Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Garindra Muhammad Maro
"Proses ekstraksi zat padat dapat dilakukan menggunakan fluida karbon dioksida dalam keadaan superkritis yang juga disebut sebagai supercritical fluid extraction (SCFE). SCFE membutuhkan properti tertentu dari zat padat yang hanya dapat didapat melalui penelitian laboratorium, sehingga memakan waktu dan biaya. Sebelumnya sudah dibuat sebuah model yang dapat menggambarkan perilaku zat padat dalam proses SCFE. Studi ini bertujuan untuk memperbaharui model tersebut menggunakan data yang lebih baru, serta membandingkan akurasi model yang lama dengan yang studi ini hasilkan. Dari evaluasi simulais, didapat korelasi baru dengan average absolute deviation (AALD) sebesar 25, nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan korelasi dari studi sebelumnya, sehingga korelasi dengan data yang sudah diperbaharui tidak seakurat yang sebelumnya dalam memprediksi kelarutan zat padat dalam karbon dioksida superkritikal.

Extraction of solid compounds can be done using supercritical carbon dioxide, which is also known as Supercritical Fluid Extraction (SCFE). SCFE requires certain properties to be known that can only be obtained from laboratory experiments, thus requiring time and expense. Previously a model has been created that can illustrate the behavior of solids in an SCFE process. This study aims to update the model by using more recent data, and compare the accuracy of the old model and the one produced by this study. The result is a new correlation with an AALD of 25, much bigger than the correlation produced by the previous study, therefore making it much more inaccurate at predicting solid solubility in supercritical carbon dioxide."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto
"Sistem pemonitor konsentrasi relatif karbon dioksida dalam ruangan berbasis sensor gas TGS4161 telah berhasil dibuat. Sistem ini dikendalikan dengan menggunakan mikrokontroler ATmega128. Mikrokontroler digunakan untuk mengatur keseluruhan sistem. Salah satu fungsi mikrokontroler adalah untuk mengolah GGL yang dihasilkan sensor menjadi satuan ppm. Pada sistem ini, konsentrasi CO² dihitung dengan cara menghitung perubahan relatif output sensor pada pengukuran saat ini dengan output sensor pada udara bersih (dianggap 400 ppm CO²). Proses konversi ke dalam satuan ppm dilakukan dengan menggunakan hubungan linear antara ∆GGL dengan konsentrasi CO² pada skala logaritmik. Dengan demikian perhitungan konsentrasi absolut karbon dioksida tidak dapat dilakukan. Sistem ini mampu menghitung konsentrasi relatif karbon dioksida dari 400 ppm sampai 10.000 ppm. Hasil perhitungan kemudian ditampilkan dengan menggunakan LCD 2x16. Sistem yang dibuat ini dilengkapi dengan data logger untuk menyimpan data-data yang dibaca oleh mikrokontroler. Data-data ini disimpan ke dalam microSD card sehingga dapat diolah lebih lanjut menggunakan PC. Sistem ini juga berfungsi sebagai kontrol ventilasi udara secara otomatis.

An indoor carbon dioxide monitoring system has been successfully constructed using a TGS4161 gas sensor. This system is controlled using ATmega128 microcontroller. Microcontroller used to control the whole system. One of the task is for converting EMF which is produced by a sensor into ppm unit. In this system, the CO² concentration is calculated by measuring the relative change of sensor output at the measuring point from sensor output in clean air (assumed to be 400ppm of CO²). Conversion into ppm unit is done by using relationship between ∆EMF and CO² gas concentration on a logarithmic scale. Thus, absolute concentration measurement can not be done. This system is able to calculate the relative concentration of carbon dioxide from 400 ppm to 10,000 ppm. Calculation results are then displayed using 2x16 LCD. This system is equipped with data logger to store the data read by microcontroller. The data can be stored in microSD card for further processing using PC. This system also can be used as automatic ventilation control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29400
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhael Cahya Nugraheni Budiharja
"Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer memberikan dampak kenaikan suhu dan perubahan iklim. Adsorpsi dengan adsorben merupakan pemisahan CO2 yang memiliki konsumsi energi dan biaya yang rendah. Karbon aktif dipilih sebagai adsorben karena memiliki kapasitas adsorpsi CO2 yang lebih baik pada tekanan atmosfer dan suhu yang tinggi. Ranting tanaman teh dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena memiliki kandungan karbon yang tinggi yaitu 53%. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pengaruh pembuatan karbon aktif dari ranting teh melalui karbonisasi 400°C selama 1 jam menggunakan gas N2, dan aktivasi fisika pada suhu aktivasi yang divariasikan, yaitu 600, 700, dan 800°C selama 4 menit dengan pemanfaatan alat APS (arc plasma sintering), terhadap pembentukan pori, luas permukaan, pembentukan gugus fungsi, serta struktur dan ukuran kristal. Karakterisasi karbon aktif didapatkan melalui SEM, BET, FTIR, dan XRD. Kemudian, melalui alat TPD-CO2, jumlah kapasitas adsorpsi CO2 pada karbon aktif dari ranting teh dapat terukur. Melalui proses karbonisasi dan aktivasi fisika, didapatkan karbon aktif dengan luas permukaan 86,668 m2/g dan kapasitas adsorpsi 2,057 mmol/g yang optimal pada suhu aktivasi fisika 800°C.

