Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220919 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laureen Celcilia
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran tidak jarang mengalami tekanan selama pendidikannya yang dapat mengakibatkan depresi serta mengganggu kualitas tidur, terutama selama pandemi Covid-19. Depresi pada mahasiswa kedokteran dapat memberikan dampak buruk, seperti penurunan performa akademik, penurunan kemampuan bersosialisasi, dan penurunan kemampuan manajemen waktu belajar Kualitas tidur yang baik diperlukan untuk meningkatkan kinerja, prestasi, dan menghindari berbagai masalah kesehatan.
Metode: Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FKUI tahap klinik. Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk menilai kualitas tidur dan The Center for Epidemiologic Studies Deppresion Scale Revised (CESD-R) untuk menilai gejala depresi. Data primer diolah menggunakan SPSS 26.0 dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Spearman.
Hasil: Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, didapatkan sebanyak 16,4% (n=24) subjek penelitian mengalami depresi. Selain itu, sebanyak 63,7% (n=93) subjek penelitian memiliki kualitas tidur yang buruk. Persebaran data skor depresi dan skor kualitas tidur didapatkan tidak normal (p=0,000). Kualitas tidur dan gejala depresi memiliki korelasi positif yang signifikan secara statistik pada mahasiswa FKUI tahap klinik (r=0,419; p=0,000).
Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara gejala depresi dengan kualitas tidur pada mahasiswa FKUI tahap klinik dengan koefisien korelasi positif dan kekuatan sedang. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengembangkan program yang mendukung kualitas tidur untuk meningkatkan kesehatan mental mahasiswa.

Introduction: Medical students often experience pressure during their education which can lead to depression and poor sleep quality, particularly during the Covid-19 pandemic. Depression can negatively impact medical students, such as decreased academic performance, decreased social skills, and decreased study time management skills. Good sleep quality is needed to improve performance, achievement, and avoid various health problems.
Methods: The study was done in a cross-sectional manner with primary data taken from Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI) clinical students. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire was used to assess sleep quality and the Center for Epidemiological Studies Depression Scale Revised (CESD-R) questionnaire for depressive symptoms. Primary data were analyzed using SPSS 26.0 with Kolmogorov- Smirnov normality test and the Spearman correlation test.
Results: Based on CESD-R, 16.4% (n=24) of the subjects were depressed. In addition, based on PSQI, 63.7% (n=93) study subjects had poor sleep quality. The data distribution on depression scores and sleep quality scores was found to be abnormal (p=0.000). Sleep quality and symptoms of depression had a statistically significant positive correlation in clinical FMUI students (r=0.419; p=0.000).
Conclusion: This study concluded that there is a significant correlation between symptoms of depression and sleep quality in clinical FMUI students, with a positive and moderate strength correlation coefficient. Prevention can be done by developing programs that support sleep quality to improve students' mental health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Macmilliac Lam
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 mempengaruhi pendidikan kedokteran dan sistem kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kualitas tidur dan distres psikologis yang mempengaruhi mahasiswa kedokteran secara fisik dan emosi dalam beraktivitas sehari-hari belum pernah diteliti di masa pandemi ini.
Metode: Penelitian ini melakukan pengambilan data primer melalui kuesioner kepada mahasiswa FKUI tahap klinik selama pandemi. Pengambilan data menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index untuk menilai kualitas tidur dan Kessler Psychological Distress Scale untuk menilai tingkat distres psikologis. Data penelitian diolah menggunakan SPSS 26.0 menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Uji korelasi Spearman.
Hasil: Persebaran data skor Distres Psikologis dan skor Kualitas Tidur tidak normal (p=0,000). Sebanyak 26,7% (n=39) mahasiswa FKUI Tahap Klnik mengalami distres psikologis dan 63,7% (n=93) memiliki kualitas tidur yang buruk. Terdapat korelasi lemah dan signifikan antara distres psikologis dengan kualitas tidur pada mahasiswa FKUI tahap klinik (r=0,325; p<0,001).
Kesimpulan: Prevalensi distres psikologis dan kualitas tidur buruk masih cukup tinggi pada mahasiswa FKUI tahap klnik. Terdapat pula korelasi bermakna, kekuatan lemah, dan arah positif antara distres psikologis dengan kualitas tidur pada mahasiswa FKUI tahap klinik. Direkomendasikan penanganan seperti kampanye pendidikan tidur, konseling manajemen stres, dan konseling terapi kepada mahasiswa kedokteran untuk menurunkan tingkat stres dan kualitas tidur buruk.

