,001 dan p=0,000), sebaliknya tidak ditemukan hubungan bermakna antara ekspresi MMP 2 dan MMP 9 dengan infeksi HPV (masing-masing p=0,552 dan p=1,000). Kesimpulan. Ekspresi MMP 2 dan MMP 9 dapat ditemukan pada lesi atipikal, prekanker dan kanker serviks. Tampak proporsi positifitas ekspresi MMP 2 dan MMP 9 yang lebih tinggi pada lesi derajat tinggi dibandingkan pada lesi derajat rendah.

ABSTRACT
Background. MMPs (matrix metalloproteinase) are proteases that essential for invasion and metastatic process, but with knowledge development about MMPs’s activity and extracellular matrix, MMPs was also thought contributed in cervical intraepithelial lesions. MMP 2 and MMP 9 are the member of gelatinase that often reported associated with cervical cancer progressivity. A lot of studies tried to investigate further whether HPV as the main etiology factor was related with the overexpression of MMP 2 and MMP 9 in cervical neoplasia. The objective is to study the expression of MMP 2 and MMP 9 and its relationship with the degree of neoplasia cervical lesions and HPV infection. Material and methods. This is a prospective analytic cross-sectional study using Liquid base cytology slides that was diagnosed according Bethesda 2001 classification. Cases were reviewed and cases with abnormality were conducted MMP 2 and MMP 9 immunocytochemistry. Age and HPV examination results were also collected. Results. There were significantly association between MMP 2, MMP 9 and degree of neoplasia cervical lesion, with p=0,001 and p=0,000 respectively. There were no statistically association between MMP 2, MMP 9 and HPV infection with p=0,552 and p=1,000 respectively. Conclusion. MMP 2 and MMP 9 expression can occur in atypical, precancer and cancer lesions. It was shown that high grade cervical lesions had higher proporsion of MMP 2 and MMP 9 expression than low grade cervical lesions."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikha Sundjojo
"Latar Belakang: Periodontitis kronis adalah penyakit multifaktorial yang dipengaruhi oleh plak bakteri dan respon inflamasi tubuh dengan matriks metalloproteinase sebagai salah satu molekul inflamasi yang ditemukan meningkat pada penyakit periodontal. Skeling dan penghalusan akar (SPA) telah umum digunakan sebagai pengobatan konvensional atau non-bedah dalam terapi periodontal. Tujuan: Untuk mengevaluasi ekspresi m-RNA matriks metalloproteinase-9 (MMP-9), jumlah Tannerella forsythia (T. forsythia), dan parameter klinis periodontal satu bulan setelah SPA. Metode: Lima puluh gigi dengan poket 4-6 mm dari enam pasien periodontitis kronis dan satu subjek periodontal sehat disertakan dalam penelitian ini. Data penelitian cairan sulkus gingiva diambil dari poket terdalam setiap gigi dengan poket periodontal 4-6 mm untuk mengukur tingkat ekspresi m-RNA MMP-9 dan T.forsythia menggunakan quantitative real time-PCR (qPCR). Kedalaman poket, indeks perdarahan gingiva, dan kehilangan perlekatan klinis diukur pada hari pertama sebagai baseline dan pada hari ke 30. SPA dilakukan pada hari ke-1. Data dianalisis menggunakan program perangkat lunak SPSS 22.0. Hasil: Dibandingkan dengan kontrol, parameter klinis periodontal dan T.forsythia secara signifikan berkurang sementara pengurangan ekspresi m-RNA ­MMP-9 ditemukan tidak signifikan pada hari ke-30 setelah SPA. Kesimpulan: Satu bulan setelah SPA pada periodontitis kronis dengan poket 4-6 mm didapatkan penurunan jumlah T.forsythia dan parameter klinis periodontal secara signifikan dengan ekspresi m-RNA MMP-9 menurun tidak signifikan. Penelitian lebih lanjut dengan periode pengamatan lebih lama diperlukan untuk mengkonfirmasi atau menolak temuan di atas.

