Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158763 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michael Berintan
"Gangguan keseimbangan mikrobiota pada saluran pencernaan dapat menyebabkan dampak pada kesehatan. Upaya untuk menggunakan mikrobiota sebagai pengobatan dapat dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan flora normal saluran pencernaan, sehingga meminimalkan kemungkinan gangguan yang tidak diharapkan. Penelitian sebelumnya telah berhasil mengisolasi beberapa bakteri dari mekonium neonatus, di antaranya Staphylococcus hominis, Bacillus subtilis, dan Enterococcus hirae. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi koktail ketiga bakteri untuk microbial therapeutic, dengan cara menguji daya saing koktail dengan tiga bakteri patogen saluran pencernaan, yaitu Salmonella typhi, Escherichia coli, dan Streptococcus mutans. Koktail bakteri dibuat dengan perbandingan Staphylococcus hominis : Bacillus subtilis :Enterococcus hirae 0,5 : 1 : 0,75 berdasarkan penelitian sebelumnya. Analisis daya saing dilakukan dengan Deferred Growth Inhibition Assay dan uji metode sumuran, agar kedua uji dapat saling mengkonfirmasi hasil analisis. Hasil uji DGIA dan metode sumuran menunjukkan adanya kemampuan koktail bakteri untuk bersaing dengan bakteri patogen berupa tidak terbentuknya zona penghambatan pertumbuhan satu dengan yang lain. Hasil metode sumuran terutama menunjukkan kemampuan koktail untuk bersaing yang tidak teramati pada bakteri individual berupa lingkaran jernih berbentuk cincin di sekitar sumuran.Hal ini menunjukkan potensi pengembangan lebih lanjut sebagai produk microbial therapeutic.

Changesof the microbiota balance of the digestive system could impact health. One way to use microbial therapy is to use the commensal flora of the digestive system, minimalizing the chance of unwanted interactions. The previous study has isolatedseveral bacteria from neonatal meconium, i.e., Staphylococcus hominis, Bacillus subtilis, andEnterococcus hirae.This study explores the potential of the coktail of the three bacteria to be developed as a microbial therapeutic on the digestive systemby conducting an inhibition assay with three indicator bacteria of the pathogenic digestive system, i.e.,Salmonella typhi, Escherichia coli, andStreptococcus mutans.The cocktail was made based on a previous study with the composition ofStaphylococcus hominis : Bacillus subtilis :Enterococcus hirae,i.e.,0,5: 1: 0,75, respectively. The inhibition analysis was carried out by performing a Deferred Growth Inhibition Assay (DGIA)and well diffusion method assay so that both assays can confirm the results of each other. The results of DGIA and well method assayshow the ability of the cocktail to inhibit the pathogenic bacteria by the inhibition zone not being formed. The well method assay in particular shows the cocktail having inhibition ability not observed by individual bacteria by the clear ring zone around the wells. Thisshows further development potential of the cocktail as a microbial therapeutic product."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Produk perawatan kesehatan kulit berbasis mikrobial khususnya postbiotik bakteri tengah dikembangkan karena mampu menjaga homeostasis mikrobiota kulit dan mencegah reaksi imunogenisitas. Postbiotik bakteri yang digunakan adalah berupa sel lisat terdiri dari bakteri asam laktat komensal kulit Staphylococcus hominis MBF12-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, dan Bacillus subtilis MBF10-19J yang berhasil diisolasi oleh peneliti terdahulu. Penggabungan beberapa bakteri menjadi bentuk koktail yang diproses menjadi lisat memiliki aktivitas lebih kuat sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan aktif produk perawatan kulit. Lisat koktail perlu dilakukan pengeringan agar kualitas fisikokimia dan aktivitasnya terjaga serta terlindung dari degradasi akibat pengaruh molekul air. Penelitian ini bertujuan untuk mengarakterisasi fisikokimia, aktivitas, mengevaluasi stabilitas, dan merekomendasikan metode pengeringan untuk lisat koktail. Pengujian fisikokimia meliputi organoleptik, pH, kandungan lembab, distribusi ukuran partikel serta aktivitas penangkalan radikal bebas selama 12 pekan. Hasil menunjukkan serbuk lisat koktail kering semprot memiliki karakteristik yang halus, homogen, berwarna putih, higroskopis, beraroma khas inulin. Rentang pH 7,64-7,93, kandungan lembab 6,45-14,32%, ukuran partikel 955-1470 nm, aktivitas antiradikal bebas (IC50) dengan rentang 755,26-1140,48 µg/mL. Serbuk lisat koktail kering beku bersifat lebih kasar, berwarna kuning pucat, saling memisah antar butiran, beraroma khas inulin. Rentang pH 7,61-7,97, kandungan lembab 6,44-12,17%, ukuran partikel 1410-2460 nm, aktivitas antiradikal bebas (IC50) dengan rentang 513,53-859,21 µg/mL. Berdasarkan hasil tersebut, maka metode pengeringan beku direkomendasikan untuk menghasilkan serbuk lisat koktail yang lebih stabil secara fisikokimia dan aktivitas antiradikal bebas yang lebih baik.

