Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Junita Intan
"Kanker serviks menjadi penyebab utama kedua kematian akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia. Pengobatan alternatif kanker serviks yang dikembangkan saat ini yaitu metode terapeutik menggunakan ekstrak tumbuhan seperti akar wangi (Vetiveria zizanioides L.). Studi pendahuluan mengenai pengaruh konsentrasi ekstrak akar wangi terhadap pertumbuhan sel HeLa dengan analisis indeks mitosis telah dilakukan dengan konsentrasi 10, 30, dan 50 μg/mL. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa konsentrasi 10 μg/mL paling efektif dalam menekan pertumbuhan sel HeLa. Penelitian lanjutan dilakukan dengan variasi konsentrasi yang lebih spesifik, yaitu 5, 10, dan 15 μg/mL yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak akar wangi terhadap pertumbuhan sel HeLa dengan metode indeks mitosis, trypan blue, dan mikroskop fluoresens. Hasil uji independent t-test pada tingkat kepercayaan 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan nilai indeks mitosis dan viabilitas antara sampel kontrol dan perlakuan. Hasil pengamatan kualitatif dengan mikroskop fluoresens menunjukkan terdapat penurunan konfluensi dan perubahan morfologi sel HeLa pada sampel perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi 5, 10, dan 15 μg/mL ekstrak akar wangi berpengaruh terhadap aktivitas mitosis, viabilitas, dan morfologi sel HeLa. Ekstrak akar wangi dengan konsentrasi 15 μg/mL cenderung lebih mampu menurunkan nilai indeks mitosis dan viabilitas sel HeLa.

Cervical cancer is the second leading cause of cancer death in women worldwide. Alternative treatment for cervical cancer currently being developed is a therapeutic method using plant extracts such as vetiver (Vetiveria zizanioides L.). Preliminary studies on the effect of the concentration of vetiver extract on the growth of HeLa cells by mitotic index analysis have been carried out at concentrations of 10, 30, and 50 g/mL. The preliminary study results showed that the concentration of 10 g/mL was most effective in suppressing the growth of HeLa cells. Further research was carried out with more specific concentration variations, namely 5, 10, and 15 g/mL, which aimed to determine the effect of the concentration of vetiver extract on the growth of HeLa cells using the mitotic index, trypan blue, and fluorescent microscopy. The independent t-test results at a significance level of 0,05 showed a significant difference in the mitotic index and viability values between the control and treatment samples. The results of qualitative observations with fluorescent microscopy showed a decrease in confluency and changes in the morphology of HeLa cells in the treated samples. The concentrations of 5, 10, and 15 g/mL of vetiver extract affected the mitotic activity, viability, and morphology of HeLa cells. Vetiver extract with a concentration of 15 g/mL tended to lower the mitotic index and HeLa cell viability values."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herni Julianti
"Peningkatan kasus kanker yang terjadi setiap tahun, termasuk pada kanker serViks menjadi penyebab utama kedua kematian akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia. Kenaikan kasus tersebut juga diikuti dengan perkembangan penanganan dan pengobatan kanker. Obat alternatif yang bersifat nontoksik, lebih terjangkau, dan aman dengan efektiVitas yang lebih tinggi daripada pengobatan konVensional kanker yang berkembang saat ini terus dicari. Salah satunya menggunakan tanaman obat akar wangi (Chrysophogon zizanioides (L.) Roberty). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh Variasi konsentrasi ekstrak akar wangi yang diekstraksi dengan metode maserasi. Pengaruh ekstrak akar wangi dengan Variasi konsentrasi 5, 10, 15 dan 20 μg/mL diuji terhadap Viabilitas sel HeLa dengan metode analisis WST-1 dan scepter cell counter. Hasil uji statistik pada tingkat kepercayaan 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan nilai Viabilitas, nilai konsentrasi, diameter dan Volume sel antara sampel kontrol dan perlakuan. Namun, ekstrak akar wangi dengan konsentrasi 15 μg/mL diketahui cenderung lebih mampu menurunkan Viabilitas sel HeLa jika dibandingkan dengan konsentrasi akar wangi lainnya.

