Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiura Herlinda
"Studi ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris apakah impor input (bahan baku dan barang penolong) sebagai salah satu sumber transfer pengetahuan dan teknologi pada negara berkembang berpengaruh terhadap kualitas ekspor. Motivasi penelitian ini berawal dari fakta bahwa lebih dari 75 persen dari total nilai impor Indonesia disumbangkan oleh impor bahan baku dan barang penolong sebagai input dalam proses produksi industri manufaktur. Dengan menggunakan data transaksi ekspor dan dataset Survei Perusahaan Industri Manufaktur Berskala Besar dan Sedang di Indonesia tahun 2010-2015, hasil estimasi regresi fixed-effect menunjukkan tingkat signfikansi yang secara statistik relatif lemah (berada pada tingkat ± = 10%) sehingga dapat disimpulkan peningkatan impor bahan baku dan barang penolong tidak berpengaruh signifikan dalam membantu industri manufaktur di Indonesia meningkatkan kualitas produk yang diekspor. Sebagai negara dengan pangsa pasar domestik yang luas karena jumlah populasi yang besar, studi ini menduga peningkatan input yang berasal dari impor oleh industri manufaktur di Indonesia lebih besar diarahkan untuk menghasilkan produk guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dibandingkan untuk tujuan peningkatan kualitas produk ekspor.

This study examines whether the imported inputs as an external source of knowledge and technology transfer for developing countries affect export quality. The motivation for the study stems from the fact that more than 75 percent of the Indonesia total import values are contributed by imported inputs used in the production process of the manufacturing industry. Using customs data and datasets from Indonesia Large and Medium Manufacturing Industry during 2010-2015 with the fixed-effect regression method, this study empirically find that imported inputs are significant only at the 10% level. Due to that relatively weak effect, this study conclude that there is no statistically significant effect between imported inputs and the export unit value, a proxy for export quality. As a country with a large domestic market share aligned to its numerous population, this study foresees that the increase of imported inputs is designed more to meet domestic demand than to levitate export quality."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syon Syarid
"Prioritas pemerintah pada pertengahan tahun 1980-an untuk meningkatkan peranan ekspor industri dalam perekonomian telah menyebabkan terjadinya peningkatan pesat ekspor industri manufaktur. Walaupun pertumbuhan sektor industri manufaktur Indonesia sebelum tahun 1980-an mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi peitumbuhan industri yang tinggi tersebut bukanlah untuk penibahan struktur industri. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya peranan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia baik terhadap nilai tambah (value added) maupun ekspor industri manufaktur.
Perubahan struktur industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an telah meningkatkan pcranan ekspor industri manufaktur. Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai maksud tersebut adalah merubah strategi perdagangan Indonesia dari strategi substilusi impor ke strategi promosi ekspor dengan mcngurangi rentang tarif barang-barang konsumsi impor yang sennula sangat tinggi, merubah kebijakan dalam bidang investasi dan melakukan penyesuaian dalam bidang moneter yaitu melakukan devalusi mata uang pada tahun 1983 dan tahun 1986 untuk meningkatkan daya saing ekspor industri manufaktur di pasar internasional.
Perubahan kebijakan tersebut telah mampu meningkatkan ekspor industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an. Bahkan ekspor industri manufaktur Indonesia pada pertengahan Eakin I980-an tersebut telah mendaminasi ekspor non¬migas Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dapat dikatakan tidak mempunyai peranan penting terhadap ekspor non-migas Indonesia.
Perkembangan ekspor industri dan penguatan stniktur industri selama pertengahan tahun 1980-an telah mengundang minat penulis untuk mengetahui sejauh mana perubahan struktur industri di Indonesia dan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional. Untuk itu penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut. Apakah perubahan struktur industri yang terjadi di Indonesia telah mampu meningkatkan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional? Apakah komponen-komponen perubahan struktur yaitu produktivitas modal dan tenaga kcrja signifikan mempengaruhi keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia? Apakah Real Exchange Rate yang mencerminkan daya saing ekspor industri manufaktur mempunyai hubungan yang erat dengan pembentukan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia di pasar intemasional.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas penulis telah melakukan penelitian terhadap "sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor yang dibagi ke dalam lima subsektor industri manufaktur yaitu subsektor industri manufaktur padat suinberdaya pertanian, padat sumberdaya mineral, padat kaya, padat teknologi dan padat human capital dengan menggunakan Indeks Perubahan Struktur (IPS) untuk mclihat perubahan struktur industri berdasarkan kepadatan
faktor dan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur ketutggulan komparatif ekspor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor.
dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum dalam sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor telah tercipla perubahan struktur, tetapi belum tercipta keunggulan komparatif di pasaran internasional. Begitu juga subsektor industri manufaktur padat karya, padat teknologi, dan padat human capital telah menunjukkan terjadinya perubahan struktur. Tetapi subsektor industri manufaktur padat teknologi dan padat human capital belum menunjukkan terciptanya keunggulan komparatif kecuali untuk subsektor industri manufaktur padat karya yang telah menunjukan adanya keunggulan komparatif di pasar intemasional setelah tahun 1985.
