Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166561 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Tri Yulian Prabowo
"Upaya yang dapat mencegah karies adalah dengan aplikasi bahan remineralisasi berupa topical fluoride yang dicampur dengan ekstrak daun ruku-ruku, dan daun sirih merah. Penggunaannya dapat meningkatkan kekerasan permukaan gigi dan menghambat bakteri penyebab karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan kekerasan email setelah pengaplikasin fluoride varnish eksperimental modifikasi daun ruku-ruku dan daun sirih merah. Spesimen gigi dibuat sebanyak 24 buah dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok FV + daun ruku-ruku, FV + daun sirih merah, MI Varnish® Fresh Mint (GC, USA), dan kontrol, dilakukan tes kekerasan awal. Kemudian dilakukan perlakuan demineralisasi dengan perendaman saliva buatan (pH 4,5) selama 30 menit , sedangkan untuk fase remineralisasi dilakukan masing-masing kelompok dan perendaman dalam saliva buatan (pH 7) selama 6 jam, dan diletakkan pada suhu 370C. Setelah itu, setiap spesimen diukur kembali kekerasannya dengan alat Microhardness Tester (Shimadzu HMV-G21DT, Jepang), setiap fase demineralisasi dan remineralisasi. Hasil dari uji kekerasan didapatkan terdapat peningkatan yang tidak jauh berbeda dari masing-masing kelompok dengan peningkatan tertinggi pada gigi yang diberi dengan FV+ daun Ruku-ruku, kecuali pada kelompok kontrol yang tidak mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa FV + Daun Ruku-ruku dan dan FV + Daun Sirih Merah dapat meningkatkan kekerasan permukaan email seperti MI Varnish komersial

Efforts that can be made to prevent caries are the application of remineralization materials in the form of topical fluoride mixed with ruku-ruku leaves extract and red betel leaves. Its use can increase the hardness of the tooth surface and inhibit caries-causing bacteria. This study aims to determine the effect of increasing enamel hardness after the application of experimental fluoride varnish with modified ruku-ruku leaves and red betel leaves. 24 dental specimens were made and divided into 4 groups, namely the FV group + ruku-ruku leaves, FV + red betel leaves, MI Varnish® Fresh Mint (GC, USA), and control, All specimens were tested for initial hardness, and hardness after demineralization treatment by immersing in artificial saliva (pH 4.5) for 30 minutes at 370C. Furthermore, after application with FV + ruku-ruku leaves, FV + red betel leaves, and MI Varnish® Fresh Mint (GC, USA), the specimens were immersed in artificial saliva (pH 7) for 6 hours, 370C and then the final hardness measurement was taken. The test results showed no significant differences between the initial hardness, after demineralization, and after remineralization of the four groups. However, The teeth group that experienced highest increase in surface hardness were teeth treated with experimental fluoride varnish mixed with ruku-ruku leaves extract. It can be concluded that FV + Ruku-ruku leaves and and FV + Red Betel leaves can increase the surface hardness of the enamel like commercial MI Varnish"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelique Denise Chrysilla
"Fluoride varnish adalah material pencegahahan karies gigi yang menggunakan fluor, suatu gel khusus yang dioleskan pada permukaan gigi untuk remineralisasi lapisan email gigi. Namun setelah aplikasi varnish, terdapat pantangan untuk makan atau minum serta penggosokan gigi, sehingga membuat pengguna merasa tidak nyaman, terutama anak-anak. Selain itu, kemampuan antibakteri varnish tidak dapat mengatasi Streptococcus mutans pada mulut anak-anak. Kedua permasalahan tersebut dapat diatasi dengan fluoride varnish anak yang mengandung agen antibakteri serta memiliki kecepatan pelepasan ion fluor yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat scale up skala pilot dari produk fluoride varnish dengan daun ruku-ruku dengan variasi kapasitas produksi serta menganalisis kelayakan keekonomiannya. Pelepasan ion terbaik didapatkan dalam 6 jam pengujian sebesar 29,08 mg/L. Peningkatan skala kapasitas produksi sangat berpengaruh pada performa fluoride varnish, zona inhibisi mengalami peningkatan, pH cenderung stabil, dan pelepasan fluor cenderung naik. Nilai penyimpangan pelepasan ion fluor pada fluoride varnish skala lab dan scale up adalah sebesar 1,85%. Nilai rata-rata pH seluruh sampel fluoride varnish yang didapatkan telah berada di atas pH kritis fluorapatite sehingga remineralisasi dapat terjadi. Dari analisis kekonomian didapatkan Net Present Value (NPV) sebesar Rp15.950.830.768,00, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 18,1% dan payback period selama kurang lebih 5,8 tahun, yang menunjukan bahwa pabrik fluoride varnish ini layak diimplementasikan.