Increasing CO2 concentrations in the atmosphere have an impact on rising temperatures and climate change. Adsorption with adsorbents is a CO2 separation that has low energy consumption and costs. Activated carbon was chosen as an adsorbent because it has better CO2 adsorption capacity at atmospheric pressure and high temperature. Tea plant twigs can be used as raw material for making active carbon because they have a high carbon content, namely 53%. This research was conducted to obtain the effect of making activated carbon from tea twigs through carbonization at 400°C for 1 hour using N2 gas, and physical activation at varied activation temperatures, namely 600, 700, and 800°C for 4 minutes using the APS (arc plasma sintering), on pore formation, surface area, formation of functional groups, as well as crystal structure and size. Characterization of activated carbon was obtained through SEM, BET, FTIR, and XRD. Then, using the TPD-CO2, the amount of CO2 adsorption capacity on activated carbon from tea twigs can be measured. Through the carbonization and physical activation process, activated carbon was obtained with a surface area of 86,668 m2/g and an adsorption capacity of 2,057 mmol/g which was optimal at a physical activation temperature of 800°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amsterdam: Elsevier , 2004
546.681 2 CAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This research was carried out to investigate the comprehensive information on the carbon dioxide corrosion of steel by cetylamine inhibitor at various concentration
"
SIGMAAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Gas karbon dioksida (CO2) yang terdapat di dalam cadangam gas bumi sebagai
gas ikutan dapat menimbulkan masalah jika dibuang ke atmosfer, yaitu dapat
menimbulkan pemanasan global dalam bentuk efek rumah kaca. Namun, jika
dipandang sebagai cadangan CO2 dalam jumlah yang besar, seperti di Natuna dengan
kandungan C02-nya mencapai 3,03 TCM, merupakan sumber bahan baku karbon
alternatif di masa depan selain minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.
Skripsi ini membahas alternatif pemanfaatan CO2 ikutan dari gas bumi dan
analisis tingkat kemataugan telcnologi (status), pemilihan teknologi baik konversi
langsung (direct conversion) CO2 maupun konversi tidak langsung (indirect
conversion) melalui gas sintesis, yang dapat diaplikasikan secara komersial.
Dari hasil pembahasan berdasarkan tingkat kesesuaian terhadap kriteria TECC,
OCCC, dan ODCC sorta intensitas penggunaan energi (Energy Intensity), menunjukan
bahwa proses yang diaplikasikan secara komersial, untuk pemanfaatan CO2 ikutan
dari gas bumi, mempunyai urutan prioritas: proses Fischer-Tropsch, metanol, urea,
aldehida, dan asam asetat."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainu Safira Corni
"[ABSTRAK
Penelitian ini mengevaluasi kinerja absorpsi gas CO2 dari campurannya dengan
CH4 melalui membran kontaktor superhidrofobik. Kinerja kontaktor membran
superhidrofobik ini ditinjau dari empat parameter utama dengan variasi laju alir
pelarut DEA (100, 300 dam 500 mL/menit) dan jumlah serat membran kontaktor
(2000 dan 8000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan laju alir pelarut
DEA meningkatkan kinerja kontaktor membran superhidrofobik, dalam hal
koefisien perpindahan massa, fluks dan efisiensi penyerapan CO2. Sedangkan
kenaikan jumlah serat membran akan menurunkan koefisien perpindahan massa
dan fluks CO2. Namun, meningkatkan efisiensi penyerapan CO2 dan acid loading.
