Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuzulisa Zulkifli
"Latar belakang: Masalah Kesehatan gigi dan gizi pada anak tidak dapat dipisahkan. Keduanya berbagi faktor risiko yang sama. Masih tingginya prevalensi malnutrisi di negara berkembang khususnya di Indonesia yang disertai dengan tingginya prevalensi Early childhood caries (ECC) pada kelompok anak perlu menjadi perhatian khusus.
Tujuan : Menganalisa hubungan ECC dengan status gizi anak usia 5 tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2018.
Metode: Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Sampel 701 anak usia 5 tahun yang dilakukan pemeriksaan klinis dan kuesioner. ECC sebagai variabel independen utama dan faktor risiko lainnya ; self-reported oral health, jenis kelamin, tingkat Pendidikan ibu, status pekerjaan ayah, status ekonomi keluarga, praktik diet anak dan pemanfaatan fasyankes dianalisa terhadap status gizi berdasarkan kategori berat badan/tinggi badan yang dikonversikan dengan standard Z-score.
Hasil: uji chi-square menunjukkan korelasi signifikan antara status ECC, tingkat Pendidikan ibu, status ekonomi keluarga dan praktik diet berisiko anak terhadap status gizi (p-value<0,05). Uji regresi logistik multinomial membuktikan korelasi signifikan antara ECC dengan wasting (OR = 1,352, 95% CI: 0.989 – 2,589). ECC tidak berkorelasi terhadap obesitas.
Kesimpulan: ECC dapat menjadi salah satu penyebab wasting pada anak. Beberapa faktor risiko terjadinya masalah gizi juga merupakan faktor risiko yang sama terhadap kejadian karies gigi.

Background: Oral health and nutrition problems in children cannot be separated. Both share the same risk factors. The high prevalence of malnutrition and Early childhood caries (ECC) in developing countries, especially in Indonesia still need attention.
Objective: Analyze the relationship between ECC and the nutritional status of children aged 5 years in Indonesia based on the 2018 Riskesdas data.
Methods: A cross-sectional study using secondary data from Riskesdas 2018. A sample of 701 children aged 5 years were subjected to clinical examinations and questionnaires. ECC as the independent variable and other risk factors; self-reported oral health, gender, mother's education level, father's employment status, family economic status, children's dietary practices and utilization of health facilities were analyzed against nutritional status based on weight/height categories converted by Z-score.
Results: chi-square test showed a significant correlation between ECC, maternal education level, family economic status and dietary practices at risk of children on nutritional status (p-value <0.05). Multinomial logistic regression test proved a significant correlation between ECC and wasting (OR = 1,352, 95% CI: 0.989 – 2.589). ECC is not correlated with obesity.
Conclusion: ECC can cause wasting in children. Meanwhile several risk factors for nutritional problems and dental caries were similar.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pindobilowo
"Latar belakang : Salah satu tindakan pencegahan Early Childhood Caries (ECC) adalah perbaikan status gizi anak karena dengan perbaikan status gizi anak maka gigi tahan terhadap karies serta didukung oleh pola konsumsi kariogenik dan peran ibu dalam mencukupi gizi selama masa kehamilan.
Tujuan : Untuk menganalisis hubungan status gizi anak terhadap terjadinya ECC.
Metode : Cross-sectional pada 287 anak usia 6-48 bulan, wawancara, dan pemeriksaan intraoral.
Hasil : Status gizi anak adalah variabel yang sesuai dalam pencegehan ECC karena merupakan salah satu variabel prediktor yang baik terhadap terjadinya ECC.
Kesimpulan : Terdapat hubungan status gizi anak terhadap terjadinya ECC.

Background : One prevention ECC is improving thr nutritional status of children from the womb due to the improvement of the nutritional status of the children's teeth are resistant to caries and is supported by the pattern of consumption of cariogenic and role of adequate nutrition in the mother during pregnancy.
Purpose : To see the relationship to the nutritional status of children Early Childhood Caries (ECC).
Methods : Cross-sectional study on 287 children aged 6-48 months, interview, and examination intraoral.
Results : Nutritional status of children is appropriate variables in the prevention of ECC because it is one of the predictor variables were either against the ECC.
