Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139378 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Melati Suciyanie
"Latar Belakang: Identifikasi manusia yang hidup dan mati sangat penting dalam odontologi forensik. Beberapa prosedur untuk estimasi usia dewasa saat kematian yang banyak digunakan adalah metode morfohistologis, yaitu Tooth Cementum Annulation (TCA) dan Root Dentin Translucency (RDT). Namun, masih sedikit penelitian yang membandingkan kedua metode tersebut dan akurasinya dalam memperkirakan usia dewasa saat kematian. Tujuan: Untuk menguji dan membandingkan akurasi antara metode TCA dan RDT. Metode: Pencarian data dilakukan melalui lima database elektronik: Pubmed, SCOPUS, EBSCO, ScienceDirect, dan Wiley, dengan mengikuti pedoman dari Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Dari total 1178 studi, 28 studi diikutsertakan untuk analisis kualitatif dan 23 studi untuk meta-analisis. Metode RDT menghasilkan metode yang lebih akurat untuk memperkirakan usia kematian orang dewasa (WMD=1,96 tahun; 95% CI: -0,88, 4,79) pada seluruh populasi. Metode RDT memberikan akurasi yang lebih baik pada dewasa tua (WMD=1,74 tahun; 95% CI: -2,33, 5,82). Namun, pada kelompok usia dewasa muda dan menengah, akurasi lebih baik pada metode TCA. Perempuan memberikan akurasi yang lebih baik daripada laki-laki pada metode TCA. Kedua metode memberikan korelasi yang cukup kuat terhadap usia kronologis, tetapi metode TCA sedikit lebih reliabel dan berkorelasi lebih kuat dengan usia kronologis. Kesimpulan: Metode RDT lebih akurat dibandingkan dengan metode TCA pada seluruh populasi. Direkomendasikan untuk menggunakan metode TCA untuk dewasa muda dan menengah (15-44 tahun) serta metode RDT untuk dewasa tua (≥45 tahun).

Background: Identification of the living and the dead is essential in routine forensic dental examinations. Several procedures for age-at-death estimation in adults have been introduced, including Tooth Cementum Annulation (TCA) and Root Dentin Translucency (RDT) methods that are frequently used. There are still few studies that compared both methods and their accuracy in estimating adult age at death. Aim: This study aims to test and compare the accuracy between the TCA and RDT methods. Methods: Data searches were carried out through five electronic databases: Pubmed, Scopus, Ebsco, ScienceDirect, and Wiley, following the guidelines of Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Results: Out of the total 1178 literature, 28 studies were recruited for qualitative analysis and 23 studies for meta-analysis. RDT produces a more accurate method to estimate age at death for adults (WMD=1.96 years; 95% CI: -0.88, 4.79) in the entire population. The RDT method gave better accuracy in older adults (WMD=1.74 years; 95% CI: -2.33, 5.82). However, in younger adults, the accuracy is better with the TCA method. Furthermore, females give a superior accuracy than males in the TCA age estimation. Both methods give a strong enough correlation to chronological age, but TCA method is slightly more reliable and correlated stronger with chronological age at death. Conclusion: The RDT age estimation is more accurate than the TCA method in the entire population. It is recommended to use the TCA method for younger adults (15-44 years) and the RDT method for the older ones (≥45 years)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angel Natania Hidayat
"Latar belakang: Destruksi yang parah pada individu dalam bencana membuat identifikasi dan pemeriksaan sulit. Estimasi usia dental adalah salah satu cara untuk identifikasi individual. Estimasi usia pada orang dewasa cukup sulit karena proses penuaan yang terkait usia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Metode Kvaal dan Cameriere adalah metode radiografi pemeriksaan pulpa untuk estimasi usia dewasa. Tujuan: Mengetahui penelitian terbaru terkait metode Kvaal dan Cameriere serta penilaian akurasi untuk kedua metode. Metode: Pencarian dilakukan melalui database seperti Scielo, PubMed, EBSCO, Scopus, Science direct, dan Wiley Online Library. Pencarian menggunakan panduan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis (PRISMA). Hasil: Pencarian menghasilkan 1190 studi dimana 39 studi memenuhi kriteria untuk diinklusikan. Studi dari 12 populasi dengan 7510 sampel individu ditemukan. Underestimasi ditemukan dengan metode Kvaal (-2.95 tahun, 95% CI) dan overestimasi ditemukan dengan metode Cameriere (0.89 tahun, 95% CI) pada metaanalisis ini. Metode Cameriere menghasilkan beda rerata dan kesalahan standar estimasi yang lebih rendah dibandingkan metode Kvaal. Kesimpulan: Metode Kvaal dan Cameriere dapat digunakan sebagai metode pendukung untuk estimasi usia dewasa melalui formula spesifik populasi. Metode Cameriere menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan metode Kvaal.

