Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendun Naura Syifa
"Bagian barat Jawa merupakan bagian dari seismotektonik busur sangat aktif dan seismotektonik busur aktif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola subduksi lempeng dan mengetahui besar sudut penunjaman lempeng subduksi. Pola subduksi dapat diketahui dengan menentukan posisi hiposenter terhadap gempabumi yang terjadi. Untuk memperoleh distribusi posisi hiposenter yang lebih akurat dan dapat dengan baik merepresentasikan pola penunjaman, maka perlu dilakukan relokasi gempabumi. Metode yang digunakan untuk merelokasi adalah metode Double Difference (DD). Pada penelitian ini menggunakan data gempabumi periode April 2009 hingga September 2018 dengan koordinat 50-80 LS dan 1040-1070 BT. Gempabumi yang terelokasi sebanyak 1030 event dari 1168 event kejadian gempabumi. Sudut penunjaman lempeng subduksi dihitung dengan menggunakan metode Segmen Irisan Vertikal. Area penelitian dibagi menjadi 6 segmen (A-A’, B-B’, C-C’, D-D’, E-E’, F-F’). Pada segmen A-A’ memiliki besar sudut penunjuman sebesar 450-590, segmen B-B’ sebesar 43,90-570, segmen C-C’ sebesar 310-440 segmen D-D’ sebesar 200-310, segmen E-E’ sebesar 300-590, dan segmen F-F’ sebesar 350-450. Hasil perhitungan sudut penunjaman menunjukkan bahwa sudut penunjaman yang ada pada daerah penelitian relatif curam.

The Western Part of Java is part of a very active arc seismotectonic and active arc seism. This study aims to analyze the pattern of subduction and determine the angle of subduction of the subduction plate. The subduction pattern can be determined by determining the position of the hypocenter of the earthquake that occurs. To obtain a more accurate distribution of the hypocenter position and better represent the subduction pattern, it is necessary to relocate the earthquake. The method used to relocate is the Double Difference (DD) method. This study uses earthquake data for the period April 2009 to September 2018 with coordinates 50-80 S and 1040-1070 E. Earthquakes that were relocated as much as 1030 events out of 1168 earthquake events. The angle of subduction of the subducting plate is calculated using the Vertical Slice Segment method. The research area is divided into 6 segments (A-A', B-B', C-C', D-D', E-E', F-F'). The segment A-A' has a large angle of 45°-59°, the segment B-B' is 43.9°-57°, the segment C-C' is 31°-44°, the segment D-D' is 20°-31°, the segment EE' is 30°-59°, and the segment F-F' is 35°-45°. The results of the calculation of the subduction angle show that the subduction angle in the study area is relatively steep."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldina Nur Risqi
"ABSTRACT
Penelitian ini fokus mengenai struktur pada zona subduksi di Kepulauan Nias.Zona subduksi merupakan zona pertumbukan antar lempeng benua dan lempeng samudra. Sebelum zona subduksi terbentuk terjadi pembentukan kerak samudera di mana pada daerah penelitian ini ditandai dengan Wharton Fosil Ridge. Pertumbukan antar lempeng dapat menghasilkan suatu struktur prisma akresi yang mempunyai karakteristik batuan melange akibat penunjaman lempeng tersebut. Pada penelitian ini telah dilakukan proses pengolahan data seismik refleksi 2D serta interpretasi pembentukan Wharton fossil ridge, zona subduksi, dan prisma akresi.

