Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fanya Mellinda Salsabila
"Fabrikasi prepreg dengan matriks poly-lactic acid (PLA) dan penguat serat rami dilakukan dalam skala lab dengan cara membasahi serat rami dengan matriks PLA dalam cetakan kaca. Prepreg perlu disimpan pada suhu rendah untuk memaksimalkan umur simpan. Uji tarik dan uji biodegradabilitas dilakukan pada spesimen dari laminat komposit Rami/PLA yang dibuat dengan metode tekan panas prepreg. Hasil uji tarik menunjukkan bahwa spesimen komposit bidireksional 0/90° dari prepreg yang disimpan pada lemari pendingin memiliki rata-rata kekuatan tarik yang paling tinggi yaitu sebesar 71, 44 MPa dan memiliki tingkat kekakuan yang tinggi pula, dengan rata-rata modulus Young sebesar 1,79 GPa. Sedangkan spesimen komposit bidireksional ±45° memiliki tingkat elastisitas yang tinggi dengan ratarata modulus Young sebesar 0,68 GPa. Pada uji biodegradabilitas diamati proses penguraian laminat komposit pada kondisi pengomposan nyata. Pengamatan mikroskopik pada patahan hasil uji tarik menunjukkan adhesi yang baik antara matriks PLA dengan serat rami dan pelapukan pada sampel uji biodegradabilitas

The fabrication of a natural prepreg with poly-lactic acid (PLA) matrix and ramie fiber reinforcement was engineered out on a laboratorium-scale by impregnating the unidirectional and bidirectional ramie fiber with PLA matrix solvent on a glass die. The obtained prepreg has been stored at low temperatures to maximize its shelf life. Tensile and biodegradability test of the composite laminates which prepared by hot-pressing method have also been conducted. Tensile test results show that the freezer-stored bidirectional 0/90° prepreg laminate specimen has the highest tensile strength of 71,44 MPa with modulus of 1,79 GPa in average. Meanwhile, the bidirectional ±45° prepreg laminate specimen has the highest level of elasticity, with modulus of 0,68 GPa in average. Biodegradability test shows the decomposition process of the composite laminate under real composting conditions. Microscopic observation of the damaged specimen results shows good adhesion between the PLA matrix and ramie fiber and the decomposition of the biodegradability test samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Junie Suriawati
"ABSTRAK
Blondo basah minyak kelapa murni merupakan produk pangan tradisional di Indonesia. Berdasarkan komposisi kimiawi dapat digunakan sebagai sumber bahan tambahan untuk produk-produk makanan olahan bergizi serta mengandung bakteri asam laktat seperti Lactobacillus sp. Telah dilakukan penelitian mengenai kualitas dan karakteristik isolat bakteri asam laktat dari blondo basah minyak kelapa murni sebagai probiotik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas blondo basah minyak kelapa murni dan mendapatkan isolat bakteri asam laktat dari blondo basah minyak kelapa murni yang berpotensi sebagai probiotik. Kualitas blondo basah minyak kelapa murni terbaik dari kelapa dalam Bali dengan kandungan protein (8,45%), lemak (43,2%), asam lemak (2,75%), asam laurat (38,5%), dan berwarna putih yang diterima oleh panelis. Blondo basah minyak kelapa murni yang dihasilkan tidak memiliki aktivitas antibakteri. Diperoleh dua isolat bakteri asam laktat (KDB 3 dan KDB 5) diduga berpotensi sebagai kandidat probiotik dengan ciri-ciri: mempunyai ketahanan terhadap 0,3% garam empedu dan pH 3, menghasilkan asam, memiliki sifat hidrofobisitas, dan koagreagasi. Kedua isolat BAL di identifikasi secara molekuler dengan menggunakan 16S rDNA diduga sebagai Lactobacillus.
ABSTRACT
Virgin coconut oil wet blondo (VCO wet blondo) is a traditional food product in Indonesia. Based on the nutritional composition, it can be used as an additional source for nutritious food products and it contains lactic acid bacteria such as Lactobacillus sp. Research on quality and characteristic of lactic acid bacteria as probiotics from VCO wet blondo was carried out. The objectives of this research were to determine the quality of VCO wet blondo and to obtain lactic acid bacteria isolates from the blondo which has potential as probiotic bacteria. VCO wet blondo with the best quality was the blondo of “kelapa dalam Bali” with protein (8.45%), lipid (43.2%), fatty acid (2.75%), lauric acid (38.5%), and white colour which was acceptable by panelists. Antibacterial activity was not detected in the wet blondo. Two lactic acid bacteria isolates (KDB 3 and KDB 5) indicated probiotic candidates, shown by: resistance to 0.3% bile salts and pH 3, acids production, hydrophobicity properties, and coaggregation. The two isolates of lactic acid bacteria were molecular identified using 16S rDNA as Lactobacillus candidates."