Summary : There is a relationship to the nutritional status of ECC
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Khairinisa
"

Latar belakang:ECC merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi, termasuk di Indonesia. Kondisi ini dapat berdampak ke kualitas hidup anak. Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi ECC antara lain praktik kebersihan gigi dan mulut serta konsumsi makanan kariogenik. Usia 5 tahun merupakan waktu akhir periode gigi sulung sebelum akhirnya digantikan oleh gigi permanen. Tujuan:Mengetahui hubungan praktik kesehatan gigi dan mulut serta status karies gigi sulung terhadap kualitas hidup anak usia 5 tahun. Metode:Studi Cross-sectionalpada 266 anak berusia 5 tahun pada bulan Agustus-Oktober 2019 yang terpilih dengan metode multistage cluster random sampling dari TK di Jakarta Timuryang memenuhi kriteria inklusi anak berusia 60-71 bulan, kooperatif, dan orangtua bersedia mengisi informed consent. Seluruh orangtua subjek diminta untuk melengkapi kuesioner yang bersisi pertanyaan terkait karakteristik sosiodemografik, praktik kesehatan gigi dan mulut, serta kualitas hidup anak persepsi orang tua (SOHO-5p). Pada anak, dilakukan pemeriksaan status karies gigi sulung berupa indeks dmft dan pufa serta diwawancara terkait kualitas hidup anak persepsi sendiri (SOHO-5c). Digunakan uji beda Contuinity Correction, Pearson Chi Square, Mann Whitney, dan Kruskall Wallis serta Uji korelasi spearman untuk analisis statistik. Hasil: prevalensi ECC pada 266 anak adalah 88,7% dan pufa >0 sebanyak 35%. Terdapat hubungan yang bermakna antara praktik kebersihan gigi dan mulut terhadap indeks dmft (r=0,19;p=0,01) dan skor SOHO-5p (r=0,27;p<0,001) serta praktik konsumsi makanan kariogenik terhadap indeks dmft (r=0,14;p<0,01), dan SOHO-5p (r=0,27;p=0,013). Status karies gigi sulung memiliki hubungan yang bermakna dengan SOHO-5 (p<0,001). Seluruh variabel SOHO-5p memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks dmft dan indeks pufa (p<0,05) kecuali menghindari tersenyum karena penampilan terhadap indeks pufa. Tetapi, hanya skor total SOHO-5c, variabel kesulitan makan, dan kesulitan tidur yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap indeks dmft dan indeks pufa (p<0,001). Secara umum, tidak terdapat perbedaan bermakna antara SOHO-5p dan SOHO-5c kecuali pada variabel kesulitan tidur (p=0,001), menghindari tersenyum karena rasa sakit (p=0,002), dan menghindari tersenyum karena penampilan (p=0,042) Kesimpulan:Terdapat hubungan yang bermakna antara status karies gigi sulung dan SOHO-5 tetapi hanya SOHO-5p yang memiliki hubungan bermakna dengan praktik kesehatan gigi dan mulut.. Tidak terdapat perbedaan persepsi yang bermakna antara SOHO-5p dan SOHO-5c sehingga orangtua dapat dijadikan penilai proksi dari kualitas hidup anak, tetapi kedua persepsi tetap diperlukan untuk menghindari informasi yang hilang. 



Background:ECC is a dental health problem with high prevalence and severity, including in Indonesia. This condition will affect child’s Oral-Health Related Quality of Life (OHRQoL). Factors that cause ECC are multifactorial, one of which is oral hygiene practice and comsumption of cariogenic meals. 5 years old is the late period of primary dentition before it’ll changed to permanent dentition Objective: To analyze relationship between oral health practice and early childhood caries with 5 years old children’s quality of life in Jakarta Timur. Method: Cross-sectional study in 266 5 years old children during August-October 2019 that chosen with multistage cluster random sampling from preschools in Jakarta Timur that fulfilled inclusion criteria child aged 60-71 month, cooperate, and parents had signed informed consent. All parents completed questionnaire about sociodemographic characteristic, oral health practice, and parent perception of child quality of life (SOHO-5p). Children were examined with dmft and pufa index and also interviewed about their perception of self quality of life (SOHO-5c). Result: Prevalence of ECC for 266 children is 88,7% with 35% have pufa index >0. There’s a significant relationship between oral hygiene practice with dmft index (r=0,19;p=0,001) and SOHO-5p(r=0,27;p<0,001) so does cariogenic meals consumption with dmft index (r=0,14;p<0,001) and SOHO-5p (r=0,27;p=0,013). ECC has significant relationship with SOHO-5 (p<0,05). All variables in SOHO-5p has significant relationship with dmft dan pufa index(p<0,05) except avoid smiling because of appearance towards pufa index. But, only total score of SOHO-5c,‘difficult eat’ and ‘difficult sleep’ variables have significant relationship with dmft and pufa index (p<0,001). In general, there’s no statistically difference between mother-child perception in SOHO-5p and SOHO-5c except in ‘difficult sleep’ (p=0,001), ‘avoid smiling because of pain’ (p=0,002) and ‘avoid smiling because of appearance’(p=0,042). Conclusion:There’s significant relationship between ECC and SOHO-5 but only the parental version has significant relationship with oral health practice. There’s no significant difference between SOHO-5p and SOHO-5c thus parents could be the proxy rater for their child but both perception still needed to avoid missing information.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudzaifah Muhammad
"Latar Belakang: ECC merupakan penyakit multifactorial pada anak.