Introduction: The COVID-19 pandemic is affecting medical education and health systems in an unprecedented way. Sleep quality and psychological distress which affect medical students physically and emotionally in their daily activities, have never been assessed during pandemic.
Method: This study conducted primary data collection through questionnaires to FKUI students at the clinical stage during the pandemic. Data were collected using the Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire to assess sleep quality and the Kessler Psychological Distress Scale to assess the level of psychological distress. The research data were processed using SPSS 26.0 using the Kolmogorov-Smirnov normality test and the Spearman correlation test.
Result: The distribution of Psychological Distress scores and Sleep Quality scores were not normal (p=0.000). A total of 26.7% (n=39) of the Clinical-Stage FKUI students experienced psychological distress, and 63.7% (n=93) had poor sleep quality. There is a weak and significant correlation between psychological distress and sleep quality in clinical-stage FKUI students (r=0.325; p<0.001).
Conclusion: The prevalence of psychological distress and poor sleep quality is still relatively high in the clinical stage of FKUI students. There is also a significant correlation, weak strength, and positive direction between psychological distress and sleep quality in clinical-stage FKUI students. Recommended treatments such as sleep education campaigns, stress management counseling, and therapeutic counseling to medical students to reduce stress levels and poor sleep quality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Christian
"Latar belakang: Dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat hubungan yang antara resiliensi dengan menurunnya frekuensi gejala depresi. Namun demikian, belum ada penelitian yang menguji hubungan antara resiliensi dan depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran, khususnya di Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara resiliensi dengan gejala depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tingkat tiga (3) di masa pandemi COVID-19.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang pada mahasiswa FKUI tingkat tiga dengan menggunakan kuesioner CD-RISC25 untuk mengukur resiliensi dan CESD-R untuk mengetahui gejala depresi. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Spearman.
Hasil: Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data resiliensi menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05) dengan rerata nilai resiliensi sebesar 69,39 ± 14,11. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data gejala depresi menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal (p<0,05) dengan nilai median 9 (0-68). Hubungan korelasi antara resiliensi dan gejala depresi didapatkan melalui Uji Spearman yang menunjukkan hasil signifikan (p<0,05) dan hasil korelasi negatif (r=-0,525).
Diskusi: Resiliensi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada umumnya, sementara gejala depresi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong rendah. Hal ini disebabkan korelasi negatif antara resiliensi dan gejala depresi dimana resiliensi dikaitkan dengan tipe kepribadian yang memiliki persepsi diri yang positif, optimisme yang tinggi, dan ketenangan diri sehingga menjadi faktor protektif dari gejala depresi.
Kesimpulan: Resiliensi memiliki korelasi negatif signifikan dengan gejala depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran tingkat tiga."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Michelle
"Latar belakang: COVID-19 adalah penyakit saluran pernapasan akibat SARS-CoV-2 yang sudah menjadi pandemi di seluruh dunia. Dalam menghadapi COVID-19, diperlukan pengetahuan dan perilaku pencegahan yang baik di masyarakat. Sebagai calon dokter, penting pula untuk mahasiswa kedokteran tingkat akhir memiliki pengetahuan yang baik agar dapat mengedukasi masyarakat serta perilaku yang baik agar dapat melindungi diri dan menjadi contoh bagi masyarakat.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan sampel seluruh mahasiswa tingkat akhir FKUI. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner “Knowledge, Attitude and Practice toward the Novel Coronavirus (COVID-19)” yang disebarkan secara daring. Data kemudian dianalisis dengan metode kategorik komparatif independen, yaitu chi-square dan Fisher.
Hasil: Tingkat pengetahuan subjek yang tergolong sangat baik adalah sebesar 70%. Tingkat perilaku subjek mayoritas tergolong cukup baik, yakni 65,5%. Ditemukan hubungan tidak bermakna antara pengetahuan dengan perilaku (P=0,403). Ditemukan hubungan bermakna antara jenis kelamin dan sumber informasi utama dengan pengetahuan (P=0,011 dan P=0,005).
Kesimpulan: Pengetahuan mahasiswa kedokteran tingkat akhir mengenai COVID-19 sudah sangat baik, namun perilaku mahasiswa tingkat akhir masih tergolong cukup baik. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan perilaku, diperlukan intervensi langsung secara struktural dari universitas, tidak hanya dengan peningkatan pengetahuan karena tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan perilaku.

Introduction: COVID-19 is a respiratory disease caused by SARS-CoV-2 that has been a pandemic in the whole world. In dealing with COVID-19, people needs good knowledge and practice of COVID-19 prevention. As future doctors, final year medical students must have good knowledge to be able to educate people along with good practice to protect themselves and to be an example for people.
