Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122454 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Aisyah Hariyanti Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor internal dan eksternal akuntabilitas karyawan dengan menguji efek moderasi dari psychological entitlement pada hubungan abusive supervision dengan akuntabilitas karyawan yang dimediasi oleh LMX. Penelitian ini menggunakan survei self-report online yang dibagikan kepada 287 karyawan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan peningkatan infrastruktur jaringan di Indonesia dan menggunakan teknik analisis moderated mediation model Hayes 14. Hasil penelitian melalui perspektif conservation of resource theory (COR) menunjukkan bahwa (1) abusive supervision secara tidak langsung mempengaruhi akuntabilitas karyawan, (2) abusive supervision secara negatif mempengaruhi LMX, (3) LMX secara positif mempengaruhi akuntabilitas karyawan, (4) LMX secara signifikan memediasi hubungan antara abusive supervision dan akuntabilitas, (5) yang diperkuat oleh tingkat psychological entitlement yang tinggi. Dari pada peran pemimpin, kualitas LMX memainkan peran yang lebih penting dalam membangun akuntabilitas karyawan.

This study aims to explore internal and external factors of employee accountability by investigating the moderating effect of psychological entitlement on the relationship of abusive supervision with employee accountability mediated by LMX. The study used an online self-report survey distributed to 287 employees in a company engaged in the construction and improvement of network infrastructure in Indonesia and analysed using moderated mediation analysis Hayes model 14. The results of the study through the perspective of conservation of resources (COR) theory shows that (1) abusive supervision indirectly affects employee accountability, (2) abusive supervision negatively affects LMX, (3) LMX positively affect employee accountability, (4) LMX significantly mediated the relationship between abusive supervision and accountability, (5) which is strengthened by a high level of psychological entitlement. Rather than the leader role, quality of LMX plays a more important role in establishing employee accountability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vallya Sharina Dachyar
"Era disrupsi adalah suatu fenomena dimana inovasi memiliki potensi untuk mengacaukan atau bahkan mematikan suatu bisnis. Perusahaan harus berani melakukan self-disruption yang mana memiliki potensi untuk bertahan mengahadapi kompetitor. Perusahaan kedepannya harus mempersiapkan seluruh karyawan dengan menumbuhkan perilaku kerja inovatif, untuk mengantisipasi tantangan di era disruptif dengan menghasilkan inovasi yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Karyawan yang inovatif merupakan sumber daya manusia yang penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Tingkat perilaku kerja inovatif yang dimiliki karyawan dapat dipengaruhi dan ditingkatkan oleh leader-member exchange LMX, pemberdayaan psikologis, dan keterikatan karyawan.
Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modeling SEM. Data penelitian ini diperoleh dari 226 karyawan ConsuCo yang telah bekerja minimal selama satu tahun di perusahaan secara offline.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LMX memiliki pengaruh langsung yang bersifat positif terhadap perilaku kerja inovatif, sedangkan pemberdayaan psikologis ditemukan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku kerja inovatif. Selain itu, keterikatan karyawan memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kerja inovatif. Lebih lanjut, LMX dan pemberdayaan psikologis ditemukan memiliki pengaruh terhadap perilaku kerja inovatif melalui keterikatan karyawan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterikatan karyawan memiliki peran sebagai mediator antara LMX mediasi parsial dan pemberdayaan psikologis mediasi penuh terhadap perilaku kerja inovatif.