Fluoride varnish is a dental caries prevention material that uses fluoride, a special gel that is applied to the teeth surface to remineralize teeth enamel. However, after the application of varnish, there are restrictions on eating or drinking and brushing your teeth, which makes users feel uncomfortable, especially children. In addition, the antibacterial ability of the varnish cannot overcome Streptococcus mutans in the mouths of children. Both of these problems can be overcome with children's fluoride varnish which contains antibacterial agents and has a high fluoride ion release rate. The purpose of this research is to make a pilot scale of a fluoride varnish product with holy basil leaves with variations in production capacity and to analyze its economic feasibility. The best ion release was obtained in 6 hours of testing at 29.08 mg/L. Increasing the scale of production capacity greatly affects the performance of fluoride varnish, the zone of inhibition increases, the pH tends to be stable, and the release of fluorine tends to increase. The deviation value of fluoride ion release in lab scale and scale up fluoride varnish is 1.85%. The average pH value of all fluoride varnish samples obtained was above the critical fluorapatite pH so that remineralization could occur. From the economic analysis, it was obtained a Net Present Value (NPV) of Rp. 15,950,830,768.00, an Internal Rate of Return (IRR) of 18.1% and a payback period of approximately 5.8 years, indicating that the fluoride varnish factory is feasible to be implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reagan Cendikiawan
"Latar Belakang: Beberapa penelitian sebelumnya tentang fluoride varnish< (FV) telah dilakukan dengan menambahkan bahan herbal untuk meningkatkan sifat antibakteri dan efektivitas pelepasan ion fluor. Dalam hal ini, produk FV dengan tambahan bahan herbal belum diketahui efek remineralisasi dan peningkatan kekerasan mikro pada gigi manusia yang didemineralisasi secara in vitro. 
Tujuan: Menganalisis potensi remineralisasi dan peningkatan kekerasan mikro enamel gigi setelah aplikasi hasil fabrikasi FV dengan tambahan bahan herbal. 
Metode: Ekstrak daun konsentrasi 0,1 mg/L dibuat dengan metode pemanasan konveksi pada suhu 40oC dan FV diaduk pada suhu 90oC serta kecepatan pengadukan sebesar 280 rpm. Spesimen gigi direndam dalam larutan demineralisasi yang mengandung trisodium fosfat, kalsium klor, dan asam asetat dengan pH 4,6 selama 4 hari. Setelah itu, spesimen diaplikasikan FV sesuai dengan masing-masing kelompok perlakuan. 
Hasil: FVRR (Fluoride Varnish Ruku-Ruku) dan FVSM (Fluoride Varnish Sirih Merah) memiliki jumlah kumulatif dan persentase pelepasan ion fluor yang lebih besar dibandingkan dengan CWV. Analisis CLSM memperlihatkan adanya pengurangan lesi demineralisasi pada FVRR dan FVSM. Peningkatan kekerasan enamel kelompok FVRR dan FVSM lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok CWV dan kontrol negatif. 
Kesimpulan: Potensi remineralisasi dan peningkatan kekerasan mikro enamel gigi setelah aplikasi FVRR dan FVSM lebih baik dibandingkan dengan CWV. 

