Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 227600 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nibras Fitrah Yayienda
"SNSU-BSN adalah lembaga yang berada di puncak ketertelusuran fisis di Indonesia dan disarankan memilki penjaminan kualitas pengukuran sesuai dengan arahan ISO 17025:2017 klausa 7.7 tentang pemastian keabsahan hasil. Namun demikian, sejauh ini penjaminan kualitas pada standar referensi di bidang metrologi kelistrikan belum pernah dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan hasil peer review untuk tahun 2017 dan 2019 pada parameter tegangan AC/DC dan arus AC/DC bahwa belum ada proses penjaminan kualitas pada kedua parameter ini. Untuk itu, diperlukan sebuah metode untuk melakukan penjaminan kualitas pengukuran diantara periode kalibrasi, untuk memastikan keabsahan hasil ukur dalam rentang waktu tersebut. Pada penelitian ini diusulkan suatu metode penjaminan mutu pengukuran untuk memastikan kualitas hasil pengukuran diantara periode kalibrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan cek antara yang termasuk didalamnya terdapat proses pembentukan batas kontrol dan melakukan pengujian pada setiap bulan dalam kurun waktu 1 tahun. Pada proses ini, hasil ukur yang keluar dari batas kontrol akan dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan Uji Ditribusi F dan Uji T-Student. Uji Distribusi F yang digunakan untuk mengetahui kesetaran sebaran hasil ukur lama dan baru dan Uji T-Student yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan rata-rata hasil ukur lama dan baru. Titik ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah 1 V dan 10 V pada paremter VDC; 1 mA dan 10 mA pada parameter IDC; 1 V dan 10 V dengan frekuensi masing-masing 1 kHz pada parameter VAC, serta 1 mA dan 10 mA dengan frekuensi masing-masing 1 kHz pada parameter IAC. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa pada parameter VDC, tidak diperlukan pembaruan batas kontrol. Selanjutnya pada parameter titik ukur 1 mA dan 10 mA, masing-masing terdapat dua kali dan lima kali pembaruan batas kontrol. Kemudian pada parameter VAC terdapat dua kali pembaruan batas kontrol pada titik ukur 1 V dengan frekuensi 1 kHz, dan tidak diperlukan perbaruan batas kontrol pada titik ukur 10 V dengan frekuensi 1 kHz. Selanjutnya, pada titik ukur 1 mA dan 10 mA dengan frekuensi masing-masing 1 kHz, dibutuhkan dua kali pembaruan batas kontrol. Penyebab pembaruan batas kontrol adalah keluarnya hasil ukur dari batas kontrol yang disebabkan oleh drift. Namun demikian, meskipun nilai tersebut bergeser, pengukuran dalam periode tersebut valid, dan terjamin kualitasnya karena tidak ada yang melebihi nilai spesifikasi yang diberikan oleh pabrik.

As an institution holding the highest level of physical traceability in Indonesia, SNSU BSN is encouraged to have quality assurance of measurements under the directives of ISO 17025:2017 clause 7.7 to ensure the validity of the result. However, quality assurance has never been carried out on reference standards in the field of electrical metrology. This is proved by the results of peer reviews for 2017 and 2019 for the parameters of AC/DC voltage and AC/DC current that there is no quality assurance process for these two parameters. For this reason, a method is needed to guarantee the quality of measurements between calibration periods to ensure the validity of the measurement results within that period. Therefore, this study proposes a measurement assurance method to ensure the quality of measurement results between calibration periods. The research method is an intermediate check, including establishing control limits and conducting monthly tests for one year. In this process, the measurement results that are out of the control limits will be further analyzed using the F Distribution Test and the Student T-Test. The F distribution test determines the variability equivalence, and the Student T-Test determines the variability in an average of former and latest measurement results. The measuring points used in this study were 1 V and 10 V on the VDC parameter; 1 mA and 10 mA on IDC parameters; 1 V and 10 V with a frequency of 1 kHz each on the VAC parameter and 1 mA and 10 mA with a frequency of 1 kHz each on the IAC parameter. From the test results, it is found that the VDC parameter does not need the update of the control limit. Furthermore, at the 1 mA and 10 mA measuring point parameters, there are two and five times updates of the control limits, respectively. Then in the VAC parameter, there are two updates of the control limit at the 1 V measuring point with a frequency of 1 kHz and no update of the control limit at the 10 V measuring point with a 1 kHz frequency. Furthermore, at the 1 mA and 10 mA measurement points with a frequency of 1 kHz each, it takes the twice updates of the control limit. The cause of updating the control limit is the out-of-control measured value caused by drift. However, even though the value has shifted, the quality is valid and guaranteed in that period because no measurement value exceeds the specifications determined by the manufacturer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2002
TA327
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jaffar Gibrani
"Current meter merupakan alat ukur kecepatan air yang paling sering digunakan, namun, alat tersebut membutuhkan baterai maupun listrik untuk bisa digunakan, hal tersebut akan menyulitkan penggunanya untuk melakukan pengukuran di tempat-tempat terpencil terutama yang jauh dari listrik, karena itulah penulis menyarankan alternatif berupa alat ukur kecepatan air pendulum. Untuk membuktikan bahwa alat ukur kecepatan air pendulum benar dapat mengukur kecepatan air, dilakukanlah tiga buah percobaan. Ketiga percobaan tersebut dilakukan pada apparatus Hydraulic Flume di Laboratorium Hidrolika, Hidrologi, dan Sungai FTUI. Percobaan pertama dilakukan untuk membuktikan bahwa sudut pada pendulum dapat mewakili kecepatan alirannya, dengan cara menurunkan ketinggian aliran mulai dari 12.5 cm hinga 5 cm dimana setiap ketinggian aliran dilakukan pengukuran dengan pembacaan sudut dan dengan current meter sebagai benchmark. Lalu percobaan kedua dilakukan untuk mengetahui panjang tali berapa yang paling efektif dengan memvariasikan panjang tali menjadi 43 cm, 53 cm, dan 63 cm. Percobaan terakhir dilakukan untuk mengetahui lubang tali mana yang paling efektif dengan memvariasikan lubang tali pengikat 1, 2, dan 3.