Disruption era is a phenomenon where innovation has the potential to disrupt or even kill a business. Companies must dare to do self disruption which has the potential to survive facing competitors. In the future, companies must prepare all employees by fostering innovative work behaviors, to anticipate challenges in the disruptive era by generating innovations that can provide a competitive advantage for the company. Innovative employees are an important human resource in maintaining the viability of the company. The level of employee 39s innovative work behavior can be influenced and enhanced by leader member exchange LMX, psychological empowerment, and employee engagement.
This research used Structural Equation Modeling SEM method. This research data is obtained from 226 ConsuCo employees who have been working for at least a year in the company through offline.
The results of this study indicate that LMX has a positive direct effect on innovative work behavior, whereas psychological empowerment is found to have no direct effect on innovative work behavior. In addition, employee engagement has a positive effect on innovative work behavior. Furthermore, LMX and psychological empowerment are found to have an effect on innovative work behavior through employee engagement. It shows that employee engagement has a role as mediator between LMX partial mediation and psychological empowerment full mediation on innovative work behavior.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windraya Adikara
"Innovative behavior diyakini sebagai salah satu prediktor yang dapat mempengaruhi pegawai untuk melakukan perbaikan dan peningkatan cara kerja. Instansi pemerintah diharapkan memiliki innovative behavior agar mencapai hasil yang diinginkan seperti peningkatan efisiensi dan kualitas layanan yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa pengaruh leader-member exchange dan psychological capital terhadap job crafting dan pegawai innovative behavior, serta menginvestigasi efek mediasi dari job crafting. Data dari 105 jumlah responden dihimpun melalui survei online dan diolah menggunakan PLS-SEM, menunjukan bahwa psychological capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap job crafting dan innovative behavior. Namun leader-member exchange tidak berpengaruh signifikan terhadap job crafting dan innovative behavior. Kemudian job crafting tidak memperlihatkan efek sebagai mediasi.

Innovative behavior believed as predictor for employees correcting errors in service delivery and redesigning work process. Public sector is expected to has innovative behavior to achieves desirable outcome such as improved efficiency and higher public sevice quality. The purpose of this paper is to examine the effect of leader-member exchange and psychological capital on job crafting and employees’ innovative behavior, the mediation effects of job crafting also investigated. Data from 105 participants were collected using an online survey and analyzed using PLS-SEM, shows that psychological capital has a positive and significant effect on job crafting and innovative behavior. Leader-member exchange however does not significantly affect both job crafting and innovative behavior. Moreover, the result demonstrates non-significant mediation of job crafting."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Belina Astuti
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Leader-Member Exchange (LMX) dan Locus of Control (LOC) pada job embeddedness (kelekatan pada organisasi). Landasan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan hubungan LOC dan LMX terhadap kelekatan pada organisasi adalah teori Conservation of Resources (COR). Data telah diperoleh dari berbagai organisasi-organisasi advertising agency di Jakarta (N = 201) dan di analisis dengan menggunakan teknik analisis Pearson Product Moment (PPM) dan Hierarchical Regression melalui SPSS Statistics. Hasil menunjukan bahwa LMX memiliki hubungan yang kuat dan signifikan terhadap kelekatan pada organisasi (b=0.39, p<0.01). Sedangkan, LOC memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan kepada kelekatan pada organisasi (b=-0.01, ns). Maka, dapat disimpulkan bahwa LMX mempunyai hubungan yang lebih kuat dan dapat lebih memprediksi kelekatan pada organisasi dibandingkan dengan LOC.

The focus of this study was to test the relationship of Leader-Member Exchange (LMX) and Locus of Control (LOC) towards Job Embeddedness. The theory used to describe the effect of LOC and LMX towards Job Embeddedness is the Conservation of Resources theory (COR). The data was collected from several advertising agencies in Jakarta (N = 201) and analyzed by Pearson Product Moment (PPM) and Hierarchical Regression statistic analysis on SPSS Statistics. The results showed that LMX had a strong and significant relationship with Job Embeddedness (b=0.39, p<0.01). As for LOC, it had a negative and nonsignificant relationship with Job Embeddedness (b=-0.01, ns). Theoretical and practical implications are further discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Madina
"ABSTRACT
Fenomena workplace romance telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dinamika organisasi sejak dimulainya era perempuan yang memasuki dunia profesional. Sehingga hal ini memunculkan efek baik itu positif maupun negatif. Tidak sampai disitu saja, workplace romance semakin mengerucut menjadi ke arah yang negatif dengan munculnya fenomena workplace affair atau perselingkuhan di kantor antar pekerja dalam suatu organisasi. Penelitian ini menguji apakah variabel-variabel yang terdiri dari sikap, pengalaman masa lampau, dan conscientiousness yang merupakan komponen dari five personality traits, dapat mempengaruhi keinginan seorang pekerja untuk terlibat dalam workplace affair. Penelitian ini dilakukan terhadap 270 pekerja di Jabodetabek yang telah bekerja selama minimal enam bulan dengan pengolahan data menggunakan metode structural equation modelling SEM . Hasil menunjukkan bahwa past behavior pekerja yang pernah terlibat dalam workplace romance, mempengaruhi sikapnya dalam memandang fenomena workplace affair, sehingga hal ini secara positif mempengaruhi keinginan pekerja untuk terlibat dalam workplace affair. Hal ini mengindikasikan bahwa organisasi perlu melakukan background checking dalam memitigasi hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan pada pekerja yang memiliki track record dalam workplace affair yang kurang baik.

