Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sondang Eka Rahmawati
"PT. S telah bergerak dalam perdagangan pewarna dan perasa makanan di Indonesia selama tujuh belas tahun. Meskipun pasar makanan dan minuman di Indonesia masih terus berkembang namun PT. S mengalami performa kurang baik selama beberapa tahun terakhir. Kegiatan operasional dan manajemen lokal yang dinilai kurang efisien mengakibatkan perusahaan harus mengubah strategi agar tetap mampu bersaing dan bertahan dalam industri. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melakukan evaluasi atas perubahan model bisnis, menggunakan studi kasus model kualitatif deskriptif, dan unit tunggal. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi data, studi dokumen dan wawancara. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis rantai nilai dan manajemen biaya strategis dengan berfokus pada manajemen biaya berpusat pada aktivitas dan analisis profitabilitas pelanggan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perubahan model bisnis ini cukup berhasil untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara finansial namun ada beberapa proses yang dapat ditingkatkan.

PT. S has been in Indonesia's food colors and flavors trade for seventeen years. PT. S has not been performing well in recent years, even though Indonesia's food and beverage market is growing. The inefficient local operational and management activities forced its head office to change its strategy to survive and remain competitive in the industry. This study aims to evaluate the impact of change in the business model. A descriptive qualitative model with the case study method and a single unit for analysis were used. Data collection is done by observation, a document study, and interviews. Furthermore, the triangulation method was used to process the data, then analyzed through value chain analysis and strategic cost management. The analysis also focuses on activity-based cost management and customer profitability. The result shows that this business model successfully improves the company's financial performance, though several processes need further attention."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Astuti
"Tujuan tesis ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap perhitungan chargeback biaya layanan Teknologi Informasi kepada user, yang dilaksanakan oleh PT XYZ melalui salah satu fungsi di dalam perusahaan yaitu Shared Processing Center (SPC) yang merupakan bagian dari Corporate Shared Service, apakah pelaksanaanya telah sesuai dengan metode yang berlaku umum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan dan studi literatur.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan menggunakan metode flat rate dalam melakukan chargeback, yaitu dengan membagi rata total biaya langganan SAP dan biaya layanan SPC dengan seluruh jumlah User ID yang digunakan user. Penggunaan rata-rata dalam perhitungan biaya sebuah produk, akan mengarah kepada undercosting atau overcosting.
Sehingga penelitian ini akan menggunakan metode Activity Based Costing untuk memperhitungkan chargeback agar dapat diketahui berapa sesungguhnya layanan yang digunakan oleh masing-masing user.
Perhitungan chargeback biaya layanan dibagi menjadi dua, yaitu untuk biaya layanan SPC menggunakan jumlah request ticket sebagai cost driver dan untuk biaya langganan SAP dengan jumlah User ID sebagai cost driver.
Penelitian ini menyarankan agar Perusahaan menggunakan metode Activity Based Costing dalam perhitungan chargeback, mempersiapkan sistem dan kesepakatan dalam Service Level Agreement untuk rencana penerapan chargeback dengan metode ABC-Costing.

The purpose of this thesis is to evaluate the calculation of chargeback cost to the Information Technology services users, conducted by PT XYZ through one of the company's functions in Shared Processing Centre (SPC), which is part of the Corporate Shared Services, whether its implementation in accordance with the general method used. The method used in this study is field and literature studies.
This study concluded that companies using flat rate method in calculate the chargeback, that is averaging the total cost of SAP subscription fee and the total cost od SPC service with the total number of User ID used by the whole user. Averaging will lead to undercosting or overcosting in calculate the cost of a product.
For that reason, Activity Based Costing method will be used in this study to calculate the chargeback, in order to know how much the actual service used by each user.
The chargeback calculation are divided into two, first for SPC service cost using request ticket as the cost driver and second is the SAP subscription fee with number of user ID as the cost driver.
