Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdullah Muqaddam
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi terbanyak keempat pada wanita di dunia, sehingga tatalaksana yang tepat dengan efek samping minimal sangat dibutuhkan. Salah satu tatalaksana yang sedang dikembangkan adalah terapi menggunakan herbal jahe (Zingiber officinale) yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan sitotoksik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antioksidan dan sitotoksik ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe.
Metode: Ekstrak jahe yang diujikan adalah ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe. Aktivitas antioksidan ekstrak jahe ditentukan menggunakan metode DPPH [2,2-di(4-tert-octylphenyl)-1-picrylhydrazyl], sedangkan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker serviks HeLa ditentukan dengan metode MTT (3-(4,5-dimetilthiazol-2-yl)-2,5 difenil tetrazolium bromida) assay.
Hasil: Ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH yang tergolong aktif. Minyak esensial jahe dengan nilai IC50 sebesar 51,33 µg/mL, memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada ekstrak air rebusan jahe dengan nilai IC50 sebesar 91,79 µg/mL. Aktivitas sitotoksik ekstrak air rebusan jahe (IC50=7,33 µg/mL) dan minyak esensial jahe (IC50=7,17 µg/mL) terhadap sel kanker serviks HeLa tergolong aktif dan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe memiliki potensi unutk dikembangkan lebih lanjut sebagai antioksidan dan agen antikanker untuk terapi pengobatan kanker serviks.

Introduction: Cervical cancer is cancer with the fourth most prevalence in women in the world, therefore the proper management with minimal side effects is needed. One of the treatments being developed is therapy using ginger (Zingiber officinale) which is known previously to have antioxidant and cytotoxic activity. This study aims to compare the antioxidant and cytotoxic activity of ginger boiled-water extract and ginger essential oil.
Method: The ginger extracts tested were ginger boiled-water extract and ginger essential oil. The antioxidant activity of ginger extracts was measured by the DPPH [2,2-di(4-tert-octylphenyl)-1-picrylhydrazyl] method, whereas cytotoxic activities of the extracts against HeLa cervical cancer cells were evaluated by the MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-2- yl)-2,5 diphenyl tetrazolium bromide) assay.
Result: Ginger boiled-water extract and ginger essential oil showed an active antioxidant activity against DPPH free radical. Ginger essential oil with an IC50 value of 51.33 g/mL, has a greater better antioxidant activity than ginger boiled-water extract with an IC50 value of 91.79 g/mL. Ginger boiled-water extract (IC50=7.33 g/mL) and ginger essential oil (IC50=7.17 g/mL) were classified to have an active cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells, and both of extracts did not show a statistically significant difference.
Conclusion: Ginger boiled-water extract and ginger essential oil both have are potential to be developed for as cervical cancer therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fona Qorina
"Kanker serviks adalah kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Akan tetapi, pengobatan yang ada masih memiliki keterbatasan yaitu banyak efek samping dan biaya yang mahal. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dalam terapi kanker serviks. Daun sirsak (Annona muricata) merupakan tumbuhan yang sudah lama diyakini berkhasiat dapat menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk kanker. Namun penelitian terkait aktivitas antioksidan dan efek sitotoksisitas daun sirsak yang berasal dari Indonesia terhadap kanker serviks belum banyak dilakukan. Studi ini merupakan penelitian eksperimental untuk menguji kandungan fitokimia dan jumlah senyawa ekstrak daun sirsak, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan efek sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa dengan MTT Assay. Berdasarkan hasil penelitian, daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, steroid, glikosida, alkaloid dan tanin. Hasil uji kromatografi lapis tipis menunjukkan ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana daun sirsak memiliki 3 komponen senyawa dengan nilai Rf 0,771, 0,857 dan 0,971. Ekstrak etanol daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50=35,51 ug/mL, sementara etil asetat >50 ug/mL. Daun sirsak memiliki efek sitotoksik yang aktif terhadap sel kanker serviks HeLa. Nilai IC50 ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana daun sirsak adalah 5,91, 7,56, dan 8,39 ug/mL. Oleh karena itu, dapat disimpulkan daun sirsak berpotensi dikembangkan menjadi antioksidan alami dan terapi kanker serviks.