ABSTRACT
The workplace romance phenomenon has become an inseparable part of organizational dynamics since the beginning of the era of women entering the professional career. Thus this raises the effect of both positive and negative. Not until there, workplace romance increasingly conical to the negative with the appearance of workplace affair phenomenon among workers in an organization. This study examines whether the variables consisting of attitude, past behavior, and conscientiousness that is a component of five personality traits, can influence an employee 39 s willingness to engage in a workplace affair. This research was conducted on 270 employees in Jabodetabek who have been working for at least six months with data processing using structural equation modeling method. The results show that the past behavior of employees who have been involved in workplace romance, influenced their attitude in looking at the phenomenon of workplace affair, so that this positively influenced the worker 39 s desire to engage in workplace affair. This indicates that the organization needs to do background checking in mitigating future unwanted things to employees who have poor track record in the workplace affair."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cisilia Prilestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara leader-member exchange (LMX) dengan work engagement serta melihat pengaruh masa kerja sebagai moderator terhadap hubungan kedua variabel tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur efektivitas intervensi pelatihan coaching dalam meningkatkan LMX dan work engagement. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pegawai Negri Sipil (PNS) pada Dinas XYZ sebanyak 194 partisipan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis moderasi Hayes process pada SPSS. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa LMX berhubungan positif serta memprediksi work engagement secara signifikan, namun peran masa kerja sebagai moderator tidak terbukti. Intervensi yang dilakukan untuk dapat meningkatkan LMX dan work engagement adalah pelatihan coaching kepada atasan. Evaluasi terhadap intervensi dilakukan dalam waktu 2 minggu dengan melihat skor pretest dan posttest menggunakan wilcoxon signed rank test. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku para atasan tentang coaching terbukti mengalami peningkatan secara signifikan.

This study aims to determine the relationship between leader-member exchange (LMX) and work engagement and measure the effect of tenure as a moderator on the relationship between the two variables. In addition, this study also focused to measure the effectiveness of coaching training in improving LMX and work engagement. The sample used in this study is Civil Servants (PNS) at Dinas XYZ. The data collected were 194 participants, which processed using the Hayes process moderation analysis technique in SPSS. Based on the results of data analysis, it was found that LMX is positively related and predicts work engagement significantly, meanwhile the role of tenure as a moderator is not proven. The intervention carried out to be able to improve LMX and work engagement is coaching training for superiors. Evaluation of the intervention was held within 2 weeks using the Wilcoxon signed rank test. The results of the analysis showed that the supervisor`s learning and behavior changing about coaching proved to be significantly improved after the intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Andriani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari leader member exchange, human resource management practices, dan psychological empowerment terhadap extra role performance dengan mediasi organizational commitment pada karyawan Indonesia di Kedutaan X. Responden penelitian ini berjumlah 280 karyawan Indonesia di Kedutaan X. Model penelitian menggunakan 7 hipotesis yang diuji oleh Structural Equation Modeling SEM .Hasil penelitian menyatakan bahwa organizational commitment berpengaruh positif dan signifikan terhadap extra role performance. Organizational commitment memediasi hubungan antara leader member exchange, human resource management practices, dan psychological empowerment dengan extra role performance.Kata kunci: leader member exchange, human resource management practices, psychological empowerment, extra role performance, organizational commitment.