ABSTRACT
This research is focusing on structure at Nias Islands subduction zone. Subduction zone is the collision zone of continental plate and oceanic plate. Prior to the establishment of the subduction zone there is an event of the making of continental crust in which in this research area is marked by Wharton Fossil Ridge. The collision of the plates can produce an accretion prism structure which has the melanges rock characteristics because of the plates rsquo subduction. In this research it has been done 2D seismic reflection data processing and the interpretation of the Wharton fossil ridge establishment, subduction zone, and accretion prism. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Aulia Ramadhanti
"ABSTRACT
Penelitian untuk mengukur kedalaman Diskontinuitas Mohorovicic Moho dan zona subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam Lempeng Eurasia telah dilakukan dengan menggunakan metode gravitasi dengan memanfaatkan data gravitasi citra satelit yang berasal dari satelit Geodetic Satellite GEOSAT dan European Remote-Sensing 1 ERS-1 . Kedua struktur ini terdapat kontras densitas sehingga penelitian dilakukan menggunakan metode gravitasi. Data satelit yang didapat berupa free air anomaly. Kemudian data dikoreksi bouguer dengan densitas rata-rata 2.64 g/cm2 dari metode parasnis sehingga didapatkan Complete Bouguer Anomaly SBA. Untuk mencari kedalaman Moho dan zona subduksi ditentukan dengan Energy Spectrum Analysis ndash; the Multi Window Test ESA-MWT dengan lintasan dari Selatan-Utara dan Timur-Barat. Dengan ESA-MWT, didapatkan 9 lapisan dan bisa mencapai kedalaman yang regional. Hasil kedalaman Moho bervariasi sebesar 28-63 km di lapisan ke-6. Juga dalam lintasan Timur-Barat, Moho didapatkan di lapisan ke-5 dengan kedalaman 34-49 km. Lempeng Indo-Australia berhasil ditemukan di kedalaman 54 km dan penunjaman dengan Lempeng Eurasia di kedalaman 106 km. Metode Multiscale Second Vertical Derivative MSSVD juga membantu mengonfirmasi keberadaan zona subduksi dengan adanya patahan reverse. Penelitian ini dikorelasikan dengan metode seismik.

ABSTRACT
Study to measure depth of Mohorovicic Discontinuity and subduction zone of the Indo Australia Plate that subducted beneath Eurasia Plate has been done using gravity method with satellite gravity data comes from Geodetic Satellite GEOSAT and European Remote Sensing 1 ERS 1. These structures have contrast density, so that this study using gravity method. From satellite data obtained free air anomaly. The next step processing is Bouguer correction with average density 2.64 g cm3 comes from parasnis method dto obtain Simple Bouguer Anomaly SBA. The depth of Moho and subduction zone are determined from Energy Spectrum Analysis ndash the Multi Window Test ESA MWT with lines heading South North and East West. The result from ESA MWT shows that there are 9 layers and could reach regional depth, also the depth of Moho is about 28 63 km in 6th layer in South North lines, meanwhile in East West lines the depth of Moho is found in 34 49 km in 5th layer. Slab of Indo Australia is successfully found in the depth of 54 km, and the subduction zone found in 106 km. Multiscale Second Vertical Derivative MSSVD method is used to prove existence of subduction zone within fault reverse. This study is correlated with seismic method. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmanda Arfiani Mecca
"Skripsi ini membahas tingkat seismisitas, kerapuhan batuan, dan tingkat periode ulang gempa bumi Jawa bagian barat dengan batas koordinat 105º1’11”-106º7’12” Bujur Timur dan 5º7’50”-7º1’11’’ Lintang Selatan. Analisis pengamatan menggunakan data kejadian gempa bumi selama periode 1981-2021, kedalaman h≤300 km, dan magnitudo 𝑀≥2. Metode yang digunakan adalah Magnitude Frequency Relation (MFR) dengan hasil nilai MC sebesar 4.8. Serta metode Maximum Likelihood dengan hasil nilai b sebesar 0.5 - 1.3 dan nilai a sebesar 3.5 – 8.0. Sedangkan nilai periode ulang gempa bumi yang didapatkan berbeda-beda tergantung besaran magnitudo pada wilayah penelitian. Pada gempa bumi dengan magnitudo 𝑀 = 5.0 dan 𝑀 = 5.5, secara berturutturut memiliki kisaran periode ulang gempa sekitar 1-4 tahun dan 2-7 tahun. Beda halnya dengan gempa bumi magnitudo 𝑀 = 6.0 dan 𝑀 = 6.5, memiliki kisaran periode ulang gempa sekitar 4-14 tahun dan 6-16 tahun.