This study suggests that companies using Activity Based Costing in the calculation of the chargeback, preparing systems and agreements in the Service Level Agreement for the chargeback implementation plan using ABC-costing method.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Parestu
"ABC Training Center (ATC) adalah suatu organisasi yang memfasilitasi pembelajaran personal dalam suatu kelompok pembelajaran yang dilengkapi dengan materi pendukung pelatihan sesuai topic pelatihan. ATC menghadapi dua masalah terpenting dalam perusahaan, yaitu system manajemen biaya tradisional dan materi pendukung pelatihan. Dalam penelitian ini, Activity-Based Management (ABM) akan menjadi sebuah alternative dalam manajemen biaya perusahaan dengan tujuan perusahaan dapat menghitung biaya pelatihan dengan lebih tepat dan akurat, terutama dalam perhitungan biaya overhead. Sistem ABM telah dikembangkan untuk memberikan sebuah representasi dari peran kegiatan-kegiatan operasional dalam pelatihan dengan lebih akurat. Sistem ABM menjadikan aktifitas dalam pelatihan serta pengaruh kegiatan tersebut dalam biaya pelatihan (Gupta & Galloway, 2003). Materi pendukung pelatihan di ATC tidak terintegrasi dan tidak mendukung untuk materi Olimpiade Matematika. Dalam thesis ini, peneliti akan menggunakan sebuah journal Mathematics Graph Labeling (MGL) (A. Parestu, 2008) sebagai materi pelatihan yang baru untuk mendukung materi Olimpiade Matematika saat ini.

ABC Training Center (ATC) is an organizational environment that facilities individual learning in group with training package supported materials based on the subject of training project. The two problems of ATC that will be researched are traditional cost management system and existing training package support materials. In this research, Activity-Based Management (ABM) will be an alternative cost management in order to accurately calculate training project costs, especially overhead costs. ABM system was developed to provide a more accurate representation of activities performed in the training project actually its cost. ABM systems examine training activities to determine their effects on costs (Gupta & Galloway, 2003). ATC training packages support materials is not well integrated and not support Olympiad curriculum theory. In this research, researcher will use a mathematics Olympiad subject: Mathematics Graph Labelling (A. Parestu, 2008) as a new alternative training package support material in ATC training package. By viewing an ABM system as an enabler to improve the ATC training operations decision-making and using Mathematics Graph Labeling as an integrated materials to improve the ATC training support materials quality and competitiveness, researcher will give results that these systems enable an operations manager to enhance the quality of ATC training package.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Armeliza
" Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidlkan tinggL Pendidikan perlu mendapatkan perhatlan, karena pendidikan dinilai lamban dalam menanggapi permasalahan dunia dibandingkan dengan organlsasi bisnis, sehingga pendidikan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia sering dlrasakan belum roemenuhi harapan, Pada pendidikan tinggi, Universitas sebagai suatu bentuk organisasi, tergolong organisasi non profit Secara umum universitas terdiri dari unit akademik; fakultas dan jurusan, dan unit pendukung seperti biro administrasi dan unit pelayanan lainnya. Masingmasing unit tersebut dalam pengeiolaannya memerlukan biaya. Biaya dari masing-masing unit pendukung lazimnya dialokasikan ke unil akademik. Masalah pengalokasian biaya tidak hanya dihadapi oleh organisasj yang berorientasl profit, tetapi juga oleh organisasi non profit, seperti pendidikan. Pada saaL ini pendidikan tinggi seperti layaknya perusahaan jasa mernbutuhkan sistem biaya umuk menjalankan tiga fungsi utama, yaitu: membuaL laporan keuangan untuk pihak eksternal dan internal, memahami biaya dari aktivilas, produk, jasa dan konsumen, serta menyediakanfeedback dan pengetahuan