Background: Significant destruction of human remains in disasters lead to a challenging examination and identification. Dental age estimation is one of the ways to identify individuals. Age estimation in adults has been a challenge as the changes related to the aging process are affected by numerous factors. Kvaal and Cameriere method are the pulp assessment radiological method to estimate adult age. Aim: To summarize the recent research using Kvaal and Cameriere method as pulp assessment methods and to assess the accuracy of the Kvaal and Cameriere method. Method: Searches were conducted through databases including Scielo, PubMed, EBSCO, Scopus, Science direct, and Wiley Online Library. The searches were performed using the guidelines of Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis (PRISMA). Results: The search resulted in 1190 studies in which 39 studies were eligible to be included in the studies. Research from 12 populations were found with a total of 7510 individual samples. Underestimation was found using the Kvaal method (-2.95 years, 95% CI) and overestimation was found using Cameriere method (0.89 years, 95% CI) in this meta-analysis. The Cameriere method
presented lower mean difference and Standard Error of Estimation (S.E.E) compared to the
Kvaal method. Conclusion: The Cameriere method and Kvaal method as pulp assessment
radiological methods can be used as an adjunctive method to estimate adult age through population specific equation. Cameriere method showed better result in this study
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Ninditya
"[Latar Belakang: Di Amerika Serikat, terdapat 16.000 kematian setiap tahunnya
karena trauma pada dada, berkontribusi pada 75% kematian akibat trauma. Di
RSCM Jakarta, tercatat setidaknya ada 1200 mayat yang masuk dengan hanya
33,3% mayat diautopsi sehingga dapat diketahui kerusakan organ dalamnya.
Pemanfaatan epidemiologi forensik untuk menentukan hubungan kemaknaan
antara temuan luka luar dengan kerusakan organ dalamnya dapat menunjang opini
ahli dokter forensik pada kasus yang tidak diautopsi.
Metode: Subjek penelitian ini adalah 128 mayat yang diautopsi di Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI/RSCM Jakarta Tahun 2010-
2013, dengan temuan luka luar akibat kekerasan tajam pada dada dan punggung.
Dari rekam medis korban yang sesuai dengan kriteria inklusi kriteria dan eksklusi
diinput ke dalam program SPSS, dan selanjutnya dianalisis hubungan antara
kedua variabel.
Hasil: Berdasarkan Uji Chi Square ataupun Uji Fischer, ditemukan hubungan
bermakna (p<0,05) antara (i) luka tusuk dada kanan dengan iga kanan, paru
kanan, dan hati; (ii) luka tusuk dada kiri dengan iga kanan, iga kiri, jantung, paru
kanan, dan paru kiri; (iii) luka tusuk dada tengah dengan sternum; (iv) luka tusuk
punggung kanan dengan iga kanan, jantung, dan paru kanan; (v) luka tusuk
punggung kiri dengan kerusakan iga kanan, jantung, paru kanan, paru kiri, hati,
dan ginjal kiri; serta (vi) luka bacok dada kiri dengan paru kiri.