Tujuan: menganalisis korelasi antara viskositas saliva, frekuensi menyikat gigi dan asupan karbohidrat dengan skor dmft pada anak ECC usia 3 – 5 tahun.
Metode: viskositas saliva, frekuensi menyikat gigi, dan asupan karbohidrat dari 21 subjek dianalisis korelasinya dengan skor dmft menggunakan regresi linier.
Hasil: koefisien korelasi (r): antara asupan karbohidrat dengan skor dmft adalah 0,569; viskosita saliva dengan skor dmft adalah 0,389; dan frekuensi menyikat gigi dengan skor dmft adalah – 0,179. Korelasi dari ketiga faktor diperoleh F-hitung = 3,19 > F-tabel (0,05) = 2,43743.
Kesimpulan: ketiga faktor berkorelasi terhadap skor dmft dengan asupan karbohidrat menunjukkan korelasi yang kuat untuk terjadinya ECC.

Background: ECC is a multifactorial desease in children.
Aim: analyzed the correlation between the viscosity of saliva, tooth brushing frequency and carbohydrate intake with dmft score in ECC aged 3 – 5 years.
Methods: the correlation from 21 data viscosity of saliva, tooth brushing frequency, and carbohydrate intake were analyzed with dmft score using linear regression
Results: the correlation coefficient (r): between carbohydrate intake with dmft score was 0.569; the viscosity of saliva with dmft score was 0.389; and the frequency of tooth brushing with dmft score was – 0.179. Correlation of three factors obtained F-count = 3.19 > F-table (0,05) = 2.43743.
Conclusion: The three factors correlate to dmft score with carbohydrate intake showed a strong relationship to the ECC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winanda Annisa Maulitasari
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan salah satu penyakit kronis
multifaktorial yang sering terjadi pada anak usia pra sekolah. Data penelitian
mengatakan sebanyak 65% anak usia 3-5 tahun mengalami ECC dan pada sebuah
penelitian di Jakarta tahun 2016 menunjukkan indeks def-t sebesar 7,5 pada anak usia 5
tahun sedangkan pada penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 2017
didapatkan indeks def-t sebesar 7,04. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2018, sebanyak
81,5% anak mengalami karies dengan indeks def-t sebesar 6,2 pada anak usia 3-4 tahun
dan indeks def-t sebesar 8,1 pada anak usia 5 tahun. Dalam terjadinya ECC, salah satu
faktor yang berperan dalam proteksi dari terjadinya karies gigi adalah saliva yang di
dalamnya terkandung protein saliva seperti lysozyme yang berperan dalam mekanisme
proteksi rongga mulut dari bakteri Gram-positif. Pada beberapa penelitian, kadar
lysozyme saliva berhubungan dengan skor def-t. Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar
lysozyme saliva pada anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun serta berdasarkan
tingkat karies. Metode Penelitian: Penelitian merupakan potong lintang analitik secara
laboratorik. Subjek penelitian adalah 14 anak ECC dan 14 anak bebas karies usia 3-5
tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel whole saliva tanpa stimulasi
dikumpulkan dari subjek penelitian kemudian dilakukan pengukuran kadar lysozyme
dengan uji ELISA teknik sandwich. Hasil: Kadar lysozyme saliva pada anak ECC lebih
tinggi daripada kelompok anak bebas karies serta kadar lysozyme saliva pada anak
dengan tingkat karies tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak dengan
tingkat karies rendah, secara statistik dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna
antara kadar lysozyme saliva anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun (p < 0,05).