Background: Chronic periodontitis is a multifactorial disease influenced by both bacterial plaque and host inflammatory response with matrix metalloproteinase as one of inflammatory molecules found elevated in periodontal disease. Scaling and root planning (SRP) has been commonly used as conventional or non-surgery treatment in periodontal therapy. Aim: To evaluate m-RNA expression of matrix metalloproteinase-9 (MMP-9), Tannerella forsythia (T. forsythia), and clinical periodontal parameter one month after SRP. Methods: Fifty tooth with pocket 4-6 mm from six CP patients and one periodontally healthy subject was recuited in this study. Gingival crevicular fluid (GCF) were collected from deepest pocket of every tooth with pocket 4-6 mm, the expression level of MMP-9 m-RNA and T.forsythia was measured using quantitative real time-PCR(qPCR). Pocket depth (PD), papilla bleeding index (PBI), and clinical attachment loss (CAL) were measured on day 1 as baseline and on the 30th day. SRP were performed on day 1. Data were analyzed using SPSS 22.0 software program. Results: By comparing to control, the periodontal clinical parameters and T.forsythia were significantly reduced after SRP while the reduction of MMP-9 m-RNA expression was found no significantly after 30th day. Conclusion: Our study show that SRP was clinically effective for CP with 4-6 mm pocket although the expression of MMP-9 m-RNA was not significantly reduced following SRP for one month period. Further studies with longer observation period are needed to confirm or reject the above finding."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Fariz Kalista
"Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan global. Terapi yang ada saat ini hanya berdampak minimal terhadap covalently closed circular deoxyribonucleic acid (cccDNA), sehingga eradikasi sulit dicapai. Matriks Metaloproteinase-9 (MMP-9) berperan dalam meningkatkan replikasi VHB, namun belum ada penelitian yang mengevaluasi peran penghambat MMP-9 terhadap replikasi VHB. Kultur primer hepatosit diperoleh dari Tupaia javanica dan diinfeksi dengan VHB manusia, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kontrol dan intervensi. Kelompok intervensi diberikan penghambat MMP-9 dosis 1 nM, 3 nM, dan 7 nM. Peripheral blood mononuclear cells (PBMC) manusia diperoleh dari pasien hepatitis B kronik, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kontrol dan intervensi. Kelompok intervensi diberikan penghambat MMP-9 dosis 3 nM. Dilakukan pengukuran HBsAg, DNA VHB, cccDNA, MMP-9, type-1 IFN receptor 1 (IFNAR1), dan interferon-β (IFN-β) sebelum dan 72 jam setelah pemberian intervensi pada kedua kelompok. Pada kultur primer hepatosit T. javanica yang diinfeksi VHB manusia, pemberian penghambat MMP-9 dosis 1 nM, 3 nM, dan 7 nM secara konsisten menurunkan kadar HBsAg, DNA VHB, cccDNA, dan MMP-9. Dosis 3 nM meningkatkan kadar IFNAR1, sedangkan dosis 7 nM meningkatkan kadar IFN-β. Dosis 3 nM menunjukkan efek yang lebih optimal dibandingkan dosis lainnya. Pada PBMC manusia dengan infeksi VHB, pemberian penghambat MMP- 9 dosis 3 nM menurunkan kadar HBsAg, DNA VHB, cccDNA, dan MMP- 9, serta meningkatkan kadar IFN-β, namun menurunkan kadar IFNAR1. Studi ini menunjukkan bahwa pemberian penghambat MMP-9 dapat menurunkan kadar HBsAg, DNA VHB, cccDNA, dan MMP-9, serta meningkatkan kadar IFN-β pada kultur primer hepatosit T. javanica dan PBMC manusia.