Method: This study used cross sectional design with a sample of all final year students of FMUI. Instrument used in this study is “Knowledge, Attitude and Practice toward the Novel Coronavirus (COVID-19)” questionnaire that was shared online. The collected data then was analyzed by independent comparative categorical methods, such as chi- square and Fisher.
Result: The level of subject knowledge that is classified as excellent is 70%. The level of subject practice mostly is moderate, which is 65,5%. There is unsignificant association between knowledge and practice (P=0.403). A significant relationship was found between gender and main source of information with knowledge (P=0.011 and P=0.005).
Conclusion: The knowledge of COVID-19 in final year medical students is excellent, but their practice is still moderate. Therefore, to improve practice, direct structural intervention from university in needed, not only by increasing knowledge because there is no significant relationship between knowledge and practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Husna Bukhari
"Pandemi COVID-19 yang terjadi mulai tahun 2020 merupakan masa yang penuh tekanan bagi kehidupan manusia. Salah satu dampaknya adalah kenaikan persentase individu yang mengalami gejala depresi. Dalam mencegah dan menanggulangi gejala depresi, diperlukan pengetahuan mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan munculnya gejala depresi. Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kemampuan regulasi emosi dengan gejala depresi, disertai dengan peran psychological inflexibility sebagai variabel mediator. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, dengan 342 partisipan berusia 18-25 tahun (M=20,66) yang merupakan penduduk Indonesia. Data diambil dengan menggunakan alat ukur PERCI, PHQ-9, dan AAQ-II secara daring dengan metode convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan regulasi emosi memprediksi timbulnya gejala depresi. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa psychological inflexibility berperan memediasi sebagian hubungan antara regulasi emosi dengan gejala depresi. Implikasi penelitian ini adalah bertambahnya pengetahuan akan pentingnya meningkatkan kemampuan regulasi emosi dan mengurangi terjadinya psychological inflexibility dalam upaya mencegah dan menanggulangi timbulnya gejala depresi.

The COVID-19 pandemic that began in 2020 is a stressful time for human life, one of which is the increase in the percentage of individuals experiencing symptoms of depression. In preventing and overcoming depressive symptoms, it is necessary to know what factors are associated with the emergence of depressive symptoms. In this study, the researchers aimed to determine the relationship between the level of emotion regulation ability and the symptoms of depression, accompanied by the role of psychological inflexibility as a mediator variable. This study is a correlational study, with 342 participants aged 18-25 years (M=20.66) who are Indonesian residents. Data were taken online using the PERCI, PHQ-9, and AAQ-II measuring instruments with the method of convenience sampling. The results showed that emotion regulation triggers the onset of depressive symptoms. In addition, the study also found that psychological inflexibility partially mediated the relationship between emotion regulation and depressive symptoms. Implications of this study are the increased knowledge of the importance in improving emotion regulation abilities and reducing psychological inflexibility as an effort to prevent and overcome depressive symptoms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Rahmawati
"Pandemi Covid-19 (coronavirus diseases 2019) yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2 yang pertama kali muncul Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019. Virus ini muncul di berbagai negara di dunia sehingga menciptakan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan ekonomi global. Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga menimbulkan kekhawatiran dan berbagai gangguan kesehatan mental lainnya di masyarakat. Selain itu, tenaga kesehatan juga rentan terhadap gangguan kesehatan mental selama menangani pasien Covid-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi gejala kecemasan dan depresi pada tenaga kesehatan laboratorium terpadu di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Juli 2021. Analisis yang digunakan yaitu, univariat, bivariat dan multivariabel dengan derajat kepercayaan 95%. Dari 42 tenaga kesehatan laboratorium terpadu RS UI didapatkan prevalensi gejala kecemasan sebesar 11,9% dan prevalensi gejala depresi sebesar 14,3%. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara gejala kecemasan ataupun depresi dengan variabel independen penelitian.