Cervical cancer is the highest prevalance cancer in Indonesia. Unfortunately, treatment for cervical cancer still have serious side effects and very expensive. Therefore, it is necessary to develop innovation in cervical cancer treatment. Soursop (Annona muricata) has been used in folk medicine to treat various diseases, including cancer. However, studies about its antioxidant activity and cytotoxicity against cervical cancer are still limited. This is an experimental study to analyze phytochemistry and identified number of chemical compounds in soursop leaves. Its antioxidant activity was determined by DPPH method and cytotoxicity against cervical HeLa cells was evaluated by MTT Assay. The results showed that soursop leaves contain flavonoid, steroid, glycoside, alkaloid and tannin. Thin Layer Chromatography revealed that ethanol, ethyl acetate, and hexane extracts have 3 spots with Rf values 0.771, 0.857 and 0.971. Antioxidant IC50 value of ethanol extract was 35,51 ug/mL meanwhile for ethyl acetate was >50 ug/mL. Results from MTT Assays showed that all soursop leaves extracts had active cytotoxicity against cervical HeLa cells with IC50 value for ethanol, ethyl acetate, and hexane were 5.91, 7.56 and 8.39 ug/mL, respectively. To conclude, soursop leaves extracts are potential to be developed as natural antioxidant and therapy for cervical cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Ardelia Salsabila Djajasasmita
"Kanker serviks sebagai salah satu jenis kanker yang menempati posisi kedua paling banyak ditemukan pada wanita yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV). Pengobatan kanker serviks secara menyeluruh belum dapat menjangkau seluruh kalangan pasien dikarenakan biayanya yang mahal dan beberapa layanan kesehatan kurang memadai sehingga diperlukan adanya alternatif pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan aktivitas sitotoksik ekstrak Spirulina platensis terhadap sel kanker serviks HeLa. Spirulina platensis yang berupa serbuk kering dimaserasi menggunakan pelarut etanol, etil asetat, dan n-heksana secara berurut. Setiap ekstrak dievaluasi untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan aktivitas sitotoksiknya dengan metode uji DPPH dan MTT assay. Pada uji DPPH, didapatkan nilai IC50 pada ekstrak etil asetat dan etanol Spirulina platensis sebesar 18,863 μg/mL dan 15,169 μg/mL, yang berarti aktivitas antioksidan kedua ekstrak sangat aktif terhadap radikal bebas DPPH. Berdasarkan uji MTT assay, ketiga ekstrak Spirulina platensis (ekstrak etil asetat, ekstrak etanol, dan ekstrak n-heksana) memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50 secara berturut-turut adalah 16,615 μg/mL, 41,510 μg/mL, dan 85,455 μg/mL, sedangkan nilai IC50 kontrol positif doksorubisin terhadap sel HeLa adalah 7,209 μg/mL. Ekstrak Spirulina platensis menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dan aktivitas sitotoksik terhadap lini sel kanker serviks HeLa melalui uji DPPH dan MTT assay.