Microbial-based skincare products, particularly bacterial postbiotics are currently being developed due to their ability to maintain skin microbiota homeostasis and prevent immunogenicity reaction. The postbiotics used are cell lysates consisting of skin commensal lactic acid bacteria Staphylococcus hominis MBF12-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, and Bacillus subtilis MBF10- 19J which successfully isolated from previous study. The combination of bacterial strains into cocktail form which was processed into lysate raises a stronger activity so it can be potential to be developed as an active ingredient. Cocktail lysates need to be dried to protect the physicochemical quality and activity against degradation because of the existance of water molecules. This study aimed to characterize the physicochemical, activity, evaluate the stability and recommend the drying method for cocktail lysates. Physicochemical parameters included organoleptic, pH, moisture content, particle size distribution, and radical scavenging activity for 12 weeks. Spray dried powder had smooth, homogeneous, white, hygroscopic, distinctive inulin aroma. The pH ranged from 7,64-7,93, moisture content 6,45-14,32%, particle size 955-1470 nm, radical scavenging activity (IC50) 755,26-1140,48 µg/mL. Freeze dried powder was coarser, pale yellow, separated between particles, had distinctive inulin aroma. The pH ranged from 7,61-7,97, moisture content 6,44-12,17%, particle size 1410-2460 nm, radical scavenging activity (IC50) 513,53-859,21 µg/mL. In conclusion, freeze drying is recommended to produce more stable cocktail lysate powders physicochemically and better antiradical activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Sekar Putri
"Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang berperan dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Produktivitas pertanian dan ketahanan pangan berkaitan erat dengan kondisi kesehatan tanaman. Salah satu patogen penginfeksi tanaman adalah fungi. Pengendali hayati atau biokontrol merupakan teknik pengendalian menggunakan aktivitas metabolisme agen hayati seperti bakteri untuk mengendalikan patogen tanaman. Penelitian terdahulu berhasil mengisolasi bakteri saluran pencernaan black soldier fly larvae (BSFL) dan diketahui mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan 10 isolat bakteri saluran pencernaan BSFL terhadap 4 fungi patogen tanaman, yaitu Ganoderma boninense, Fusarium oxysporum, Colletotrichum siamense KA, dan Curvularia lunata BM. Pengujian aktivitas antifungi isolat bakteri dilakukan melalui uji aktivitas antagonistik dan uji aktivitas antibiosis yang dilanjutkan dengan uji aktivitas enzim ekstraseluler isolat potensial. Uji aktivitas antagonistik menggunakan metode dual culture secara kualitatif dan semi-kuantitatif. Uji aktivitas antibiosis menggunakan filtrat medium fermentasi berusia 5 hari yang dicampur dengan bubuk medium potato dextrose agar. Uji aktivitas enzim ekstraseluler isolat potensial meliputi uji enzim protease, lipase, amilase, kitinase, dan selulase menggunakan medium selektif. Hasil uji aktivitas antagonistik menunjukkan 4 dari 10 isolat bakteri saluran pencernaan BSFL, yaitu G7, G17, G20, G21 mampu menghambat pertumbuhan keempat fungi uji. Hasil uji aktivitas antibiosis menunjukkan bahwa efektivitas terbesar diperoleh dari filtrat medium fermentasi isolat G17 dalam menghambat pertumbuhan fungi Ganoderma boninense dengan persentase hambatan sebesar 85,56% – 91,98%. Hasil uji aktivitas enzim menunjukkan isolat G17 memiliki aktivitas enzim ektraseluler protease, lipase, dan kitinase. Isolat G17 teridentifikasi sebagai Stenotrophomonas maltophilia.