2013
T36745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Kurniasari
"Pemisahan bioproduk seperti asam laktat membutuhkan kemurnian yang tinggi untuk aplikasi industri. Selain itu, proses separasi dan purifikasinya kerap mengalami kendala karena harus memurnikan senyawa dalam konsentrasi yang rendah dan kestabilan biomolekuler. Sistem ekstraksi cair-cair (ECC) merupakan salah satu metode yang banyak dipakai untuk memisahkan asam laktat dari impuritasnya. ECC dapat memisahkan zat terlarut pada konsentrasi rendah. Pada penelitian ini, asam laktat diekstraksi menggunakan campuran tri-n-butylamine (TBA) dalam kloroform sebagai ekstraktan. Pengamatan dilakukan pada berbagai rasio volume ekstraktan organik untuk memperoleh ekstrak 20 mL asam laktat yang optimal. Variasi juga dilakukan pada kisaran suhu 25 ? 50 °C. Analisa kandungan asam laktat dilakukan dengan metode titrasi dan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume asam laktat yang paling optimal dalam mengekstrak 40% (v/v) asam laktat adalah sebesar 40,12 mL TBA dalam 10 mL kloroform. Adapun suhu optimal yang digunakan dalam proses ECC adalah sebesar 30°C.
Bioproduct separation such as lactic acid need high purity for industrial application. Besides, separation pr°Cess and purification usually has problem because it has to purified compound in low concentration and biomolecular stability. Liquid-liquid extraction system (L/LE) is one of many methods used in lactic acid purification from its impurities. L/LE can separate soluted in low concentration. In this observation, lactic acid extracted by Tri-n-butylamine (TBA) mixture in chloroform as extractant. The research carried out in ratio variation of volume organic extractant to obtain 20 mL optimum lactic acid in extract. Temperature variation is on 25 ? 50 °C range. Lactic acid analization on organic phase use titration and HPLC method. The results shows that the most optimum volume extractant to extract lactic acid 40% (v/v) is 40,12 mL TBA in 10 mL of chloroform. The optimum temperature used in ECC pr°Cess is 30°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Retnaningsih
"Bakteriosin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan bakteri penghasil. Bakteri Asam Laktat (BAL) telah diketahui dapat menghasilkan bakteriosin yang memiliki aktivitas antimikroba. Bakteriosin berpotensi digunakan sebagai komplemen antibiotika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi serta mengkarakterisasi aktivitas bakteriosin dari BAL galur Leuconostoc dengan optimasi pH dan suhu inkubasi.
Penelitian dilakukan melalui penentuan zona hambatan menggunakan metode difusi agar cara sumuran dan penentuan potensinya berdasarkan metode Konsentrasi Hambat Minimal (KHM). Bakteri indikator yang digunakan adalah Leu. mesenteroides TISTR 120 dan JCM 6124, Staphylococcus aureus FNCC 0047, Listeria monocytogenes FNCC 0156, Escherichia coli FNCC 0183, Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063, Salmonella typhi FNCC 0165 dan Bacillus subtilis FNCC 0061. Katalase, Tripsin dan Protease K digunakan sebagai uji konfirmasi berdasarkan hasil skrining pengujian aktivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Leu. mesenteroides MBF7-17 dan MBF2-5 menghasilkan bakteriosin yang hanya dapat menghambat Leu. mesenteroides TISTR 120 dan JCM 6124. Hasil penentuan potensi bakteriosin berdasarkan KHM dari BAL penghasil bakteriosin pada pH dan suhu inkubasi optimum yaitu pH 6 dan 32°C adalah 90% untuk Leu. mesenteroides MBF2- 5 dan 80% untuk Leu. mesenteroides MBF7-17.

Bacteriocin can inhibit bacteria mostly those which have close relationship to the producer bacteria. Lactid Acid Bacteria (BAL) are known to produce bacteriocins which have function as antimicrobial activity. Bacteriocin has potentially been used as antibiotic complement.
This research aimed to isolate and characterize bacteriocins activity from Leuconostoc strains. Optimization of pH and incubation temperature have also been carried out.