Cervical cancer is a type of cancer that occupies the second most common position in women is caused by infection with the human papillomavirus (HPV). Treatment of cervical cancer has not been able to reach all patients due to the high cost and some inadequate health services, so that alternative treatments are needed. This study aims to determine the antioxidant activity and cytotoxic activity of Spirulina platensis extract against HeLa cervical cancer cells. Spirulina platensis in the form of dry powder was macerated using ethanol, ethyl acetate, and n-hexane in succession. Each extract was evaluated to determine its antioxidant activity and cytotoxic activity by DPPH and MTT assay methods. In the DPPH test, the IC50 values ​​for the ethyl acetate and ethanol extract of Spirulina platensis were 18,863 g/mL and 15,169 g/mL, which means the antioxidant activity of both extracts was very active against DPPH free radicals. Based on the MTT assay, the three Spirulina platensis extracts (ethyl acetate extract, ethanol extract, and n-hexane extract) had cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells with IC50 values ​​of 16.615 g/mL, 41,510 g/mL, and 85,455 g/mL, while the IC50 value of doxorubicin as a positive control against HeLa cells was 7.209 g/mL. Spirulina platensis extract showed antioxidant and cytotoxic activity against the HeLa cervical cancer cell line through DPPH and MTT assay."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Auliya Firdausy
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kejadian yang tinggi pada wanita di Indonesia dan dunia. Tingginya angka mortalitas kanker serviks dapat terjadi akibat tatalaksana yang tidak efektif, sehingga pengembangan terapi alternatif kanker serviks sangat diperlukan. Mirabilis jalapa merupakan plasma nutfah Indonesia. Bagian bunga Mirabilis jalapa mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat diteliti lebih lanjut potensinya sebagai tanaman herbal antikanker. Tujuan: Mengetahui komposisi fitokimia, aktivitas antioksidan, dan sitotoksisitas ekstrak bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) terhadap sel kanker serviks HeLa. Metode: Penelitian dilakukan terhadap ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, serta ekstrak heksana yang didapatkan menggunakan teknik maserasi bagian bunga tanaman Mirabilis jalapa. Pengukuran komposisi fitokimia dilakukan dengan uji kualitatif, kromatografi lapis tipis, serta uji kadar total flavonoid. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Pengukuran sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT assay terhadap sel kanker serviks HeLa. Uji statistik dilakukan terhadap nilai IC50 ekstrak Mirabilis jalapa terhadap sel HeLa.
Hasil: Pada bagian bunga Mirabilis jalapa ditemukan adanya golongan senyawa flavonoid, tannin, glikosida, dan triterpenoid dalam ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat, serta juga golongan senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak etil asetat dan ekstrak heksana. Kadar total flavonoid dalam ekstrak etanol sebesar 111,97 μg/mL dan ekstrak etil asetat sebesar 55,42 μg/mL. Kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol termasuk dalam kelompok sangat aktif (nilai IC50 11,541 μg/mL), sedangkan kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etil asetat termasuk dalam kelompok aktif (nilai IC50 188,365 μg/mL). Sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa yang teramati dari ekstrak etanol memberikan efek sitotoksik kuat (nilai IC50 15,127 μg/mL), sedangkan dari ekstrak etil asetat serta ekstrak heksana memberikan efek sitotoksik moderat (IC50 ekstrak etil asetat 44,501 μg/mL, IC50 ekstrak heksana 56,425 μg/mL). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai IC50 ekstrak etanol berbeda signifikan dibandingkan dengan kedua ekstrak lainnya. Simpulan: Ekstrak Mirabilis jalapa menunjukkan aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa sehingga berpotensi sebagai tanaman.

Background: Cervical cancer is one type of cancer which has high prevalence in women in Indonesia and the world. High mortality of cervical cancer was deducted prior to ineffective treatment, thus the development of alternative therapy is needed. Mirabilis jalapa is an Indonesian biodiversity plant. The flower contains secondary metabolites which could be explored further for their potential as herbal medicinal plants. Aim: Discovering phytochemical composition, antioxidant activity and cytotoxicity of Mirabilis jalapa extract against HeLa cervical cancer cell line. Methods: Experiment was done towards ethanolic, etilacetat, and hexene extract using maceration extraction method on dried flower Mirabilis jalapa. Measurements were done to analyse phytochemical components using qualitative experiment and thin layer chromatography and also quantitative analysis. Antioxidant activity analysis was done using DPPH method and cytotoxicity against HeLa cervical cancer cell line was done using MTT assay. Statistical analysis was done to analyse IC50 score of Mirabilis jalapa extract to inhibit HeLa cell growth.