Koefisien perpindahan massa dan fluks CO2 tertinggi yang didapatkan pada
penelitian ini berturut-turut adalah 2,31 x 10-4 cm/s dan 7,15 x 10-6 mmol/cm2s pada
laju alir DEA 500 mL/menit dan jumlah serat membran 2000. Sedangkan efisiensi
penyerapan CO2 tertinggi adalah 72% pada laju alir DEA 500 mL/menit dan jumlah
serat membran 8000.
ABSTRACT
This study evaluates performance of CO2 absorption from its mixture with CH4
through membran contactor superhydrophobic. Superhidrophobic membrane
contactor performance is observed using four main parameters by varying the flow
rate of solvent DEA (100, 300 dam 500 mL/min) and the number of fiber membrane
contactors (2000 and 8000). The results showed that increasing DEA solvent flow
rate increase superhidrophobic membrane contactor performance, in terms of mass
transfer coefficient, flux and efficiency removal of CO2. While increasing the
number of fiber membrane will reduce the mass transfer coefficient and CO2 flux.
However, it will increase the efficiency removal of CO2 and acid loading. The
highest mass transfer coefficient and CO2 flux obtained in this study are
respectively 2,31 x 10-4 cm/s and 7,15 x 10-6 mmol/cm2s on DEA flow rate of 500
mL/min and the number of fiber membranes 2000. The highest CO2 absorption
efficiency is 72% at DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber
membranes 8000.;This study evaluates performance of CO2 absorption from its mixture with CH4
through membran contactor superhydrophobic. Superhidrophobic membrane
contactor performance is observed using four main parameters by varying the flow
rate of solvent DEA (100, 300 dam 500 mL/min) and the number of fiber membrane
contactors (2000 and 8000). The results showed that increasing DEA solvent flow
rate increase superhidrophobic membrane contactor performance, in terms of mass
transfer coefficient, flux and efficiency removal of CO2. While increasing the
number of fiber membrane will reduce the mass transfer coefficient and CO2 flux.
However, it will increase the efficiency removal of CO2 and acid loading. The
highest mass transfer coefficient and CO2 flux obtained in this study are
respectively 2,31 x 10-4 cm/s and 7,15 x 10-6 mmol/cm2s on DEA flow rate of 500
mL/min and the number of fiber membranes 2000. The highest CO2 absorption
efficiency is 72% at DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber
membranes 8000.;This study evaluates performance of CO2 absorption from its mixture with CH4
through membran contactor superhydrophobic. Superhidrophobic membrane
contactor performance is observed using four main parameters by varying the flow
rate of solvent DEA (100, 300 dam 500 mL/min) and the number of fiber membrane
contactors (2000 and 8000). The results showed that increasing DEA solvent flow
rate increase superhidrophobic membrane contactor performance, in terms of mass
transfer coefficient, flux and efficiency removal of CO2. While increasing the
number of fiber membrane will reduce the mass transfer coefficient and CO2 flux.
However, it will increase the efficiency removal of CO2 and acid loading. The
highest mass transfer coefficient and CO2 flux obtained in this study are
respectively 2,31 x 10-4 cm/s and 7,15 x 10-6 mmol/cm2s on DEA flow rate of 500
mL/min and the number of fiber membranes 2000. The highest CO2 absorption
efficiency is 72% at DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber
membranes 8000., This study evaluates performance of CO2 absorption from its mixture with CH4
through membran contactor superhydrophobic. Superhidrophobic membrane
contactor performance is observed using four main parameters by varying the flow
rate of solvent DEA (100, 300 dam 500 mL/min) and the number of fiber membrane
contactors (2000 and 8000). The results showed that increasing DEA solvent flow
rate increase superhidrophobic membrane contactor performance, in terms of mass
transfer coefficient, flux and efficiency removal of CO2. While increasing the
number of fiber membrane will reduce the mass transfer coefficient and CO2 flux.