Background: Several previous studies on fluoride varnish (FV) have been carried out by adding herbal ingredients to increase the antibacterial properties and effectiveness of fluoride ion release. In this case, FV with the addition of herbal ingredients have not been known to have the effect for remineralization and restoration enamel microhardness on demineralized human teeth. 
Aim: To analyze the potential for remineralization and restoration enamel microhardness after the application of FV with the addition of herbal ingredients. 
Methods: Leaves extract concentration of 0.1 mg/L was prepared by convection heating method at 40oC and FV was stirred at 90oC with a stirring speed of 280 rpm. The tooth specimens were immersed in a demineralized solution containing trisodium phosphate, calcium chlorine and acetic acid with a pH of 4.6 for 4 days. Then, the specimens were applied FV according to each treatment group. 
Results: HBV (Holy Basil Varnish) and RBV (Red Betel Varnish) had higher cumulative amount and percentage of fluoride ion release compared to CWV. CLSM showed reduced demineralizing area in HBV and RBV. The increase in enamel hardness in the HBV and RBV groups was higher than CWV and negative control groups. 
Conclusion: The potential for remineralization and restoration enamel microhardness after application of HBV and RBV is better than CWV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaidah Qurrota A’yun
"Fluoride varnish merupakan dental material yang diaplikasikan pada permukaan gigi untuk dapat melepaskan fluoride agar remineralisasi dapat terjadi sehingga dapat mencegah karies gigi. Umumnya fluoride varnish diaplikasikan setiap 6 bulan sekali, namun untuk kelompok dengan resiko karies yang tinggi, dapat diberikan setiap 3 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan daun sirih merah terhadap performa produk yang ditinjau dari pelepasan ion dan juga zona inhibisi bakteri. Kemudian dilakukan variasi kapasitas produksi untuk melihat kestabilan performa produk serta dilakukan analisa ekonomi untuk melihat kelayakan bisnis fluoride varnish. Hasil eksperimen didapatkan penggunaan ekstrak daun sirih merah pada pembuatan fluoride varnish dengan kapasitas 100 gr yang dibandingkan terhadap kontrol memiliki pengaruh yang signifikan terhadap zona inhibisi menggunakan bakteri Streptococcus mutans dan pelepasan ion fluoride menggunakan metode ISO 17730;2020 selama 6 jam, namun jika dibandingkan dengan produk komersial MI tidak berbeda nyata terhadap zona inhibisi bakteri maupun pelepasan ion fluor yang menandakan produk cukup baik jika dibandingkan dengan produk komersial. Variasi kapasitas produksi dilakukan untuk melihat apakah produk sudah stabil jika dilakukan scale up. Pada kapasitas produksi 200 gr dan 500 gr, produk sudah stabil namun ketika diproduksi menjadi 1000 gr produk belum stabil dalam pelepasan ion fluor dan zona inhibisi bakteri. Project fluoride varnish dengan ekstrak daun sirih merah sebagai antibakteri dapat dinyatakan layak karena memiliki NPV positif sebesar Rp.32.081.406.436,05, IRR 25,23%, payback period selama 5,4 tahun.