Result: The flower part of Mirabilis jalapa has various types of phytochemical compounds. The ethanolic extract and ethyl acetate extract has flavonoid, tannin, glycoside and triterpenoid, whereas steroid and triterpenoid compounds are observed in hexane and ethyl acetate extract. Total flavonoid content measured on ethanolic extract and ethyl acetate extract are 111,97 μg/mL and 55,42 μg/mL respectively. Antioxidant activity on ethanolic extract is considered highly active (IC50 11,541 μg/mL), whilst ethyl acetate extract shows active antioxidant activity (IC50 188,365 μg/mL). Cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cell line observed on ethanolic extract displays strong effect (IC50 15,127 μg/mL), whereas ethyl acetate extract and hexane extract shows moderate cytotoxic effect (IC50 ethyl acetate extract 44,501 μg/mL, IC50 hexane extract 56,425 μg/mL). Statistical analysis showed that ethanol extract of Mirabilis jalapa exhibit higher IC50 value which significantly different than other two type of extract Conclusion: Mirabilis jalapa extract obtained from the flower shows antioxidant activity and cytotoxicity against HeLa cervical cancer cell line, thus potential as an anticancer herbal medicinal plant
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadzila Anindya Tejaputri
"Terapi kanker serviks saat ini memiliki beragam efek samping dan memerlukan biaya yang mahal. Oleh karena itu, diperlukan alternatif terapi, seperti pengobatan herbal. Kandungan flavonoid dari aerial part R.brittoniana terbukti memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan, dan aktivitas sitotoksik bunga R.brittoniana terhadap sel kanker serviks HeLa. Bunga R. brittoniana diekstraksi secara bertahap dengan pelarut n-heksana, etanol, dan etil asetat. Hasil ekstrak dilakukan uji analisis fitokimia uji kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengevaluasi komponen senyawa organik dan seberapa banyak komponen senyawa dalam ekstrak tersebut. Aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH dan aktivitas sitotoksik ekstrak terhadap sel kanker serviks HeLa dievaluasi menggunakan metode MTT. Analisis fitokimia menunjukkan seluruh ekstrak memiliki kandungan tanin, glikosida, triterpenoid, alkaloid, dan flavonoid. Hasil uji KLT menunjukkan ekstrak n-heksana dan etil asetat memiliki 4 komponen senyawa, sementara ekstrak etanol memiliki 5 komponen senyawa. Hasil uji antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan etil asetat memiliki nilai IC50 >50 ppm. Hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki rata-rata nilai IC50 sebesar 116,55 ppm, ekstrak n-heksana sebesar 123,09 ppm, dan ekstrak etil asetat sebesar 54,23 ppm. Hasil uji statistik terhadap aktivitas sitotoksik seluruh ekstrak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan nilai IC50 antara ekstrak etill asetat dan n-heksana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan etil asetat bunga R. brittoniana memiliki potensi menjadi antioksidan. Selain itu, ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana bunga R. brittoniana terbukti memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa.

Cervical cancer therapy today has a variety of side effects and costs expensive. Therefore, herbal medicine as alternative therapy are needed. Flavonoids in aerial part Ruellia brittoniana has been shown to have anticancer and antioxidant activity. This study aims to analyze the phytochemicals, antioxidant activity, and cytotoxic activity of R. brittoniana flower against HeLa cervical cancer cells. R. brittoniana flower is extracted with ethanol, ethyl acetate, and n-hexane solvents. These three extracts are tested for phytochemical analysis and thin layer chromatography (TLC) to evaluate the components of organic compounds. Antioxidant activity of the extracts is measured by DPPH method while the cytotoxic activity is measured by MTT method. The phytochemical analysis result shows that all extracts contain tannins, glycosides, triterpenes, alkaloids, and flavonoids component. The result of the TLC test shows hexane and ethyl acetate extract has 4 components, while ethanol extract has 5 components. The antioxidant test results show that the IC50 value of ethanol and ethyl acetate extract is >50 ppm. The cytotoxic test results show that the average IC50 of ethanol extract is 116.55 ppm, hexane extract is 123.09 ppm, and ethyl acetate extract is 54.23 ppm. Statistic test shows that there is a significant difference in IC50 values between the extracts of ethyl acetate and hexane. The result of this study indicates that the ethanol and ethyl acetate extracts of R. brittoniana flower have the potential to be an antioxidant. In addition, these three extracts of R. brittoniana have cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Azza Nuraqila