untuk manajemen mengenai faktor~faktor penyebab biaya, Sampai saat inl di Universitas Negeri Jakarta penentuan blaya operasional menggunakan metode tradisional. Biaya dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan tiap-tiap bagian baik bahan, tenaga kerja [angsung maupun biaya tidak langsung yang terHhat dan tidak terlafu su!it untuk memperkirakannya. Pada pelaksanaannya banyak terjadi variasi yang besar setelah program dHaksanakart atau terjadi penyimpangan, Pengelola pendidikan tidak pemah iii mengetahui berapa sesungguhnya blaya tidak langsung untuk setiap program pendidikan tinggi. Untuk mengatasi masalah berapa biaya tidak langsung yang sesungguhnya, perlu diketahul cam )'ang dapat digunalr..an untuk rnengbitung biaya tidak langsung ini. Untuk itu pada penelitian ini dicoba menggunakan perhitungan biaya tidak langsung dengan sistem Ar,tivity Based Costing yang memungkinkan pihak pengelola pendidikan t1nggi dapat mengidentifikasi aktlvitas yang dilakukan, sumber daya yang terlibat dan biaya yang dikonsumsi oleh suatu kegiatan pendidika.n. Sehingga yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana mengalokasikan biaya tak langsung untuk tiap produk jasa pendidikan yang dihasilkan oleh instilusi sehingga dapa1 menemukan hargalblaya perkulihan yang seharusnya ditanggung mabasiswa. Metode yang digunakan dalam mengalokaslkan biaya tidak langsung in! a.dalah metode Activity Based Costing (ABC) karena metode ini mampu me:nghitung biaya lebih akurat. Tujuan penelitian ini adalab untuk mengetabui keakuratan semua biaya yang terjadi pada keliga program sludi di Jurusan Teknik Mesin FT Ul'\J, untuk mengetabui dengan lebih pasti dan lebih rasional besarnya biaya yang terjadi ak1bat proses belajar-mcngajar di pendidikan bidang teknik dengan menggunakan sistem rancangan Activity-Based Costing, dan untuk memberi masukan kepada Jurusan Teknik Mesin FT UNJ yang belum pemah mengenal perhitungan biaya dengan metode ABC. Objek penelitian ini adalah Jurusan Teknlk Mesin Fakullas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Jurusan Teknik Mesin mempul)yai tugas dan peranan sebagal unsur pelaksanaan pada Faku!tas Teknik yang mengelola bidang pendidlkan, pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam bidang Teknik Mesin. Jurusan Teknik Mesin memiliki dua program iv studi yaitu Program Studi Pendidikan Teknik Mesin yang terdiri dari S I ~Reguler dan S I ~Non Reguler, dan Program Studi Diploma !II Teknik Mesin (D-Ill). Perhitungan blaya per mahasiswa dengan metode ABC menghasilkan perbedttan dengan metode saat inL Untuk program S I wReguler dan D-Ill me~ode ABC menghasilkan biaya per mahasiswa yang lebih besar dibandingkan dengan metode saat ini, sedangkan untuk. program S 1-Non Reguler, metode ABC memberikan biaya per mahasiswa yang lebih kecil dibandingkan dengan metode saat ini. Biaya-biaya pada Program D-lfr cenderung lebih besar dari Program S 1-Reguler dan SI-Non Reguler karena jumlah mahasiswa dan jumlah kelas lebih banyak dari dua program lainnya. Dari keseluruhan biaya, biaya yang paling besar adalan biaya honor dosen mengajar yang memiliki driver berupa jumlah mahaslswa x jumlah kelas x jumlah SKS dan biaya pengadaan peralatan laboratorium yang memillki driver berupa jumlah mahasiswa."
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008
T25597
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Tama
"Laporan magang ini berisi tentang analisa mengenai penerapan perhitungan biaya produksi menggunakan metode Activity-Based Costing System ABC pada perusahaan PT REM, yang merupakan perusahaan yang memproduksi brake-part untuk kendaraan roda 2 hingga roda 4. Hasil analisa menunjukkan bahwa metode ABC menghasilkan perhitungan biaya produksi untuk produk master cylinder yang lebih tinggi, dikarenakan biaya overhead yang dialokasikan untuk produk master cylinder lebih besar ketimbang mengunakan simple costing. Hal ini memberi implikasi kepada perusahaan bahwa dengan menggunakan metode ABC perusahaan dapat menentukan harga jual produk yang lebih tepat untuk multi produk yang diproduksi.

