Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Kis Riandini
"Digitalisasi meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan dan menguasai teknologi digital. Pekerja yang mampu menggunakan kompetensi digital untuk menyelesaikan pekerjaannya dan dapat mengakses data pekerjaan dimana pun dan kapan pun disebut sebagai digital workers. Digital workers memainkan peran penting dalam memberikan inovasi bagi perusahaan sebagai bentuk respon perusahaan terhadap perkembangan digital dan usaha untuk mengimbangi persaingan. Kecenderungan digital workers untuk menyumbangkan inovasi-inovasi bagi perusahaan berhubungan dengan komitmen yang dimilikinya terhadap perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komponen Komitmen Organisasi dengan Perilaku Kerja Inovatif pada digital workers. Komitmen Organisasi yang terbagi menjadi tiga komponen, yaitu Komitmen Afektif, Komitmen Berkelanjutan, dan Komitmen Normatif diukur menggunakan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) yang dikembangkan oleh Allen dan Meyer (1990) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Aulia (2021). Perilaku Kerja Inovatif diukur menggunakan Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Mertha (2017). Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online melalui media sosial. Data penelitian ini berasal dari 215 digital workers yang bekerja secara full-time. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif secara signifikan antara Komitmen Afektif dan Komitmen Normatif dengan Perilaku Kerja Inovatif, tetapi tidak ditemukan hubungan negatif antara Komitmen Berkelanjutan dengan Perilaku Kerja Inovatif pada digital workers.

Digitalization has increased the need for human resources who are able to operate and master digital technology. Workers who are able to use digital competencies to complete their work and can access job data anywhere and anytime are called digital workers. Digital workers play an important role in providing innovation for companies as a form of company response to digital developments and efforts to keep pace with competition. The tendency of digital workers to contribute innovations to the company is related to their commitment to the company. This study aims to determine the relationship between components of Organizational Commitment and Innovative Work Behavior on digital workers. Organizational Commitment is divided into three components, namely Affective Commitment, Continuance Commitment, and Normative Commitment measured using the Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) developed by Allen and Meyer (1990) which was adapted by Aulia (2021). Innovative Work Behavior was measured using the Innovative Work Behavior Scale developed by Janssen (2000) which was adapted by Mertha (2017). Data collection was done by distributing online questionnaires through social media. This research data comes from 215 digital workers who work full-time. The results showed that there was a significant positive relationship between Affective Commitment and Normative Commitment with Innovative Work Behavior, but there was no negative relationship between Continuance Commitment and Innovative Work Behavior on digital workers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Kartikasari
"Penggunaan teknologi memberikan dampak positif dan negatif pada digital workers. Salah satu dampak negatif yang muncul adalah burnout. Berdasarkan penelitian terdahulu, komitmen organisasi merupakan salah satu variabel yang berkorelasi secara negatif dengan burnout. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara komitmen organisasi dan burnout pada digital workers. Komitmen organisasi merupakan variabel multidimensional yang memiliki tiga komponen, yaitu komitmen afektif, komitmen keberlanjutan, dan komitmen normatif. Burnout terdiri dari tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, cynicism, dan reduced personal efficacy. Pengumpulan data dilakukan secara online. Komitmen organisasi diukur dengan menggunakan Organizational Commitment Questionnaire (Allen & Meyer, 1990) yang telah digunakan oleh Aulia (2021) dan burnout yang diukur menggunakan Maslach Burnout Inventory – General Survey (Schaufeli et al., 1996) yang telah diadaptasi oleh Maldini (2018). Data penelitian ini berasal dari 163 digital workers yang bekerja fulltime. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara komitmen organisasi dan burnout. Komitmen afektif berkorelasi secara negatif dengan emotional exhaustion, cynicism, dan reduced professional efficacy. Komitmen normatif juga terbukti berkorelasi secara negatif dengan emotional exhaustion dan cynicism, tetapi tidak berkorelasi dengan reduced professional efficacy. Hasil penelitian tidak menemukan adanya korelasi antara komitmen berkelanjutan dengan emotional exhaustion, cynicism, dan reduced professional efficacy.