However, it will increase the efficiency removal of CO2 and acid loading. The
highest mass transfer coefficient and CO2 flux obtained in this study are
respectively 2,31 x 10-4 cm/s and 7,15 x 10-6 mmol/cm2s on DEA flow rate of 500
mL/min and the number of fiber membranes 2000. The highest CO2 absorption
efficiency is 72% at DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber
membranes 8000.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Raymond Lawang
"Deep Eutectic Solvent (DES) merupakan gabungan Hydrogen Bond Acceptor (HBA) dan Hydrogen Bond Donor (HBD) yang memiliki potensi sebagai alternatif absorben CO2 pada pemrosesan natural gas dibandingkan dengan pelarut konvensional, seperti alkanoamin dan ionic liquid. Berdasarkan eksperimen, DES terbukti memiliki kemampuan menangkap CO2 yang sangat baik. DES dapat diklasifikasikan menjadi DES hidrofobik dan hidrofilik berdasarkan ketertarikannya terhadap air. Penelitian ini menggunakan DES hidrofobik untuk meminimalisasi penyerapan air yang dapat menurunkan kemampuan DES dalam menyerap CO2 sehingga mempermudah proses regenerasi DES berbasis pemisahan flash. Modeling dilakukan untuk membuktikan kemampuan DES dalam menyerap CO2 berdasarkan prediksi oleh model termodinamika modified Peng-Robinson EOS dengan pembuatan model kesetimbangan gas-cair (VLE) DES-CO2. Selain itu, dilakukan juga simulasi menggunakan Aspen Plus yang berbasis absorpsi fisika model ekuilibrium serta regenerasi DES berbasis flash system yang dioptimasi dan divalidasi berdasarkan data eksperimental dengan nilai % rata-rata relatif deviasi absolut (AARD) berkisar antara 0,993% hingga 1,151%. Kemudian, diperoleh profil kelarutan CO2 dalam DES saat absorpsi yang menurun dan profil recovery CO2 dalam DES saat regenerasi yang meningkat seiring terjadinya peningkatan laju alir umpan DES. Hasil menunjukan DES yang mengandung CO2 dapat diregenerasi hingga mencapai kemurnian 99,9%.

Deep Eutectic Solvent (DES) is a combination of a Hydrogen Bond Acceptor (HBA) and a Hydrogen Bond Donor (HBD), showing potential as an alternative CO2 absorbent in natural gas processing compared to conventional solvents such as alkanolamines and ionic liquids. Experimental studies have demonstrated that DES possesses an excellent CO2 capture capability. DES can be classified into hydrophobic and hydrophilic DES based on their affinity for water. This research utilizes hydrophobic DES to minimize water absorption into DES, which can reduce the CO2 absorption efficiency of DES, thus facilitating the regeneration process of DES based on flash separation. Modelling is conducted to verify the CO2 absorption capability of DES, as predicted by the modified Peng-Robinson EOS thermodynamic model. This involves creating a VLE (Vapor-Liquid Equilibrium) model for DES-CO2. In addition, simulation is also conducted using Aspen Plus based on a physical absorption equilibrium model. The regeneration of DES is based on an optimized flash system, validated against experimental data with an average absolute relative deviation ranging from 0.993% to 1.151%. The results indicate that the CO2 solubility profile in DES during absorption decreases, and the CO2 recovery profile in DES during regeneration increases with the increasing feed flow rate of DES. The findings show that DES containing CO2 can be regenerated to achieve a purity of 99.9%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Rani Puspitasari
"Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca yang konsentrasinya terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu upaya untuk mengatasinya yaitu dengan mengonversi CO2 menjadi turunan hidrokarbon yang lebih bernilai melalui proses elektrokimia. Penggunaan elektroda boron-doped diamond BDD dilaporkan menampilkan performa yang baik pada elektroreduksi CO2. Namun BDD memiliki kekurangan yaitu aktivitas katalitiknya yang rendah. Sehingga dibutuhkan cara untuk meningkatkan aktivitas katalitik BDD, diantaranya yaitu modifikasi dengan logam. Penelitian ini menggunakan BDD termodifikasi tembaga dan nikel sebagai elektroda kerja pada reduksi CO2. Modifikasi BDD dilakukan melalui teknik seeding, dan elektrodeposisi yang dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 7000C dalam atmosfer N2. Karakterisasi dengan SEM-EDX pada elektroda BDD termodifikasi tembaga dan nikel menunjukkan kestabilan yang baik setelah dilakukan pemanasan. Selanjutnya performa reduksi CO2 elektroda CuNi-BDD dibandingkan dengan Cu-BDD dan Ni-BDD. Pada potensial -1,2 V, Ni-BDD memberikan hasil efisiensi Faraday yang tinggi dibanding CuNi-BDD dan Cu-BDD. Produk yang terbentuk pada reduksi CO2 pada potensial -1,2 V yaitu CO, CH4 pada CuNi-BDD, asam format pada Cu-BDD, sedangkan pada Ni-BDD dihasilkan asam format dan metanol disamping gas CO dan CH4. Namun pada potensial yang lebih negatif -1,5 V , CuNi-BDD memberikan performa yang paling baik di antara elektroda lain. CuNi-BDD membentuk produk yang lebih beragam dibanding Cu-BDD maupun Ni-BDD.