Sedangkan dalam subsektor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian tcrjadi pergeseran nilai indeks perubahan struktur akan tetapi telah menciptakan terjadinya keunggulan komparatif di pasaran internasional. Hal ini diduga karena keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian Brat kaitannya dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur walaupun telali terjadinya perubahan struktur disebabkan karena perubahan struktur industri manufaktur masih belum terjadi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena nilai indeks perubahan struktur masih sangat kecil dan jauh dari kategori suatu negara yang menunjukan terjadinya perubahan struktur secara penuh.
Dari hasil pengujian regresi, belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar intemasional disebabkan karena tidak terjadinya peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur maupun daiann subsektor industri manufaktur kecuali subsektor industri manufaktur padat human capital yang menunjukan hubungan signifikan produktivitas tenaga kerja terhadap pembentukan keunggulan komparatif. Selma periode analisis keunggulan komparatif hanya digerakkan oleh produktivitas modal dan Real &change Rate. Karena selama analisis produktivitas modal dan Real Exchange Rate sangat signifikan tnempengaruhi nilai RCA ekspor industri manufaktur di Indonesia.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soepardjo
"Kebijakan EPTE dikeluarkan pemerintah sebagai salah satu jawaban terhadap persoalan peningkatan penerimaan negara melalui eksport diluar minyak dan gas slam. Ekspor hasil industri diusahakan dapat mengurangi dan bahkan melepaskan ketergantungan pemerintah dari minyak dan gas alam.
Namun persoalan ekspor, yang walaupun dilakukan oleh pihak swasta, tidak bisa hanya diserahkan kepada mekanisme internal perusahaan saja. Ekspor dalam pasar global semakin menuntut peranaan pemerintah negara yang bersangkutan sebagai penyedia infrastruktur, fasilitas dan perangkat kebijakan politik dan birokrasi. Peran pemerintah yang besar sebagai salah satu variabel dalam peningkatan ekspor perusahaan swasta itulah yang menjadi inti pembahasan Michel E. Porter dalam model "Diamond"nya.
Permasalahannya adalah belum terjadinya peningkatan ekspor yang signifikan pada perusahaan- perusahaan EPTE. Walaupun secara nominal terjadi penigatan ekspor, namun peningkatan itu belum dapat dipandang besar bila dibandingkan dengan fasilitas yang disediakan pemerintah melalui institusi EPTE.
Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan ekspor perusahaan-perusahaan tidak hanya semata-mata ditentukan oleh tersedia atau tidaknya fasilitas dan infra struktur akan tetapi juga dipengaruhi oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu walaupun peran EPTE disatu sisi sudah demikian besarnya namun disisi lain kare kinerja perusahaan (faktor internal) belum begitu baik maka peningkatan ekspor non migas menjadi belum signifikan.
Atas dasar itu semua maka disamping harus dilakukannya perbaikan-perbaikan terhadap institusi EPTE untuk mencapai tingkat pelayanan yang lebih baik lagi maka harus ada usaha yang serius untuk memperbaiki kinerka perusahaan-perusahaan EPTE."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Prima Raka
"The role of intermediate imports is becoming increasingly important in the increase Indonesia's manufacturing export performance. Using Two-Stage Least Square strategy utilizing company-level data from Indonesian Industry Statistics from 2011 to 2014, it was found that companies that expand their intermediate imports can thrive their export value and volume. This effect affects companies in both GPNs and the Non-NPG industry. Furthermore, this study found different price behavior
between the NPG industry and the Non-NPG industry in international trade. this observed that firms in the NPG industry face price stickiness during export and import involves intra-network transactions, while the Non-GPN industry faces more prices fluctuate. Finally, this study found that imports between This elastic dependence on import tariffs reveals new facts for Indonesia efforts to increase protection against imported intermediate products may be a trigger double cost of protectionism.