This thesis discusses the level of seismicity, rock fragility, and the rate of return period for West part of the Java’s earthquake with coordinate boundaries of 105º1’11”- 106º7’12” East Longitude and 5º7’50”-7º1’11’’ South Latitude. Observational analysis uses earthquake data for the period 1981-2021, depth h≤300 km, and magnitude 𝑀≥2. The methods are used Magnitude Frequency Relation (MFR) with MC value of 4.8, also the Maximum Likelihood method with the results of a b value of 0.5 - 1.3 and a value of 3.5 – 8.0. While the value of the earthquake return period obtained varies depending on the magnitude of the study area. Earthquakes with a magnitude of 𝑀 = 5.0 and 𝑀 = 5.5, respectively, have an earthquake return period range of about 1-4 years and 2-7 years. Unlike the case with earthquakes of magnitude 𝑀 = 6.0 and 𝑀 = 6.5, they have a return period of around 4-14 years and 6-16 years."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Soterion Nugroho
"ABSTRAK
Impedansi akustik dan seismik inversi seismik multi-atribut adalah sejumlah metode seismik yang dapat digunakan untuk memetakan distribusi reservoar batu pasir. Dengan menggunakan metode ini, kita dapat memisahkan batupasir dan sumur serpih di Formasi Talang Akar yang ditemukan di Lapangan "Essen", Sub-Basin Ciputat. Kedua metode ini akan dibandingkan satu sama lain untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dalam pemetaan reservoar batu pasir. Metode seismik inversi impedansi akustik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode berbasis model. Sedangkan metode multi-atribut yang digunakan adalah jaringan saraf dalam memetakan volume sinar gamma, volume serpih, dan porositas. Hasil inversi tidak dapat menggambarkan distribusi batupasir cukup baik karena rentangnya terlalu besar dan ada tumpang tindih pada nilai impedansi akustik batupasir dengan rentang (8000-12000) (m / s) * (g / cc). Hasil multi-atribut gamma ray, volume serpih dan porositas, telah terbukti secara konsisten menunjukkan distribusi batupasir yang memiliki kecenderungan dalam distribusi zona reservoar NW-SE (North West-South East). Dari hasil analisis yang dilakukan ada beberapa area potensial yang berpotensi menjadi area pengembangan selanjutnya, yaitu distribusi batupasir di bagian utara dengan porositas efektif tinggi, dan seal yang baik. Di selatan dengan volume besar batupasir, serta distribusi terbentuk pada saluran yang mengelilingi patahan.

ABSTRACT
Acoustic impedance and seismic multi-attribute seismic inversion are a number of seismic methods that can be used to map the distribution of sandstone reservoirs. Using this method, we can separate sandstones and shale wells in the Talang Akar Formation found in the "Essen" Field, Ciputat Sub-Basin. These two methods will be compared with each other to get more valid results in sandstone reservoir mapping. The acoustic impedance inversion seismic method used in this study is a model based method. Whereas the multi-attribute method used is a neural network in mapping the volume of gamma rays, shale volume, and porosity. The inversion results cannot describe the sandstone distribution well enough because the range is too large and there is an overlap in the acoustic impedance value of the sandstone with a range (8000-12000) (m / s) * (g / cc). The results of the multi-attribute gamma ray, shale volume and porosity, have been shown to consistently show the distribution of sandstones that have a tendency in the distribution of the NW-SE (North West-South East) reservoir zone. From the results of the analysis conducted there are several potential areas that have the potential to become further development areas, namely sandstone distribution in the north with high effective porosity, and good seals. In the south with a large volume of sandstones, and distribution is formed in the channel that surrounds the fault."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosef Benedictus Indra Ramashan
"ABSTRAK
Pada tahun 2017, Kementrian PUPR melakukan revisi peta gempa yang meliputi pembaharuan sumber sumber gempa baru. Akibat meningkatnya potensi gempa, maka terjadi peningkatan seismic demand dalam perancangan bangunan tahan gempa. Perancangan bangunan tahan gempa sering menggunakan konsep performance based design (PBD). Konsep PBD mengijinkan terjadinya kerusakan pada bangungan melalui mekanisme sendi plastis. Konsep PBD belum dapat diaplikasikan pada struktur bawah, karena sulit untuk direparasi. PBD dapat dipelajari melalui analisa pushover, yaitu dengan membebani struktur secara lateral sampai struktur tersebut mengalami kegagalan. Penelitian ini memodelkan spun pile berdiameter 450 dan 600 mm produksi dari salah satu BUMN di Indonesia. Spun pile tertanam dalam tanah kohesif berjenis soft clay sedalam 20 m. Koneksi antara spun pile dengan pile cap dianggap kaku, sehingga dimodelkan sebagai jepit. Ujung dari pile menumpu pada tanah keras yang dimodelkan sebagai sendi. Tanah dimodelkan sebagai nonlinear spring yang menambah kekakuan pada struktur. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan SAP2000 V21. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kekuatan, daktilitas, dan proses terbentuknya sendi plastis. Terdapat tiga buah parameter yang diujikan untuk mendapatkan gambaran kapasitas spun pile. Pertama, dilakukan variasi luas tulangan pada beton pengisi spun pile. Kemudian, kekakuan tanah dibedakan berdasarkan nilai undrained shear strength. Selanjutnya, parameter yang diuji adalah efek beban aksial yang berbeda. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penambahan pada ketiga parameter tersebut meningkatkan kekuatan pile secara keseluruhan sebesar 2-13%. Disisi lain, nilai daktilitas meningkat seiring dengan penambahan tulangan beton pengisi sebesar 2-15% , namun berkurang 2-10% pada penambahan kekakuan tanah dan beban aksial.