ABSTRACT
This study aims to know the impact between leader member exchange, human resource management practices, and psychological empowerment on extra role performance mediated by organizational commitment of Indonesian employee at Embassy X. This study using 280 respondents of Indonesian employees at Embassy X and Structural Equation Model SEM method is used for analyzing data.The results declare that organizational commitment is positively related to extra role performance and acts as mediator between leader member exchange, human resource management practices, psychological empowerment and extra role performance. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Apriyantoro
"

Keterlibatan karyawan adalah konsep dasar dalam upaya untuk memahami dan menggambarkan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sifat hubungan antara organisasi dan karyawannya. Penggunaan teknologi canggih telah dikenal untuk membantu meningkatkan efisiensi di banyak organisasi dan perusahaan besar. Teknologi juga meningkatkan kinerja individu karena menyediakan sumber daya tambahan untuk melaksanakan pekerjaannya. Dengan bantuan teknologi, individu dapat menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat atau dapat melakukan lebih banyak pekerjaan dalam jumlah waktu yang sama. Di sisi lain, penggunaan teknologi dapat membawa masalah bagi individu karena rumit dan sering berubah. Tidak semua orang mahir dengan teknologi, jadi bagi sebagian orang belajar menggunakan teknologi yang ada adalah sebuah tantangan, apalagi belajar yang baru.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi penentu utama dari keterlibatan karyawan sebagai masalah utama dan prediktabilitasnya terhadap konsep tersebut. Ini juga mempelajari hubungan teknologi dengan keterlibatan karyawan. Studi ini menguji Technology Acceptance Model (TAM) sebagai anteseden langsung dari Keterlibatan Karyawan. Juga memeriksa hubungan Leader Member Exchange (LMX), Team Member Exchange (TMX), dan Perceived Organizational Support (POS) sebagai anteseden tidak langsung dari Keterlibatan Karyawan. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data kuesioner dari 130 karyawan pada sebuah jaringan restoran di Jakarta. Responden diminta untuk menilai tingkat perspektif dari setiap variable tersebut.

 


Employee engagement is a fundamental concept in the effort to understand and describe, both qualitatively and quantitatively, the nature of the relationship between an organization and its employees. The use of advanced technologies has been known to help increase the efficiencies in many major organizations and firms. Technology also increases an individuals performance as it provides additional resources to carry out his or her work. With the help of technology, the individual can finish his or her work faster or can do more work in the same amount of time. On the other side, the use of technology can bring problems to the individual as it is complicated and is frequently changing. Not everybody is adept with technology, so for some people learning to use the existing technology is a challenge, let alone learning the new one.

The purpose of this paper is to identify the key determinants of employee engagement as the main issue and its predictability of the concept. It also studies the relations of technology with employee engagement. This study examines Technology Acceptance Model (TAM) as direct antecedent of Employee Engagement. Also examines the relations of Leader Member Exchange (LMX), Team Member Exchange (TMX), and Perceived Organizational Support (POS) as indirect antecedents of Employee Engagement. The research involves collecting questionnaire data from 130 employees in a Restaurant Chains in Jakarta. Respondent were asked to rate their perspective level of Leader Member Exchange, Team Member Exchange, Perceived Organizational support, and Technology acceptance model."

Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Damayati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leader-member exchange pada komitmen terhadap perubahan melalui rasa berdaya psikologis di Kementerian BUMN. Tipe penelitian ini adalah non eksperimental dengan responden sebanyak 100 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Commitment to Change Inventory, Leader-Member Exchange - Multidimensional Measures, dan Psychological Empowerment. Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan model causal steps dari Baron dan Kenny dan uji bootstrap dari Preacer dan Hayes. Perhitungan uji regresi tahap satu Baron dan Kenny diperoleh hasil t hitung=4.501 (p<0.05) dan nilai B=0.334 yang berarti bahwa leadermember exchange mempengaruhi rasa berdaya psikologis secara signifikan. Perhitungan uji regresi tahap dua diperoleh hasil t hitung=2.812 (p<0.05) dan nilai B sebesar 0.228 yang berarti bahwa leader-member exchange memilki pengaruh yang signifikan pada komitmen terhadap perubahan. Perhitungan uji regresi tahap tiga diperoleh hasil t hitung=0.2463 (p<0.05) dan nilai B=0.264 yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasa berdaya psikologis dengan komitmen terhadap perubahan. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji regresi tahap tiga juga diketahui bahwa pengaruh leader-member exchange pada komitmen terhadap perubahan mengalami perubahan, yang semula signifikan menjadi tidak signifikan. Hal tersebut menjukkan bahwa leader-member ecxchange memiliki pengaruh tidak langsung pada komitmen terhadap perubahan melalui peran variabel rasa berdaya psikologis. Dari hasil uji bootstrap diketahui bahwa pengaruh tidak langsung tersebut signifikan dengan nilai B=0.1061 dan estimasi true indirect effect berkisar antara 0.0220 sampai 0.2820 pada confidence interval 95%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan komitmen terhadap perubahan, variabel yang dapat menjadi target intervensi adalah leadermember exchange. Untuk dapat meningkatkan leader-member exchange, dalam penelitian ini diajukan intervensi berupa pelatihan keterampilan coaching pada atasan.