Peran impor intermediate menjadi semakin penting dalam meningkatkan kinerja ekspor manufaktur Indonesia. Dengan menggunakan strategi Two-Stage Least Square yang memanfaatkan data tingkat perusahaan dari Statistik Industri Indonesia dari tahun 2011 hingga 2014, ditemukan bahwa perusahaan yang memperluas impor antara dapat meningkatkan nilai dan volume ekspornya. Efek ini memengaruhi perusahaan di industri GPN dan Non-NPG. Lebih lanjut, penelitian ini menemukan perilaku harga yang berbeda antara industri NPG dan industri Non-NPG dalam perdagangan internasional. Hal ini mengamati bahwa perusahaan di industri NPG menghadapi kekakuan harga selama ekspor dan impor yang melibatkan transaksi intra-jaringan, sedangkan industri Non-GPN lebih banyak menghadapi fluktuasi harga. Terakhir, studi ini menemukan bahwa impor antara ketergantungan elastis pada tarif impor ini mengungkapkan fakta baru bagi upaya Indonesia untuk meningkatkan perlindungan terhadap produk antara yang diimpor dapat menjadi pemicu biaya ganda proteksionisme."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Sanotona Kusuma Aditya Putra
"Seiring dengan berkembangnya Global Value Chain (GVC), peranan input yang diimpor dari luar negeri (imported inputs) menjadi semakin penting dalam proses produksi. Penggunaan imported inputs untuk perusahaan dibatasi oleh kebijakan protektif di beberapa negara, termasuk Indonesia, melalui kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)/Local Content Requirement (LCR). Kebijakan TKDN di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1950 hingga saat ini ditargetkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mencapai rata-rata 50% di berbagai sektor pada tahun 2024, sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan imported inputs terhadap performa perusahaan di industri manufaktur di Indonesia sehingga dapat diketahui apakah arah kebijakan TKDN yang terus diperketat merupakan kebijakan yang tepat. Penulis menggunakan regresi panel fixed effect untuk mengetahui pengaruh imported inputs terhadap performa perusahaan dengan menggunakan indikator produktivitas, output, value added, ekspor, upah pekerja produksi dan non-produksi, dan penyerapan tenaga kerja. Data yang digunakan adalah data mikro dari survei Industri Besar Sedang (IBS) Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS Indonesia) dari tahun 2008-2015. Hasil yang ditemukan adalah imported inputs berdampak positif terhadap performa perusahaan. Selain itu, penulis juga membedakan pengaruh penggunaan imported inputs terhadap performa perusahaan di subsektor yang memiliki potensi untuk dapat berpartisipasi di GVC (subsektor GVC) dan yang tidak (subsektor non-GVC). Hasil yang ditemukan adalah tidak ada perbedaan signifikan antara subsektor GVC dan non-GVC dalam hal pengaruh penggunaan imported inputs terhadap performa perusahaan dengan pengecualian terhadap produktivitas dan upah pekerja produksi. Penggunaan imported inputs di subsektor GVC memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap produktivitas, namun lebih kecil terhadap upah pekerja produksi dibanding subsektor non-GVC. Dengan demikian, kebijakan untuk membatasi penggunaan imported inputs seperti TKDN tidak meningkatkan performa perusahaan, studi ini merekomendasikan agar pemerintah melonggarkan kebijakan tersebut.