Pembahasan: Terdapat variasi kemaknaan pada setiap hubungan antara kedua
variabel. Hal ini terutama dipengaruhi oleh hubungan secara letak anatomi, yang
selanjutnya dipengaruhi oleh jenis luka, alat tajam yang digunakan dalam
kekerasan tersebut beserta arah penetrasinya, besar gaya untuk menentukan
sedalam apa luka yang dihasilkan, dan densitas jaringan organ dalam.;Introduction: In the United States, there are 16,000 deaths each year from chest
injury, giving 75% death caused by trauma. At Cipto Mangunkusumo Hospital
Jakarta, there are at least 1,200 corpses registered with only 33.3% of the corpse?s
visceral organ injury could be discovered. Utilization of forensic epidemiology to
determine the relation between findings of external injuries and damages to
visceral organ could support the opinion of the expert forensic doctor in a case of
non-autopsy.
Method: The subjects of this research are 128 corpses, which were autopsied
from 2010 until 2013 in the Forensic Medicine and Medicolegal Department of
FKUI/RSCM Jakarta, exclusively corpses with sharp force trauma in the chest
and the back area. The medical records of these corpses, which met the inclusion
and exclusion criteria were inputted to SPSS program and analyzed the
relationship between them.
Result: Based on both Chi Square Test and Fischer Test, significant results
(p<0,05) were found between (i) sharp force injury on the right chest area with
damages in the right rib, right lung, and liver; (ii) sharp force injury of the left
chest area with damages in the right rib, left rib, heart, right lung, and left lung;
(iii) sharp force injury of the middle chest area with damages in the sternum; (iv)
sharp force injury of the right chest area with damages in the right rib, heart and
right lung; (v) sharp force injury of left chest area with damages in the right rib,
heart, right lung, left lung, liver, and left kidney; and (vi) gash wound on the left
chest area with damages in the left lung.
Discussion: There is variation of significance on every relationship between those
two variables. It is mainly caused by the anatomical reason, then followed by the
type of injury, weapon used with its penetrating direction, amount of force to
determine how deep the injury is, and tissue density of the visceral organs, Introduction: In the United States, there are 16,000 deaths each year from chest
injury, giving 75% death caused by trauma. At Cipto Mangunkusumo Hospital
Jakarta, there are at least 1,200 corpses registered with only 33.3% of the corpse’s
visceral organ injury could be discovered. Utilization of forensic epidemiology to
determine the relation between findings of external injuries and damages to
visceral organ could support the opinion of the expert forensic doctor in a case of
non-autopsy.
Method: The subjects of this research are 128 corpses, which were autopsied
from 2010 until 2013 in the Forensic Medicine and Medicolegal Department of
FKUI/RSCM Jakarta, exclusively corpses with sharp force trauma in the chest
and the back area. The medical records of these corpses, which met the inclusion
and exclusion criteria were inputted to SPSS program and analyzed the
relationship between them.
Result: Based on both Chi Square Test and Fischer Test, significant results
(p<0,05) were found between (i) sharp force injury on the right chest area with
damages in the right rib, right lung, and liver; (ii) sharp force injury of the left
chest area with damages in the right rib, left rib, heart, right lung, and left lung;
(iii) sharp force injury of the middle chest area with damages in the sternum; (iv)
sharp force injury of the right chest area with damages in the right rib, heart and
right lung; (v) sharp force injury of left chest area with damages in the right rib,
heart, right lung, left lung, liver, and left kidney; and (vi) gash wound on the left
chest area with damages in the left lung.