ABSTRACT
In 2017, the Ministry of Public Works and Housing revised the earthquake map which included renewing of new earthquake sources. Seismic demands in the design of earthquake resistant buildings increase due to the increased potential of the earthquake. The design of earthquake resistant buildings often uses the concept of performance based design (PBD). The PBD concept allows damage to buildings through plastic hinge mechanism. The PBD concept cannot yet be applied to the lower structure, because its complications in repair. PBD can be studied through pushover analysis, by applicating lateral load until the structure fails.This research investigates 450 and 600 mm diameter spun pile produced by one of the state-owned corporation in Indonesia. The spun pile is embedded in cohesive soil of soft clay type as deep as 20 m. The connection between the spun pile and the pile cap is a rigid connection, so it is modeled as fix. The pile tip rests on hard soil which is modeled as pin. The soil is modeled as nonlinear springs which adds rigidity to the structure. Modeling is done using SAP2000 V21. The purpose of this research is to observe the capacity, ductility, and formation of plastic hinge. There are three parameters tested in this study to obtain the capacity of pile. First, a variation of spun pile infilled concrete reinforcement area. Then, the stiffness of the soil which varies by the value of undrained shear strength. Furthermore, the parameters tested are different axial load effects.The results of this study indicate that increasing the three parameters resulted in raising overall pile strength by 2-13%. On the other hand, the ductility value increases with the addition of reinforced concrete reinforcement by 2-15%, but decreases by 2-10% with the increase of soil stiffness and axial load."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Safitri
"Terjadi peningkatan intensitas gempabumi Jawa Barat. Daryono (2022) mengungkapkan Jawa Barat merupakan daerah dengan seismik aktif dan kompleks. Guncangan aktif yang terjadi akibat banyaknya sumber gempa di Jawa Barat, di antaranya bersumber dari megathrust dan sesar aktif. Dengan mempertimbangkan kondisi tektonik Jawa Barat yang rentan terhadap bencana gempabumi maka dilakukanlah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis probabilitas bahaya gempabumi berdasarkan nilai Peak Ground Acceleration (PGA) di Jawa Barat. Metode yang digunakan untuk mencari nilai PGA adalah metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Metode PSHA memperhitungkan berbagai macam skenario selain parameter gempabumi, yaitu faktorfaktor ketidakpastian seperti lokasi, ukuran, dan frekuensi gempabumi (Kramer, 1996). Penelitian ini menggunakan sumber data berupa riwayat gempabumi, informasi karakteristik sesar aktif, zona megathrust, dan zona background di sekitar Jawa Barat, serta fungsi atenuasi sesuai dengan sumber gempabuminya. Seluruh data diproses melalui konversi magnitudo, pemisahan gempa utama, identifikasi dan karakterisasi sumber gempa, memasukkan fungsi atenuasi, pembobotan dengan logic tree, perhitungan total PSHA hingga menghasilkan tiga peta persebaran nilai PGA batuan dasar dengan probabilitas terlampaui (PoE) 10%, 5%, dan 2% dalam masa guna bangunan 50 tahun. Peta pertama dengan PoE 10% nilai PGA di Jawa Barat berkisar antara 0.2 g - 0.8g. Peta kedua dengan PoE 5% nilai PGA berkisar antara 0.3 g - 1 g. Peta ketiga dengan PoE 2% nilai PGA berkisar antara 0.3 g - 1.3 g. Jika dikonversikan dalam skala MMI, maka nilai ini termasuk intensitas VIII (getaran terasa hebat dan potensi kerusakan sedang) hingga intensitas X (getaran terasa ekstrem dan potensi kerusakan sangat parah). Nilai PGA dipengaruhi oleh jarak lokasi penelitian terhadap sumber gempabumi berupa megathrust dan patahan. Pada penelitian ini juga dihasilkan peta percepatan spektral (SA) saat periode 0.2 detik dan 1 detik. Ketika periode 0.2 detik nilai SA berkisar antara 2 g - 2.8 g dan ketika periode 1 detik nilai SA berkisar antara 0.3 g - 1.3 g.