Agriculture is one of the main sectors that play a role in Indonesia's economic development. Agricultural productivity and food security are closely related to plant health conditions. One of the plant infecting pathogens is a fungus. Biological control or biocontrol is a control technique using the metabolic activity of biological agents such as bacteria to control plant pathogens. Previous studies have succeeded in isolating black soldier fly larvae (BSFL) gut bacteria and are known to be able to support plant growth. This study aims to determine the ability of 10 bacterial isolates from BSFL gut against 4 plant pathogenic fungi, namely Ganoderma boninense, Fusarium oxysporum, Colletotrichum siamense KA, and Curvularia lunata BM. Antifungal activity assay of bacterial isolates was carried out through antagonistic activity assay and antibiosis activity assay followed by potential isolates extracellular enzyme activity assay. The antagonistic activity assay used the dual culture method qualitatively and semi-quantitatively. The antibiosis activity assay used 5 days old fermented medium filtrate mixed with potato dextrose agar medium powder. The extracellular enzyme activity assay of potential isolates included protease, lipase, amylase, chitinase, and cellulase enzyme assay using selective media. The results of the antagonistic activity assay showed that 4 out of 10 BSFL digestive tract bacterial isolates namely G7, G17, G20, G21 were able to inhibit the growth of the four tested fungi. The results of the antibiosis activity assay showed that the greatest effectiveness was obtained from the fermented medium filtrate of isolate G17 in inhibiting the growth of the Ganoderma boninense fungus with an inhibition percentage of 85.56% – 91.98%. The results of the enzyme activity assay showed that isolate G17 had extracellular enzyme activity of protease, lipase, and chitinase. Isolate G17 was identified as Stenotrophomonas maltophilia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Febrianauli
"Pengendalian penyakit pada ikan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan. Ikan rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri serta stres oksidatif yang dapat dipicu oleh kondisi lingkungan perairan. Senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tanaman dapat dijadikan alternatif antioksidan dan antibakteri yang aman dibandingkan dengan senyawa sintetis. Bacopa monnieri (L.) Wettst. merupakan tanaman akuatik yang telah ditemukan secara luas pada daerah tropis dan subtropis. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total, kadar fenol total, dan aktivitas antioksidan serta antibakteri dari herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. yang tumbuh di Indonesia. Herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. diekstraksi dengan etanol 70% menggunakan metode Ultrasound Assisted ExtractionUAE). Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3 dengan standar kuersetin. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-ciocalteu dengan standar asam galat. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP dengan standar asam askorbat sebagai kontrol positif. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara kualitatif dengan metode difusi cakram terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dengan antibiotik kloramfenikol standar sebagai kontrol positif. Kadar flavonoid total yang diperoleh dari ekstrak herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. sebesar 2,05 mgEK/g dan kadar fenol total sebesar 8,83 mgEAG/g. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada asam askorbat dan ekstrak diperoleh nilai IC50 masing-masing sebesar 2,49 dan 61,47 μg/mL. Pada uji aktivitas antioksidan metode FRAP diperoleh nilai aktivitas antioksidan pada asam askorbat dan ekstrak secara berurutan yaitu 329,09 dan 0,6 g FeSO4.7H2O ekivalen/100 g. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan terbentuknya zona hambat oleh antibiotik kloramfenikol standar dan ekstrak masing-masing sebesar 30,5 dan 7,05 mm.