Fluoride varnish is a dental material which is applied to the tooth surface to release fluoride so that remineralization can occur to prevent dental caries. Generally, fluoride varnish is applied every 6 months, but for groups with a high risk of caries, it can be given every 3 months. The purpose of this study was to determine the effect of the addition of red betel leaves on product performance in terms of ion release and bacterial inhibition zone. Then variations in production capacity were carried out to see the stability of product performance and economic analysis was carried out to see the feasibility of fluoride varnish business. The experimental results showed that the use of red betel leaf extract in the manufacture of fluoride varnish with a capacity of 100 g compared to the control had a significant effect on the inhibition zone using Streptococcus mutans bacteria and the release of fluoride ions using the ISO 17730;2020 method for 6 hours. Variations in production capacity were carried out to test the stability of product performance. At a production capacity of 200 gr and 500 gr, the product is stable but when produced to 1000 gr the product is not stable in the release of fluorine ions and bacterial inhibition zone. The fluoride varnish project with red betel leaf extract as an antibacterial can be declared feasible because it has a positive NPV of Rp.32.081.406.436, IRR 25,23%, payback period for 5,4 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Graciapalma Nastiti
"Karies gigi disebabkan oleh penumpukan bakteri di dalam mulut, khususnya bakteri Streptococcus mutans, yang menghasilkan plak dan menyebabkan demineralisasi gigi sehingga mengurangi kandungan mineralnya. Untuk mengatasi hilangnya mineral pada gigi, diperlukan solusi perawatan gigi yang dapat melakukan remineralisasi gigi, seperti fluoride varnish. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viskositas dan pelepasan ion fluor yang paling optimal pada produk fluoride varnish antibakteri. Sifat antibakteri pada fluoride varnish ini berasal dari penambahan ekstrak daun ruku-ruku. Massa pelarut n-hexane merupakan variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap nilai dari pH, viskositas, dan pelepasan ion fluor pada penelitian ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pelarut n-hexane optimum untuk produk fluoride varnish adalah 15,2%. Fluoride varnish ini memiliki nilai viskositas 1302 cP, pelepasan ion fluor tertinggi sebesar 8,53 mg/L, dan nilai pH 6,7. Pada penlitian ini juga dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode t-Test yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai viskositas dan pH sampel. Pada pelepasan ion fluor ketika dilakukan uji One-way ANOVA, didapatkan perbedaan yang signifikan pada variasi pelarut n-hexane 75 g (p<0,05).

Dental caries is caused by the growth of bacteria in the mouth, especially Streptococcus mutans bacteria, which produces plaque and causes tooth demineralization, which can reduce the mineral content. To overcome the loss of minerals in teeth, dental care solutions are needed that can remineralize teeth, such as fluoride varnish. This research aim is to determine the optimal viscosity and release of fluorine ions in antibacterial fluoride varnish products. The antibacterial properties of this fluoride varnish come from the addition of holy basil leaf extract. The mass of the n-hexane solvent is the independent variable used in this research. In addition, observations were made on the values ​​of pH, viscosity, and fluorine ion release in this study. The results obtained show that the optimum n-hexane solvent for fluoride varnish products is 15.2%. This fluoride varnish has a viscosity value of 1302 cP, the highest fluoride ion release of 8.55 mg/L, and a pH value of 6.7. In this research, statistical tests were also carried out using the t-Test method which showed that there were no significant differences in the viscosity and pH values ​​of the samples. In the release of fluorine ions when the One-way ANOVA test was carried out, a significant difference was found in the variation of 75 g n-hexane solvent (p<0.05)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Elim Setiadi
"Latar belakang: Karies merupakan proses demineralisasi yang dapat terjadi pada permukaan gigi dalam rongga mulut bila gigi terpapar oleh asam pada jangka waktu tertentu. Minuman yang sering dikonsumsi masyarakat dan menyebabkan proses demineralisasi email pada gigi adalah minuman berkarbonasi yang memiliki pH sebesar 1 - 4. Salah satu upaya untuk mencegah demineralisasi email secara terus-menerus yang cukup umum digunakan adalah pernis fluoride dan inovasi terbaru dalam bidang kedokteran gigi adalah propolis fluorida. Tujuan: Membandingkan struktur email antara gigi yang diaplikasikan varnish propolis fluorida dengan natrium fluorida setelah didemineralisasi menggunakan minuman berkarbonasi. Metode: 27 sampel gigi premolar dibagi menjadi kelompok propolis fluorida, natrium fluorida, dan kontrol / tanpa aplikasi. Seluruh spesimen didemineralisasi awal dengan asam asetat 5% selama 20 menit lalu dikeringkan dan diaplikasikan pernis fluoride kemudian direndam di dalam larutan saliva buatan Fusayama selama 30 menit lalu direndam minuman berkarbonasi selama 1 jam. Setelah itu, dilakukan uji dispersif energi x-ray (EDX) terhadap perwakilan setiap kelompok untuk mendapat data kuantitatif yang terlihat permukaan seluruh spesimen dengan pemindaian mikroskop elektron (SEM) dan dibandingkan secara kualitatif. Hasil: Persentase unsur fluor pada permukaan email gigi antar seluruh kelompok tidak memiliki perbedaan yang ada (p-value≥0,05), namun terdapat perbedaan struktur permukaan email gigi kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kesimpulan: Berdasarkan analisa kuantitatif dengan EDX dan analisa kualitatif dengan SEM, dapat disangkal bahwa propolis fluorida dan natrium fluorida memiliki kekuatan yang sama dalam menghambat demineralisasi email akibat minuman berkarbonasi.