This internship report contains analyze of determination cost production with ABC method in PT. REM, a company that product brake part for 2 until 4 wheels vehice. The result of analyze, show that ABC method calculated higher production cost of master cylinder, because overhead cost that allocated for master cylinder is bigger than using simple costing. This case give implication for company that using ABC method can determine selling price more accurate between multi product that company manufacture."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hermanto Simon
"Dunia industri manufaktur terus berubah seiring dengan perubahan teknologi yang semakin maju. Dunia usaha juga terus berubah dengan tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Itulah kenyataan yang dihadapi dewasa ini, perubahan yang progresif menjadikan suatu pola tertentu segera menjadi kuno.
Akuntansi manajemen selama ini dikenal sebagai alat bantu manajemen untuk pengambi~an keputusan operasional. Dalam situasi yang telah berubah, relevansinya menjadi patut dipertanyakan. Kemajuan teknologi telah merubah sistem produksi ke arah otomasi, yang berarti pula merubah struktur dan perilaku biaya produksi. Ketatnya persaingan telah merubah pola manajemen dengan pendekatan multi produk serta mengutamakan faktor-faktor multi strategis seperti cost, quality, delivery, flexibility. Dengan demikian strategi senantiasa difokuskan pada customer satisfaction. Melihat banyaknya perubahan ini, tampaknya akuntansi manajemen memang segera akan menjadi kuno bila tidak mengikuti perubahan tersebut.
Tuntutan tersebut telah dijawab dengan munculnya teori-teori baru sistem manajemen biaya, yang tidak hanya relevan tetapi juga antisipatif. Pendekatan aktivitas merupakan perubahan yang menjadi ciri utama, dimana pol a alokas i biaya disempurnakan dengan model activity-based costing. Dikemukakan pula bahwa pengendalian aktivitas ternyata merupakan kunci keberhasilan untuk meningkatkan kinerja operasional manufaktur. Teori ini memang telah berusaha mengejar ketinggalan dan menyelaraskan praktek akuntansi manajemen dengan tantangan praktek manufaktur saat ini.
Teori telah dikemukakan, tantangan berikutnya adalah implementasinya dalam praktek akuntansi manajemen. Sejauh ini sistem manajemen biaya modern ini baru diterapkan pacta beberapa perusahaan di Amerika Serikat. Sementara dalam masa transisi, praktek akuntansi manajemen yang diterapkan pacta perusahaan-perusahaan di Indonesia memang masih berorientasi tradisional. Menyadari kekurangan yang ada, sedang dilakukan usaha-usaha menerapkannya walau masih dalam batas-batas tertentu.
Bagian dari usaha tersebut adalah perancangan konsep sistem manajemen. biaya pada PT. AACP. Sesungguhnya sistem manajemen biaya modern ini berlaku untuk organisasi manufaktur maupun nonmanufaktur, namun studi ini hanya membatasi pacta organisasi manufaktur. Dengan meninggalkan konsep tradisional diharapkan lebih banyak informasi relevan yang diperoleh dari sistem tersebut. Konsep terse but mel iputi pengembangan model activity-based costing untuk penentuan product costing, pengendalian operasional pabrik dan pengukura kinerja. Ketiganya didasarkan telaah kondisi perusahaan, dan ditujukan untuk lebih mendukung manajemen dalam mengendalikan operasional perusahaan agar lebih kompetitif dalam menghadapi persaingan.
Meski baru terbatas pacta perancangan konsep, namun telah merupakan bagian dari usaha memperkenalkan praktek akuntansi manajemen yang relevan dalam era manufaktur saat ini. " Nothing can be done or made by theory, but knowledge of theory improves the doing and making "."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahar
"Mungkin hampir tidak ada industri, kecualì industri yang berorientasi ekspor dengan kandungan impor (import content) yang relatif kecil yang tidak terpengaruh dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan November 1997. Salah satu industri yang cukup resistance terhadap krisis ini adalah industri kemasan fleksibel. Ketika krisis ekonomi terjadi sampai pemuithan di awal tahun 2000, industri ini tetap survival dengan pertumbuhan ±3%.
Dalam 10 tahun terakhir sampai dengan tahun 1997 pertumbuhan konsumsi kemasan fleksibel di Indonesia mencapai rata-rata 10% per tahun. Sedangkan, proyeksi pesimistik yang dilakukan oleh The CIC Consulting Group dalam Study on Flexible Packaging in Indonesia pada bulan Desember 2000 mengatakan pertumbuhan pemakaian kemasan fleksibel di Indonesia berdasarkan agregrat industri downstream pada kondisi ketidakstabilan politik dan keamanan sampai tahun 2004 adalah akan terjadi sebesar 5% per tahun.