Disease control in fish is an important aspect that must be considered in fish farming. Fish are susceptible to diseases caused by bacterial infections and oxidative stress that can be triggered by aquatic environmental conditions. Secondary metabolite compounds derived from plants can be used as a safe antioxidant and antibacterial alternative compared to synthetic compounds. Bacopa monnieri (L.) Wettst. is an aquatic plant that has been found widely in the tropics and subtropics region. Previous studies revealed that the extract of Bacopa monnieri (L.) Wetts. herbs have antioxidant and antibacterial activity. This study aimed to determine the total flavonoid content, total phenol content, antioxidant activity, and antibacterial activity of Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs growing in Indonesia. Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs was extracted with ethanol 70% using the Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method with quercetin as standard. Determination of total phenol content was carried out using the Folin-ciocalteu method with gallic acid as standard. Antioxidant activity assay was carried out by DPPH and FRAP methods with ascorbic acid standard as positive control. The antibacterial activity was tested qualitatively by disc diffusion method against Aeromonas hydrophila bacteria with standard chloramphenicol antibiotic as positive control. Total flavonoid content obtained from the extract of Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs was 2.05 mgQE/g and total phenol content was 8.83 mgGAE/g. The antioxidant activity assay using the DPPH method of ascorbic acid and extract showed IC50 values ​​of 2.49 and 61.47 μg/mL, respectively. In antioxidant activity assay with FRAP method, the antioxidant activity values ​​of ascorbic acid and extract were 329.09 and 0.6 g FeSO4.7H2O equivalent/100 g. The antibacterial activity assay showed inhibition zones by standard chloramphenicol antibiotic and extract were 30.5 and 7.05 mm, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Annisa Ramadhani
"ABSTRACT
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat disebabkan oleh faktor infeksi (yaitu bakteri) dan faktor non infeksi (yaitu kondisi lingkungan). Karena itu, perlu diberikan senyawa antioksidan dan antibakteri untuk ikan. Eleocharis dulcis atau dikenal sebagai purun tikus/chinese water chesnut adalah tanaman air dari Asia Tenggara yang biasa ditemukan di rawa-rawa. Dalam penelitian sebelumnya, ekstrak metanol daun Eleocharis dulcis menunjukkan aktivitas antioksidan dan ekstrak etanol Eleocharis dulcis peel dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare, Edwardsiella ictaluri dan untuk menentukan kandungan fenolik total dari ekstrak etanol 70% daun Eleocharis dulcis yang diperoleh dari dua metode ekstraksi yaitu maserasi dan UEA. Uji aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode DPPH dan FRAP. Uji aktivitas antibakteri diukur menggunakan metode difusi cakram dan mikrodilusi. Total konten fenolik ditentukan secara spektrofotometri menurut metode Folin-Ciocalteu. Nilai IC50 dari metode DPPH adalah 46,91 dan 41,00 ppm untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA, masing-masing. Nilai FeEAC dari metode FRAP adalah 223,11 dan 317,95 μmol/g untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA, masing-masing. Dalam metode difusi, zona hambat untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA adalah 7 mm dan 8,8 mm terhadap Aeromonas hydrophila kemudian 6,4 mm dan 7 mm terhadap Flavobacterium columnare. Dalam metode mikrodilusi, nilai MIC adalah 1,56 mg/mL terhadap Aeromonas hydrophila untuk kedua metode ekstraksi. Selain itu, terhadap Flavobacterium columnare dan Edwardsiella ictaluri menunjukkan nilai MIC yang sama, yaitu 6,25 mg/mL untuk ekstrak maserasi dan 3,12 mg/mL untuk ekstrak UEA. Total konten fenol adalah 79,08 mg GAE/gram dan 85,02 mg GAE/gram masing-masing untuk metode maserasi dan UEA. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi UEA dapat memperoleh ekstrak daun Eleocharis dulcis dengan aktivitas yang lebih baik, yaitu aktivitas antioksidan yang kuat meskipun aktivitas antibakteri yang lemah terhadap Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare dan Edwardsiella ictaluri.