Discussion: There is variation of significance on every relationship between those
two variables. It is mainly caused by the anatomical reason, then followed by the
type of injury, weapon used with its penetrating direction, amount of force to
determine how deep the injury is, and tissue density of the visceral organs]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamid Redi
"Penelitian ini mengkaji satu kasus ujaran oleh HA dan FM terhadap LBP pada tahun 2021 yang berpotensi dikategorikan sebagai ujaran penghinaan dan pencemaran nama baik. HA dan FM dianggap memberikan pernyataan yang memuat ujaran penghinaan dan pencemaran nama baik oleh LBP. Dalam penelitian ini disajikan analisis berdasarkan kajian wacana, pragmatik, dan semantik dengan metode deskriptif kualitatif. Peneliti juga menghubungkan hasil analisis dengan perundang-undangan yang dijeratkan kepada HA dan FM. Penelitian ini menggunakan sumber data berupa video yang diambil dari YouTube menggunakan teknik studi dokumentasi. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pernyataan HA dan FM pada kalimat jadi, Luhut bisa dibilang bermain di dalam pertambangan-pertambangan yang terjadi di Papua hari ini dan jadi penjahat juga kita serta pada kata The Lord tidak dapat dikategorikan sebagai ujaran penghinaan dan pencemaran nama baik berdasarkan kajian linguistik forensik yang didukung oleh analisis wacana, pragmatik, dan semantik dan analisis atas Pasal 310 ayat (1) KUHP yang tidak memenuhi semua unsur. Analisis yang diterapkan dalam penelitian ini, yang mengarah pada analisis wacana, pragmatik, dan semantik, dapat menjadi model dalam pengkajian kasus ujaran kebencian di pengadilan.
This research examines one case of speech by HA and FM’s towards LBP in 2021 which has the potential to be categorized as speech humiliation and defamatory. HA and FM are considered to have provided statements containing humiliation and defamatory speech by LBP. In this research, analysis is presented based on discourse, pragmatics and semantic studies using qualitative descriptive methods. Researchers also linked the results of the analysis to the legislation that was imposed on HA and FM. This research uses data sources in the form of videos taken from YouTube using documentation study techniques. The results of this research show that HA and FM's statements in the sentence jadi, Luhut bisa dibilang bermain di dalam pertambangan-pertambangan yang terjadi di Papua hari ini and jadi penjahat juga kita and the words The Lord cannot be categorized as speech humiliation and defamation based on forensic linguistic studies supported by discourse analysis, pragmatics and semantics and analysis of Pasal 310 ayat (1) KUHP which does not meet all the elements. The analysis applied in this research, which leads to discourse analysis, pragmatics and semantics, can be a model in studying hate speech cases in court."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mindya Yuniastuti
"Latar Belakang
Penentuan usia seseorang memegang peranan penting dalam kedokteran forensik, tidak hanya untuk identifikasi tubuh, tetapi erat pula kaitannya dengan tindak kejahatan dan kecelakaan (1). Akibat dari tindak kejahatan dan kecelakaan ini, tidak jarang ditemukan kerangka manusia atau korban yang sulit diidentifikasi. Banyak prosedur dapat ditempuh dalam menentukan usia seseorang antara lain dari penutupan sutura tengkorak, penyatuan epifisis, dan diafisis tulang panjang, permukaan simfisis pubis serta dari gigi geligi seseorang (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11).
Penentuan usia didasarkan pada gigi geligi seseorang menjadi sangat penting artinya terutama jika bahan lain yang diperlukan untuk identifikasi telah rusak, misalnya pada kasus kebakaran, kecelakaan pesawat terbang, atau telah terjadi proses pembusukan tubuh seseorang (7, 12). Pada keadaan tersebut biasanya gigi geligi merupakan jaringan satu-satunya yang relatif masih utuh (7,8,9), sehingga struktur maupun morfologinya tidak berbeda dengan orang hidup. Hal ini dapat terjadi karena gigi geligi dilapisi oleh email, yang merupakan jaringan tubuh yang paling keras (13,14,15). Oleh karena itu, perkiraan usia dan gigi geligi dapat merupakan sumbangan informasi yang amat berguna dalam hal penentuan usia tersebut, sehingga akan lebih memudahkan para ahli forensik melakukan identifikasi usia secara tepat (16).