Kesimpulan: Kadar lysozyme saliva lebih tinggi pada anak ECC dibandingkan dengan
bebas karies usia 3-5 tahun dan peningkatan kadar lysozyme saliva terjadi pada anak
dengan tingkat karies tinggi.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is one of common chronic multifactorial
diseases affecting preschool children. Previous study showed 65% of children aged 3-5
years experience ECC and a research in Jakarta in 2016 showed def-t index of children
aged 5 years was 7.5. According to research in Bandung in 2017 showed def-t index
was 7.04. Based on Basic Health Research in Indonesia (RISKESDAS) in 2018, 81.5%
of children experienced caries with def-t index 6.2 in children aged 3-4 years and 8.1 in
children aged 5 years. In the occurrence of ECC, one of the factors that play role in the
protection of dental caries is saliva, which contains salivary protein such as lysozyme
that play a role in the mechanism of protecting oral cavity from Gram-positive bacteria.
In several studies, salivary lysozyme levels were associated with def-t score. Objective:
To analyze differences in salivary lysozyme levels in ECC and caries-free children aged
3-5 years and based on caries levels. Methods: This study is a laboratory analytical
cross-sectional study. Subjects were 14 ECC children and 14 caries-free children aged
3-5 years that in line with the inclusion criteria. Unstimulated whole saliva were
collected from subjects. Salivary lysozyme levels were measured by ELISA sandwich
method. Results: Salivary lysozyme levels in ECC children was higher than in cariesfree
and salivary lysozyme levels in children with high caries level higher than in
children with low caries level, it was statistically stated that there was a significant
differences between the levels of lysozyme in children with ECC and caries-free
children aged 3-5 years (p < 0.05). Conclusion: Salivary lysozyme levels were higher in
ECC children compared to caries-free children aged 3-5 years and increased levels of
salivary lysozyme occurred in children with high caries level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Greta Putri Arini
"Karies gigi adalah salah satu penyakit menular kronis yang paling
umum pada anak-anak usia prasekolah. Bentuk agresif karies gigi pada gigi sulung anak
di bawah, sampai dengan usia 71 bulan disebut dengan Early Childhood Caries (ECC).
Indonesia melaporkan prevalensi dan keparahan ECC yang tinggi hingga mencapai angka
90%. DKI Jakarta memiliki prevalensi sebesar 81,2%. Faktor risiko utama ECC yaitu
host (gigi dan saliva), mikroorganisme kariogenik, dan karbohidrat (substrat).
Mikroorganisme kariogenik yang berperan yaitu Streptococcus mutans. Penelitian di
Jakarta pada anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies, menunjukkan bahwa serotipe f
merupakan jenis yang paling banyak di temukan (85,5%), diikuti dengan serotipe c
(74,2%), serotipe e (22,6%) dan serotipe d (19,4%). Penelitian lainnya di Jakarta
menemukan bahwa kombinasi serotipe c dan f lebih tinggi pada anak yang memiliki
karies. Streptococcus mutans serotipe c dan f berperan dalam patogenesis karies gigi, hal
tersebut sesuai dengan tingginya tingkat karies gigi di Indonesia. Salah satu faktor host
yaitu saliva, merupakan cairan tubuh yang kompleks yang terdiri dari unsur-unsur
organik dan anorganik yang penting untuk kesehatan rongga mulut. Komposisi protein
saliva seperti Lactoferrin sangat penting karena memiliki kemampuan antibakteri serta
berperan dalam sistem imun bawaan dan adaptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis kadar Lactoferrin saliva antara anak Early Childhood Caries (ECC) dan
bebas karies pada usia 3-5 tahun. Metode penelitian: Desain penelitian ini adalah potong
lintang analitik secara laboratorik. Penelitian ini dilakukan pada 14 anak dengan ECC
dan 14 anak bebas karies. Saliva didapat dari seluruh subjek dan kadar LF diukur
menggunakan metode ELISA sandwich. Hasil: Analisis data menggunakan uji Mann
Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kadar Lactoferrin anak
ECC dan anak bebas karies dengan nilai p=0,006 (p<0,05). Kesimpulan: Kadar
Lactoferrin saliva anak Early Childhood Caries (ECC) lebih tinggi dari anak bebas karies
yang menunjukkan bahwa Lactoferrin dapat menjadi indikator peningkatan risiko Early
Childhood Caries (ECC).