Memasuki tahun 2000, banyak perusahaan yang sejenis mulai melakukan persiapan ekspansi kapasitas produksinya yang kebanyakan tertunda karena krisis ekonomi. Optimisme kalangan industri kemasan fleksibel terhadap peningkatan permintaan pasar sarigat kuat karena konsumsi kemasan fleksibel per kapita yang masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.
Ketika perusahaan-perusahaan lain sangat optimis untuk melakukan ekspansi kapasitas produksinya, hal ini tidak terjadi pada PT Multikemasindo yang juga perusahaan yang bergerak di industri fleksibel packaging. Dalam lingkungan struktur organisasi industri yang menarik di mapa profitabilitas mudah diperoleh dengan penerapan strategy yang tepat, kondisi yang dialami oleh PT. Multikemasindo merupakan fenomena yang aneh.
Sebagai perusahaan yang sejak tahun 1983 berkecimpungan di industri kemasan fleksibel, khususnya di bidang general packaging, perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Situasi ini berubah ketika perusahaan melakukan ekspansi usahanya ke bidang fine packaging - masih di dalam industri kemasan fleksibel pada tahun 1995, Jadi, jauh sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia.
Penulis mengidentifikasikan masalah yang dihadapi oleh PT. Multikemasindo sehingga perusahaan ini tidak mampu berkinerja baik, yaitu perusahaan ini tidak fokus dalam menentukan bisnis intinya. Perusahaan ini tidak belajar dari pengalaman dan perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai history path yang sama, mengdevestasi usaha general packaging ketika mulai beralih ke bidang fine packaging.
Tujuan keseluruhan dan karya akhir ini adalah memberi gambaran yang mendalam tentang industri keniasan fleksibel dan mengetahui posisi PT. Multikemasindo di tengah-tengah persaingan bisnis kemasan fleksibel di Indonesia. Berdasarkan penelitian dan analisa-analisa yang terdapat di dalam tulisan ini, dapat diambil kesimpulan dan perumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan keunggulan bersaing. Karya tulis ini, dengan mengambil kasus yang terjadi di PT. Multikemasindo juga diharapkan dapat memberikan masukkan bagi dunia usaha, khususnya industriawan kemasan fleksibel di Indonesia dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan industri ini pada umumnya."
2001
T971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harnoko S.
"Sekitar tahun 1983 Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijaksanaan deregulasi. Kebijaksanaan tersebut dimaksud untuk memberikan suasana lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejalan dengan itu, dunia usaha juga berusaha menempatkan dirinya agar leading dibidang masing-masing yang semakin kompetitif. Tujuan utama yang berupa profit, growth dan market share harus bisa dicapai, dilain pihak sasa ran yang berupa customer satisfaction, efficient dan productivity harus terpenuhi.
Praktek akuntansi manajemen yang bergaya tradisional belum mampu memenuhi kebutuhan informasi dalam dunia usaha yang memiliki investasi yang bersifat advance manufacturing technology. Berbagai pendekatan strategik dilakukan antara lain dengan cara penggunaan otomasi komputer untuk membantu manajemen dalam penggunaan sumber daya yang menguntungkan untuk memproduksi barang atau jasa yang kompetitif, dalam kaitannya dengan cost, quality dan timing yang tepat. Dengan demikian manajemen dapat mengendalikan dan mengambil tindakan ?untuk mengontrol apa yang menyebabkan aktifitas-aktifitas yang mengkonsumsi sumber daya dan mengeliminir biaya-biaya yang tidak diharapkan untuk terjadi. Di dalam cost man agement system, pengendalian biaya difokuskan pada aktifitas-aktifitas atau kondisi yang menyebabkan/mendorong suatu aktifitas mengkonsumsi biaya.