"Kanker payudara merupakan jenis kanker paling umum di dunia. Saat ini, pengobatan kanker payudara memiliki efek samping serius dan memiliki risiko resistensi sehingga diperlukan terapi baru dengan mencari bahan dari alam yang memiliki potensi antikanker sebagai agen chemoprevention, seperti jahe merah dan secang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek sitotoksik ekstrak jahe merah, secang, dan kombinasi keduanya terhadap sel MCF-7 dan T47D, serta efek antioksidan ekstrak ketiga kelompok ekstrak tersebut. Ekstrak kering dari jahe merah dan secang dilakukan uji penapisan fitokimia dan dievaluasi aktivitas antioksidannya menggunakan uji DPPH sedangkan aktivitas sitotoksik diuji menggunakan metode MTT assay untuk menentukan nilai IC50 pada sel MCF-7 dan T47D. Hasil penelitian menunjukkan hasil positif pada uji golongan alkaloid, tanin, fenol, saponin, flavonoid, dan terpenoid untuk kedua ekstrak. Nilai IC50 tertinggi terdapat pada ekstrak secang dengan IC50 325.64 ± 23.57 µg/mL. Kombinasi ekstrak juga tidak meningkatkan aktivitas antioksidan, dengan IC50 433.14 ±31.5935 µg/mL. Uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak secang lebih efektif pada sel T47D (IC50 321.46 µg/mL) dibandingkan MCF-7 (IC50 509.93 µg/mL). Secang juga menunjukkan efek sitotoksik yang lebih tinggi dibanding jahe merah dan kombinasi. Hasil studi ini mengindikasikan bahwa ekstrak secang memiliki potensi sebagai agen kemoterapi alami terutama untuk sel T47D.

Breast cancer is the most common type of cancer in the world. Currently, breast cancer treatments have serious side effects and pose a risk of resistance, thus necessitating new therapies by searching for natural substances with anticancer potential as chemopreventive agents, such as red ginger and sappan wood. This study aims to evaluate the cytotoxic effects of red ginger extract, sappan wood extract, and their combination on MCF-7 and T47D cells, as well as the antioxidant effects of these three extracts. The dry extracts of red ginger and sappan wood underwent phytochemical screening and their antioxidant activity was evaluated using the DPPH assay, while the cytotoxic activity was tested using the MTT assay to determine the IC50 values on MCF-7 and T47D cells. The results showed positive outcomes in tests for alkaloid, tannin, phenol, saponin, flavonoid, and terpenoid groups for both extracts. The highest IC50 value was found in sappan wood extract with an IC50 of 352.64 ± 23.57 µg/mL. The combination of extracts did not enhance antioxidant activity, with an IC50 of 433.14 ± 31.59 µg/mL. Cytotoxic tests showed that sappan wood extract was more effective on T47D cells (IC50 321.46 µg/mL) compared to MCF-7 cells (IC50 509.93 µg/mL). Sappan wood also demonstrated higher cytotoxic effects compared to red ginger and their combination. The results of this study indicate that sappan wood extract has potential as a natural chemotherapeutic agent, especially for T47D cells. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahmi Zaenal Abidin
"ABSTRAK
Jahe memiliki kandungan oleoresin yang di dalamnya terdapat senyawa fenolik. Senyawa fenolik pada jahe umumnya digunakan di bidang Farmasi dan penambah rasa pada industri pangan, agen anti oksidan dan antimikroba. Namun potensi pengembangan senyawa fenolik pada jahe dibatasi oleh karakteristik alaminya. Senyawa fenolik pada jahe diketahui memiliki kelarutan rendah pada saluran pencernaan dan sensitif terhadap panas. Salah satu upaya untuk menangani masalah tersebut adalah pembuatan nanoemulsi O/W dari ekstrak jahe dalam minyak nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi nanoemulsi ekstrak jahe yang stabil dengan variasi minyak nabati dan konsentrasi surfaktan. Variasi minyak nabati yang digunakan adalah Virgin Coconut oil (VCO) dan minyak kelapa sawit, sedangkan variasi konsentrasi surfaktan tween 80 yang digunakan adalah 2%, 3%, dan 4%. Kadar ekstrak jahe yang didapatkan adalah 10142.11 mg/kg. Hasil uji karakteristik fisik menunjukan bahwa sampel 3 (carrier oil VCO dan surfaktan 4%) menghasilkan ukuran droplet terkecil yaitu 222.5 nm. Uji stabilitas fisik menunjukan sampel 3 memiliki stabilitas terbaik selama 28 hari pada suhu ruang. Efisiensi enkapsulasi tertinggi yaitu 79.73% untuk sampel 3.