Backgrounds: Dental caries is one of the most common chronic infectious diseases in
preschool children. The aggressive form of dental caries in the primary teeth of children
under and up to the age of 71 months is called Early Childhood Caries (ECC). Indonesia
reports a high prevalence and severity of ECC (90%). DKI Jakarta has a prevalence
81.2%. The main risk factors for ECC are hosts (teeth and saliva), cariogenic
microorganisms, and carbohydrates (substrates). The cariogenic microorganisms that
play a role are Streptococcus mutans. Research in Jakarta on children aged 3-5 years who
had caries, showed that serotype f was the most common type (85.5%), followed by
serotype c (74.2%), serotype e (22.6%) and serotype d (19.4%). Another study in Jakarta
found that the combination of serotypes c and f was higher in children with caries.
Streptococcus mutans serotypes c and f play a role in the pathogenesis of dental caries,
which is consistent with the high level of dental caries in Indonesia. One of host factor,
saliva, is a complex body fluid consist of organic and inorganic elements that are
important for oral health. Salivary protein such as Lactoferrin is very important because
it has antibacterial ability and plays an important role in innate and adaptive immune
system. The purpose of this study is to analyze Lactoferrin levels between Early
Childhood Caries (ECC) and caries-free children aged 3-5 years. Methods: The design
of this study is cross-sectional analytical laboratory. This study was conducted on 14
children with ECC and 14 caries-free children. Saliva were taken from all subjects and the
Lactoferrin levels were measured using ELISA sandwich method. Results: Data analysis
using the Mann Whitney U test showed that there were significant differences between
the levels of salivary Lactoferrin in children with ECC and caries-free children with pvalue
0,006 (p<0,05). Conclusion: Salivary Lactoferrin levels in Early Childhood
Caries (ECC) were higher than caries-free children which indicate that Lactoferrin can
be an indicator of an increased risk of Early Childhood Caries (ECC)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Assyifa Fauzia
"Latar belakang: Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang umum terjadi, termasuk pada anak-anak di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi karies gigi pada anak adalah pola pemberian makan, yaitu ASI dan PASI.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola pemberian makan dengan Early Childhood Caries ECC pada anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama.
Metode: Desain cross-sectional secara analitik observasional. Metode pengambilan sampel adalah dengan convenience sampling. Data pola pemberian makan dan perilaku membersihkan gigi diambil melalui wawancara dengan ibu subjek oleh pewawancara yang telah dikalibrasi. Pemeriksaan karies gigi anak dengan menggunakan indeks defs dan pemeriksaan indeks plak dilakukan oleh dua orang dokter gigi yang telah dikalibrasi.
Hasil: Prevalensi karies gigi sulung pada 165 anak adalah sebesar 83. Terdapat perbedaan bermakna antara pemberian kolostrum p=0,017, ASI eksklusif p=0,028, frekuensi ASI p=0,001, dan lama kontak gigi dengan ASI p=0,049 terhadap skor karies gigi sulung anterior. Tidak ada variabel ASI yang menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung posterior p ge;0,05. Usia awal diberikannya PASI menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,001; p=0,041. Terdapat perbedaan bermakna antara jenis makanan atau minuman setelah gigi erupsi p=0,020 dan frekuensi susu formula p=0,005 dengan karies gigi sulung anterior. Frekuensi MP-ASI tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,963; p=0,591.
Kesimpulan: Pola pemberian makan anak yang meningkatkan skor karies gigi sulung anterior maupun posterior adalah usia awal diberikannya PASI, yaitu sebelum usia 6 bulan.

Background: Caries is one of the most common oral problems, including in children in Indonesia. One of the factors that influence the occurrence of caries is child's feeding methods, like breastfeeding and complementary feeding.
Aim: To obtain information about the relationship between child's feeding method and early childhood caries in children aged 3 5 years old.
Method: Analytic observational with cross sectional design. The sampling method is convenience sampling. The data of child's feeding method and oral hygiene behavior was obtained through interviewing the mother. Caries examination was done using defs assessment.
Result: The prevalence of ECC in 165 children is 83. There are significant differences between colostrum p 0,017, exclusive breastfeeding p 0,028, breastfeeding frequency p 0,001, and length of contact time between teeth and breastfeeding milk p 0,049 with anterior primary teeth caries. None of the breastfeeding methods has significant difference with posterior primary teeth caries p ge 0,05. Age of initiation of complementary feeding has a significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,001 p 0,041. There are significant differences between the type of complementary food after first tooth eruption p 0,020 and frequency of infant formula p 0,005 with anterior primary teeth caries. Frequency of complementary feeding has no significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,963 p 0,591.