Current meter is the most commonly used water velocity measurement tool, however, the device requires batteries and electricity to be used, it will make it difficult for users to take measurements in remote places, especially those far from electricity, thats why the authors suggest alternatives in the form of pendulum as a water measurement tools. To prove that the pendulum water velocity meter can correctly measure water velocity, three experiments were carried out. All three experiments were carried out on the Hydraulic Flume apparatus at the Hydraulics, Hydrology, and River Laboratory FTUI. The first experiment was carried out to prove that the angle in the pendulum could represent the flow velocity, by reducing the height of the flow starting from 12.5 cm to 5 cm where each height was measured by reading the angle and with the current meter as a benchmark. Then the second experiment was carried out to find out which rope length was the most effective by varying the length of the rope to 43 cm, 53 cm and 63 cm. The last experiment was carried out to find out which rope holes were most effective by varying the 1, 2 and 3 strap ties.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taufik Hidayat
"Dilakukan perancangan dan pengembangan sistem pengukuran arus inverter 3 fasa, tegangan DC-Link, posisi sudut rotor, dan kecepatan sudut rotor menggunakan modulator sigma-delta terisolasi, absolute encoder, dan incremental encoder. Dilakukan pembandingan hasil pembacaan arus dan tegangan oleh sensor yang dikembangkan dengan arus dan tegangan yang didapatkan dari osiloskop. Didapatkan MAEArusFasaA = 0.510594 A, MAEArusFasaB = 0.71434 A, MAEArusFasaC = 0.710017 A, dan MAETeganganFasaA-N = 30.35317 V. Meskipun tidak dapat diimplementasikan ke dalam sistem, algoritma pembacaan sudut as menggunakan absolute encoder berhasil melakukan pembacaan sudut as, dibuktikan dengan pembandingan grafik sudut as yang dibentuk oleh incremental encoder. Dikemukakan pula kemungkinan alasan kegagalan integrasi absolute encoder tersebut pada bagian analisis.

Design and development of a 3-phase inverter current measurement, DC-Link voltage, rotor angular position, and rotor angular speed system using isolated sigma-delta modulator, absolute encoder, and incremental encoder has been conducted. The results of current and voltage readings by the developed sensor modules are compared with the current and voltage obtained from the oscilloscope. Performance parameters is obtained with MAEArusFasaA = 0.510594 A, MAEArusFasaB = 0.71434 A, MAEArusFasaC = 0.710017 A, dan MAETeganganFasaA-N = 30.35317 V. Although it cannot be implemented into the system, the algorithm for reading the shaft angular position using an absolute encoder in reading the angular position has been performed as showed by the comparison of angular position graph generated by the incremental encoder. The possible reasons for the failure of the absolute encoder integration has been proposed in the analysis section."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guru Pamosik Wibowo
"Pembangkitan tersebar Distributed Generation seperti PLTS dan PLTB menggunakan peralatan elektronika daya yaitu invertor agar dapat terhubung dengan sistem jala-jala grid. Invertor merupakan peralatan elektronika daya berbasis sistem pensaklaran, sehingga penggunaannya dapat menyebabkan permasalahan kualitas daya pada sistem tenaga listrik yakni harmonisa. Harmonisa yang dihasilkan dari invertor bergantung dari jumlah pulsa yang digunakan.
Pada Penelitian ini, jenis dari invertor berdasarkan jumlah pulsanya akan divariasikan untuk mengindentifikasi fenomena harmonisa pada sistem tenaga listrik yang terjadi dari tiap-tiap jenis invertor tersebut. Besar dari THD dan IHD akan didapatkan dari sumlasi yang kemudian akan dibandingkan dengan standar harmonisa IEEE 519-1992.
Untuk mereduksi distorsi harmonisa yang terjadi pada sistem, selain memvariasikan jenis invertor berdasarkan jumlah pulsanya akan dirancang dua jenis filter yaitu single-tuned passive filter dan highpass damped filter sesuai dengan orde yang akan direduksi. Filter tersebut akan dipadukan dengan masing-masing invertor 6,12,24, dan 48 pulsa, jika distorsi harmonisa masih tidak sesuai dengan standar. Berdasarkan simulasi harmonisa yang telah dilakukan dari tiap tiap invertor, diketahui penggunaan invertor 6,12, dan 24 pulsa membutuhkan filter pasif sedangkan invertor 48 pulsa tidak membutuhkan filter pasif.