The use of technology has both positive and negative impacts on digital workers. One of the negative impacts is burnout. According to several studies, commitment is one of the variables that has a negative correlation with burnout. This study aims to examine the relationship between organizational commitment and burnout in digital workers. Organizational commitment is a multidimensional variable that has three components, namely affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. Burnout consists of three dimensions, namely emotional exhaustion, cynicism, and reduced professional efficacy. The study was conducted with online survey. Commitment was measured using the Organizational Commitment Questionnaire (Allen & Meyer, 1990) which was adapted by Aulia (2021) and burnout was measured using the Maslach Burnout Inventory – General Survey (Schaufeli et al., 1996) which was adapted by Maldini (2018). This research data comes from 163 digital workers who work full time. The results showed that there was a negative relationship between organizational commitment and burnout. Affective commitment is negatively correlated with emotional exhaustion, cynicism, and reduced professional efficacy. Normative commitment was also shown to be negatively correlated with emotional exhaustion and cynicism, but not with reduced professional efficacy. The results found no correlation between continuance commitment and emotional exhaustion, cynicism, and reduced professional efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Novia Viorica
"Inovasi merupakan salah satu nilai yang penting bagi PT X. Meskipun demikian, saat ini perilaku kerja inovatif karyawan PT X masih belum optimal. Situasi ini terjadi karena karyawan merasa belum memperoleh dukungan dalam berinovasi, sehingga karyawan kurang bersemangat untuk menampilkan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perkembangan di tempat kerja dalam memediasi hubungan persepsi dukungan organisasi dan perilaku kerja inovatif. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT X yang berjumlah 107 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan PROCESS by Hayes model 4 yang terkoneksi dengan SPSS 26. Hasil analisis data menunjukkan skor koefisien efek langsung sebesar 0.088 p value= 0.141 > 0.05, sedangkan skor koefisien efek tidak langsung yang diperoleh sebesar 0.81 dengan rentang antara 0.50 hingga 1.10 pada taraf kepercayaan 95%. Efek tidak langsung yang signifikan disertai dengan efek langsung yang tidak signifikan menunjukkan bahwa perkembangan di tempat kerja memediasi hubungan persepsi dukungan organisasi dan perilaku kerja inovatif. Peran mediasi tersebut bersifat complete mediation.

Innovation is one of the essential values for PT X. However, the innovative work behavior of PT X employees is still not optimal. This situation occurs because employees do not perceived organizational support from the company. This situation makes employees less enthusiastic to performed innovative work behavior. This study aims to determine the role of thriving at work in mediating the relationship between perceived organizational support and innovative work behavior. The subjects of this study were 107 employees of PT X. The data analysis is using PROCESS by Hayes model 4 connected to SPSS 26. The data analysis results showed the direct effect coefficient value =0.088, p value= 0.141 > 0.05, whereas the indirect effect coefficient value = 0.809, that ranged between 0.50 to 1.10 at the 95% confidence level. The significant indirect effect accompanied by the insignificant direct effect suggests that thriving at work mediates the relationship between perceived organizational support and innovative work behavior. Furthermore, the mediation role is called complete mediation"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Maria Hatta
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara identitas organisasi dan perilaku kerja inovatif pada perusahaan X. Penelitian ini didasarkan pada pesatnya perkembangan dari industri kreatif. Pendekatan yang sesuai dalam menghadapi hal tersebut adalah pendekatan inovatif yang dapat memicu diterapkannya perilaku kerja inovatif dalam organisasi. Salah satu hal yang dapat memiliki hubungan dengan perilaku kerja inovatif adalah identitas organisasi. Identitas organisasi sendiri memiliki peranan penting dalam memandu perilaku kayawan yang diharapkan muncul. Terdapat total 401 karyawan perusahaan X yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Perusahaan X merupakan perusahaan yang memiliki nilai inovatif dan bergerak dalam bidang industri kreatif dengan sub-kelompok penerbitan dan percetakan. Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Innovative Work Behavior Scale (Janssen, 2000) dan Organizational Identity Scale (Etikariena, 2015). Dengan menggunakan teknik analisis pearson product moment correlation, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara identitas organisasi dan perilaku kerja inovatif (r= .063, p> .05).
;This research was conducted to see the relationship between organizational identity and innovative work behavior in X Company. It was based on the rapid development of creative industry. One of the approaches to deal with that condition is innovation, which can leads innovative work behavior in organization. One of the factors that can have a correlation with innovative work behavior is organizational identity. Organizational identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors. There were 401 employees of X Company that has participated in this research. X Company is an organization that has innovative value and runs in creative industry area, specifically printing and publishing sub-sector. There were two instruments used in this research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson product moment correlation to analyze the data, the result shows us that there were no significant correlation found among organizational identity and innovative work behavior (r= .063, p> .05).
, This research was conducted to see the relationship between organizational identity and innovative work behavior in X Company. It was based on the rapid development of creative industry. One of the approaches to deal with that condition is innovation, which can leads innovative work behavior in organization. One of the factors that can have a correlation with innovative work behavior is organizational identity. Organizational identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors. There were 401 employees of X Company that has participated in this research. X Company is an organization that has innovative value and runs in creative industry area, specifically printing and publishing sub-sector. There were two instruments used in this research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson product moment correlation to analyze the data, the result shows us that there were no significant correlation found among organizational identity and innovative work behavior (r= .063, p> .05).
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaidir Arifin
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kepercayaan terhadap organisasi dan perilaku kerja inovatif pada konteks industri kreatif di Indonesia. Dengan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, industri kreatif perlu untuk dikembangkan. Salah satu hal yang sangat penting bagi industri kreatif adalah inovasi yang dilakukan oleh karyawannya. Sampel pada penelitian ini adalah karyawan PT. X yang merupakan salah satu perusahaan yang termasuk ke dalam sub-sektor industri kreatif di Indonesia. Terdapat 395 responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Innovative Work Behavior Scale dari Janssen (2000) dan Organizational Trust Inventory dari Cummings dan Bromiley (1995b). Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Pearson Product Moment, Independent Sample T-Test, dan One Way Anova.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan terhadap organisasi danperilaku kerja inovatif pada PT. X (r = .060). Namun, pada penelitian ini ditemukan perbedaan mean yang signifikan antara faktor-faktor demografis dari perilaku kerja inovatif yakni jenis kelamin, tingkat pendidikan, level jabatan, dan departemen.