Untuk menentukan atau memperkirakan usia didasarkan pada gigi geligi , ternyata gambaran radiografis memegang peranan penting (15,17, 18,19). Dengan foto radiografis dapat diketahui antara lain gambaran pertumbuhan gigi, urutan erupsi dan kalsifikasi gigi, yang semuanya berguna selain di bidang kedokteran gigi forensik, juga antropologi dan arkeologi, dalam kaitannya dengan identifikasi usia. Di bidang arkeologi ini biasanya gambaran radiografis digunakan untuk perkiraan usia pada penemuan sejumlah besar rangka, meskipun hal ini umumnya jarang digunakan untuk dasar pemeriksaan rutin (16). Selain itu, dengan foto radiografis identifikasi dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tepat (18,19). Dan berbagai jenis foto radiografis, yang banyak digunakan adalah foto panoramik, karena dengan foto tersebut akan diperoleh seluruh gambaran gigi sulung maupun gigi tetap pada rahang atas dan bawah dengan jelas.
Beberapa penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan gambaran radiografis pertumbuhan gigi telah dilakukan, namun penelitian gigi molar 3 rahang bawah masih langka. Beberapa kemungkinan langkanya penelitian ini disebabkan karena waktu erupsi gigi molar 3 sangat bervariasi dibandingkan dengan gigi lainnya (20,21). Penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan pertumbuhan gigi molar 3 rahang bawah saja, akan mendapatkan kisaran usia yang pendek yaitu antara 14 - 20 tahun, sehingga hubungannya dengan identifikasi usia sangat terbatas.
Pembentukan akar gigi molar 2 rahang bawah sudah dimulai pada usia antara 7-8 tahun (22,23). Oleh karena itu gabungan penelitian tentang pembentukan akar gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah akan mempunyai kisaran usia yang lebih lebar, sehingga penggunaannya untuk identifikasi usia seseorang lebih luas.
Pada saat ini di Indonesia belum banyak acuan untuk memperkirakan usia dari gambaran radiografis gigi geligi. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana mendapatkan data dasar untuk pedoman memperkirakan usia berdasarkan gambaran radiografis gigi geligi. Sehubungan dengan hal itu, dilakukan penelitian perkiraan usia dari gambaran panoramik radiografis dengan metode pengukuran panjang dan stadium pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah. Dengan mengukur panjang gigi dan mengetahui stadium pertumbuhan gigi tersebut di atas, dapat diketahui perkiraan usia seseorang. Penelitian ini dilakukan bertitik tolak dari landasan pemikiran bahwa :
Gambaran radiografis merupakan cara yang tepat untuk mengetahui pertumbuhan gigi (1,16,17,21,24). Dengan membuat foto panoramik radiografis bisa diperoleh gambaran gigi geligi pada seluruh rahang. Selain itu prosedur pembuatannya cepat dan murah.
Gambaran radiografis gigi molar rahang bawah biasanya lebih jelas dibandingkan dengan gigi molar rahang alas . Hal ini disebabkan tidak adanya struktur lain di rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas. Karena itu dengan memilih pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah untuk perkiraan usia, diharapkan akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas, sehingga perkiraan usia diharapkan bisa lebih akurat."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benindra Nehemia Makes
"Latar belakang : Proses identifikasi selain merupakan hak asasi bagi korban bencana, juga penting untuk identifikasi individu yang masih hidup seperti kasus pemalsuan usia atlet, perebutan hak ahli waris, peradilan, dan perwalian anak, dimana kasus-kasus tersebut sering terjadi pada usia 9 sampai dengan 21 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah prakiraan usia 9 sampai dengan 21 tahun dapat ditentukan dari analisis radiografis ruang pulpa dengan metode TCI dan dapat dikaitkan dengan studi analisis histologis jumlah sel odontoblas dan sel fibroblas pada ruang pulpa daerah koronal.