Distributed generation such as photovoltaic and wind turbine use inverter to connect them to the grid. An Inverter is a power electronic equipment that is based on a switching system, so the usage of inverter causes harmonic. The harmonic distortion produced by an inverter depends on the number of the invertor pulses.
In this research, the invertor are going to be varied based on the pulse number to identify the harmonic phenomenon from each of the numbers of the pulses. The percentage of THD and IHD will be obtained and compared to the harmonic standard, IEEE 519 1992.
To reduce the harmonic that still occurs on the system after the variation of the inverter types, two types of filters, single tuned passive filter, and highpass damped filter will be designed. The designed filter will be combined with each type of the inverter. Based on the simulation that has been done, it is known that the usage of 6,12, and 24 pulse inverter require a harmonic filter while 48 pulse inverter does not require a harmonic filter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novagia Adita
"Saat ini, peralatan rumah tangga semakin banyak yang memanfaatkan SMPS (switched mode power supply). Pada dasarnya, SMPS dapat dicatu dengan dua macam sumber daya yakni AC dan DC. Hal inilah yang mendasari pengembangan sistem nanogrids dual power. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari Sistem DC pada peralatan rumah tangga dan membandingkannya dengan sistem AC. Beberapa jenis beban dengan variasi kapasitas yang berbeda-beda dari 50 Watt hingga 2000 Watt disuplai dengan menggunakan 3 jenis variasi sumber tegangan yaitu 220 VAC dari grid PLN, 230 VAC dari inverter dan 230 VDC dari DC-DC boost converter. Tegangan DC lebih stabil untuk segala jenis beban sedangkan tegangan AC yang bersumber dari grid PLN maupun inverter mengalami penurunan tegangan.

Nowadays, there are so many household appliances using SMPS (switched mode power supply). Basically, SMPS can be supplied with two types of resources, namely AC and DC. This is become the concern of the development of the dual power nanogrids system. This study propose to determine the performance of DC systems on household appliances and compare them with AC systems. Several types of loads with varying capacities from 50 Watt to 2000 Watt are supplied using 3 types of voltage source variations,  220 VAC from the PLN grid, 230 VAC from the inverter and 230 VDC from the DC-DC boost converter.  DC voltage is more stable for all types of loads while AC voltage either from the PLN grid or inverter has a voltage drop."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Putri Irintika
"HDPE High-density Polyethylene merupakan salah satu peralatan tegangan tinggi berbahan isolasi dimana bisa terjadi partial discharge. Kemampuan ketahanan isolasi listrik bergantung terhadap besarnya tegangan yang diterapkan. Tegangan pasokan terdistorsi karena adanya beban. Beban ini dipengaruhi oleh switching yang menyebabkan terjadinya modulasi harmonik. Aktivitas partial discharge di ukur dengan menggabungkan variasi harmonik ke-3,-5,-7 danvariasi sudut harmonik 0, 90,180,270. Pengukuran menggunakan partial discharge inception voltage dengan menaikkan tegangan selama 1 detik di setiap 10 detik hingga mencapai nilai tertentu dimana total distorsi harmonik bernilai konstan di 10.
Hasil pengukuran frekuensi dasar di PDIV menghasilkan nilai tegangan lebih tinggi ketika terjadi variasi sudut harmonik di tegangan maksimum dan menghasilkan tren yang sama dengan simulasi tegangan maksimum. Hal ini mengakibatkan rata-rata charge dan repetition rate pada pengukuran memiliki tren yang sama. Hal ini dapat disimpulkan ketika sudut fasa berubah, maka tegangan maksimum juga berubah yang menyebabkan naiknya nilai kombinasi sudut gelombang. Perubahan ini akan mengakibatkan perubahan nilai rata-rata dan repetition rate. Pengaruh harmonik sudut fasa harmonik harus dipertimbangkan karena hasil dari nilai rata-rata charge dan repetition rate memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai frekuensi dasar p.p1 margin: 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px; font: 12.0px Helvetica.