Carbon dioxide is one of greenhouse gases whose increasing concentration annually. One of the way to overcome it by converting CO2 gas into bulk chemicals electrochemically. Recently, BDD is used as working electrode for CO2 reduction because it has good performance for CO2 reduction. But, BDD has low catalytic activity. So it is needed to modify BDD to increase it's catalytic activity, such as by modifying BDD surface BDD with metal. In this study, we used copper nickel modified BDD as working electrode for CO2 reduction. The method used to modify BDD were seeding, continued with electrodeposition and annealing at 7000C in N2 atmosphere. SEM EDX pictures of the modified electrode showed good stability after annealing treatment. CuNi BDD electrode was compared with monometal modified BDD. When potential applied at 1,2 V, Ni BDD produced the highest faradaic efficiency than CuNi BDD and Cu BDD. The CO2 reduction at potential 1,2V produced several products such as CO, CH4 for CuNi BDD, formic acid for Cu BDD, as for Ni BDD can produce formic acid and methanol beside CO and CH4. But when more negative potential applied 1,5 V , CuNi BDD performed the best to reduce CO2. The product produce from CuNi BDD at 1,5V are more varies than Cu BDD or Ni BDD. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrasno Kartohardjono
"Pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca merupakan masalah yang penting untuk dibicarakan pada saat ini dan gas CO2 merupakan salah satu penyebabnya. Industri merupakan salah satu penghasil gas CO2 dalam jumlah cukup besar setiap harinya.
Proses pemisahan dengan menggunakan membran merupakan teknologi alternatif dalam pemisahan gas C02. Teknologi pemisahan gas dengan menggunakan membran pada kasus-kasus tertentu memberikan keuntungan-keuntungan yang lebih baik daripada dengan teknologi pemisahan lainnya.
Dalam penelitian ini akan digunakan Nylon Film (Oriented Nylon) sebagai membran untuk pemisahan gas CO2 dari campurannya dengan udara. Nylon Film yang digunakan berbentuk lembaran (flat) dari PT. EMBLEM ASIA.
Pengujian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengujian pada kondisi ideal dan pengujian pada kondisi aktual. Pengujian pada kondisi ideal untuk mengetahui pengaruh tekanan, umpan terhadap permeabilitas gas-gas murni dan selektivitas gas C02/02 dan C02/N2. Sedangkan pengujian pada kondisi ideal adalah untuk memisahkan campuran gas yang mengandung 63,045% N2, 16,91% 02 dan 20,045 % CO2 dengan variasi stage cut.
Hasil pengujian pada kondisi ideal menunjukkan bahwa permeabilitas gas CO2 murni meningkat dengan naiknya tekanan umpan. Permeabilitas gas 02 dan N2 pada rentang 0,5 MPa sampai 0,8 MPa relatif konstan, sehingga selektivitas ideal C02/02 dan C02/N2 juga bertambah. Sedangkan pada rentang 0,8 MPa sampai 1,5 MPa, permeabilitas gas 02 dan N2 meningkat dengan naiknya tekanan umpan yang mengakibatkan turunnya selektivitas gas 002102 dan C02/N2. Selektivitas tertinggi yang diperoleh dari pengujian pada kondisi ideal yaitu pada tekanan umpan 0,8 MPa dengan selektivitas C02/02 sebesar 11,618 dan CO2/N2 sebesar 16,604.
Dengan menggunakan selektivitas ideal pada tekanan umpan 0,8 MPa dilakukan pemodelan maternatis untuk memperkirakan komposisi di sisi permeat dan di sisi tertolak pada kondisi aktual.
Hasil pengujian pada kondisi aktual dan pemodelan menunjukkan bahwa stage cut turut berpengaruh terhadap komposisi gas. Reaksi CO2 di sisi permeat hasil pemodelan dan pengujian pada kondisi aktual menurun dengan naiknya stage cut dan fraksi udara di sisi tertolak menurun dengan bertambahnya stage cut.
Dari hasil penelitian pada kondisi aktual didapat kondisi operasi optimum adalah pada stage cut sebesar 0,21. Umpan yang mengandung udara 79,95% dapat ditingkatkan kandungannya menjadi 83,1% di sisi tertolak."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP 2000 35
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>