The increase in cancer cases that occur every year, including cervical cancer, is the second leading cause of cancer death in women worldwide. The increase in cases was also followed by the development of cancer treatment and treatment. Alternative drugs that are nontoxic, more affordable, and safe with higher effectiveness than conventional cancer treatments are currently being sought. One of them uses a medicinal plant vetiver (Chrysophogon zizanioides (L.) Roberty). This study was conducted to analyze the effect of variations in the concentration of vetiver extract extracted by the maceration method. The effect of vetiver extract with various concentrations of 5, 10, 15 and 20 g/mL was tested on the viability of HeLa cells using WST-1 and scepter cell counter analysis methods. The results of statistical tests at a confidence level of 0.05 showed that there was no significant difference in the value of viability, concentration value, diameter and volume between the control and treatment samples. However, vetiver extract with a concentration of 15 g/mL tended to be more able to reduce HeLa cell viability when compared to other vetiver concentrations."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahratul Aliifah Saumi
"Kanker serviks merupakan kanker dengan jumlah kasus tertinggi kedua di Indonesia. Banyaknya jumlah kasus kanker di Indonesia serta kasus kematian akibat kanker menyebabkan diperlukannya pengembangan obat-obatan untuk menyembuhkan kanker. Pengobatan yang ada dinilai cukup efektif tetapi memiliki beberapa efek samping yang berbahaya, sehingga diperlukan juga pengembangan obat antikanker dari bahan-bahan alami seperti ekstrak tumbuhan. Minyak esensial akar wangi memiliki potensi antikanker, akan tetapi pengaruh konsentrasi minyak esensial akar wangi perlu diteliti. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi minyak esensial akar wangi terhadap sel HeLa. Sel HeLa diberikan empat perlakuan dengan variasi konsentrasi (5 µg/mL, 10 µg/mL, 15 µg/mL, dan 20 µg/mL) minyak esensial akar wangi dan dilakukan pengulangan sebanyak lima kali. Viabilitas sel diuji menggunakan WST-1 dan Scepter cell counter. Nilai viabilitas pada metode WST-1 dihitung berdasarkan nilai absorbansi, sedangkan nilai viabilitas pada metode Scepter cell counter dihitung berdasarkan ukuran diameter sel. Semakin tinggi nilai absorbansi, maka semakin tinggi juga nilai viabilitasnya. Untuk ukuran diameter, sel HeLa yang viable memiliki rentang diameter 12—14 µm. Hasil penelitian menunjukkan tiap variasi konsentrasi minyak esensial akar wangi memiliki efek yang tidak signifikan terhadap viabilitas sel HeLa. Namun, minyak esensial akar wangi 15 µg/mL dan 20 µg/mL memiliki kecenderungan paling besar dalam menurunkan viabilitas sel HeLa berdasarkan hasil uji viabilitas dengan WST-1 dan Scepter cell counter. Kesimpulan dari penelitian adalah minyak esensial akar wangi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap viabilitas sel HeLa, akan tetapi terdapat konsentrasi tertentu yang memiliki kecenderungan dalam menurunkan viabilitas sel HeLa, yaitu konsentrasi 15 µg/mL dan 20 µg/mL.

Cervical cancer is the cancer with the second highest number of cases in Indonesia. The large number of cancer cases in Indonesia as well as cases of death due to cancer make it necessary to develop drugs to cure cancer. Existing treatments are considered quite effective but have several dangerous side effects, so it is also necessary to develop anticancer drugs from natural ingredients such as plant extracts. Vetiver essential oil has anticancer potential, but the effect of vetiver essential oil concentration needs to be studied. The aim of the research was to determine the effect of varying concentrations of vetiver essential oil on HeLa cells. HeLa cells were given four treatments with varying concentrations (5 µg/mL, 10 µg/mL, 15 µg/mL, and 20 µg/mL) of vetiver essential oil and repeated five times. Cell viability was tested using WST-1 and Scepter cell counter. The viability value in the WST-1 method is calculated based on the absorbance value, while the viability value in the Scepter cell counter method is calculated based on the size of the cell diameter. The higher the absorbance value, the higher the viability value. In terms of diameter, viable HeLa cells have a diameter range of 12—14 µm. The results showed that each variation in vetiver essential oil concentration had an insignificant effect on HeLa cell viability. However, 15 µg/mL and 20 µg/mL vetiver essential oil had the greatest tendency to reduce HeLa cell viability based on the results of viability tests with WST-1 and Scepter cell counter. The conclusion of the research is that vetiver essential oil does not have a significant effect on HeLa cell viability, but there are certain concentrations that have a tendency to reduce HeLa cell viability, namely concentrations of 15 µg/mL and 20 µg/mL.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elina Fara Diba