Background: Caries is the process of demineralization that occurs on teeth surfaces inside the mouth cavity if the former was exposed to acid in a period. Carbonated drinks are one of the most consummated beverages that can cause enamel demineralization with pH ranging from 1 to 4.To counter the process, the use of fluoride varnishes in clinical dentistry are the most common and favorable while the newest innovation made from natural substances is propolis fluoride. Objective: Comparing the enamel structure between samples applied with propolis fluoride and sodium fluoride after demineralized by carbonated drink. Methods: 27 premolar tooth were divided equally into different groups of propolis fluoride, sodium fluoride, and control. Samples were exposed to 5% acetate acid for 20 minutes and fluoride varnishes after. Next, samples were exposed to Fusayama's artificial saliva for 30 minutes and carbonated drinks for 1 hour. The last step was to analyze the surface of the representative samples with energy dispersive x-ray (EDX) for the quantitative analysis and scanning electron microscope (SEM) to the surface of all samples to be compared qualitatively. Results: The percentage of the fluoride element inside the enamel surfaces from the EDX shows no significant differences for all groups (p-value≥0,05), while control group show differences of the enamel surface structure if compared to the other groups. Conclusion: Based on the quantitative analysis with EDX and qualitative analysis with SEM, propolis fluoride and sodium fluoride have the same effectivity in inhibiting enamel demineralization by carbonated drinks."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggrid Trusty Wiselyana
"Daun sirih mengandung komponen utama yaitu polifenol, yang lebih dikenal dengan nama tanin. Tanin berpengaruh terhadap kekerasan permukaan email gigi. Cara aplikasi pada email adalah dengan topikal gel. Pada penelitian ini digunakan 18 spesimen gigi sapi yang ditanam dalam resin akrilik dan dibagi dalam 3 kelompok, gel ekstrak daun sirih 15%, 25% dan 35% selama 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Kekerasan email diukur menggunakan alat uji Shimadzu Microhardness Tester HMV-2. Hasil dianalisis dengan menggunakan Repeated ANOVA dan One Way ANOVA. Terdapat perbedaan yang bermakna pada seluruh kelompok perlakuan (p<0.05). Terdapat peningkatan nilai kekerasan email setelah aplikasi gel ekstrak daun sirih 15% selama 6 bulan.