Hepatitis B virus (HBV) infection remains a significant global health concern. Current therapies have minimal impact on covalently closed circular deoxyribonucleic acid (cccDNA), making HBV eradication difficult. Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) enhance HBV replication, but its inhibition has not been studied. Primary hepatocyte cultures were obtained from Tupaia javanica and infected with human HBV, then divided into control and intervention groups. The intervention groups were treated with MMP-9 inhibitors at doses of 1 nM, 3 nM, and 7 nM. Human peripheral blood mononuclear cells (PBMC) were isolated from chronic hepatitis B patients and divided into control and intervention groups. The intervention groups received MMP-9 inhibitors at dose of 3 nM. Measurements of HBsAg, HBV DNA, cccDNA, MMP-9, type-1 IFN receptor 1 (IFNAR1), and interferon-β (IFN-β) were performed before and 72 hours after intervention in both groups. In T. javanica primary hepatocyte culture infected with human HBV, MMP-9 inhibitors at doses of 1 nM, 3 nM, and 7 nM consistently decreased levels of HBsAg, HBV DNA, cccDNA, and MMP-9. The 3 nM dose increased IFNAR1 levels, while the 7 nM dose increased IFN-β levels. The 3 nM dose demonstrated the most optimal effects. In human PBMC with HBV infection, MMP-9 inhibitor at dose of 3 nM decreased levels of HBsAg, HBV DNA, cccDNA, MMP-9, increased IFN-β levels, but reduced IFNAR1 levels. This study shows that administration of MMP-9 inhibitors reduced levels of HBsAg, HBV DNA, cccDNA, and MMP-9, while increased IFN-β levels in T. javanica primary hepatocyte cultures and human PBMC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Fardizza
"ABSTRAK
Biomarka untuk memprediksi metastasis KGB lokoregional sampai saat ini belum akurat.
Angka metastasis tersamar pada karsinoma laring bervariasi yaitu 165%. Dibutuhkan
biomarka tumor yang dapat memberikan informasi adanya metastasis KGB lokoregional
pada pasien KSS laring stadium lanjut tanpa keterlibatan KGB lokoregional (N0), sehingga
diharapkan menjadi acuan untuk dilakukan diseksi leher selektif. Beberapa biomarka yang
berhubungan dengan agresivitas dan prediksi metastasis yaitu Epidermal Growth Factor
Receptor (EGFR), Matrix Metallo-proteinase (MMP)-9, Tissue Inhibitor Metallproteinase
(TIMP)-1, Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Epithel Calcium Adhesi (Ekaderin)
dan kolagen tipe IV serta HPV dapat digunakan untuk memprediksi luaran pada
status pasien tumor dengan dan tanpa metastasis.
Penelitian ini ingin memeriksa peran infeksi HPV sebagai faktor onkogenesis dan
kejadian metastasis KGB leher pada keganasan laring berdasarkan biomarka sebagai
penetapan diagnosis metastasis KGB lokoregional.
Dilakukan Cross-sectional, double blind study dengan pengumpulan data sekunder dari
rekam medis di Departemen THT-KL FKUI-RSCM. Pemeriksaan ekspresi biomarka
dan status HPV dilakukan terhadap jaringan berupa blok parafin dari pasien karsinoma
laring Ekspresi biomarka dilakukan dengan pemeriksaan imunohistokimia, dan identifikasi
virus HPV dengan nested PCR, dilanjutkan dengan flow-through hybridization.
Didapatkan proporsi HPV KSS laring sebanyak 28,7% dengan infeksi HPV risiko tinggi
sebanyak 9,15% dan HPV 16 merupakan tipe yang terbanyak. Analisis multivariat
Mantel-Haenszel didapatkan ekspresi tinggi biomarka EGFR, MMP-9 dan VEGF
berperan terhadap kejadian metastasis KGB pada KSS laring stadium lanjut tanpa
infeksi HPV dengan OR 3,38; 5,14. Keadaan tersebut tidak berperan lagi bila terdapat
infeksi HPV Dari penelitian ini didapatkan suatu algoritma penatalaksanaan KSS laring
stadium lanjut khususnya untuk penentuan tatalaksana diseksi leher pada N0.
Infeksi HPV didapati pada KSS laring stadium lanjut, HPV 16 merupakan tipe HPV
yang terbanyak. Biomarka penanda metastasis didapatkan pada EGFR; MMP-9; VEGF
dengan kekuatan 2;1;6.