This study aims to determine the effect of Leader-Member Exchange to commitment to change trough psychological empowerment. The type of this study is non-experimental with the number of participants is 100. Measurement scales that was used in this study were Commitment to Change Inventory, Leader-Member Exchange ? Multidimensional Measures, and Psychological Empowerment. Data was processed using causal steps from Baron and Kenny and bootstrap test from Preacer and Hayes. Baron and Kenny first step calculation using regression showed that t=4.501 (p<0.05) and B=0.334. It means that leadermember exchange is significantly affected psychological empowerment. The second step of calculation showed that t=.812 (p<0.05) and B=0.228, which means that commitment to change is significantly affected by leader-member exchange. In the last step of calculation showed that t=0.2463 (p<0.05) and B=0.264, which means that psychological empowerment significantly affected commitment to change. Furthermore, based on the last step of calculation, it showed that the effect of leader-member exchange to commitment to change is changed, which previously significant become not significant. This indicated that leader-member exchange has indirect effect to commitment to change trough the role of psychological empowerment. Bootstrap test result showed that the indirect effect is significant, with B=0.1061 and true indirect effect estimation in about 0.0220 - 0.2820 at confidence interval 95%. It can be concluded that to increase commitment to change, leader-member exchange should be the targeted variable for interventions. In order to increase the effect of leader-member exchange on commitment to change, it is proposed that intervention in the form of training coaching skills should be conducted to the leader."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sarisusantini
"Penelitian ini difokuskan pada usaha untuk meningkatkan leader member exchange dari bawahan dan kepuasannya terhadap atasan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur leader member exchange yang diadaptasi dari Liden dan Maslyn (1998) dan faset kepuasan terhadap atasan dari Job Satisfaction Survey (Spector, 1997). Hasil analisis korelasi Pearson terhadap 35 orang bawahan di PT. X, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara leader member exchange dan kepuasan terhadap atasan (r = 0.522 dan signifikansi 0.001). Leader member exchange bawahan di PT. X tergolong rendah, oleh karena itu diusulkan intervensi coaching dari atasan kepada bawahan. Untuk itu, atasan perlu diberikan pelatihan dasar coaching dan buku panduan coaching. Walau sebatas sosialisasi kepada manajemen PT. X, tanggapan yang diberikan positif. Dengan demikian, pelatihan dan buku panduan coaching tersebut sesuai untuk diberikan kepada para atasan PT. X, sehingga diharapkan leader member exchange dan kepuasan terhadap atasan dapat meningkat.

This research is focused on the effort to improve leader member exchange from subordinate and their supervision satisfaction at PT. X. Measurement scale that is used in this research are leader member exchange scale from Liden and Maslyn (1998) and supervisory facet from Job Satisfaction Survey (Spector, 1997). Pearson correlation analysis from 35 subordinates at PT. X shows that there?s a positive and significant correlation between leader member exchange and supervisory satisfaction (r = 0.522 and significance 0.001). Leader member exchange from subordinates at PT. X are low, therefore coaching intervention from superordinate to subordinate was proposed. To that end, superordinate need to be given basic coaching training and guidance book about coaching. Although it just socialization to the management of PT. X, the response is positive. Coaching training and guidance book of coaching are suitable to be given at PT. X, so that leader member exchange and supervisory satisfaction are expected to increase.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30328
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>