Conclusion: Child's feeding method which increases early childhood caries'score in both anterior and posterior teeth is the age of initiation of complementary feeding, which is before six months old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moon Ju Yon
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak. Saliva berkaitan penting dengan patogenesis ECC dan protein saliva kemungkinan mempunyai kaitan dengan kejadian ECC. Tujuan: Menganalisis level protein saliva yang diisolasi dari anak dengan ECC Metode: sampel saliva yang terstimulasi dan tidak terstimulasi diambil dari anak ECC. Konsentrasi protein saliva ditetapkan dengan metoda Bradford assay. Hasil: tidak terdapat perbedaan konsentrasi protein saliva tersimulasi dan tidak terstimulasi pada anak dengan ECC (two tail test, p≤0.05).

Background: Early Childhood Caries ( ECC ) is one of the common health problems in children. Saliva has connection with the occurence of ECC and salivary proteins is probably related to the occurrence. Objective: to Analyze the level of proteins isolated from stimulated and unstimulated saliva taken from children with ECC. Methods: stimulated an unstimulated saliva samples were taken from children, age 3-5 years old, with ECC. Salivary protein levels were determained using Bradford Assay. Results: there is no consentration difference between protein consentration in stimulated and unstimulated saliva in children with ECC ( two- tail test, p≤0.05)"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyaningrum Dwihadiputro
"ABSTRAK
Perilaku hidup sehat gigi dan mulut akan berdampak pada status kesehatan gigi dan
mulut seseorang berupa ada atau tidak . Peran ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut anak ataupun mendidik anak dalam kesehatan gigi sangat tergantung kepada
perilaku ibu. Anak usia 4-5 tahun termasuk kelompok risiko karies yang tinggi, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku kesehatan gigi dan
mulut ibu terhadap status karies ibu dan anak. Tujuan penelitian ini adalah
membuktikan adanya hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut ibu,
beserta data status kesehatan karies ibu dan anak. Subjek pada penelitian iniadalah 61
ibu dan anaknya berusia 4-5 tahun yang bersekolah di TK Cempaka Kelurahan
Gondangdia Jakarta Pusat, TK YWPM Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat, TK
Mutiara Indonesia Bekasi. Metode penelitian ini menggunakan rancangan
observasional potong lintang. Di dalam rancangan ini dilakukan pemeriksaan perihal
perilaku kesehatan gigi dan mulut pada ibu, status karies ibu dan anak berdasarkan
indeks DMF-T, def-t dan pemeriksaan derajat keasaman (pH) plak. Pemeriksaan
terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut ibu menggunakan kuesioner HU-DBI.
Pada penelitian ini didapatkan indeks karies ibu dan anak yang tinggi. Hasiluji Mann-
Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara karies gigi ibudan anaknya,
namun tidak ada perbedaan status karies anak antara ibu rumah tangga dan ibu yang
bekerja. Dari uji binomial diketahui bahwa perilaku ibu dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya adalahbaik. Hasil uji Spearman diketahui bahwa terdapat
hubungan yang sangat lemah dan tidak bermakna antara perilaku kesehatan gigi dan
mulut ibu terhadap status karies ibu dan anak, serta hubungan berdasarkan pekerjaan
ibu terhadap indeks karies ibu dan anak. Perilaku kesehatan gigi dan mulut ibu yang
baik masih menjadir isiko terjadinya karies ibu, namun dapat menjadi factor protektif
dalam risiko kejadian karies anaknya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku
kesehatan gigi dan mulut ibu memiliki hubungan yang sangat lemah dan tidak
bermakna dengan status karies ibu dan anak, namun perilaku ibu dapat menjadi factor
protektif dari terjadinya risiko karies gigi anaknya.

ABSTRACT
Oral health behavior will have an impact on oral health status of a person in the form
of the presence or absence of diseases in the mouth. Mothers’ role in maintaining oral
health in children or educate children dental health is dependent upon the mothers’
behavior.Children aged 4-5 years is include in a high caries risk group, it is necessary
to conduct a study to determine the relationship of oral health to the mother caries
status of mothers and children.The purpose of this study is to prove the existence of a
relationship mothers’ oral health behavior, along with the data caries status of
maternal and their children’s health. Subjects in this study were 61 mothers and their
children aged 4-5 years who attended TK CempakaGondangdia village in Central
Jakarta, TK YWPM Tanah Tinggi village in Jakarta Pusat, TK Mutiara Indonesia
Bekasi. Method of this study uses cross-sectional observational design. The
examination concerning mothers’ oral health behavior, the mother and child caries
status based on DMF-T, def-t index, and the examination of the degree of acidity
(pH) plaque. Examination of mothers’ oral health behavior using HU-DBI
questionnaire.In this study obtained caries index on mothers and children is high.