Betel leaf (Piper betle Linn) contains a main component, known as Tannin. Tannin can affect enamel`s hardness. 18 specimens of bovine teeth were embedded in acrylic resin, divided into 3 groups of gel application betel leaf extract 15%, 25% and 35% for 1 month, 3 months and 6 months. Enamel`s hardness measured by Shimadzu Microhardness Tester HSV-2. Statistical analysis was done by Repeated ANOVA and One Way ANOVA. There was significantly increase (p<0.05) of micro hardness number after 6 months gel application with 15% betel leaf extract. Gel with betel leaf extract can significantly affect the enamel`s hardness."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putra Ramadhan
"ABSTRAK
Latar belakang: Karies gigi merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan oleh interaksi komplek biofilm dengan sumber karbohidrat yang menempel di permukaan gigi. Salah satu proses yang terjadi pada email gigi untuk terbentuknya karies adalah proses demineralisasi gigi yang terjadi secara dominan dibandingkan dengan proses remineralisasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah karies adalah dengan pengaplikasian bahan remineralisasi seperti propolis fluorida dan natrium fluorida. Penggunaan bahan remineralisasi ini dapat meningkatkan kekerasan email. Tujuan: Membandingkan peningkatan kekerasan email setelah pengaplikasian bahan remineralisasi propolis fluorida dan natrium fluorida. Metode: 32 sampel gigi premolar dibagi menjadi kelompok propolis fluorida dan natrium fluorida. Seluruh spesimen ditanam di dalam pipa paralon dan dilakukan penghalusan dan pemolesan. Seluruh spesimen dilakukan tes kekerasan awal. Kemudian dilakukan demineralisasi dengan menggunakan Buavita® (pH 3,85). Setelah itu spesimen diukur kekerasannya, kemudian diaplikasikan propolis fluorida dan natrium fluorida dan direndam dalam saliva buatan selama 3 hari. Setelah itu dilakukan pengukuran kekerasan akhir dan dibandingkan secara statistik. Hasil: Natrium Fluorida lebih efektif dalam meningkatkan kekerasan email dibandingkan dengan Propolis Fluorida, dan juga terdapat perbedaan bermakna kekerasan gigi yang telah didemineralisasi dan kekerasan email gigi setelah diaplikasi bahan remineralisasi. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan kekerasan email pada pengaplikasian propolis fluorida dan natrium fluorida.

ABSTRACT
Background: Dental caries is a multifactorial disease caused by the interaction of the biofilm complex with carbohydrate sources attached to the surface of the teeth. One process that occurs in tooth enamel for caries formation is the process of tooth demineralization that occurs predominantly compared to the remineralization process. Efforts that can be made to prevent caries are by applying remineralization materials such as propolis fluoride and sodium fluoride. The use of remineralization materials can increase the hardness of email. Objective: Compares increased enamel hardness after application of propolis fluoride and sodium fluoride remineralization materials. Methods: 32 premolar tooth samples were divided into propolis fluoride and sodium fluoride groups. All specimens were planted in paralon pipes and finalized and polished. All specimens were subjected to initial hardness tests. Then demineralization was done using Buavita® (pH 3.85). After that the specimens were measured hardness, then propolis fluoride and sodium fluoride were applied and soaked in artificial saliva for 3 days. After that, the final violence measurement and compared statistically. Results: Sodium Fluoride is more effective in increasing the hardness compared with Propolis Fluoride, and there were also significant differences in demineralized tooth enamel and tooth enamel hardness after remineralization.. Conclusion: There is a significant difference between increasing enamel hardness when applying propolis fluoride and sodium fluoride."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novira Mutia Safitri
"Pendahuluan: Adanya lesi white spot setelah perawatan ortodonti cekat akan menyebabkan permukaan email semakin kasar. Peningkatan kekasaran permukaan email memudahkan penempelan plak oleh bakteri. Oleh karena itu diperlukan penatalaksanaan lesi white spot dengan teknik abrasi mikro, aplikasi Fluor dan aplikasi CPP-ACP.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kekasaran permukaan email lesi white spot sebelum dan setelah perlakuan teknik abrasi mikro, abrasi mikro disertai aplikasi Fluor dan abarasi mikro disertai aplikasi CPP-ACP dan menganalisis perbedaan perubahan kekasaran permukaan email diantara ketiga kelompok.
Bahan dan Cara: Penelitian menggunakan 42 buah gigi premolar satu atas yang telah diekstraksi sebagai spesimen penelitian, kemudian spesimen direndam selama 96 jam dalam larutan demineralisasi pH 4, 37 C untuk membentuk lesi white spot buatan. Sampel dibagi secara acak menjadi 3 kelompok perlakuan n= 14 , yaitu A teknik abrasi mikro; B teknik abrasi mikro disertai aplikasi pasta 10 CPP-ACP dan C teknik abrasi mikro disertai aplikasi gel 1.23 APF. Pengukuran kekasaran permukaan email menggunakan alat Surface Roughness Tester merk Mitutoyo SJ-301 dalam dua waktu yaitu sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekasaran permukaan email lesi white spot secara bermakna pada seluruh kelompok sebelum dan sesudah perlakuan. Ada perbedaan perubahan kekasaran permukaan email secara bermakna antar kelompok setelah perlakuan, namun yang menunjukkan perbedaan perubahan paling besar adalah kelompok teknik abrasi mikro disertai aplikasi CPP-ACP.