This research used well diffusion agar method and bacteriocin potency assay by performing MIC. Bacterial indicators that used in this research are Leu. mesenteroides TISTR 120, and JCM 6124, Staphylococcus aureus FNCC 0047, Listeria monocytogenes FNCC 0156, Escherichia coli FNCC 0183, Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063, Salmonella typhi FNCC 0165 and Bacillus subtilis FNCC 0061. Catalase, Trypsin and Protease K were also used following the screening assay for confirmation test.
Results showed that both Leu. mesenteroides MBF2-5 and MBF7-17 possessed bacteriocin activity although against both Leu. mesenteroides only, the TISTR 120 and JCM 6124 indicators strains. Result for bacteriocin potency assay of bacteriocin producer LAB i.e. Leu. mesenteroides MBF2-5 and MBF7-17 by performing MIC done at optimation pH incubation temperature, i.e. pH 6 and 32°C, showed value of 90% and 80%, respectively.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
T29719
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Eksopolisakarida (EPS) mempunyai banyak manfaat dalam industri farmasi, kosmetik, dan makanan. EPS yang dihasilkan Bakteri Asam Laktat (BAL) yang memiliki status GRAS (generally recognized as safe), berkontribusi pada kesehatan manusia berdasarkan aktivitasnya sebagai antitumor, imunomodulator, dan penurun kadar kolesterol. EPS dibedakan menjadi dua macam berdasarkan komposisi dan mekanisme biosintesis, yaitu heteropolisakarida (HePS) dan homopolisakarida (HoPS). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat-isolat BAL penghasil EPS dari berbagai makanan dan minuman tradisional Indonesia. Skrining BAL penghasil EPS dilakukan pada medium agar MRS dengan penambahan 10% sukrosa. Beberapa isolat yang memproduksi lendir dipilih untuk diisolasi DNA genomiknya. DNA genomik tersebut digunakan sebagai cetakan pada proses PCR menggunakan primer oligonukleotida DNA ribosomal 16S. Sebanyak 10 isolat disekuensing dan teridentifikasi sebagai BAL. Dari sampel Es Cincau ditemukan galur BAL yang masih jarang diketahui sebagai penghasil EPS yaitu Weissella salipiscis dan Weissella cibaria."
Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maridha Normawati
"Studi keragaman genetik dilakukan untuk mengetahui hubungan kekerabatan bakteri asam laktat indigenos Indonesia yang memiliki kemampuan resistansi terhadap chloramphenicol dan erythromycin. Hasil uji resistansi menunjukkan bahwa isolat DH1, DH7, dan S34 resistan terhadap chloramphenicol (5 μg/ml), sedangkan isolat T8 resistan terhadap erythromycin (15 μg/ml). Isolat D2, S23, dan T8 diketahui resistan terhadap kombinasi chloramphenicol dan erythromycin (1 μg/ml).
Analisis BLAST menunjukkan bahwa isolat bakteri asam laktat terdiri atas Lactobacillus plantarum, L. fermentum, Pediococcus acidilactici, dan P. pentosaceus. Analisis pohon filogenetik diketahui bahwa isolat D2, S12, S34, T3, dan T8 memiliki kekerabatan yang dekat dengan L. plantarum. Isolat R31 dan DH1 memiliki kekerabatan yang dekat dengan L. fermentum. Isolat LK14, S23, R24, DH7,DS13, GR3, HB3 memiliki kekerabatan yang dekat dengan genus Pediococcus.

Study on genetic diversity was useful to determine the kinship of Indigenous Indonesia lactic acid bacteria which have the capability of resistance to chloramphenicol and erythromycin. The resistance test showed isolates DH1, DH7, and S34 that were resistant to chloramphenicol (5 μg/ml), whereas T8 was resistant to erythromycin (15 μg/ml). Isolates D2, S23, and T8 were remain resistant to the combination of chloramphenicol and erythromycin (1 μg/ml).