This study was conducted to examine the relationship between organizational trust and innovative work behavior in the context of creative industry.With a considerable contribution to the Indonesian economy, creative industries need to be developed. One thing that is very important for the creative industry are innovations made by employees. Samples in this study are employees of PT. X which is one of the companies that belong to the sub-sectors of the creative industries in Indonesia. There were 395 respondents in this study.
This research is a quantitative research that using measuring devices Innovative Work Behavior Scale from Janssen (2000) and Organizational Trust Inventory from Cummings and Bromiley (1995b). The analysis technique used in this study is the Pearson Product Moment, Independent Sample T-Test, and One Way Anova.
Results from this study indicate that there is no significant relationship between organizational trust and innovative behavior at work in PT. X (r = .060). However, this study found significant differences in the mean between demographic factors of the innovative work behavior that is gender, education level, job level and department.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Syskya Handayani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku proaktif dan perilaku inovatif pada karyawan. Penelitian dilakukan terhadap 85 karyawan yang bekerja di perusahaan yang memiliki nilai inovasi di bidang industry pertambangan. Pengukuran perilaku inovatif mengacu pada alat ukur Janssen?s Innovative Work Behavior (Janssen, 2000) yang telah terbukti reliabel (SOH.879) sedangkan pengukuran perilaku proaktif mengacu pada alat ukur Proactive Work Behavior Scale (Parker & Collins, 2010) yang telah terbukti reliabel (SOH.897). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku proaktif dan perilaku inovatif (r = + 0.727, p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi perilaku proaktif yang ditampilkan oleh karyawan, maka semakin tinggi pula perilaku inovatif yang dimilikinya. Selain itu, dimensi taking charge dari perilaku proaktif merupakan dimensi yang paling besar hubungannya dengan perilaku inovatif.