There has been an increase in the intensity of the West Java earthquake. Daryono (2022) revealed that West Java is a seismically active and complex area. The active shaking that occurs due to West Java has many earthquake sources, including megathrust and active faults. By considering the tectonic conditions of West Java that are vulnerable to earthquake disasters, this study aims to analyze the probability of earthquake hazard based on Peak Ground Acceleration (PGA) values in West Java. The method used to find the PGA value is the Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). The PSHA method takes into various scenarios besides earthquake parameters, such as location, size, and frequency of earthquakes (Kramer, 1996). This study uses earthquake history data, information on the characteristics of active faults, megathrust zones, and background zones around West Java, as well as attenuation functions according to the earthquake source. All data has been processed through magnitude conversion, declustering of main earthquakes, identification and characterization of earthquake sources, insertion of attenuation functions, logic tree, calculation of total PSHA, resulting three distribution maps of bedrock PGA with a probability of exceedance (PoE) of 10%, 5%, and 2% within a 50-year building life. The first map with a PoE of 10% PGA values in West Java range 0.2 g - 0.8g. The second map with a PoE of 5% PGA range 0.3g - 1g. The third map with a PoE of 2% PGA range 0.3g - 1.3g. If converted to the MMI scale, these values are included in intensity VIII (severe vibration and moderate damage potential) to intensity X (extreme vibration and severe damage potential). The PGA value is influenced by the distance of the research location to the earthquake source (megathrust and fault). This study also produced spectral acceleration (SA) maps for periods of 0.2 seconds and 1 second. During the 0.2-second period, the SA values 2 g - 2.8 g and during the 1-second period, the SA value ranges 0.3 g - 1.3 g. The PGA value is influenced by the distance of the study location."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syayid Anwar Sukarno
"Formasi Keutapang yang berada pada Cekungan Sumatera Utara merupakan salah satu cekungan back-arc di Indonesia yang sudah memproduksi minyak dan gas. Dalam penelitian ini, formasi Keutapang didominasi oleh litologi perselingan batupasir dan batuserpih. Metode Continuous Wavelet Transform (CWT) dan metode atribut RMS Amplitude digunakan untuk pemetaan reservoir batupasir karena dapat memetakan lapisan tipis dan efektif terhadap perubahan kontras amplitude.
Hasil dari penerapan (CWT) pada frekuensi 30 Hz dapat memetakan dengan baik kemenerusan lapisan batupasir pada Formasi Keutapang. Untuk hasil analisa atribut RMS Amplitude dengan jendela 20 ms dapat memetakan sebaran batupasir dengan baik. Respon RMS Amplitude tinggi merupakan batupasir sedangkan untuk batuserpih ditunjukkan dengan daerah RMS Amplitude rendah. Interpretasi distribusi reservoar batupasir dari (CWT) dan atribut RMS Amplitude dihasilkan sebagai pengendapan channel.

Keutapang Formation located in North Sumatera basin is one of the back arc basin in Indonesia which has produced oil and gas. In this research, Keutapang formation dominated by sandstone and shale lithology. Continuous Wavelet Transform (CWT) and RMS Amplitude attribute method used for sandstone reservoir mapping because it can map out a thin layer and effective to amplitude contrast changing.