ABSTRACT
Fish disease is one of the serious problems in fish farming. Fish disease can be caused by infectious factors (ie bacteria) and non-infectious factors (ie environmental conditions). Therefore, it is necessary to provide antioxidant and antibacterial compounds for fish. Eleocharis dulcis or known as purun rat/chinese water chesnut is an aquatic plant from Southeast Asia commonly found in swamps. In a previous study, Eleocharis dulcis leaf methanol extract showed antioxidant activity and ethanol extract of Eleocharis dulcis peel was reported to have antibacterial activity. The purpose of this study was to evaluate the antioxidant and antibacterial activity against Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare, Edwardsiella ictaluri and to determine the total phenolic content of 70% ethanol extract of Eleocharis dulcis leaves obtained from two extraction methods namely maceration and UAE. The antioxidant activity test was determined using the DPPH and FRAP methods. Antibacterial activity test was measured using the disk diffusion and microdilution methods. The total phenolic content was determined spectrophotometrically according to the Folin-Ciocalteu method. IC50 values ​​from the DPPH method were 46.91 and 41.00 ppm for extracts from maceration and the UAE method, respectively. The FeEAC values ​​from the FRAP method were 223.11 and 317.95 μmol/g for extracts from maceration and the UAE method, respectively. In the diffusion method, the inhibitory zone for extracts from maceration and the UAE method are 7 mm and 8.8 mm against Aeromonas hydrophila then 6.4 mm and 7 mm against Flavobacterium columnare. In the microdilution method, the MIC value is 1.56 mg/mL against Aeromonas hydrophila for both extraction methods. In addition, the Flavobacterium columnare and Edwardsiella ictaluri showed the same MIC value, ie 6.25 mg/mL for maceration extract and 3.12 mg/mL for UAE extract. The total phenol content was 79.08 mg GAE/gram and 85.02 mg GAE/gram respectively for maceration and UAE methods. Based on the results of this study, it can be concluded that the UAE extraction method can obtain Eleocharis dulcis leaf extract with better activity, namely strong antioxidant activity despite weak antibacterial activity against Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare and Edwardsiella ictaluri.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dwi Suryani
"Resistensi antibiotik menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang telah mengancam kesehatan dunia. Perkembangan resistensi antibiotik juga mengakibatkan meningkatnya permintaan agen antimikroba baru. Beberapa tahun terakhir, tanaman obat telah banyak dieksplorasi oleh para peneliti sebagai langkah awal dalam penemuan obat antimikroba baru. Bahkan, sebanyak 50% agen antibakteri yang disetujui oleh FDA berasal dari produk alami. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi daya antibakteri dari ekstrak kulit kayu masoyi yang diperoleh dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% terhadap bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, serta Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana kulit kayu masoyi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen seperti E. coli, S. typhimurium, B. cereus, dan S. aureus. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode difusi cakram kertas dan metode makrodilusi. Hasil dari uji difusi cakram kertas menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dengan potensi lemah hingga kuat (1,05-10,33 mm) dibandingkan dengan ekstrak etil asetat (0,82-4,63 mm) dan etanol 96% (0,5-3,81 mm) yang hanya berpotensi lemah terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa. Konsentrasi hambat minimal ditentukan dengan metode makrodilusi. Hasil uji makrodilusi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% semuanya menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah dengan nilai KHM > 1.000 µg/mL terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa.