The Covid-19 pandemic (coronavirus diseases 2019) caused by the SARS-Cov-2 virus which first appeared in Wuhan City, Hubei Province, China at the end of 2019. This virus appeared in various countries in the world, causing a significant impact on society and the global economy. Covid-19 pandemic has also caused concern and various other mental health disorders in the community. Furthermore, healthcare workers are also vulnerable to mental health disorders while treating Covid-19 patients. The purpose of this study is to estimate the prevalence of anxiety and depression symptoms in healthcare workers in the integrated laboratory at the Universitas Indonesia Hospital during the Covid-19 pandemic. This study uses a cross sectional design conducted at the Integrated Laboratory of the Universitas Indonesia Hospital in July 2021. The analysis used is univariate, bivariate and multivariable with a 95% confidence interval. Of 42 integrated laboratory health workers at Universitas Indonesia Hospital, the prevalence of anxiety symptoms was 11.9% and the prevalence of depressive symptoms was 14.3%. The results of the bivariate analysis with the chi-square test there is no significant relationship between symptoms of anxiety or depression with the independent variables of the study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Basith
"Latar belakang. Kegawatdaruratan jalan napas merupakan alasan pentingnya kompetensi keterampilan prosedural Intubasi Endotrakeal dan Ventilasi Masker bagi seorang dokter. Keterampilan prosedural tersebut diajarkan melalui pelatihan dengan tatap muka. Namun, pandemi COVID-19 memberikan dampak pada sistem pendidikan, termasuk pendidikan kedokteran. Metode pelatihan dengan tatap muka langsung tidak dapat dilakukan dan memerlukan suatu modifikasi menjadi metode daring. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah modifikasi Peyton’s Four-Step Approach. Tujuan. Menilai efektifitas metode pembelajaran dengan modifikasi Peyton’s four-step approach dan metode pembelajaran Peyton’s four-step approach klasik dalam pembelajaran keterampilan prosedural Intubasi Endotrakeal dan Ventilasi Masker selama masa pandemi COVID-19. Metode. Penelitian eksperimental dengan dua kelompok subyek mahasiswa pada modul Keterampilan Klinis Dasar Intubasi Endotrakeal dan Ventilasi Masker di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia selama periode Maret-Juni 2022. Kelompok pertama mendapatkan pembelajaran dengan Peyton’s four-step approach klasik dan kelompok lainnya mendapatkan pembelajaran dengan modifikasi Peyton’s four-step approach. Kedua kelompok kemudian diuji dan dilakukan penilaian dengan skor rubrik dan skor global rating, serta mengisi kuisioner umpan balik. Hasil. Eksperimen dilakukan dengan 133 mahasiswa pada kelompok klasik dan 96 mahasiswa pada kelompok modifikasi. Median skor rubrik 21,2 poin dan mayoritas skor global rating lulus (60,7%). Analisis statistik skor rubrik (uji T) dan skor global rating (uji Chi square) terhadap metode pembelajaran memberikan nilai p > 0,05 untuk keduanya. Analisis statistik persentase kelulusan antar metode pembelajaran juga memberikan nilai p > 0,05. Kuisioner kepuasan dan kepercayaan diri mendapatkan jawaban setuju dan sangat setuju untuk seluruh pertanyaan dan analisis perbandingan kepuasan antar metode mendapatkan nilai p > 0,05. Kesimpulan. Metode pembelajaran menggunakan metode modifikasi Peyton Four-Step Approach dan Peyton Four-Step Approach klasik sama efektif untuk diterapkan pada pembelajaran keterampilan prosedural Intubasi Endotrakeal dan Ventilasi Masker pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua metode memberikan kepuasan dan kepercayaan diri yang sama.

Background. Airway emergencies is the reason behind competency in mask ventilation and intubation skills for a doctor. These procedural skills are taught through face-to-face training. However, the COVID-19 pandemic has had an impact on the education system, including medical education. The face-to-face training method cannot be carried out and requires a modification to an online method. One method that can be done is a modification of Peyton's Four-Step Approach. Objective. Assessing learning method effectiveness between the modified Peyton's Four-Step Approach and the classic Peyton's Four-Step Approach in learning basic skills of mask ventilation and intubation during the COVID-19 pandemic. Method. Experimental study with two groups of student subjects in the Basic Clinical Skills module of mask ventilation and endotracheal intubation at the Faculty of Medicine, University of Indonesia during the period March-June 2022. The first group received learning using the classic Peyton's Four-Step Approach and the other group received learning with a modified Peyton's Four-Step Approach. Both groups were then tested and assessed using a rubric score and a global rating score, as well as filling out a feedback questionnaire. Results. The experiment was conducted with 133 students in the classic group and 96 students in the modified group. The median rubric score was 21.2 points and the majority of the global rating scores passed (60.7%). Statistical analysis of the rubric score (T-test) and the global rating score (Chi square test) on the learning method gave a p value > 0.05 for both. Statistical analysis of the passing percentage between learning methods also gives a p value > 0.05. The satisfaction and self-confidence questionnaires got answers agree and strongly agree for all questions and satisfaction comparison analysis between methods got p value > 0.05. Conclusion. The learning method using the modified Peyton Four-Step Approach and the classic Peyton Four-Step Approach is equally effective for learning the basic skills of mask ventilation and endotracheal intubation for students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Both methods provide equal satisfaction and confidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yeni Rahmawati
"Pandemi Covid-19 (coronavirus diseases 2019) yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2 yang pertama kali muncul Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019. Virus ini muncul di berbagai negara di dunia sehingga menciptakan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan ekonomi global. Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga menimbulkan kekhawatiran dan berbagai gangguan kesehatan mental lainnya di masyarakat. Selain itu, tenaga kesehatan juga rentan terhadap gangguan kesehatan mental selama menangani pasien Covid-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi gejala kecemasan dan depresi pada tenaga kesehatan laboratorium terpadu di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Juli 2021. Analisis yang digunakan yaitu, univariat, bivariat dan multivariabel dengan derajat kepercayaan 95%. Dari 42 tenaga kesehatan laboratorium terpadu RS UI didapatkan prevalensi gejala kecemasan sebesar 11,9% dan prevalensi gejala depresi sebesar 14,3%. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara gejala kecemasan ataupun depresi dengan variabel independen penelitian.