"Daun alpukat merupakan salah satu tanaman obat yang mudah ditemukan di Indonesia Kandungan kimia daun alpukat adalah saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin, dan gula alkohol persiit yang bersifat antiradang, antidiuretika, antianalgetika, dan antibakteri [1,2]. Staphylococcus sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh senyawaan bioaktif dalam daun alpukat. Bakteri ini merupakan jenis bakteri pemecah urea yang dapat memicu terbentuknya batu ginjal [3,4]. Penelitian ini merupakan kajian awal ekstraksi padat-cair (leaching) daun alpukat dengan menggunakan metode sonikasi selama 20 menit yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut terhadap kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, mengkaji hubungan antara kenaikan indeks bias ekstrak dengan aktivitas bakteriostatiknya, serta mengkaji ketahanan ekstrak daun alpukat terhadap oksidasi. Metode penelitian yang digunakan adalah persiapan bahan baku (pengeringan daun) dan percobaan utama (ekstraksi dan analisis). Variasi yang digunakan adalah tingkat kepolaran pelarut (air, etanol, klorofbrm) dan konsentrasi (2/20, 2/40, 2/60, 2/80, dan 2/100 gr/mL). Hasil ekstraksi dianalisis secara kualitatif dengan uji aktivitas antibakteri metode kertas cakram, pengukuran indeks bias, dan uji ketahanan terhadap oksidasi menggunakan metode weight gain. Hasil uji aktivitas antibakteri memperlihatkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol daun alpukat memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus, tetapi tidak dapat membunuhnya. Konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut mempengaruhi aktivitas bakteriostatik ekstrak daun alpukat, diameter daerah hambat yang terbentuk adalah 22 mm (ekstrak air 2/80 gr/mL) dan 7,467 mm (ekstrak etanol 2/20 gr/mL). Proses ekstraksi terbukti dapat menaikan nilai indeks bias dari pelarutnya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecenderungan tertentu antara kenaikan indeks bias dengan aktivitas bakteriostatik ekstrak. Pengujian weight gain selama tujuh hari menunjukkan bahwa ekstrak air (2/80 gr/mL) dan ekstrak etanol (2/20 gr/mL) daun alpukat memiliki ketahanan terhadap oksidasi yang cukup baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Ardelia Salsabila Djajasasmita
"Kanker serviks sebagai salah satu jenis kanker yang menempati posisi kedua paling banyak ditemukan pada wanita yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV). Pengobatan kanker serviks secara menyeluruh belum dapat menjangkau seluruh kalangan pasien dikarenakan biayanya yang mahal dan beberapa layanan kesehatan kurang memadai sehingga diperlukan adanya alternatif pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan aktivitas sitotoksik ekstrak Spirulina platensis terhadap sel kanker serviks HeLa. Spirulina platensis yang berupa serbuk kering dimaserasi menggunakan pelarut etanol, etil asetat, dan n-heksana secara berurut. Setiap ekstrak dievaluasi untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan aktivitas sitotoksiknya dengan metode uji DPPH dan MTT assay. Pada uji DPPH, didapatkan nilai IC50 pada ekstrak etil asetat dan etanol Spirulina platensis sebesar 18,863 μg/mL dan 15,169 μg/mL, yang berarti aktivitas antioksidan kedua ekstrak sangat aktif terhadap radikal bebas DPPH. Berdasarkan uji MTT assay, ketiga ekstrak Spirulina platensis (ekstrak etil asetat, ekstrak etanol, dan ekstrak n-heksana) memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50 secara berturut-turut adalah 16,615 μg/mL, 41,510 μg/mL, dan 85,455 μg/mL, sedangkan nilai IC50 kontrol positif doksorubisin terhadap sel HeLa adalah 7,209 μg/mL. Ekstrak Spirulina platensis menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dan aktivitas sitotoksik terhadap lini sel kanker serviks HeLa melalui uji DPPH dan MTT assay.