The result of (CWT) apllication in 30 Hz frequency could map well on the sandstone layer continuity in Keutapang Formation. For RMS amplitude attribute analysis result with 20 ms window can map out the distribution of sandstone well. High amplitude RMS response is sandstone while shale showed by Low Amplitude RMS area. The interpretation of sandstone reservoir distribution of and RMS Amplitude attribute generated as the channel sedimentation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Rahayu
"Kecepatan rambat gelombang geser lapisan tanah 30 meter dari permukaan (VS30) adalah parameter penting untuk menilai perilaku dinamis dari tanah. Lapisan tanah 30 meter dari permukaan sebagai media penjalaran gelombang gempa yang paling dekat ke struktur bangunan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap struktur sesuai dengan jenis tanahnya. SNI 1726 : 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung menggunakan nilai VS30 pengukuran langsung, sebagai parameter untuk melihat pengaruh kekakuan sedimen. Pengukuran langsung VS30 dapat dilaksanakan dengan metode invasif atau metode non invasif antara lain dengan Multi-Chanel Analysis of Surface Waves (MASW), dimana pelaksanaannya membutuhkan biaya tinggi sehingga diperlukan metode yang dapat memudahkan bagi perencana yaitu dengan nilai estimasi VS30 yang merupakan pendekatan nilai VS30. Riset Pemodelan estimasi kecepatan rambat gelombang geser tanah (VS30) berbasis topografi dan geologi untuk perencanaan struktur tahan gempa diperlukan untuk menjembatani keperluan persamaan percepatan pergerakan tanah untuk pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia yang luas secara cepat.
Riset ini membuat korelasi pengukuran langsung VS30 dengan atribut topografi, geomorfologi dan geologi. Atribut topografi berupa lereng dan elevasi dari data Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 30 arcsec yang divalidasi dengan peta topografi manual. Satuan geomorfologi yaitu struktural, gunungapi (volkanik), laut (marine), sungai (fluvial) serta karst (gamping) dari peta sistim lahan. Faktor geologi yaitu umur geologi dari peta geologi Indonesia digital dan manual. Data dianalisa dengan regresi linier dan analisa spasial. Pemodelan estimasi VS30 menghasilkan model dengan empat variabel yaitu elevasi, lereng, unit geomorfologi dan umur geologi dari persamaan lokal dan global pada wilayah Yogyakarta, Palu dan Padang. Persamaan global menghasilkan Model global yang lebih baik dari estimasi VS30 oleh Wald dan Allen, akan tetapi Model dari persamaan lokal lebih baik dari Model dari persamaan global. Model dengan empat variabel memberikan nilai yang sedikit lebih tinggi atau lebih rendah tetapi dalam kisaran yang tidak jauh dari pengukuran langsung.
Hasil analisis pengolahan data menunjukkan bahwa kondisi lokal sangat mempengaruhi estimasi VS30 di Yogyakarta, Palu dan Padang. Yogyakarta didominasi oleh satuan geomorfologi Vulkanik, Palu oleh Fluvial dan Padang oleh Marin dan Fluvial. Efek satuan geomorfologis dan umur geologis perlu dipertimbangkan dalam memperkirakan nilai VS30. Sebagai kesimpulan umum, metode ini memungkinkan untuk mendefinisikan daerah-daerah dengan perilaku serupa yang diharapkan dalam hal penguatan stratigrafi, yang tidak dapat hanya dengan menggunakan pendekatan berbasis-lereng sederhana atau berbasis-geologi. Keandalannya tergantung pada kualitas investigasi yang tersedia dan efektivitas pengaturan geomorfologi dan peta umur geologi. Model estimasi VS30 ini sesuai untuk klasifikasi lokasi pada skala regional dan dapat diadopsi untuk peta mikrozonasi kelas I atau real-time shake. Riset ini aplikasinya diharapkan memberikan masukkan bagi pengembangan peraturan keamanan dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa dan mitigasi gempa di Indonesia.

The shear-wave velocity over the top 30 m subsoil (VS30) is an important assessment parameter of seismic ground surface motion. The 30 m top layer of soil is the closest to the structure of the building, and could have different effects depending on the type of soil and topography. The Indonesian earthquake code for building and non building structures known as SNI 1726-2012 uses the directly measured VS30 as the primary parameter to identify the stiffness effect of sediment. The VS30 can be measured using non invasive methods, such as multi-channel analysis of surface waves (MASW). Direct, invasive measurements of VS30 around Indonesia would be difficult to implement due to the vastness of the country and the high cost nature of the testing. To provide an alternative to the direct measurement, VS30 estimationmodels have been developed.