Antibiotic resistance is one of the health problems that has threatened global health. The development of antibiotic resistance has also led to an increased demand for new antimicrobial agents. In recent years, medicinal plants have been extensively explored by researchers as a first step in the discovery of new antimicrobial drugs. As many as 50% of FDA-approved antibacterial agents are derived from natural products. This study aimed to test the antibacterial potential of masoyi bark extract obtained by ultrasound-assisted extraction using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% as solvents against pathogenic bacteria, i.e., Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Pseudomonas aeruginosa. Previously, extracts of ethanol, ethyl acetate, and n-hexane from masoyi bark were reported for antibacterial activity against pathogenic bacteria such as E. coli, S. typhimurium, B. cereus, and S. aureus. The antibacterial activity test was carried out using two methods, which were the disc diffusion method and the macro dilution method. The results of the paper disk diffusion test showed that the n-hexane extract had a better antibacterial activity with weak to strong potency (1.05-10.33 mm) than the ethyl acetate extract (0.82-4.63 mm) and ethanol 96% extract (0.5-3.81 mm) which had only a weak potential against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa. Minimum inhibition concentration was determined by a macro dilution method. The results showed that the extracts of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% all exhibited weak antibacterial activity with MIC values > 1,000 µg/mL against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa bacteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Lestari
"Hipertensi di Indonesia merupakan permasalahan kesehatan yang penting, karena prevalensinya yang tinggi dan dampak jangka panjang yang ditimbulkan. Daun pare (Momordica charantia L.) telah banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati hipertensi, namun belum banyak penelitian yang menyebutkan khasiat tanaman ini sebagai antihipertensi. Daun ini mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang dapat mengimbangi radikal bebas akibat stres oksidatif yang akan berpengaruh terhadap tekanan darah.
Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menguji khasiat daun pare sebagai antihipertensi dengan metode penghambatan aktivitas angiotensin-converting enzyme dari ekstrak etanol 80% menggunakan ACE kit-WST (Dojindo, Jepang) dan juga aktivitas antioksidan dari fraksi-fraksinya dengan metode FRAP. Selanjutnya aktivitas antioksidan akan dikorelasikan dengan kadar fenolik yang dinyatakan dalam ekuivalen asam galat (GAE) dan flavonoid total dalam ekuivalen kuersetin (QE).
Hasil uji menunjukkan nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol untuk penghambatan aktivitas ACE sebesar 7,52 μg/mL. Pengujian antioksidan menunjukkan bahwa aktivitas tertinggi terdapat pada fraksi etil asetat dengan nilai EC50 sebesar 69,387 μg/mL. Penentuan fenolik total dan flavonoid total juga menunjukkan kadar tertinggi pada fraksi etil asetat dengan nilai berturut-turut sebesar 18,752 mg GAE/gr ekstrak dan 8,310 mg QE/gr ekstrak.

Hypertension in Indonesia is an important health problem, due to the high of prevalence and long-term impact. Bitter melon (Momordica charantia L.) leaves has been widely used as a traditional medicine to treat hypertension, but has not been studied as Angiotensin Converting Enzyme inhibitor. This leaves contain phenolic and flavonoids compounds that can counterbalance free radicals caused by oxidative stress which will affect blood pressure.
The aims of study was to investigate potency of 80% ethanol extract from bitter melon leaves as antihypertensive using ACE-kit WST (Dojindo, Japan) and also the antioxidant activity of its fractions using FRAP method. Furthermore, the antioxidant activity would be correlated with total of phenolic expressed in gallic acid equivalents (GAE) and total flavonoids in quercetin equivalent (QE).
The test results showed IC50 values from ethanol extract by inhibition of ACE activity was 7.52 μg/mL. The highest activity of antioxidants from the fractions was given by ethyl acetate fraction with EC50 values 69.387 μg/mL. Determination of total phenolic and total flavonoid also showed the highest levels in ethyl acetate fraction with values 18.752 mg GAE/g extract and 8.310 mg QE/g extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catty Amalia Yaricsha
"Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit kardiovaskular. Obat hipertensi yang banyak dikembangkan saat ini, salah satunya adalah dengan menghambat aktivitas ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Penghambatan aktivitas ACE diketahui dapat menurunkan efek vasokonstriksi dan juga mengurangi degradasi bradikinin (vasodilator) karena dapat membentuk NO (Nitrit Oksida). Aktivitas NO dapat terganggu dengan adanya radikal bebas dan dapat menyebabkan vasokonstriksi, sehingga diperlukan antioksidan untuk mengatasinya.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian penghambatan aktivitas ACE secara in vitro dari ekstrak etanol 70% herba selada air menggunakan ACE kit-WST serta menguji kapasitas antioksidan dengan metode FRAP, kadar fenolik total, dan kadar flavonoid total dari fraksi n-heksan, etil asetata, dan n-butanol.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba selada air memiliki aktivitas penghambatan ACE dengan IC50 sebesar 19,05 µg/mL. Nilai EC50 antioksidan fraksi n-heksan, etil asetata, dan n-butanol berturut-turut adalah 44,354 µg/mL, 18,816 µg/mL, dan 87,041 µg/mL. Fraksi n-butanol memiliki kadar fenolik total terbesar dengan nilai 15,798 mg GAE/g ekstrak, sedangkan kadar flavonoid terbesar terdapat pada fraksi etil asetat yaitu 82,847 mg QE/g ekstrak.