Mann-Whitney test results show that there is a difference of dental caries between
mothers and their children, but there was no difference in caries status of children
with housewives and working mothers. From the binomial test is known that
mothers’ oral health behavior in maintaining healthy teeth and mouth counted as
good.Spearman's test result is known that there is a very weak and no significant
correlation between mothers’ oral health behavior with caries status of mothers and
children, and relationships based on mothers’ employment and child caries index.
Good oral health behavior of mothers is still a risk on mothers’ dental caries, but can
be a protective factor in the incidence of caries risk in their children.The conclusion
of this study is mothers’ oral health behavior has a very weak and no significant
correlation with caries status of mother and children, but mothers’ oral health
behavior may be a protective factor of occurrence of dental caries risk in children."
2013
T35000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamya
"

ABSTRAK

Kualitas sumber daya manusia di suatu negara dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakatnya. Hal ini meliputi kesehatan tubuh secara menyeluruh ataupun kesehatan gigi dan mulut secara khusus. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut di negara berkembang termasuk Indonesia tergolong masih sangat rendah. Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya dibidang kesehatan gigi dan mulut  adalah karies gigi.Salah satu tujuan oral health2020 yang telah disepakati World Health Organization (WHO), Federation Dentaire Internationale(FDI) dan International Association for Dental Research(IADR) untuk penyakit gigi di Indonesia adalah mengurangi komponendecaypada usia 12 tahun. Namun, pada survey nasional Riskesdas tahun 2007 sampai dengan tahun 2018 jumlah penderita karies terus mengalami peningkatan, oleh karena itu pada penelitian kali ini difokuskan untuk melihat hubungan antara konsumsi kariogenik dan menyikat gigi terhadap pengalaman karies gigi tetap pada kelompok usia 12 tahun karena pada usia ini hampir seluruh gigi tetap telah erupsi, kecuali gigi geraham dua dan tiga. Metode:Penelitian cross-sectional pada 540 anak berusia 12 tahun melalui pemeriksaan klinis dan wawancara yang didapatkan dari data Riskesdas 2018. Hasil: Prevalensi karies gigi untuk anak usia 12 tahun adalah 65,1%. Karies memiliki perbedaan bermakna yang siginfikan (p<0,05) dengan self reported of oral health, sosial ekonomi, dan domisili. Namun, tidak memiliki perbedaan bermakna secara signifikan (p>0,05) dengan konsumsi makanan kariogenik dan menyikat gigi. Kesimpulan:tidak ada hubungan antara anak yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik dan memiliki frekuensi menyikat gigi yang baik dengan jumlah karies gigi.


ABSTRACT


The quality of human resources in a country can be assessed from the degree of public health includes bodily health in general as well as oral health specifically. Awareness of the importance of maintaining oral health in developing countries, including Indonesia, is still very low. The biggest oral health problem in Indonesia as well as in other developing countries is dental caries. One of the 2020 oral health goals that has been approved by the World Health Organization (WHO), the Federation of Dentaire Internationale (FDI) and the International Association for Dental Research (IADR) for dental disease in Indonesia is to reduce the tooth decay component of 12 year-old children. However, based on the Riskesdas data from 2007 to 2018, the number of caries experiences continued to increase, therefore this study aims to determinethe relationship between cariogenic consumption and tooth brushing behavior on dental caries experience in the 12-year age group because at this age almost all permanent teeth had erupted, except for two and three molars. Methods:A cross-sectional study of 540 children aged 12 years old through clinical examinations and interviews using Riskesdas 2018 data. Results: The prevalence of dental caries in children aged 12 years was 65.1%. There was a statistically significant difference (p <0.05) between dental caries and self reported of oral health, socioeconomic, and domicile, but there was no significant difference (p>0,05) between dental caries and cariogenic food consumption and tooth brushing. Conclusion:there is no correlation between children who have the habit of consuming cariogenic food and have a good frequency of tooth brushing with the number of dental caries.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>