ABSTRAK
Phenolic compounds in ginger are commonly used in the pharmaceutical field and flavorings for the food industry, antioxidants and antimicrobial agents. However, the potential development of phenolic compounds in ginger is limited by its natural characteristics. Phenolic compounds in ginger are known to have low solubility in the gastrointestinal tract and sensitive to heat. One effort to deal with the issue is the fabricating nanoemulsion O / W of ginger extract in vegetable oil. This study aimed to get formulations nanoemulsion stable ginger extract with a variety of vegetable oils and surfactant concentration.Variations of vegetable oil are Virgin Coconut Oil and palm oil, while variations in the concentration of surfactant tween 80 are 2, 3, and 4 %. Concentration of ginger extract is 10142,11 mg / kg. The test results show that the physical characteristics of the sample 3 (carrier oil VCO and surfactant 4 %) yielded the smallest droplet size is 222,5 nm. Physical stability test showed the sample 3 has the best stability for 28 days at room temperature. The highest encapsulation efficiency is 79.73 % for samples "
2016
S63603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariska Triantama Putra
"Kanker serviks merupakan salah satu penyakit keganasan yang paling banyak di dunia. Salah satu penelitian terkait pengobatan kanker serviks yaitu menggunakan ekstrak rimpang Kaempferia rotunda karena tanaman tersebut memiliki aktivitas sitotoksik terhadap berbagai jenis sel kanker. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sitotoksisitas antara ekstrak etanol rimpang K.rotunda dengan ekstrak etil asetat rimpang K.rotunda terhadap sel kanker serviks HeLa secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji kandungan senyawa menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji skrining fitokimia serta uji sitotoksisitas menggunakan MTT assay. Hasil yang didapat yaitu ekstrak etil asetat mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, dan triterpenoid sedangkan ekstrak etanol mengandung flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid. Selain itu, ekstrak etanol memiliki aktivitas sitotoksik kuat (IC50 = 16,939 μg/ml) sedangkan ekstrak etil asetat memiliki aktivitas sitotoksik sedang (IC50 = 127,9 μg/ml). Masing-masing ekstrak menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p ≤ 0,05) walaupun ketika dibandingkan antar konsentrasi terdapat beberapa konsentrasi yang tidak berbeda signifikan serta memiliki nilai koefisien determinan yang kecil yang disebabkan oleh berbagai faktor perancu. Kesimpulannya adalah ekstrak etanol rimpang K.rotunda memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil asetat rimpang K.rotunda terhadap sel kanker serviks HeLa.

Cervical cancer is one of the most common malignancies in the world. One of the studies about cervical cancer treatment is using rhizome extract of Kaempferia rotunda because it has cytotoxic activity against various types of cancer cell lines. The aim of this study is to compare between ethanol and ethyl acetate rhizome extract of K.rotunda against HeLa cervical cancer cell in vitro. Methods used in this research are test the chemical compound of extracts using Thin Layer Chromatography (TLC) and phytochemical screening test, also cytotoxicity test using MTT assay. Results show that ethyl acetate extract contains flavonoid, alkaloid, tannin, and triterpenoid, while ethanol extract have flavonoid, triterpenoid, and alkaloid. In addition, ethanol extract has strong cytotoxic activity (IC50 = 16,939 μg/ml) while ethyl acetate extract has moderat cytotoxic activity (IC50 = 127,9 μg/ml). Each of extracts showed significant results (p ≤ 0,05) although when compared between concentrations there are several concentrations that are not significant and also small coeficient of determinant values caused by various confounding factors. The conclusion is that the ethanol extract of K.rotunda rhizome extract has the higher cytotoxicity activity compared to ethyl acetate extract of K.rotunda rhizome extract against HeLa cervical cancer cell.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Nova Kusumaningtyas