Kesimpulan: Metode penatalaksanaan lesi white spot dengan teknik abrasi mikro disertai aplikasi CPP-ACP merupakan metode yang paling efektif menurunkan kekasaran permukaan email dibandingkan kedua metode lainnya.

Introduction The presence of white spot lesions after fixed orthodontic treatment will lead to increase of enamel surface roughness. The increase of enamel surface roughness accomodate the addition of plaque by bacteria. Therefore we need the management of white spot lesions.
Aim: The aim of this study was to analyze the surface roughness of white spot lesion enamel after micro abrasion technique, a combination micro abrasion technique and CPP ACP application and a combination micro abrasion technique and Fluor application.
Materials and Methods: Artificially induced white spot lesion in enamel surface of forty two extracted upper premolar one for fixed orthodontic treatment were randomly assigned into one of three treatment groups n 14 , which were A micro abrasion technique B A combination of the micro abrasion technique and CPP ACP application C a combination of the micro abrasion technique and Fluor application. Mitutoyo SJ 301 was used to measure difference before and after treatment and also the surface roughness changes compared in three groups after treatment.
Results: According to the results of this study, there was a significant difference in surface roughness of white spot lesion enamel after treatment in all groups p 0.05 . There was a significant difference in the result of surface roughness changes compared with three methods of white spot lesion treatment.
Conclusions: A combination of the micro abrasion technique and CPP ACP application significantly reduces the enamel surface roughness greater than micro abrasion alone and a combination of the micro abrasion technique and Fluor application.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Karima,author
"ABSTRAK
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemaparan gel ekstrak belimbing wuluh terhadap kekasaran permukaan enamel gigi.
Metode: Spesimen berupa 36 gigi premolar yang dibagi ke dalam 4 kelompok (n = 9), kemudian dipaparkan dengan gel asam fosfat 37% (pH = 1) selama 15 detik sebagai kelompok kontrol, dan gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 80% (pH = 1,8) selama 15 detik, 20 detik, dan 25 detik sebagai kelompok perlakuan.
Hasil: Analisa statistik uji T berpasangan dan tidak berpasangan menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan mengalami perubahan bermakna (p<0,05). Permukaan enamel mengalami perubahan kekasaran terbesar setelah dipaparkan gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 80% selama 25 detik, namun perubahan kekasaran yang dihasilkan gel asam fosfat 37% lebih besar.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara nilai kekasaran pada permukaan enamel gigi dengan lama pemaparan gel belimbing wuluh dengan konsentrasi 80%.
Kata kunci: enamel, belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), asam fosfat, kekasaran permukaan

ABSTRACT
Objective: To analyze the effect of Belimbing Wuluh Gel Extract to surface roughness of enamel.
Methods: Thirty-six premolars teeth divided into 4 groups (n = 9), were exposed to 37% phosphoric acid gel (pH = 1) for 15 seconds as a control group, and belimbing wuluh extract gel with a concentration of 80% (pH = 1.8) for 15 seconds, 20 seconds, and 25 seconds as the treatment groups.
Results: The statistical analysis of paired and unpaired T-test shows that all treatment groups experiment were significant change (p <0.05). The greatest changes in surface roughness of enamel occurred after exposed by belimbing extract gel with an exposure duration of 25 seconds, but the roughness of 37% phosphoric acid gel was still greater.
Conclusions: There was a corelation between roughness on the surface of tooth enamel with prolonged exposure belimbing wuluh extract gel with a concentration of 80%.
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>