Metode : Radiograf diambil dari 148 orang laki-laki dan perempuan dengan gigi premolar satu rahang bawah normal pada usia 9 sampai dengan 21 tahun yang datang ke Klinik Radiologi, Klinik Ortodonsia, dan Paviliun Khusus RSGMP FKG-UI. Tinggi mahkota (CH) dan tinggi ruang pulpa pada mahkota (CPCH) dihitung menggunakan analisis Tooth Coronal Indeks (TCI). Kemudian, dilakukan pencabutan gigi untuk selanjutnya dibuat sediaan histologi untuk menghitung jumlah sel odontoblas dan sel fibroblast.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara usia dengan hasil analisis TCI (p<0.05) dengan persamaan prediksi: Usia prediksi = 29,16 + (-0,4)TCI (r2 = 0,6407).
Kesimpulan : Metode TCI dapat diterapkan untuk prakiraan usia 9 - 21 tahun. Sedangkan analisis histologis jumlah sel odontoblas dan sel fibroblas di daerah koronal ruang pulpa dapat dikaitkan dengan usia.

Background : Age estimation for identification is not only limited for the deceased at some cases it can also be used to identify living individuals like a case of falsification age of the athlete, the struggle for the rights of heirs, justice, and child custody, where these cases are common in the age of 9 to 21 years. The study was conducted to determine whether the age estimation of 9 to 21 years can be determined from the analysis of pulp chambers radiographically by the method of TCI and can be associated with the study of histological analysis of odontoblas cell and fibroblasts cell number in the coronal pulp chamber.
Methodology : Dental radiograph sample of normal lower-first premolar was taken from 148 patients which age are 9 to 21 years old who had attended the Radiology clinic, Orthodontia clinic, and Paviliun Khusus of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. Coronal Height (CH) and Coronal Pulp Cavity Height (CPCH) measured by Tooth Coronal Indeks (TCI) analysis. Then, the extraction of teeth for subsequent histological preparations made to count the number of odontoblas cells and fibroblast cells.
Result : There was a significant difference between the age with the TCI analysis result (p<0.05) and obtain the prediction equation: Predicted age = 29,16 + (- 0,4)TCI (r2 = 0,6407).
Conclusion : TCI method can be applied to estimate the age of 9 to 21 years. While the histological analysis of odontoblas cell and fibroblasts cell numbers in the coronal pulp chamber can be associated with age."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30480
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Miracle
"Latar belakang: Metode estimasi usia dengan gambaran radiografi telah banyak dikembangkan. Metode Demirjian dan Willems merupakan metode yang paling sering digunakan. Perbandingan akurasi kedua metode ini apabila diaplikasikan pada populasi Asia belum diketahui.
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan akurasi antara metode Demirjian dan metode Willems dalam estimasi usia pada populasi Asia.
Metode: Pencarian literatur dengan menggunakan pedoman alur Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) pada tiga electronic database. Literatur harus memenuhi syarat kriteria inklusi berupa artikel harus berbahasa Inggris, diterbitkan dalam 5 tahun terakhir, tersedia dalam full - text, serta merupakan research article.
Hasil: Sebanyak 32 studi memenuhi kriteria inklusi pada tahapan sintesis kualitatif. Sintesis kuantitatif atau metaanalisis dilakukan pada 27 studi yang menggunakan metode Demirjian atau metode Willems dengan total sampel 25.316 anak (12.471 laki-laki, 12.426 perempuan). Perbedaan rerata gabungan untuk kedua metode ini pada interval kepercayaan 95% dinilai untuk mengidentifikasi keakuratan kedua metode dalam memprediksi usia kronologis. Hasil metaanalisis dengan menggunakan random effects model menunjukkan metode Demirjian secara konsisten menghasilkan overestimasi dan metode Willems menghasilkan underestimasi pada populasi Asia. Beda rerata gabungan untuk metode Demirjian yaitu 0,18 pada laki-laki dan 0,21 pada perempuan, sementara metode Willems yaitu 0,04 tahun pada laki-laki dan 0,13 tahun pada perempuan.
Kesimpulan: Metode Willems menghasilkan estimasi yang lebih akurat, baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan daripada metode Demirjian.