This study aimed to examined the correlation between proactive work behavior and innovative work behavior on employees. The study was conducted on 85 employees who work at a company that has a value of innovation in the mining industry. Measurement of innovative work behavior refers to Innovative Work behavior Scale (Janssen, 2000) has been shown to be reliable (SOH.879) while measurement of proactive work behavior refers to Proactive Work Behavior Scale (Parker & Collins, 2010) has been shown to be reliable (SOH.897). The results of this study showed that there is a significant relationship between Proactive Work Behavior and Innovative Work Behavior (r = + 0.727, p < 0.01). Thus, the higher proactive work behavior, employee innovative work behavior will be higher too. In addition, taking charge?s dimensions of proactive work behavior was the most related dimension to the innovative work behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2014
S55704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deviyanti Anggini Putri
"Revolusi industri 4.0 memberikan dampak bagi perusahaan untuk selalu siap dalam menghadapi perubahan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan inovatif, yang dapat diperoleh melalui perilaku kerja inovatif. Akan tetapi, perlu menjadi pertimbangan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja sejak berada di bangku perkuliahan agar mahasiswa dapat lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Penelitian ini berfokus pada peran efikasi diri inovasi sebagai mediator dalam hubungan perilaku berbagi pengetahuan dengan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini dilakukan pada 306 mahasiswa yang berasal dari 14 fakultas yang sedang menempuh semester 2 hingga semester 8. Penelitian ini diukur menggunakan skala Innovative Work Behavior (IWB) yang dikembangkan Janssen (2000), Knowledge Sharing Behavior (KSB) yang dikembangkan oleh Chen dkk. (2009), dan Innovation Self-Efficacy (ISE.6) yang dikembangkan oleh Dungs dkk. (2017). Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa efikasi diri inovasi memiliki efek mediasi secara parsial pada hubungan perilaku berbagi pengetahuan dengan perilaku kerja inovatif (ab = 0.59, p<0.01, CI [0.3972–0.8086]). Dengan demikian, karena mediasi bersifat parsial maka ada atau tidak adanya mediator tetap akan memiliki pengaruh, sehingga perilaku berbagi pengetahuan dapat memengaruhi perilaku kerja inovatif walaupun tanpa harus melewati variabel efikasi diri inovasi. Penelitian ini memberikan implikasi bagi institusi, perusahaan, atau pemerintah untuk mengembangkan program yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku kerja inovatif individunya tersebut.

The industrial revolution 4.0 has an impact on companies to always be ready to face change. One way that can be used to overcome this is by being innovative, which can be obtained through innovative work behavior. However, it is necessary to consider preparing prospective workers since they are in college so that students can be better prepared to face challenges in the world of work. This study focuses on the role of innovation self-efficacy as a mediator in the relationship between knowledge-sharing behavior and innovative work behavior. This research was conducted on 306 students from 14 faculties who were taking semester 2 to semester 8. This research was measured using the Innovative Work Behavior (IWB) scale developed by Janssen (2000), Knowledge Sharing Behavior (KSB) developed by Chen et al. (2009), and Innovation Self-Efficacy (ISE.6) developed by Dungs et al. (2017). The results of the mediation analysis showed that innovation self-efficacy had a partially mediating effect on the relationship between knowledge sharing behavior and innovative work behavior (ab = 0.59, p<0.01, CI [0.3972–0.8086]). Thus, because the mediation is partial, the presence or absence of a mediator will still have an influence, so that knowledge sharing behavior can affect innovative work behavior even without having to go through the innovation self-efficacy variable. This research has implications for institutions, companies, or governments to develop programs that aim to improve the individual's innovative work behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devika Nur Shabrina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepemimpinan pemberdayaan dan perilaku kerja inovatif pada karyawan di perusahaan digital Indonesia. Dengan semakin berkembangnya perusahaan digital di Indonesia, maka daya saing antar perusahaan digital semakin ketat. Salah satu cara penting yang dapat dilakukan oleh karyawan pada perusahaan digital di Indonesia untuk menghadapi persaingan tersebut adalah berinovasi. Pada penelitian ini terdapat 217 responden yang berasal dari beberapa perusahaan digital di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur perilaku kerja inovatif oleh Janssen 2000 yang telah diadaptasi oleh Etikariena dan Muluk 2014 dan kepemimpinan pemberdayaan dari Amundsen dan Martinsen 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan pemberdayaan dan perilaku kerja inovatif pada karyawan perusahaan digital di Indonesia r= 0.56, n = 217, p < 0.01. Selain itu, hasil juga membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi dukungan otonom r=0.57, n=217, p.