The Covid-19 pandemic (coronavirus diseases 2019) caused by the SARS-Cov-2 virus which first appeared in Wuhan City, Hubei Province, China at the end of 2019. This virus appeared in various countries in the world, causing a significant impact on society and the global economy. Covid-19 pandemic has also caused concern and various other mental health disorders in the community. Furthermore, healthcare workers are also vulnerable to mental health disorders while treating Covid-19 patients. The purpose of this study is to estimate the prevalence of anxiety and depression symptoms in healthcare workers in the integrated laboratory at the Universitas Indonesia Hospital during the Covid-19 pandemic. This study uses a cross sectional design conducted at the Integrated Laboratory of the Universitas Indonesia Hospital in July 2021. The analysis used is univariate, bivariate and multivariable with a 95% confidence interval. Of 42 integrated laboratory health workers at Universitas Indonesia Hospital, the prevalence of anxiety symptoms was 11.9% and the prevalence of depressive symptoms was 14.3%. The results of the bivariate analysis with the chi-square test there is no significant relationship between symptoms of anxiety or depression with the independent variables of the study. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Abimanyu
"Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kedekatan dengan alam berperan memiliki hubungan yang signifikan dalam peningkatan kesehatan mental dan pengurangan efek kecemasan maupun stres pada individu. Namun, masih terdapat inkonsistensi terkait hubungan tersebut dalam konteks pandemi. Di sisi lain, terdapat penelitian yang membuktikan bahwa resiliensi juga memiliki peran yang penting dalam menurunkan kecemasan individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran moderasi resiliensi pada hubungan antara kedekatan dengan alam dan kecemasan pada mahasiswa yang sedang menjalani pembelajaran jarak jauh selama pandemi. Sejumlah 218 partisipan yang terdiri dari 173 orang perempuan dan 45 orang laki-laki Indonesia telah mengikuti penelitian ini dengan rentang usia 18 hingga 24 tahun (M = 20,72; SD = 1,22). Alat ukur dalam kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Skala Kedekatan Alam untuk mengukur kedekatan dengan alam, STAI untuk mengukur kecemasan, dan Resilience Scale untuk mengukur resiliensi. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kedekatan dengan alam dan kecemasan (r = -0,205; p < 0,01, two-tailed), dan tidak terdapat peran moderasi resiliensi pada hubungan antara kedekatan dengan alam dan kecemasan mahasiswa.

Many previous studies have proven that nature relatedness plays a significant role in improving mental health and reducing the effects of anxiety and stress on individuals. However, there are still inconsistencies between one study and another regarding this relationship. There are also studies that prove that resilience also has an important role in reducing individual anxiety. This study aims to examine the moderating role of resilience in the relationship between nature relatedness and anxiety among students undergoing distance learning during the pandemic. A total of 218 participants consisting of 173 women and 45 men participated in this study with an age range of 18 to 24 years (M = 20,72; SD = 1,22). The measuring instruments in the questionnaire used in this study include the Nature Relatedness Scale to measure nature relatedness, the State Anxiety Inventory to measure anxiety, and the Resilience Scale to measure resilience. The results of the analysis of this study indicate that there is a significant negative relationship between nature relatedness and anxiety (r = -0.205; p<0.01, two-tailed), but there is no moderating role of resilience in the relationship between nature relatedness and student anxiety."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>