Munculnya teori activity based costing yang baru dikembangkna di Amerika Serikat merupakan jawaban kebutuhan cost management system, yang merupakan kunci keberhasilan untuk meningkatlan kinerja operasional yang dicerminkan dalam aktifitas-aktifitaS. Sekalipun masih relatif baru, Leon ini berusaha mengejar ketinggalan dan menyelaraskan praktek akuntansi rnanajemen, terutama di Indonesia yang sebagian besar masih beronientasi tradisional.
Lube Oil Blending Plant (LOBP) Pertamina UPPDN III Jakarta merupakan salah satu strategic business unit di lingkungafl Pertamina yang ditugasi mengelola sektor pelumas untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Sebagai BUMN yang telah mendapatkan predikat ?sehat sekali? dan Departemen Keuangan, Pertamina berkewajiban untuk meningkatkan masalah efisiensi dan produktifitas atas kegiatan di Pertamina UPPDN III. Penulis menjadikan LOBP sebagai konsep perancangan cost management system, namun studi ini hanya membatasi pada organisasi manufaktur. Dengan menggunakan sistem ini diharapkan manajemen dapat memperoleh informasi yang relevan untuk melakukari evaluasi atas biaya-biaYa yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan pemicu biaya (cost driver).
Sekalipun masih terbatas pada tahap perancangan, namun diharapkan konsep ini dapat dijadikan sebagai moment untuk memperkenalkan praktek akuntansi manjemen yang relevan dengan kebutuhan perkembangan dunia usaha dewasa ini sebagai upaya continues improvement untuk mengejar ketinggalan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indahwati
"Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi seperti sekarang ini, maka akan banyak perusahaan yang harus mengadakan perubahan dalam proses produksi, misalnya mulai melakukan otomasi pabrik. Selain itu kemajuan di bidang komunikasi juga menuntut perusahaan untuk mengadakan perbaikan dalam proses produksi karena konsumen menjadi semakin cerewet dalam pemilihan produk. Perbaikan proses produksi ini tidak terlepas pula dan perbaikan sistem akuntansi biaya yang diterapkan untuk mengimbangi kemajuan teknologi tersebut.
Pada saat ¡ni masih banyak perusahaan yang menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional yaitu pembebanan biaya produksi berdasarkan fungsi. Yang dimaksud dengan sistem akuntansi biaya tradisional adatah suatu sistem yang membagi-bagi biaya yang terjadi selama proses produksi kedalam kelompok-kelompok biaya tenaga kerja Iangsung, biaya bahan baku Iangsung dan biaya penunjang produksi. Pembebanan biaya tenaga kerja Iangsung dan biaya bahan baku langsung dengan menggunakan sistem ini tidak menimbulkan permasalahan karena dapat ditelusuri secara langsung pada produk yang dihasilkan. Sebaliknya, pembebanan biaya penunjang produksi susah untuk ditelusuri secara Iangsung pada produk yang dihasilkan.
Pada sistem akuntansi biaya tradisional, biaya penunjang produksi ini dibebankan kepada setiap unit dan setiap jenis produk dengan menggunakan dasar tenaga kerja Iangsung (baik dalam jumlah waktu maupun dalam rupiah) ataupun dengan menggunakan dasar bahan baku Iangsung. Pembebanan baya penunjang seperti ini dapat menimbulkan penyimpangan dalam pelaporan biaya karena banyak kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan penunjang tidak berhubungan secara Iangsung dengan volume produksi. Akibatnya akan dihasilkan penilaian biaya yang Iebih kecil atau Iebih besar dan biaya produksi yang sebenarnya.