Hipertension is one the key risk factors of cardiovascular disease. Treatment of hypertension is currently being developed, one of the mecanism is inhibition of ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Inhibition of ACE activity can decrease vasoconstriction and also decrease degradation of bradykinin (vasodilator) which is important for NO (Nitric Oxide) activation. Activity of NO can interfere by free radical and can cause vasoconstriction effect, so antioxidants are needed to overcome it.
This research was aimed to test of in vitro the inhibitory activity of ACE from watercress herb ethanol extract using ACE kit-WST and antioxidant capacity using FRAP assay, total phenolic compound, and total flavonoid from n-heksane, ethyl acetate, dan n-buthanol fractions.
The result showed that watercress herb extract had ACE inhibitory activity with IC50 value 19,05 μg/mL. Antioxidant EC50 value of n-hexane, ethyl acetate, and n-buthanol fractions were 44,354 µg/mL; 18,816 µg/mL; and 87,041 µg/mL successively. n-butanol fraction showed the highest score of total phenolic compound in amount of 15,798 mg GAE/g extract and ethyl acetat fraction showed the highest score of total flavanoid compound in amount of 82,847 mg QE/g extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Khairina Fathin
"Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Salah satu terapi diabetes melitus adalah dengan menurunkan kadar glukosa post-prandial melalui penghambatan enzim yang menghidrolisis karbohidrat yaitu α-amilase dan α-glukosidase.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penghambatan aktivitas enzim pada kulit batang Garcinia hombroniana Pierre serta kandungan pada ekstrak teraktif. Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi bertingkat dengan pelarut yang kepolarannya meningkat, yaitu n-heksana, etil asetat dan metanol. Uji penghambatan α-amilase dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ=490 nm). Sedangkan, uji penghambatan α-glukosidase dilakukan menggunakan microplate reader (λ=405 nm).
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre memiliki memiliki aktivitas penghambatan α-amilase terbaik dengan nilai IC50 8,91μg/mL. Sedangkan hasil penghambatan α-glukosidase menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre memiliki memiliki aktivitas penghambatan terbaik dengan nilai IC50 37,18 μg/mL. IC50 dari standar akarbose adalah sebesar 91,17 μg/mL. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa pada ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre mengandung golongan senyawa flavonoid, glikosida, saponin, dan tannin.

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by high blood glucose levels. One therapy for treating diabetes mellitus is to decrease postprandial glucose levels by inhibition of carbohydrates-hydrolysing enzymes, α-amylase and α-glucosidase.
The aim of this research was to determine enzyme inhibition activity of Garcinia hombroniana Pierre barks and to identify chemical constituent group in the most active extract. Extraction was done by maceration with n-hexane, ethyl acetate and metanol. α-Amylase inhibition was tested using spectrophotometer UV-Vis (λ=490 nm). Meanwhile, α-glucosidase inhibition was tested using microplate reader (λ=405 nm).