With growth of global value chain (GVC), use of imported inputs are becoming more prevalence in production process. Some countries, like Indonesia, restrict firm’s usage of imported input with Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)/ local content requirement (LCR). Indonesia has been using LCR from 1950 until in the present days Indonesian Government targeted LCR to be up to 50% on average on multiple sectors in 2024, as stated on Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024. Aim of this study is to explain impact of imported inputs to firm’s performances on manufacture industri in Indonesia, hence it can be evaluated whether more restrictive policy of LCR is a correct policy or not. Panel regression fixed effect method is used to explain impact of imported inputs to firm’s performances, in which the indicators used are productivity, output, value added, export, wage of production and non-production workers, and total labors. Data used in this study are obtained from survei Industri Besar Sedang (IBS) Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS Indonesia) from 2008-2015. The results of this study are imported inputs affect firm’s performances positively. For addition, this study also aims to see differences on impact of imported inputs usage to firm’s performances on subsectors that has potential to participate on GVC (GVC subsectors) and subsectors that does not have potential to participate on GVC (non-GVC subsectors). The result is there are no significant differences between GVC subsector and non-GVC sector except for productivity and wage of production workers. Use of share imported inputs in GVC subsectors affect productivity higher but wage of production workers lower compared to non-GVC subsectors. So, restrictive policy of LCR does not affect firm’s performances positively and it is better for Indonesian Government to relax LCR policy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Wahyudi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan-perbedaan dalam angka pertumbuhan nilai ekspor dan rasio ekspor-impor perusahaan Kawasan Berikat KB dan perusahaan Fasilitas Impor Tujuan Ekspor FITE sebagai akibat dari perbedaan cara dalam pemberian fasilitas fiskal dan fasilitas non fiskal/prosedural dalam kedua skema tersebut. Analisis dilakukan secara kuantitatif dengan melakukan uji homogenitas dan uji beda rata-rata dari angka pertumbuhan nilai ekspor dan rasio ekspor-impor serta analitis deskriptif menggunakan grafik dan statistik deskriptif dari nilai impor, nilai ekspor, pertumbuhan nilai ekspor, dan rasio ekspor-impor. Berdasarkan hasil pengolahan data, terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan secara statistik antara pertumbuhan nilai eskpor tahunan kedua skema KB dan FITE. Sementara untuk angka rasio ekspor-impor, terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan secara statistik antara rasio ekspor-impor kuartalan dan tahunan perusahaan KB dengan perusahaan FITE. Selain itu, hasil pengolahan data juga menemukan bahwa pada rezim ketentuan FITE yang menekankan pada pengetatan dalam pelayanan dan pengawasan FITE, kinerja pertumbuhan nilai ekspor perusahaan FITE cenderung mengalami penurunan sementara pada rezim ketentuan FITE yang memberikan relaksasi pengaturan, pertumbuhan nilai ekspor dan rasio ekspor-impor perusahaan FITE tersebut cenderung mengalami peningkatan.

This study aims to analyze the distinction between export growth and export import ratio conducted by Bonded Zone KB and Import Facilities for Export Oriented Goods FITE schemes as a result of differentiation in rewarding fiscal and non fiscal procedural facilities in both schemes. The analysis is conducted quantitatively by committing homogeneity test and comparing means and qualitatively by using graph and descriptive statistic numbers on import value, export value, export growth value, and export import ratio in both schemes. The results show that there is a statistically significant difference between KB's annual growth export mean and FITE's annual growth export mean. In regards to export import ratio, there's a statistically significant difference between KB's export import ratio mean and FITE's export import ratio mean both in quarter and annual datum. Furthermore, the study also finds that in a regulation regime that emphasizes on tightening the servicing and supervising of FITE scheme, FITE's export growth performance tends to decrease while in a regulation regime that gives rule's relaxation, FITE's export growth performance tends to increase. Key words Bonded Zone, KB, Export Oriented Import Facilitation, FITE, Export Growth, Export Import Ratio, Difference Analysis, Compare Means, Descriptive Statistic."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S67126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyka Voltalina
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing dan pertumbuhan ekspor
hasil hutan kayu Indonesia sebelum dan setelah penerapan kebijakan ACFTA.
Sebagai sebuah negara yang memiliki luas hutan yang mencapai 52 % persen luas
daratannya Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada sektor kehutanan.
Penelitian ini menggunakan metode Dynamic Revealed Comparative Advantage
dan regresi dengan data panel menggunakan 16 produk hasil hutan kayu Indonesia
dengan HS 44. Pada periode penelitian, tahun 2001-2011. Produk hasil hutan
kayu Indonesia mengalami perubahan daya saing. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada kecenderungan ekspor produk hasil hutan kayu yang relatif lebih
mentah, meningkat sementara yang mengalami hasil pengolahan lebih lanjut
cenderung menurun. Dari hasil uji statistik ACFTA berdampak negatif bagi
pertumbuhan ekspor hasil hutan kayu Indonesia secara rata-rata. Pada penelitian
ini terdapat beberapa faktor yang tak dikontrol dan mungkin mempengaruhi hasil
penelitian seperti guncangan ekonomi, berbagai larangan/pengetatan ekspor pada
kayu primer, serta shifting ekspor Indonesia dari China ke negara ASEAN yang
masuk dalam skema ACFTA yang terjadi pada periode penelitian.