This research aims to examine the relation between empowering leadership and innovative work behavior on employees in Indonesia rsquo s digital enterprises. With the increasing development of digital enterprises, the competitiveness between each company becomes more rigorous. Therefore, one of the most important things that the employees in digital enterprises can do is to innovate. There are 217 respondents from several digital enterprises in Indonesia within this research.
The method used in this research is quantitative method in which the author uses Janssens 2000 innovative work behaviour instruments and Amundsen and Martinsens 2014 empowering leadership instruments to measure the data. The analysis technique used in this research is Pearsons Product Moment.
The result shows that there is a significant relation between empowering leadership and innovative work behavior on employees in Indonesias digital enterprises r 0.56, p 0.01, autonomy support and innovative work behavior r 0.57, n 217.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prillia Saraswati Putri Hadini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku kerja proaktif terhadap perilaku kerja inovatif, serta menemukan intervensi yang tepat untuk meningkatkan perilaku kerja proaktif pada karyawan level staf di PT. XYZ. Berdasarkan hasil analisis organisasi, ditemukan masalah yang masih perlu ditingkatkan di PT. XYZ adalah rendahnya perilaku kerja inovatif karyawan level staf. Salah satu penyebab masalah perilaku kerja inovatif yang masih rendah adalah perilaku kerja proaktif karyawan. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel tersebut, dilakukan uji regresi sederhana dan diperoleh hasil terdapat pengaruh yang signifikan dari perilaku kerja proaktif terhadap perilaku kerja inovatif (R2=.84, p=.00). Dari hasil tersebut, peneliti memberikan intervensi Pelatihan “Menjadi Proaktif” untuk meningkatkan perilaku kerja proaktif. Untuk mengetahui efektivitas intervensi pelatihan, dibandingkan skor pre-test dan post-test perilaku kerja proaktif dan perilaku kerja inovatif. Hasil perhitungan efektivitas intervensi menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata skor total perilaku kerja proaktif sebelum dan sesudah diberikan intervensi pelatihan (z=-1.68, p=.09). Untuk perilaku kerja inovatif juga ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata skor total perilaku kerja inovatif sebelum dan sesudah diberikan intervensi pelatihan (z=-1.19, p=.24). Dengan demikian, Pelatihan “Menjadi Proaktif” belum efektif meningkatkan perilaku kerja proaktif dan perilaku kerja inovatif pada karyawan level staf di PT. XYZ.

This study examines the extent which proactive work behavior impacts innovative work behavior, and determine appropriate interventions to increase proactive work behavior on PT. XYZ’s staff employees. Based on organizational analysis’s result, we have found that the main problem which should be improved at PT. XYZ is the low score of innovative work behavior. One of the potential causes for the low score on innovative work behavior is proactive work behavior. In order to identify the effects of proactive work behavior on innovative work behavior, we used simple regression and found that there is a positive impact of proactive work behavior on innovative work behavior (R2=.84, p=.00). Based on this result, we plan give an intervention called 'Become Proactive' training to improve proactive work behavior. In order to identify training effectiveness, we compare pre-test and post test proactive work behavior and innovative work behavior scores. The results show that there is no significantly scores in proactive work behavior after we conduct the training (z=-1.68, p=.09). There is also no significant improvement in innovative work behavior score after the intervention (z=-1.19, p=.24). These results mean that 'Become Innovatie Employees' Training has not been effective yet to increase proactive work behavior and innovative work behavior on PT. XYZ's staff.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Amelia Sasmita
"Era revolusi industri 4.0 telah mengubah cara hidup dan kerja manusia, oleh karenanya organisasi perlu melakukan inovasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara perilaku kerja inovatif dan modal psikologis yang dimoderasi oleh openness to experience, serta menyelidiki dampak dari program intervensi modal psikologis dalam meningkatkan perilaku kerja inovatif pegawai. Penelitian ini dilakukan kepada 424 partisipan dari organisasi pemerintahan untuk mengetahui hubungan perilaku kerja inovatif dengan modal psikologis; dan 14 orang sampel acak dari pegawai untuk mengikuti program intervensi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa modal psikologis berhubungan secara positif dengan perilaku kerja inovatif, sedangkan openness to experience tidak memoderasi hubungan antara modal psikologis dan perilaku kerja inovatif, dengan hasil regresi R2 = 013; F(2, 242) = 99; p = 32 >05. Untuk program intervensi I`m Superhero in the workplace, memperlihatkan perubahan rata-rata skor modal psikologis dan perilaku kerja inovatif sebelum dan setelah program intervensi. Hasil ini memberikan implikasi bahwa organisasi bisa melakukan intervensi modal psikologis untuk meningkatkan perilaku kerja inovatif.

In the era of industry 4.0 which is changing the way people live and work, organization need to do innovation. This study aims to look at the relationship between employees innovative work behavior (IWB) and psychological capital (PsyCap) that moderate by openness to experience, and also investigate the impact of the PsyCap intervention program in increasing employees IWB. The study used 424 participant from a government agency to investigate the relationship between PsyCap and IWB; and 14 random samples of employees for the intervention program. It was found that PsyCap was positively related to IWB, but openness to experience did not moderated they relationship R2 =013; F(2, 242) =99; p =32. The intervention program which is I`m Superhero in the workplace Program, showed changing in the mean of PsyCap and IWB variable before and after the program. These results implied that organizations can having PsyCap intervention to improve their employees IWB.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>