"Jahe merah telah lama dimanfaatkan sebagai salah satu obat tradisional untuk mengurangi peradangan atau inflamasi. Namun, herbal rimpang seperti jahe merah dilaporkan mengandung cemaran mikroorganisme yang relatif tinggi. Sehingga diperlukan metode sterilisasi untuk mendekontaminasi cemaran mikroorganisme tersebut. Iradiasi gamma sering menjadi pilihan untuk dekontaminasi, tetapi belum diketahui dosis yang efektif membunuh mikroorganisme dan tidak mempengaruhi kadar senyawa bioaktif serta aktivitas biologis jahe merah. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh iradiasi gamma terhadap cemaran mikroorganisme, kadar senyawa 6-gingerol, 8-gingerol,10-gingerol, dan 6-shogaol serta aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol 70% jahe merah. Serbuk rimpang jahe merah terlebih dahulu diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% 1:5. Ekstrak jahe merah kemudian diiradiasi dengan dosis 0, 5, 7,5, 10, dan 15 kGy. Evaluasi cemaran mikroba angka lempeng total dan angka kapang khamir dilakukan dengan metode tuang. Evaluasi kadar bioaktif dianalisis dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Aktivitas antiinflamasi diukur dengan metode penghambatan denaturasi protein BSA dengan spektrofotometer UV-Vis. Efektivitas iradiasi sinar gamma dalam menurunkan angka cemaran mikroorganisme meningkat seiring meningkatnya dosis iradiasi (p<0,05). Kadar bioaktif 6-gingerol menunjukkan kadar yang paling tinggi diantara tiga senyawa bioaktif lainnya. Namun, secara keseluruhan dosis iradiasi gamma yang diberikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kandungan 6-gingerol,8-gingerol,10-gingerol dan 6-shogaol dalam ekstrak etanol 70% jahe merah (p>0,05). Aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol 70% jahe merah juga tidak berbeda signifikan setelah di iradiasi dengan dosis 0-15 kGy (p>0,05).

Red ginger has long been used as a traditional medicine to reduce inflammation. However, rhizome herbs such as red ginger are reported to contain relatively high levels of contamination by microorganisms. So a sterilization method is needed to decontaminate the microorganisms. Gamma irradiation is often an option for decontamination, but it is not yet known which dose is effective in killing microorganisms and does not affect the levels of bioactive compounds or the biological activity of red ginger. This study aims to evaluate the effect of gamma irradiation on contamination of microorganisms, levels of compounds 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, and 6-shogaol, and the anti-inflammatory activity of a 70% ethanol extract of red ginger. Red ginger rhizome powder was first extracted by the maceration method using 70% ethanol at 1:5. The red ginger extract was then irradiated at doses of 0, 5, 7.5, 10, and 15 kGy. The evaluation of microbial contamination of the total plate count and yeast mold count was carried out by the pouring method. The evaluation of bioactive levels was analyzed using the high-performance liquid chromatography method. Anti-inflammatory activity was measured by inhibiting BSA protein denaturation with a UV-Vis spectrophotometer. The effectiveness of gamma irradiation in reducing the number of microorganisms contaminating the environment increased with increasing irradiation dose (p 0.05). The level of bioactive 6-gingerol showed the highest level among the other three bioactive compounds. However, overall, the dose of gamma irradiation given had no significant effect on the content of 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, and 6-shogaol in the 70% ethanol extract of red ginger (p > 0.05). The anti-inflammatory activity of the 70% ethanol extract of red ginger was also not significantly different after irradiation with dose 0-15 kGy (p > 0.05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ayu Ramadanti
"Kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan global. Modalitas terapi yang digunakan untuk pasien kanker payudara diataranya agen kemoterapi doksorubisin (DOX). DOX digunakan untuk pengobatan kanker dengan mekanisme interkalasi DNA dan penghambatan topoisomerase II, serta penggunaannya mengalami resistensi. Bahan alam berpotensi digunakan untuk terapi kombinasi mengatasi resistensi doksorubisin. Bahan alam yang digunakan diantaranya dari jahe merah yang mengandung 6-shogaol. Senyawa 6-Shogaol sebagai agen kemoterapi yang meregulasi ekspresi gen yang berhubungan dengan proses proliferasi sel. Pada penelitian ini dilakukan analisis ekspresi gen pada basis data Gene Expression Omnibus (GEO) terkait pengobatan doksorubisin (GSE124597) dan pemberian 6-shogaol (GSE36973) dengan tujuan mengetahui perbandingan pola ekspresi gen yang dipengaruhi keduanya terhadap sel kanker payudara MCF7. Dilakukan juga anotasi fungsi gen yang diekspresikan menggunakan Gen Ontologi (GO) dan KEGG, jejaring farmakologi menggunakan basis data STITCH, serta simulasi penambatan molekuler untuk mengetahui mekanisme kerja antikanker. Sifat antikanker doksorubisin, 6-shogaol, dan ekstrak jahe merah kemudian  dikonfirmasi secara invitro meggunakan metode MTT. Hasil analisis Diffrential Expression Genes (DEG) menghasilkan 227 DEG yang sama (DEG bersama) akibat pemberian doksorubisin dan 6-shogaol. Hasil anotasi fungsi gen dengan GO menunjukkan dari 227 DEG terkait dengan proliferasi sel melalui jalur TP53.Demikian juga terkait hasil analisis jejaring farmakologi menunjukkan doksorubisin dan 6-shogaol terhubung dengan protein TP53. Hasil analisis interaksi protein-protein (PPi) menunjukkan jalur persinyalan TP53 terhubung dengan protein CDKN1A, GADD45A, DDIT3 dan CXCL12. Penambatan molekuler senyawa doksorubisin dan 6-shogaol pada protein TP53 menghasilkan energi ikatan berturut-turut -7.97 kcal/mol dan -6.05 kcal/mol. Nilai IC50 senyawa doksorubisin, 6-shogaol, dan ekstrak jahe pada sel MCF-7 berturut-turut adalah: 15.45 µg/ml, 61.24 µg/ml dan 144.99 µg/ml. Hal ini menunjukkan 6-shogaol dapat digunakan sebagai kandidat komplementer antikanker pada sel MCF-7.

Breast cancer is still a global health problem. Therapeutic modalities used for breast cancer patients include the chemotherapeutic agent doxorubicin (DOX). DOX is used for the treatment of cancer with DNA intercalation mechanisms and topoisomerase II inhibition, and its use has experienced resistance, so a combination therapy of natural ingredients is needed. The natural ingredients used include red ginger which contains 6-shogaol. 6-Shogaol compound as a chemotherapeutic agent that regulates gene expression related to cell proliferation processes. In this study, gene expression analysis was carried out on the Gene Expression Omnibus (GEO) database related to doxorubicin treatment (GSE124597) and 6-shogaol administration (GSE36973) with the aim of knowing a comparison of gene expression patterns affected by both of them on MCF7 breast cancer cells. Functional annotations of expressed genes were also performed using Gene Ontology (GO) and KEGG, pharmacological networks using the STITCH database, as well as molecular docking simulations to determine the mechanism of anticancer action. The anticancer properties of doxorubicin, 6-shogaol, and red ginger extract were then confirmed in vitro using the MTT method. The results of the Differential Expression Genes (DEG) analysis yielded the same 227 DEGs as a result of doxorubicin and 6-shogaol administration. The results of gene function annotations with GO showed that 227 DEGs were related to cell proliferation through the TP53 pathway. Likewise, the results of pharmacological network analysis showed that doxorubicin and 6-shogaol were linked to the TP53 protein. The results of protein-protein interaction (PPi) analysis showed that the TP53 signaling pathway was connected to the CDKN1A, GADD45A, DDIT3 and CXCL12 proteins. Molecular docking of the compounds doxorubicin and 6-shogaol to the TP53 protein produces a binding energy of -7.97 kcal/mol and -6.05 kcal/mol, respectively. The IC50 values ​​of doxorubicin, 6-shogaol, and ginger extract in MCF-7 cells were: 15.45 µg/ml, 61.24 µg/ml and 144.99 µg/ml, respectively. This shows that 6-shogaol can be used as a complementary anticancer candidate in MCF-7 cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>