Cervical cancer is a type of cancer that occupies the second most common position in women is caused by infection with the human papillomavirus (HPV). Treatment of cervical cancer has not been able to reach all patients due to the high cost and some inadequate health services, so that alternative treatments are needed. This study aims to determine the antioxidant activity and cytotoxic activity of Spirulina platensis extract against HeLa cervical cancer cells. Spirulina platensis in the form of dry powder was macerated using ethanol, ethyl acetate, and n-hexane in succession. Each extract was evaluated to determine its antioxidant activity and cytotoxic activity by DPPH and MTT assay methods. In the DPPH test, the IC50 values ​​for the ethyl acetate and ethanol extract of Spirulina platensis were 18,863 g/mL and 15,169 g/mL, which means the antioxidant activity of both extracts was very active against DPPH free radicals. Based on the MTT assay, the three Spirulina platensis extracts (ethyl acetate extract, ethanol extract, and n-hexane extract) had cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells with IC50 values ​​of 16.615 g/mL, 41,510 g/mL, and 85,455 g/mL, while the IC50 value of doxorubicin as a positive control against HeLa cells was 7.209 g/mL. Spirulina platensis extract showed antioxidant and cytotoxic activity against the HeLa cervical cancer cell line through DPPH and MTT assay."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fona Qorina
"Kanker serviks adalah kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Akan tetapi, pengobatan yang ada masih memiliki keterbatasan yaitu banyak efek samping dan biaya yang mahal. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dalam terapi kanker serviks. Daun sirsak (Annona muricata) merupakan tumbuhan yang sudah lama diyakini berkhasiat dapat menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk kanker. Namun penelitian terkait aktivitas antioksidan dan efek sitotoksisitas daun sirsak yang berasal dari Indonesia terhadap kanker serviks belum banyak dilakukan. Studi ini merupakan penelitian eksperimental untuk menguji kandungan fitokimia dan jumlah senyawa ekstrak daun sirsak, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan efek sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa dengan MTT Assay. Berdasarkan hasil penelitian, daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, steroid, glikosida, alkaloid dan tanin. Hasil uji kromatografi lapis tipis menunjukkan ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana daun sirsak memiliki 3 komponen senyawa dengan nilai Rf 0,771, 0,857 dan 0,971. Ekstrak etanol daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50=35,51 ug/mL, sementara etil asetat >50 ug/mL. Daun sirsak memiliki efek sitotoksik yang aktif terhadap sel kanker serviks HeLa. Nilai IC50 ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana daun sirsak adalah 5,91, 7,56, dan 8,39 ug/mL. Oleh karena itu, dapat disimpulkan daun sirsak berpotensi dikembangkan menjadi antioksidan alami dan terapi kanker serviks.

Cervical cancer is the highest prevalance cancer in Indonesia. Unfortunately, treatment for cervical cancer still have serious side effects and very expensive. Therefore, it is necessary to develop innovation in cervical cancer treatment. Soursop (Annona muricata) has been used in folk medicine to treat various diseases, including cancer. However, studies about its antioxidant activity and cytotoxicity against cervical cancer are still limited. This is an experimental study to analyze phytochemistry and identified number of chemical compounds in soursop leaves. Its antioxidant activity was determined by DPPH method and cytotoxicity against cervical HeLa cells was evaluated by MTT Assay. The results showed that soursop leaves contain flavonoid, steroid, glycoside, alkaloid and tannin. Thin Layer Chromatography revealed that ethanol, ethyl acetate, and hexane extracts have 3 spots with Rf values 0.771, 0.857 and 0.971. Antioxidant IC50 value of ethanol extract was 35,51 ug/mL meanwhile for ethyl acetate was >50 ug/mL. Results from MTT Assays showed that all soursop leaves extracts had active cytotoxicity against cervical HeLa cells with IC50 value for ethanol, ethyl acetate, and hexane were 5.91, 7.56 and 8.39 ug/mL, respectively. To conclude, soursop leaves extracts are potential to be developed as natural antioxidant and therapy for cervical cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadzila Anindya Tejaputri
"Terapi kanker serviks saat ini memiliki beragam efek samping dan memerlukan biaya yang mahal. Oleh karena itu, diperlukan alternatif terapi, seperti pengobatan herbal. Kandungan flavonoid dari aerial part R.brittoniana terbukti memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan, dan aktivitas sitotoksik bunga R.brittoniana terhadap sel kanker serviks HeLa. Bunga R. brittoniana diekstraksi secara bertahap dengan pelarut n-heksana, etanol, dan etil asetat. Hasil ekstrak dilakukan uji analisis fitokimia uji kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengevaluasi komponen senyawa organik dan seberapa banyak komponen senyawa dalam ekstrak tersebut. Aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH dan aktivitas sitotoksik ekstrak terhadap sel kanker serviks HeLa dievaluasi menggunakan metode MTT. Analisis fitokimia menunjukkan seluruh ekstrak memiliki kandungan tanin, glikosida, triterpenoid, alkaloid, dan flavonoid. Hasil uji KLT menunjukkan ekstrak n-heksana dan etil asetat memiliki 4 komponen senyawa, sementara ekstrak etanol memiliki 5 komponen senyawa. Hasil uji antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan etil asetat memiliki nilai IC50 >50 ppm. Hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki rata-rata nilai IC50 sebesar 116,55 ppm, ekstrak n-heksana sebesar 123,09 ppm, dan ekstrak etil asetat sebesar 54,23 ppm. Hasil uji statistik terhadap aktivitas sitotoksik seluruh ekstrak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan nilai IC50 antara ekstrak etill asetat dan n-heksana.  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan etil asetat bunga R. brittoniana memiliki potensi menjadi antioksidan. Selain itu, ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana bunga R. brittoniana terbukti memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa.