ABSTRACT
Biomarkers to predict locoregional lymph nodes metastasis is not yet accurate until
now. The number of occult metastasis in laryngeal carcinoma varies between 165%.
A tumor biomarker that can give information on the existence of locoregional lymph
node involvement in patients with or without signs of clinical locoregional lymph node
involvement, as guidelines whether selective neck dissection is needed in N0 cases. For
patients that need additional treatment biomarkers that are correlated with aggresivity
and metastasis prediction such as EGFR, MMP-9, TIMP-1, VGEF, E-cadherin, collagen
Type IV and HPV are also needed to predict the outcome of patients with or without
lymph node metastasis.
This study aimed to investigate the evidence of HPV infection in laryngeal carcinoma
and the role of biomarkers EGFR, MMP-9, TIMP-1, VEGF, E-cadherin and collagen
type IV, in a late stadium laryngeal SCC observed clinically, especially in N0 and also
to predict diagnosis of a locoregional lymph node that has potential for metastasis.
Cross-sectional, double blind study with planned data collection was performed in the
Department of ENT FKUI-RSCM. Data were taken from Formalin Fixed Paraffin
Embedded (FFPE) of laryngeal cancer specimen after laryngectomies. Samples were
analysed by nested Polymerase Chain Reaction (PCR) and continuous flow-through
hybridizationed for genotyping. Expression of EGFR, MMP-9, TIMP-1, VEGF, Ecadherin,
and collagen Type IV as metastasis biomarker were evaluated by
immunohistochemistry.
Overall HPV proportion in laryngeal cancer was 28.7%. A total of 9,15% laryngeal
cancer patients were infected with high risk HPV type and HPV 16 was the most
frequently observed. Mantel-Haenszel multivariate analysis found that HPV infection did
not play role in neck metastasis eventhough there were positive evidence of metastasis
biomarker. In contrast, the absent of HPV infection, positif metastasis biomarker of EGFR
and VEGF have risk for neck nodes metastasis with OR 3.38; 5.14 fold consecutively.
The algorithm was formed from the PM model to determine the metastasis potential to
locoregional lymph nodes of late stadium laryngeal SCC with N0.
HPV was found to be the oncogenic factor of the laryngeal SCC and HPV 16 was the
most frequently observed type in laryngeal SCC. Biomarkers to predict locoregional
lymph nodes metastasis are EGFR; VEGF with strenght 2;1;6."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harnoko Dwi Yogo
"Euclidean Distance Matrix (EDM) mempunyai hubungan dengan matriks semidefinit positif yang mana hubungan tersebut direpresentasikan oleh fungsiτ dan fungsi K, dengan τ dan K merupakan fungsi yang saling invers (H. Kurata & P. Tarazaga, 2011). Sedangkan istilah dan notasi mayorisasi itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Hardy, Littlewood, & Polya (1934) untuk mengungkapkan suatu vektor x dikatakan "less spread out" dibanding vektor Y.
Pada skripsi ini akan dipelajari bagaimana hubungan matriks semidefinit positif B1 dan B2 jika diketahui bahwa vektor dengan elemen nilai-nilai eigen matriks EDM D1 dimayorisasi oleh vektor dengan elemen nilai-nilai eigen matriks EDM D2 dengan Bi (i=1,2) bersesuaian dengan Di(i=1,2).

There is a relationship between Euclidean Distance Matrix (EDM) and positive semidefinite matrix, which is represented τ function and K function, with τ and K are mutually inverse (H. Kurata & P. Tarazaga, 2011). Meanwhile the term and notation of majorization was first introduced by Hardy, Littlewood, and Polya (1934), to express how the vector X is said to be "less spread out" than the vector Y.