Background: For forensic purposes, radiographic age estimation is widely developed. The Demirjian method and the Willems method are the methods most frequently used. The comparison of the accuracy of these two methods when applied to Asian populations is unknown.
Aim: To analyze the accuracy between Demirjian method and Willems method in estimating age in Asian population.
Methods: The literature must meet the inclusion criteria requirements in the form of literature must be in English, published in the last 5 years, and done with Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines.
Results: 32 studies met met the criteria for qualitative synthesis. Quantitative synthesis or meta-analysis were done on 27 studies using the Demirjian method or the Willems method with a total sample of 25,316 children (12,471 males, 12,426 females). The weighted mean differences for both of these methods at 95% confidence intervals were assessed to identify the accuracy of each method in predicting the chronological age. The results of the meta-analysis using the random effects model show that Demirjian method consistently overestimate and the Willems method underestimate the age in Asian population. The weighted mean difference for the Demirjian method was 0.18 for males and 0.21 for females, while the Willems method was 0.04 years for males and 0.13 years for females.
Conclusion: More accurate estimates were found on Willems method compared to the Demirjian method for both sexes
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Pande Ariyani
"Latar belakang: Odontologi forensik telah banyak dikembangkan untuk mengidentifikasi korban bencana maupun korban kekerasan. Dengan odontologi forensik, tim Investigasi Korban Bencana (DVI) dapat menentukan jenis kelamin manusia. Terdapat beberapa metode untuk mengidentifikasi jenis kelamin, salah satunya dengan metode palatoscopy dan metode cheiloscopy yang sering digunakan. Namun, perbandingan akurasi kedua metode ini pada populasi Asia masih kontroversial.
Tujuan: mengetahui perbedaan akurasi antara metode palatoscopy dan cheiloscopy untuk identifikasi jenis kelamin pada populasi Asia.
Metode: Penelusuran literatur menggunakan pedoman alur Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) pada lima electronic database yaitu PubMed, Scopus, EBSCO, ScienceDirect, dan Wiley Online Library. Literatur harus memenuhi syarat kriteria inklusi berupa artikel harus berbahasa Inggris, diterbitkan dalam 5 tahun terakhir, tersedia dalam full-text, merupakan research article, serta menggunakan klasifikasi Thomas dan Kotze untuk penelitian palatoscopy dan klasifikasi Tsuchihashi dan Suzuki untuk penelitian cheiloscopy.
Hasil: Didapatkan 33 studi memenuhi kriteria inklusi pada tahapan sintesis kualitatif. Dari hasil analisis menggunakan random effects model, diperoleh metode cheiloscopy lebih dapat mengidentifikasi jenis kelamin pada populasi Asia.
Kesimpulan: Metode cheiloscopy dapat mengidentifikasi jenis kelamin secara lebih akurat daripada metode palatoscopy.

Background: Forensic odontology have been developed for victim identification. With forensic odontology, Disaster Victim Identification (DVI) team may determine human’s sex. There are a few methods for sex determination including human soft tissue methods. Human soft tissues such as palatoscopy method and cheiloscopy method can be utilized for sex determination. Nevertheless, the accuracy comparation of these methods in Asian population is still controversial. Aim: To compare the accuracy between palatoscopy method and cheiloscopy method for sex identification in Asian population.
Methods: The literature is searched using Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guideline on five electronic databases, such as PubMed, Scopus, EBSCO, ScienceDirect, and Wiley Online Library. The literature should have to require the inclusion criteria such as an English article, published in the last 5 years, available in full-text, a research article, using Thomas and Kotze’s classification for palatoscopy studies and using Tsuchihashi and Suzuki’s classification for cheiloscopy studies.
Results: 33 studies which qualify the inclusion criteria on qualitative synthesis phase. From the analyzes with random effects model, cheiloscopy method is significantly reliable for sex identification in Asia population.