Cervical cancer therapy today has a variety of side effects and costs expensive. Therefore, herbal medicine as alternative therapy are needed. Flavonoids in aerial part Ruellia brittoniana has been shown to have anticancer and antioxidant activity. This study aims to analyze the phytochemicals, antioxidant activity, and cytotoxic activity of R. brittoniana flower against HeLa cervical cancer cells. R. brittoniana flower is extracted with ethanol, ethyl acetate, and n-hexane solvents. These three extracts are tested for phytochemical analysis and thin layer chromatography (TLC) to evaluate the components of organic compounds. Antioxidant activity of the extracts is measured by DPPH method while the cytotoxic activity is measured by MTT method. The phytochemical analysis result shows that all extracts contain tannins, glycosides, triterpenes, alkaloids, and flavonoids component. The result of the TLC test shows hexane and ethyl acetate extract has 4 components, while ethanol extract has 5 components. The antioxidant test results show that the IC50 value of ethanol and ethyl acetate extract is >50 ppm. The cytotoxic test results show that the average IC50 of ethanol extract is 116.55 ppm, hexane extract is 123.09 ppm, and ethyl acetate extract is 54.23 ppm. Statistic test shows that there is a significant difference in IC50 values between the extracts of ethyl acetate and hexane. The result of this study indicates that the ethanol and ethyl acetate extracts of R. brittoniana flower have the potential to be an antioxidant. In addition, these three extracts of R. brittoniana have cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emanuel Dani Ramdani
"ABSTRAK
Daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) dan daun torbangun (Coleus amboinicus (Lour.)) merupakan tanaman yang umum digunakan sebagai laktagoga. Prolaktin memegang peranan utama dalam pembentukan ASI dan peningkatan prolaktin umumnya dilakukan dengan menghambat interaksi antara dopamin dengan reseptor dopamin D2. Oleh karena itu, pada studi ini, dilakukan penelitian untuk mendapatkan kandidat senyawa aktif sebagai laktagoga dari ekstrak air daun katuk dan daun torbangun. Kandungan senyawa ekstrak air daun katuk dan daun torbangun dianalisa dengan studi metabolomik menggunakan HPLC-MS/MS dan proses identifikasi dilakukan dengan menggunakan basis data Metlin. Validasi protokol virtual screening mekanisme inhibitor reseptor D2 dilakukan dengan menggunakan program PLANTS dan protokol terbaik menghasilkan nilai EF1% 7.18 dengan cutoff ChemPLP -121.6. Analisa virtual screening terhadap kandungan senyawa teridentifikasi menunjukkan tidak ada senyawa yang memiliki ChemPLP ≤-121.6. Senyawa yang paling mendekati nilai cutoff ChemPLP adalah cyanin dengan ChemPLP sebesar -104.7280.