The results of BLAST analysis showed that there were four different species of lactic acid bacteria, such as Lactobacillus plantarum, L. fermentum, Pediococcus acidilactici, and P. pentosaceus. The results of phylogenetic trees analysis showed that isolates D2, S12, S34, T3, and T8 have a close kinship with L. plantarum, whereas isolates R31 and DH1 have a close kinship with L. fermentum. Moreover, isolates LK14, S23, R24, DH7, DS13, GR3, HB3 have a close kinship to the genus Pediococcus.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1314
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Hayatunnufus
"Simvastatin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan untuk menurunkan tingkat kolesterol dalam darah. Simvastatin memiliki waktu paruh yang pendek (2-3 jam) dan bioavailabilitas yang rendah (sekitar 5%). Konsumsi simvastatin dengan dosis tinggi dapat meningkatkan konsentrasi aminotransferase yang dapat menyebabkan myopathy. Hal ini akan dapat menyebabkan efek samping yang merugikan bagi pasien. Mikroenkapsulasi obat dengan menggunakan polimer biodegradable adalah salah satu alternatif untuk meniminalkan kekurangan tersebut. Dalam penelitian ini polipaduan poli (asam laktat) dengan polikaprolaton digunakan sebagai material yang akan mengenkapsulasi simvastatin. Mikrokapsul simvastatin dibuat dengan metode penguapan pelarut minyak dalam air dengan menggunakan larutan Span 80:Tween 80 sebagai emulsifier. Kondisi optimum untuk mengenkapsulasi simvastatin diperoleh pada kecepatan emulsi 700 rpm, waktu emulsi 1 jam, kecepatan dispersi 900 rpm dan wakti dispersi 1 jam. Efisiensi enkapsulasi mikrokapsul simvastatin dengan penyalut polipaduan D,L-PLA/PCL diperoleh sebesar 95,30%. Uji disolusi selama 55 jam menghasilkan profil pelepasan simvastatin pada larutan buffer pH 1,2 sebesar 1,3% dan pH 7,4 sebesar 6,4%.

Simvastatin is one of the most extensively used drug to reduce blood cholesterol levels. Simvastatin is not well absorbed from the gastrointestinal tract. Its oral bioavailability is only 5%, while the biological half-life is about 2-3 hours. However, overdose of statin causes an increase of aminotransferases concentration which can lead to myopathy. It may cause some adverse effect to the patients. Microencapsulation or drugs by using biodegradable polymers is an alternative to minimize these deficiencies. In this study, polyblend of poly(D,L-lactic acid) and polycaprolactone was used as a material that encapsulate the simvastatin. Microcapsules were produced by using Span 80 : Tween 80 as a mixed emulsifier through oil in water (o/w) solvent evaporation method. The optimum conditions were obtained in the emulsion state of 700 rpm at 1 hour and the dispersion state of 900 rpm at 1 hour with the encapsulation efficiency of 95,30%. The dissolution test for 55 hours presents the result of simvastatin release 1.3% in pH 1.2 buffer solution and 6,3% in pH 7.4 buffer solution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Findi Citra Kusumasari
"Simvastatin adalah obat penurun kolesterol yang memiliki waktu paruh eliminasi yang pendek yaitu 3 jam dan kelarutan yang rendah dalam air. Kondisi ini membuat bioavailibilitasnya menjadi sangat kecil. Selain itu, simvastatin memiliki efek samping seperti miopati dan rhabdomiolisis karena konsumsi simvastatin dengan dosis yang tinggi. Oleh sebab itu dibutuhkan sistem pelepasan terkontrol untuk mengurangi efek samping dan dapat meningkatkan bioavailibilitasnya. Salah satu cara pengembangan sistem penghantaran obat terkontrol yakni dengan pembuatan mikrokapsul simvastatin menggunakan polimer biodegradable berupa polipaduan poli(L-asam laktat) dan polikaprolakton (PLA 60% w/w : PCL 40% w/w) dengan metode penguapan pelarut minyak dalam air dan menggunakan Tween 80 dan Span 80 sebagai surfaktan. Berdasarkan optimasi yang dilakukan, mikrokapsul dengan efisiensi enkapsulasi terbaik diperoleh pada konsentrasi Tween 80 sebesar 0,025 % (v/v), Span 80 1% (v/v) dengan kecepatan pengadukan dispersi 900 rpm selama 1 jam. Efisiensi enkapsulasi yang diperoleh yakni sebesar 83,67%. Mikrokapsul terbaik kemudian didisolusi secara in vitro dan diperoleh persentase pelepasan obat sebesar 0,86% pada pH 1,2 dan 12,22% pada larutan buffer fosfat pH 7,4. Untuk meningkatkan persentase pelepasan obat, maka dilakukan optimasi tambahan yakni variasi ketebalan matriks serta konsentrasi polipaduan. Pada rasio obat:polimer sebesar 1:7.5 memperoleh efisiensi enkapsulasi sebesar 80,26% dengan persentase pelepasan obat sebesar 3,87% pada pH 1,2 dan 20,08% pada pH 7,4. Selanjutnya dilakukan optimasi variasi konsentrasi polipaduan menggunakan rasio obat:polimer 1:7.5 dan diperoleh efisiensi enkapsulasi sebesar 93,49% pada konsentrasi polipaduan 7,5% w/v. Mekansime pelepasan obat dari matriks melalui mekanisme difusi jika diamati dari hasil mikroskop optik dan SEM mikrokapsul. Berdasarkan karakterisasi mikrokapsul menggunakan PSA, ukuran mikrokapsul yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai penghantar obat yakni < 125 μm dan hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan interaksi antar polimer maupun polimer dengan obat dalam mikrokapsul adalah interaksi hidrogen, Van Der Waals dan dipol-dipol.