The result showed that methanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks had the best inhibition α-Amylase activity with IC50 of 8.91 μg/mL. Methanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks also had the best inhibition α-glucosidase activity with IC50 of 37.18 μg/mL. Acarbose as a standard had IC50 of 91.17 μg/mL Phytochemical screening showed metanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks generally contain flavonoids, glycosides, saponins, and tannins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Baikuni
"Penggunaan lisat mikroba untuk perawatan kulit telah tumbuh secara substansial di pasaran. Lisat merupakan sel yang membran luarnya telah rusak karena bahan kimia atau proses fisik yang dikategorikan sebagai postbiotik. Posbiotik adalah produk inaktif atau metabolit dari mikroorganisme yang memiliki aktivitas biologis. Eksplorasi mikroba komensal kulit dalam pengembangan bahan aktif perawatan kulit telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, empat galur bakteri dari sampel kulit suku Jawa, Staphylococcus hominis MBF12–19J, Staphylococcus warneri MBF02–19J, Bacillus subtilis MBF10–19J, Micrococcus luteus MBF05–19J. Penggabungan ke-empat galur bakteri dalam bentuk koktail telah dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk mendapatkan metode perolehan rendemen (Yield) lisat koktail bakteri yang optimum dengan mengoptimalkan pertumbuhan masing-masing bakteri dalam media produksi dilanjutkan dengan proses koktail skala Batch fermentation menggunakan biofermentor 2L. Perolehan lisat optimum berupa debris sel dan fraksi lisat diproses melalui enkapsulasi dengan inulin dan maltodekstrin metode spray drying kemudian diuji aktivitas penangkalan radikal bebas dan analisis metabolomik untuk mengetahui profil metabolitnya. Hasil menunjukkan waktu inkubasi pertumbuhan optimum kultur bakteri individu skala biofermentor 2L untuk Micrococcus luteus MBF05-19J, Bacillus subtilis MBF10-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Staphylococcus hominis MBF12-19 adalah 21, 17, 7, dan 15 jam. Waktu inkubasi fermentasi 3 jam pada suhu 37 ℃, agitasi 50 RPM, aerasi 5% oksigen terlarut. Rendemen lisat koktail kering semprot sebesar 16,5325% dengan karakteristik serbuk putih, halus, homogen, higroskopis, beraroma khas lisat. Kandungan lembab 8,93%, ukuran partikel 1150-1470 nm, aktivitas antiradikal bebas (IC50) 755,258 μg/mL. Profil metabolit lisat koktail dan serbuk lisat kering semprot menunjukkan kandungan metabolit yang masih sama.

The use of microbial lysates for skincare has substantially grown in the market. Lysates are cells with damaged outer membrane due to chemical or physical processes and categorized as postbiotics. Postbiotics are inactive product or metabolites of microorganisms with biological activities. Exploration of skin commensal microbes in the development of skincare active ingredients was carried out by previous study, four bacterial strains from Javanese skin samples, Staphylococcus hominis MBF12–19J, Staphylococcus warneri MBF02–19J, Bacillus subtilis MBF10–19J, Micrococcus luteus MBF05–19J. The combination of bacterial strains in cocktail form was completed in this study to obtain the optimum bacterial cocktail lysate yield method by optimizing each bacterium’s growth in production medium followed by Batch fermentation cocktail process using 2L biofermentor. Optimum lysate recovery of cell debris and lysate fraction was processed through encapsulation with inulin and maltodextrin by spray drying method, followed by radical scavenging assay and metabolomic analysis to determine the metabolite profile. The result showed the optimum growth culture incubation time of 2L biofermentor scale for Micrococcus luteus MBF05-19J, Bacillus subtilis MBF10-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Staphylococcus hominis MBF12-19 were 21, 17, 7, 15 hours respectively. Fermentation incubation time was 3 hours at 37 ℃, agitation 50 RPM, aeration 5% dissolved oxygen. The yield of spray dried cocktail lysate was 16,5325% with the characteristic of white, smooth, homogenous, hygroscopic, distinctive lysate aroma. Moisture content was 8,93%, particle size 1150-1470 nm, radical scavenging activity (IC50) 755,258 μg/mL. Metabolite profile of cocktail lysate and spray dried cocktail lysate remained the same."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>