In this paper, it will be studied how the relationship between the positive semidefinit matrix B1 and B2, if it is known that a vector with elements eigenvalues of the EDM D1 is majorized by a vector with elements eigenvalues of the EDM D2, where Bi(i=1,2) corresponds to Di(i=1,2).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S55282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita
"Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa (KSS) lidah merupakan kanker rongga mulut (KRM) yang paling banyak ditemukan. Diseksi leher dikerjakan bersamaan dengan eksisi luas tumor karena tingginya angka occult metastasis yaitu sebesar 30% pada kelenjar getah bening (KGB) leher yang secara yang klinis tidak teraba (N0). Berdasarkan penelitian sebelumnya penanda epitelial E-cadherin dan penanda sel punca kanker CD44 dapat digunakan sebagai alat diagnostik prabedah untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami metastasis KGB sehingga dapat menjadi salah satu modalitas yang membantu ahli bedah dalam mengambil keputusan tipe diseksi leher yang akan dikerjakan agar memberikan manfaat terbaik bagi pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi E-cadherin dan CD44 dengan metastasis KGB leher pada KSS lidah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien KSS lidah tanpa metastasis jauh, dilakukan operasi eksisi luas tumor dan diseksi KGB leher, dan blok parafin yang layak diperiksa. Data sosiodemografi dan klinikopatologis diambil dari rekam medis. Pewarnaan imunohistokimia dengan E-cadherin dan CD44 dilakukan pada jaringan KSS lidah yang sudah terdapat di blok parafin tersimpan kemudian tingkat ekspresi E-cadherin dan CD44 dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah sesuai kepustakaan. Analisis statistik dilakukan dengan program SPSS 24.0. Hasil: Didapatkan 30 dengan 15 subjek KSS lidah dengan metastasis KGB dan 15 subjek tanpa metastasis KGB. Dari analisis data, didapatkan terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi E-cadherin dengan metastasis KGB (p=0.000) dan terdapat hubungan yang bermakna antara CD44 dengan metastasis KGB (p=0.003). Kesimpulan: Ekspresi E-cadherin yang rendah dan CD44 yang tinggi memiliki hubungan bermakna dengan metastasis KGB pada KSS lidah.

Background: Squamous cell carcinoma (SCC) of the tongue is the most common oral cavity cancer. Neck dissection was done simultaneously with wide excision of the tumor because of occult metastases high rate (about 30%) in clinically non-palpable neck lymph nodes (N0). Based on previous research, the epithelial marker E-cadherin and cancer stem cell marker CD44 could be used as pre-surgical diagnostic tools to identify patients who have lymph node metastases so that it could be a modality that helps surgeons in making decisions about neck dissection type to be performed to provide the best benefit for patients. Objective: To evaluate the association between E-cadherin and CD44 expressions and neck lymph node metastasis in SCC of the tongue. Methods: This research was an analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken through consecutive sampling according to inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were patients with SCC of the tongue without distant metastases, post wide excision of the tumor with neck lymph node dissection, and eligible paraffin block for examination. Sociodemographic and clinicopathological data were obtained from medical records. Immunohistochemistry staining was performed with E-cadherin and CD44 from stored paraffin blocks, then the expression levels of E-cadherin and CD44 were grouped into high and low according to the literature. Statistical analysis was conducted with SPSS 24.0. Results: Thirty samples of SCC of tongue were collected, consist of 15 subject with neck lymph node metastasis tongue and 15 subject without neck lymph node metastasis. From data analysis, a significant difference was found between E-cadherin and CD44 expressions with neck lymph node metastasis (p value was 0.000 and 0.003, respectively). Conclusion: Low expression of E-cadherin and high expression of CD44 was significantly associated with the occurence of neck lymph node metastasis in SCC of the tongue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anse Diana Valentiene Messah