Dengan pemberlakuan otomasi dalam proses produksi, peranan tenaga kerja langsung cenderung berkurang. Sebaliknya, biaya penunjang seperti biaya pemelihara an, biaya set-up dan lain-lain akan semakin besar (terutama dalam perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk). Oleh sebab itu, pembenahan dalam sistem akuntansi biaya harus segera dilakukan agar perusahaan dapat menentukan biaya produksi secara tepat, sehingga harga produk dapat ditentukan secara benar dan bersaing. Salah satu atematif untuk memperbaiki perhitungan biaya tersebut adalah dengan menggunakan sistem manajemen biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing/ABC) yaitu pembebanan biaya penunjang berdasarkan sumberdaya yang dikonsumsi oleh tiap kegiatan, bukan berdasarkan pengeluaran untuk seluruh kegiatan. Sistem ABC ini memperhitungkan pembebanan biaya penunjang dengan memperhatikan kegiatan yang menjadi pemacu timbulnya biaya (cost driver) seperti waktu pemeriksaan (inspection time), waktu set-up dan lain-lain. Kemudian hanya biaya biaya tersebut dibebankan pada setiap unit untuk setiap jenis produk. Dengan demikian, akan dapat diperoleh informasi biaya produksi secara lebih akurat sehingga manajemen dapat menentukan harga produknya dengan lebih tepat. Selain itu manajemen biaya ini juga dapat memberikan informasi mengenai kombinasi produk yang harus dihasilkan dan juga informasi yang Iebih relevan untuk pengambilan keputusan oleh pìhak manajemen.
PT XYZ yang bergerak dalam industri kaca, tentu tidak terlepas dari persaingan lingkungan usaha yang semakin tajam, baik secara domestik maupun global. OIeh sebab itu, pada tulisan kali ini akan dicoba untuk menelaah sistem akuntansi biaya yang sekarang digunakan dan berusaha memperbaikinya agar diperoleh informasi yang akurat dari sistem yang baru tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap sistem akuntansi biaya pada PT XYZ didapati adanya distorsi pelaporan biaya produk, atau biaya produk yang dilaporkan tidak sesuai dengan biaya yang sebenarnya teijadi. Biaya produk untuk kaca bevel dìlaporkan terlatu mahal bila dibandingkan dengan biaya yang sebenarnya terjadi, sedangkan bìaya untuk kaca tempered terlalu rendah dari biaya yang benar-benar terjadi. Dengan adanya distorsi dalam pelaporan biaya produk dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penentuan harga jual produk, dimana harga jual untuk kaca bevel akan Iebih mahal dari harga kaca tempered. Pada saat sekarang, pengaruh dan laporan yang terdistorsi tersebut belum mempunyai dampak yang besar dan belum disadari oleh manajemen, karena berdasarkan laporan keuangan yang dibuat, perusahaan masih mendapatkan keuntungan yang memadai. Hal ini dapat terjadi karena adanya subsidi silang antar produk, dalam hal ini adalah antara kaca bevel dengan kaca tempered sehingga seolah-olah tidak ada masalah dengan penentuan harga yang dilakukan sekarang. Tetapi bila keadaan ¡ni dibiarkan terus, tentu dapat menyebabkan menurunkannya laba perusahaan serta lama kehiangan daya saing terhadap perusahaan lain.
Kesalahan dalam bïaya produk yang dilaporkan terjadi karena dalam perhitungan hanya menggunakan dasar alokasi yang bersifat unit-level, yaltu volume produk, sedangkan aktivitas produksi pada perusahaan ini lebìh banyak bersifat batch-level seperti set-up mesin dan lain-lain. OIeh sebab itu, agar perusahaan tetap menentukan harga jual yang akurat dan bersaing, tentu harus mulai membenahi diri dan mungkin langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki cara perhitungan biaya produk yang digunakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Hambadi
"Karya akhir ini memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) membuktikan bahwa sistem akuntansi biaya tradisional yang digunakan pada saat ini menghasilkan informasi yang kurang akurat; dan (2) memberikan usulan penerapan dan mendemonstrasikan keunggulan ABC dalam menghitung biaya produksi.
Industri pakaian jadi merupakan industri yang sarat dengan persamgan, dimana jumlah pemain dalam industri tersebut cukup banyak, dan krisis ekonomi Indonesia tahun 1997 semakin menyulitkan hidupnya industri tersebut.
Dengan semakin rumitnya lingkungan usaha serta ketatnya persaingan, maka manajemen perusahaan perlu memperhatikan dengan cermat biaya produk mereka. Biaya produk yang kurang akurat akan menyebabkan distorsi harga jual produk. Perusahaan sangat membutuhkan informasi biaya produk yang akurat, sehingga dapat mengukur dengan tepat biaya produknya agar dapat mengambil keputusan dan strategi yang tepat.