ABSTRACT
This study was aimed to examine the competitive potential and the export growth
of Indonesian timber product before and after the ACFTA policy adoption. As a
country with forest area covering 52% of its total land, Indonesia has comparative
excellence in forestry sector. This study was performed using Dynamic Revealed
Comparative Advantage method and regresion with panel data of 16 Indonesian
timber products with HS 44 from 2001-2011. The results showed that export of
timber forest products that is relatively crude rose while export of further
processing decreased. From the results of statistical tests, ACFTA has a negative
impact on the growth of Indonesian timber forest products on average during the
period 2001-2011. In this study, there are several factors that are not controlled
may affect the results of the research such as various economic shocks,
ban/tightening of the primary timber exports, and shifting of the Indonesian export
from China to othe ASEAN countries in the ACFTA scheme that occurred in the
study period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Reza Kurniawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari volatilitas nilai tukar rupiah terhadap kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke sepuluh negara mitra dagang utama. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai ekspor nonmigas Indonesia selama periode 2004q1 sampai dengan 2011q4, sedangkan ukuran volatilitas yang digunakan adalah moving average standard deviation. Dengan menggunakan metode regresi GLS, hasil penelitian menunjukkan adanya dampak negatif yang signifikan dari kenaikan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap kinerja eskpor nonmigas Indonesia.

This study aims to determine the impact of exchange rate volatility on Indonesia`s non-oil export performance to ten main trading partners. The sampel used in this study is the value of Indonesia`s non-oil export during 2004q1 until 2011q4, while the measurement of volatility is constructed using moving average standard deviation. Applying GLS regression method, the study found the existence of significance negative impact of increasing exchange rate volatility to Indonesia`s non-oil export performance."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Betty Nurindah Rustiawati
"Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh aktivitas ekspor terhadap inefisiensi teknis pada industri andalan ekspor Indonesia dengan menggunakan data level perusahaan yang bersumber dari Survei Industri Besar Sedang BPS periode 2010 sampai dengan 2014. Penelitian ini menggunakan model stochastic frontier dengan one step approach yang diterapkan pada fungsi produksi translog. Hasil dari penelitian ini adalah aktivitas ekspor berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perusahaan, yang mana industri yang tergolong dalam industri dengan tingkat teknologi rendah memiliki tingkat inefisiensi yang lebih rendah dibandingkan industri dengan tingkat teknologi tinggi.

Inefficiency of Indonesian manufacturing sector has been the concern of many parties because of importance of this sector for the Indonesian economy and several studies have been conducted to determine the source of these inefficiencies with different approaches. This study examines the effect of export activity on the technical efficiency. As we know that in this era of globalization or trade opennes many firms have adopted an export-oriented strategy to seek their organic growth. We do so by using firm level panel data taken from Annual Survey of Manufacturing conducted by BPS for the period 2010 to 2014 and focus on Indonesia’s mainstay export industry which is divided into two types, resource-based exports and technology-based exports. A stochastic frontier model is applied to the translog production function to estimate firm level technical efficiency. In general we expect a positive relationship between export activities and firm’s efficiency. The implication is that firms can learn more and understand the market of their products, thereby improving their performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hisyam Naufal
"Pada tahun 2014 dan 2020, Indonesia memberlakukan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel sebagai upaya untuk mendorong hilirisasi industri nikel. Kebijakan ini diharapkan dapat menarik investasi asing dan mendirikan industri pengolahan bijih nikel ke tahap selanjutnya. Dengan menggunakan kerangka berpikir domestic sources of foreign policy milik Michael J. Hiscox, penelitian ini ditujukan untuk menggali lebih dalam preferensi aktor dan dinamikanya dalam institusi pada kebijakan pelarangan ekspor nikel Indonesia dengan pertanyaan penelitian: “Bagaimana preferensi aktor domestik memengaruhi dimunculkannya kebijakan pelarangan ekspor nikel?” Metode penelitian yang digunakan adalah penelusuran pustaka yang diperkuat dengan wawancara serta observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat aktor-aktor dalam posisi kekuasaan yang berpotensi diuntungkan baik secara material maupun non-material dari penerapan kebijakan pelarangan ekspor nikel yang mendukung hilirisasi industri nikel. Selanjutnya, potensi keuntungan tersebut memunculkan preferensi aktor yang berproses dalam desain institusi yang longgar.

In 2014 and 2020, Indonesia implemented a policy banning nickel exports to encourage the downstream nickel industry. This policy is expected to attract foreign investment and develop the nickel processing industry to the next stage. Using Michael J. Hiscox's domestic sources of foreign policy framework, this research aims to dig deeper into actor preferences and their dynamics within institutions in Indonesia’s nickel exports ban policy with the research question: "How do domestic actor preferences influence the emergence of the nickel export ban policy?" The research method was a literature search reinforced by interviews and direct observation. The research results show that there are actors in positions of power who have the potential to benefit both materially and non-materially from the implementation of the nickel export ban policy which supports the downstream nickel industry. In addition, these potential benefits give rise to actor preferences that proceed within a loose institutional design."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>