This research was carried out by correlating the VS30 obtained from series of MASWtests with estimated VS30 values obtained using the topographic slope and elevation from the Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 30 arcsec data. geologic age data. The Geomorphology units data which are Struktural, Karst, Vulkanik, Fluvial and Marine from landsystem map and the geologic age data from Geological Survey Centre (PSG). Data were analyzed by linear regression and spatial analysis. VS30 estimation modeling produces models with four variables, namely elevation, slope, geomorphological unit and geological age of local and global equations in the regions of Yogyakarta, Palu and Padang. Global equations produce global models that are better than VS30 estimates by Wald and Allen, but models of local equations are better than models of global equations. Four proxy based estimates provide values that are slightly higher or lower but in a range not so far from direct measurements.
The results of data processing analysis shows that local conditions greatly affect VS30 estimates in Yogyakarta, Palu and Padang. Yogyakarta area is dominated by volcanic geomorphology, Palu area by Fluvial and Padang area by Marin and Fluvial. The effects of geomorphological units and geological age need to be considered in estimating VS30 values. As a general conclusion, the method allows for defining areas with an expected similar behaviour in terms of stratigraphic amplification, that cannot be perceived using simple slope-based or rough geology-based approaches. Its reliability depends on both the quality of the available investigations and the effectiveness of the geomorphology and geology age map setting elaborated for the specific region. However, the suggested approach is appropriate for site classification at a regional scale, to be adopted for Grade I microzonation maps or real-time shake.To obtain the best result with an accurate estimate of Vs30, maps of all four variables must be available. In the future, with the development of government attention to research in the field of geomorphology unit and geology age which concerns the availability of spatial data as in the policy of one map policy, we believe this research will be increasingly accurate and cover a large area of Indonesia. This research application is expected to provide input for the development of security regulations in planning earthquake-resistant building structures and earthquake mitigation in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2621
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melki Adi Kurniawan
"Mengembangkan onsite-EEW (Earthquake Early Warning) merupakan masalah yang menantang karena keterbatasan waktu dan jumlah informasi yang dapat dikumpulkan sebelum peringatan dikeluarkan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah bencana akibat gempabumi adalah dengan memprediksi tingkat percepatan tanah di suatu lokasi menggunakan sinyal gelombang-P awal dan memberikan peringatan sebelum puncak percepatan tanah yang besar terjadi. Dalam kondisi sebenarnya, keakuratan prediksi merupakan masalah yang paling penting untuk sistem peringatan dini gempabumi. Pada penelitian ini mengimplementasi metode berbasis kecerdasan buatan untuk memprediksi tingkat getaran gempabumi secara dini, ketika gelombang P tiba di stasiun seismik. Sebuah model CNN dibangun untuk membuat prediksi dengan menggunakan small window 3 detik awal gelombang P dari rekaman accelerometer. Model ini dibangun dengan dataset dengan input gelombang seismik dengan variasi 3,2 dan 1 detik data gempabumi di wilayah Jawa Barat 2017 hingga 2023 dengan pembagian 80% data latih,, 10% data validasi dan 10% data uji . Dari evaluasi model terbaik, skema yang diusulkan mendapatkan akurasi 99.30%±0.63% dengan data uji.

Developing onsite-EEW (Earthquake Early Warning) is a challenging problem due to the limited time and amount of information that can be gathered before a warning is issued. A possible approach to preventing earthquake-induced disasters is to predict the level of ground acceleration at a site using early P-wave signals and provide warnings before large ground acceleration peaks occur. In actual conditions, the accuracy of prediction is the most important issue for earthquake early warning systems. This study implements an artificial intelligence-based method to predict the level of earthquake tremors early, when P-waves arrive at seismic stations. A CNN model is built to make predictions using a small window of the first 3 seconds of P-waves from accelerometer recordings. The model was built with a dataset with seismic wave input with 3,2 and 1 second variations of earthquake data in the West Java region from 2017 to 2023 with a division of 80% training data, 10% validation data and 10% test data. From the evaluation of the best model, the proposed scheme obtained an accuracy of 99.30%±0.63% with test data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>