PT X sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri garmen sangat membutuhkan sistem manajemen biaya yang handal untuk memberikan masukan dalam pengambilan keputusan mengenai penetapan harga jual produk.
Setelah mengkaji secara mendalam mengenai proses produksi, sistem manajemen biaya yang diterapkan oleh PT X, penulis berkesimpulan bahwa sistem manajemen biaya memiliki andil yang cukup besar dalam penurunan kinerja PT X. Penulis mengusulkan sistem ABC untuk memperbaiki distorsi dari informasi biaya produk dari sistem yang sudah ada.
Activity-Based Costing System (ABC System) adalah sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan kemudian pada produk. Aktivitas merupakan apa yang orang atau sistem lakukan dalam suatu organisasi. Aktivitas mengkonsumsi sumber daya untuk menghasilkan output. Sistem ABC dirancang dengan landasan pikiran bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya.
Dalam sistem ABC, digunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu untuk menentukan berapa besar biaya yang terjadi. Hal ini penting untuk mendapatkan keakuratan biaya, dan menghilangkan distorsi dalam penentuan harga pokok produk. Dalam penerapannya, ABC kemudian berkembang menjadi ABM (Activity Based Management), suatu istilah yang lebih luas, yang mencakup tentang bagaimana mengelola biaya yang dikeluarkan perusahaan sehingga menjadi lebih efisien. Dengan demikian, konsep ABC dan ABM saling berkaitan satu sama lain.
Penulis memilih PT. X yang bergerak dalam bidang manufaktur sebagai obyek penelitian. Penulis akan membandingkan sistem penghitungan biaya yang sudah diterapkan perusahaan dengan sistem Activity Based Costing dan bagaimana keunggulan dan pengaruh sistem ABC terhadap perusahaan, dalam hal ini untuk menentukan harga pokok produksi perusahaan dalam menjalankan operasinya.
Analisis harga jual produk dengan sistem ABC menggambarkan bahwa harga jual yang ditetapkan oleh PT X dapat merupakan suatu kelemahan bagi PT X, dan sebaliknya. Dengan sistem ABC, produk-produk bervolume tinggi masih memiliki ruang untuk melakukan perubahan harga ke arah yang lebih menguntungkan bagi konsumen yaitu dengan menurunkan harga jual. Sedangkan bagi produk-produk bervolume rendah, PT X tampaknya harus menyesuaikan harga jual dengan cara menaikkan harga, atau bahkan menolaknya jika mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
Menggunakan sistem ABC untuk keperluan penghitungan biaya produksi, dimana PT X dapat menghitung biaya produksi yang lebih relevan untuk kedua jenis produk dimana volume produksi kedua jenis produk tersebut amatlah berbeda dengan jumlah yang sangat signifikan. Dengan sistem ABC, PT X dapat mendapatkan nilai biaya produksi yang memberikan dasar argumentasi yang lebih baik.
Penelitian dalam karya akhir ini menggambarkan distorsi yang ditimbulkan oleh sistem tradisional cukup signifikan, bahkan sudah memberikan "arah yang sesat" bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Penelitian menggambarkan penggunaan sistem ABC dalam penghitungan biaya produksi ini berguna dalam menentukan arah operasi perusahaan ini selanjutnya.
Secara keseluruhan dari langkah-langkah yang dilakukan dalam sistem ABC menggambarkan sistem ABC merupakan sarana yang sangat baik untuk mengenal operasi dari perusahaan, tidak saj a dari segi finansial tetapi juga operasional. Sehingga gambaran operasional perusahaan akan lengkap dalam artian keputusan-keputusan yang diambil oleh perusahaan didasarkan pada data yang lebih akurat dan menyeluruh.
Aplikasi sistem ABC juga mendorong perusahaan untuk mulai melakukan pencatatan data operasional yang dibutuhkan untuk perhitungan ABC, seperti data activity driver atau resources driver juga diharapkan dengan diperhatikannya data operasional ini maka akan bisa membuka kesempatan untuk manajemen untuk menganalisa operasional perusahaan dengan lebih baik, demi perbaikan di masa datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>