ABSTRACT
Katuk leaves (Sauropus androgynus (L) Merr) and torbangun leaves (Coleus amboinicus (Lour.)) are known as galactagogue. Prolactin is the main factor in milk production and prolactin increase can be achieved by inhibiting the interaction between dopamine and dopamine D2 receptor. Therefore, this research focused on finding the compounds which have dopamine galactagogue activity from katuk leaves and torbangun leaves via D2 inhibitor. Compound database were retrieved with metabolomic study by using HPLC-MS/MS and the identification was performed with Metlin database. Virtual screening protocol validation for dopamine D2 receptor inhibitor was performed with PLANTS and the best protocol produced EF1% 7.18 with ChemPLP cutoff -121.6. Virtual screening analysis of identified compounds shows that no compound has ChemPLP≤-121.6. The closest ChemPLP was produced with cyanin with -104.7280."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T50160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiah Amini
"Bintang laut Linckia laevigata adalah biota laut yang diduga memiliki aktifitas antifeedant. Penelitian bertujuan untuk menguji apakah ekstrak metanol yang diperoleh dari bintang laut Linckia laevigata memiliki peranan sebagai antifeedant terhadap ikan karang di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pengujian dilakukan dengan mengamati pilihan ikan terhadap pakan kontrol dan pakan uji. Konsentrasi ekstrak metanol Linckia laevigata yang digunakan pada pakan uji adalah konsentrasi alaminya, yaitu 15,2 mg/ml. Hasil pengamatan pengujian yang telah dianalisis menggunakan Uji Chi-Kuadrat dan menunjukkan bahwa Linckia laevigata memiliki aktifitas antifeedant terhadap ikan karang.

The sea star Linckia laevigata seems to has active compounds with antifeedant activity. The study aims to investigate the antifeedant activity of methanol extract from the starfish Linckia laevigata against reef fishes at Pramuka Island Waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. Treatment and control foods were used to see the reef fishes choice in the feeding assay. The concentration of methanol extract of Linckia laevigata used in this assay was 15,2 mg/ml, equivalent with the natural volumetric concentration of secondary metabolites from Linckia laevigata. Data analysis using Chi-Square Test showed that methanol extract of Linckia laevigata has antifeedant activity against reef fishes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Angga Ridhallah
"Kehadiran kaki seribu Afrika (Spirostreptus servatius) terutama pada lingkungan manusia dapat memberikan beberapa dampak negatif serta gejala penyakit pada tubuh manusia apabila terkena gigitannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendata serta menganalisis empat tanaman yang diduga bersifat pestisida dan diyakini paling dihindari sehingga dapat mengusir kaki seribu. Penelitian dilakukan selama 20 hari. Waktu pengamatan dimulai pukul 08.00—16.45 WIB dengan interval waktu 10 menit per pengulangan dengan jeda selama 15 menit. Metode pengamatan yang digunakan adalah 4 wadah berisi masing-masing ekstrak tanaman (cabai merah, pandan wangi, jeruk nipis, dan bawang putih) diamati secara bersamaan dan data yang diperoleh diuji menggunakan ANAVA dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) paling sering dihindari oleh kaki seribu dengan rata-rata frekuensi sebesar 9,65. Berdasarkan uji Tukey HSD dan LSD ditemukan bahwa pandan wangi dengan cabai merah tidak berbeda nyata, dan signifikan terhadap jeruk nipis dan bawang putih. Histogram yang dihasilkan juga memperlihatkan bahwa pandan wangi memiliki frekuensi paling sedikit sebesar 1,55 dengan rentang frekuensi terendah antara 1-2 kali. Peneliti menyimpulkan bahwa pada penelitian ini, pandan wangi adalah tanaman yang paling efektif sebagai pestisida untuk mengusir kaki seribu dibandingkan dengan tiga tanaman lainnya.

The presence of the African millipede (Spirostreptus servatius) especially in the human environment can have several negative impacts and symptoms of disease on the human body when it is bitten. This study aims to record and analyze four plants that are thought to have pesticidal properties and are believed to be the most avoided so that they can repel millipedes. The study was conducted for 20 days. Observation time starts at 08.00-16.45 WIB with an interval of 10 minutes per repetition with a pause of 15 minutes. The observation method used was 4 containers containing each plant extract (red chili, pandan, lime, and garlic) were observed simultaneously and the data obtained were tested using ANOVA with SPSS application. The results showed that the pandanus plant (Pandanus amaryllifolius Roxb.) was the most frequently avoided by millipedes with an average frequency of 9,65. Based on the Tukey HSD and LSD tests, it was found that pandan and red chili were not significantly different, and significant to lime and garlic. The resulting histogram also shows that pandan has a frequency of at least 1,55 with the lowest frequency range between 1-2 times. It was concluded that in this research, pandan is the most effective plant as a pesticide to repel millipedes compared to the other three plants."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>