HDPE High density Polyethylene is one of the common insulation material thatis used for high voltage equipment where partial discharge could happen. Theen durance of electrical insulation is dependent on the voltage that applied. Supply voltage being distorted caused by loads. This load is influenced by switching which cause harmonic modulation. Partial discharge activity is being monitored by combining the fundamental frequency with variant of harmonics 3rd, 5th, 7th and also the variant of phase angle of harmonics 0, 90, 180, 270. The measurement is focused on partial discharge inception voltage by stepping up voltage for 1s in every 10s until it reaches the specific value where THD was kept constant at 10.
The measurement The fundamental frequency in PDIV results ina higher voltage than the varied phase angle harmonics combination in VMAX, where it can also be concluded that the trend of varied combination has the same trend of the simulation of VMAX. Thus, the average charge and repetition rate of varied measurements have also the same trend. It can be concluded when phase angle shifted, VMAX is also shifted causing the peak value of combined waveformincrease. This affected the changing of average charge and repetition rate. The influence of phase angle harmonics should be considered, since the result of the average charge and repetition rate has higher value than the fundamental frequency. p.p1 margin 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px font 12.0px Helvetica span.s1 font 8.0px Helvetica.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhyka Soemarsono
"Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 20 Tahun 2002, sektor pembangkit tenaga listrik yang sebelumnya dimonopoli oleh PLN Disjaya dan Tangerang, saat ini terbuka untuk swasta. Dengan iklim persaingan industri yang ada, tidaklah mustahil jika nantinya pemerintah Republik Indonesia menghapus monopoli dalam sektor distribusi tenaga Iistrik. Untuk dapat bersaing dengan industri lain, PLN Disjaya dan Tangerang hams meningkatkan keunggulan bersaingnya. Salah satu cara untuk meningkatkan keunggulan bersaing adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan pelanggan. Peningkatan kualitas pelayanan juga diperlukan untuk mengurangi jumlah keluhan pelanggan yang tidak puas dengan pelayanan saat ini. Kemungkinan penyebab belum memuaskannya pelayanan saat ini adalah elemen pelayanan belum dikembangkan secara tepat.
Service Quality Function Dcpioyment (Service QFD) adalah salah satu metode yang cocok untuk pengembangan pelayanan pelanggan. Service QFD mampu menenjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi pelayanan yang memuaskan. Dalam Service QFD terdapat 2 elemen penting yaitu tingkat kepentingan pelanggan dan kinerja pelayanan. Ada satu elemen lagi yang juga signifikan dalam peningkatkan kepuasan pelanggan yaitu kemampuan perusahaan dalam memberikan elemen pelayanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pelayanan pelanggan dengan memperhatikan tingkat kepentingan pelanggan, kinerja pelayanan, dan kemampuan perusahan dalam memberikan elemen pelayanan. Tujuan spesifik penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi elemen pelayanan yang dibutuhkan dan prioritas pengembangan masing-masing elemen pelayanan.
Dari penelitian ini didapat 20 elemen pelayanan yang dianggap berkontribusi dalam usaha memuaskan pelanggan. Elemen-elemen pelayanan yang mendapat prioritas perlama dalam pengembangannya adalah pengembangan website dan survey pelanggan.

Andhyka Socnrarsono Service Development of PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Using Service Quality Function Deployment Methodology xvi + 90 pages, 27 tables,l3 pictures, 5 appendices ABSTRACT As the issuance of Electricity Act No. 20 in 2002, electricity generating sector, formerly monopolized by PLN Disjaya dan Tangerang, is now open for private companies. Conceming industrial competitive atmosphere, it is likely for Government of Indonesia to abrogate monopoly in electricity distribution sector in the future. To compete with other industries in the future, PLN Disjaya dan Tangerang must improve their competitive advantage. One way to improve competitive advantage is by improving the service quality. The improvement of service quality is needed to reduce numbers of complaints from customers who are not satisfied with the recent service performance- The reason why they are not satisfied might be improper service elements development.
Service Quality Function Deployment (Service QFD) is one of the appropriate methods for service development. It is able to translate what the customers need (voice of customers) into the satisfactory service. In service QFD, there are two important elements, customer importance and service perfonnance. There is another element which is also significant in satisfying customers. It is the enterprise ability in providing service elements.
This study aims to develop the service by considering customer importance, service performance, and enterprise ability in providing service elements- The specific goals are to identify service elements needed and the development priority for each service element.
There are twenty service elements, which contribute in customer satisfaction, obtained from this study. The service elements which get the tirst development priority are website development and customer survey.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>