"Latar belakang: Matrix metalloproteinases (MMPs) merupakan protein yang berperan dalam proses inflamasi dan remodeling yang disebabkan oleh infeksi, termasuk tuberkulosis paru (TB), terutama multidrug resistance. Penelitian ini bertujuan untuk mengkorelasikan hubungan antara kadar serum dan polimorfisme MMP-1 dan MMP-9 dengan karakteristik kavitas, seperti jumlah, diameter, ketebalan dinding, dan distribusi fibrosis pada Multidrug-Resistant (MDR) dan Drug-Sensitive (DS) pasien TB.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang komparatif. Subyek yang berasal dari pasien rawat jalan RS Abdoel Moelok Lampung Indonesia telah lulus uji etik. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, 34 subjek pada kelompok MDR-TB dan 36 subjek pada kelompok DS-TB. Kadar protein serum MMP-1 dan MMP-9 dilakuakn dengan uji ELISA, dan genotipe MMP-1 dan MMP-9 dengan Sequencing metode Sanger. Kemudian kavitas dan fibrosis dievaluasi dengan menggunakan pemeriksaan High-Resolution Computerized Tomography (HRCT) toraks.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna jumlah kavitas dengan diameter lebih dari 6, 6 mm, dan tebal kavitas pada pasien TB-MDR dibandingkan dengan pasien TB-DS. Distribusi fibrosis pada segmen paru juga berbeda nyata pada MDR-TB dibandingkan dengan DS-TB. Walaupun kadar MMP-9 pada kelompok MDR-TB lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok DS-TB, namun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara MDR-TB dan DS-TB mengenai jumlah kavitas, diameter kavitas, ketebalan dinding kavitas, serta distribusi fibrosis di segmen paru-paru yang terkena yang dievaluasi dengan HRCT. Penelitian ini mendapatkan frekuensi alel G pada MMP-1 pada populasi Indonesia (Asia) dan adanya hubungan yang signifikan dengan tebal kavitas dengan alel G pada MMP-1 dan alel T pada MMP-9 alel
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara genotipe MMP-1 (-1607G) dan MMP-9 (C1562T) dengan kadar serum MMP-1 dan MMP-9, genotipe MMP 1 pada kedua kelompok penelitian berbeda secara bermakna dan merupakan faktor pencegahan dua kali lipat kejadian MDR-TB. Selain itu, terdapat perbedaan yang substansial dalam ketebalan dinding kavitas antara genotipe G/G MMP-1 1607 T/T MMP-9 pada kedua kelompok penelitian.

Background: Matrix metalloproteinases (MMPs) are proteins that play a role in the inflammatory and remodeling processes caused by infections, including pulmonary tuberculosis (TB), especially multidrug resistance. This study aims to correlate the relationship between serum levels and polymorphism of MMP-1 and MMP-9 with cavity characteristics, such as number, diameter, wall thickness, and distribution of fibrosis in Multidrug-Resistant (MDR)- and Drug-Sensitive (DS)-TB patients.
Method: This study used a comparative cross-sectional study design. The subjects came from outpatients at Abdoel Moelok Hospital, Lampung Indonesia had passed the ethical test. Subjects were divided into two groups, 34 subjects in the MDR-TB group and 36 subjects in the DS-TB group. The levels of MMP-1 and MMP-9 were carried out by ELISA test, and the genotipes MMP-1 and MMP-9 were determined using PCR-the Sequencing method. In addition, cavities and fibrosis were measured using thoracic High- Resolution Computerized Tomography (HRCT) imaging.
Results: There was a significant difference in the number of cavities with a diameter of more than 6.6 mm, and cavity thickness in MDR-TB patients compared to DS-TB patients. The distribution of fibrosis in the lung segments was also significantly different in MDR-TB compared to DS-TB. Although MMP-9 levels in the MDR-TB group were higher than in the DS-TB group, there was no statistically significant difference from the study, which showed a relationship between MDR-TB and DS-TB regarding the number of cavities, cavity diameter, walls thickness cavity, as well as the distribution of fibrosis in the affected lung segments evaluated by HRCT. This study found the frequency of the G allele in MMP-1 in the Indonesian population (Asia) and a significant relationship with cavity thickness between the G allele in MMP-1 and the T allele in MMP-9.
Conclusion: There is no relationship between the MMP-1 (-1607G) and MMP-9 (C1562T) genotypes with serum levels of MMP-1 and MMP-9, the MMP 1 genotype in the two study groups was significantly different and was a factor preventing twice the incidence MDR-TB. In addition, the two study groups showed substantial differences in cavity wall thickness between the G/G MMP-1 1607 T/T MMP-9 genotypes.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>