Conclusion: Cheiloscopy method is more accurate for sex determination as compared to palatoscopy method.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duangto, Phuwadon
"Age estimation, using forensic odontology, is a crucial step for biological identification. Currently there are many methods available to predict the age of deceased or living persons, each with varying accuracy, such as a physical examination, radiographs of the left hand, and dental assessments. Age estimation, using radiographic tooth development, has been found to be a more accurate method because it is mainly genetically influenced and as such is less likely to be affected by nutritional and environmental factors. The Demirjian et al. method for dental age estimation, using radiological techniques, has long been the most common protocol used in many populations. This method, which is based on tooth developmental changes, is a straightforward process as different stages of tooth development are clearly defined. This article aims to elaborate on the Demirjian et al. method of age estimation using tooth development as a guide. / Phuwadon Duangto, Apirum Janhom, Sukon Prasitwattanaseree, Pasuk Mahakkanukrauh, Anak Iamaroon"
Chiang Mai: Chiang Mai University, Faculty of Medicine, Graduate Program in Forensic Osteology, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Situmeang, Unjur Marroha
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi metode audit PKKN oleh BPKP. Metode penelitian ini bersifat penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus di BPKP. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil wawancara kepada auditor BPKP yang pernah melaksanakan audit PKKN dan menjadi ahli di pengadilan. Data sekunder yang digunakan berupa salinan putusan pengadilan atas kasus tindak pidana korupsi yang telah inkcraht yang diunduh dari laman resmi Mahkamah Agung. Pelaksanaan audit PKKN oleh BPKP dievaluasi dengan fraud theory approach, konsep REAL Tree dan peraturan perundang-undangan. Pemberian keterangan ahli di pengadilan akan dievaluasi dengan daubert test. Hasil penelitian ini yaitu audit PKKN oleh BPKP tidak sesuai dengan fraud theory approach karena tidak membuat dan menguji hipotesis. Terdapat metode PKKN yang berbeda dengan konsep REAL Tree karena auditor BPKP menerapkan kriteria kerugian keuangan negara yang nyata dan pasti (actual loss) dan tidak memperhitungkan bunga efektif sebagai konsep time value of money. Pemberian keterangan ahli oleh auditor BPKP tidak sesuai dengan daubert test karena BPKP tidak mewajibkan monitoring dan evaluasi atas putusan pengadilan serta tidak melaksanakan peer review atas metode PKKN. Implikasi penelitian ini yaitu BPKP memitigasi risiko judgement biases dengan menerapkan frameworks atas professional judgement auditor, menyusun standar umum yang mengatur prinsipprinsip dasar dalam audit PKKN, melaksanakan program monitoring dan evaluasi atas putusan pengadilan secara periodik, dan melaksanakan peer review metode PKKN secara eksternal.

This research aimed to evaluate the PKKN audit method by the Finance and Development Supervisory Agency (BPKP). This research utilizes the qualitative method and uses BPKP as a case study. Primary data in this research is collected from BPKP's auditor who had performed a PKKN audit and was presented as an expert witness in court. Furthermore, verdict copies from Supreme Court (MA) for inkracht corruption infringement cases were used as secondary data. PKKN audit execution by BPKP is evaluated using the fraud theory approach, the REAL tree concept, and statutory regulations. Additionally, expert witness testimony in court is evaluated using the daubert test. This research found that PKKN audits by BPKP don't conform to the fraud theory approach due to the lack of hypothesis creation and evaluation. Some PKKN's methods differ from the REAL tree concept because the BPKP’s auditor uses certain and actual losses as criteria and doesn't calculate effective interest from the time value of money concept. Expert witness testimony in court by BPKP’s auditor also didn't conform to the daubert test because BPKP didn't mandate monitoring and evaluation for court verdict, nor well as didn't perform any peer review for the PKKN method. The implication of this research is that BPKP mitigates the risk of judgment bias by implementing frameworks for auditors' professional judgment, developing general standards that regulate the basic principles in PKKN audits, implementing periodic monitoring and evaluation programs for court decisions, and carrying out peer reviews of PKKN methods externally."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>