Simvastatin is a cholesterol-lowering agent that has short half-life elimination about 3 hours and low solubility in water and this condition make its bioavalibility to be quite small. Simvastatin has adverse effect such as myopathy and rhabdomyolysis because of high dose consumption of simvastatin. Controlled drug delivery system is needed to reduce the adverse effect and can increase its bioavailability. One of method that is used in drug delivery system is encapsulation using biodegradable polymer such as poly(L- lactic acid) and polycaprolactone. PLLA PCL was blended with fix composition PLLA 60% w/w : PCL 40% w/w by solvent evaporation technique using Tween 80 and Span 80 as an emulsifier. Based on the optimization, the best encapsulation efficiency microcapsules were obtained at Tween 80 0.025% (v/v), Span 80 1% (v/v) with stirring speed at 900 rpm for 1 hour. The encapsulation efficiency was 83.67%. The best microcapsules were dissolved in dissolution media to get drug release profile. Drug release percentage at pH 1.2 was 0.86% and in the phosphate buffer solution pH 7.4 was 12.22%. To increase the percentage of drug release, additional optimization was carried out, variation of the drug to polymer ratio and the concentration of polymer. At the 1: 7.5 drug to polymer ratio, the encapsulation efficiency was 80.26% with percentage of drug release at pH 1.2 was 3.87% and at pH 7.4 was 20.08%. Furthermore, the variation of polymer concentration was optimized using the drug to polymer ratio 1: 7.5 and obtained an encapsulation efficiency about 93.49% at concentration 7,5% w/v. Mechanism of drug released from the matrix through a diffusion mechanism and observed using optical microscope. Based on the characterization of microcapsules using PSA showed that the size of microcapsule was fulfill the requirements of drug delivery system (125 μm) and the results of analysis using FTIR showed the interaction between polymer and between polymer and drug inside microcapsuke was hydrogen bonding, Van Der Waals and dipole-dipole forces."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Ashilah
"Captopril merupakan obat antihipertensi dan digunakan dalam pengobatan gagal jantung kongestif. Captopril memiliki waktu paruh biologis pendek dan bioavailabilitas rendah, sehingga captopril harus diminum berulang kali untuk mendapatkan efek terapi yang diharapkan. Mikrokapsul digunakan sebagai alat bantu penghantar obat yang dapat menutupi kekurangan captopril. Penyalut yang digunakan pembuatan mikrokapsul pada penelitian ini adalah polimer yang biodegradable, polipaduan poli(D-asam laktat) (PDLA) dengan polikaprolakton (PCL) menggunakan variasi komposisi massa yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap efisiensi enkapsulasi serta persen pelepasan obat, Span 80 sebagai surfaktan dan diklorometana sebagai pelarut serta menggunakan metode penguapan pelarut. Selanjutnya dikarakterisasi menggunakan FTIR PSA, dan mikroskop optik pada mikrokapsul captopril, kemudian dilakukan uji efisiensi, dan uji disolusi.
Hasil dari persen padatan mikrokapsul berkisar antara 98,52% ±0,95 sampai 97,51% ±0,95. Hasil dari pengukuran PSA didapatkan rata-rata ukuran terbesar dan terkecil berturut-turut adalah  0,546 µm ±0,242 mikrokapsul dengan komposisi polimer PDLA:PCL 40:60 (b/b%), dan 0,446 µm ±0,123 pada mikrokapsul PDLA:PCL 10:90 (b/b%). Hasil dari mikroskop optik terlihat bahwa bentuk dari mikrokapsul berbentuk bulat, dan permukaannya terdapat satu lubang. Efisiensi enkapsulasi yang didapatkan yaitu berkisar antara 17,21% ±4,37 hingga 35,62% ±0,47. Pada uji disolusi, mikrokapsul dapat menahan obat di dalam penyalut dan melepasnya secara perlahan, dengan persen pelepasan tertinggi pada mikrokapsul PDLA:PCL 10:90 (b/b%) yaitu sebesar 97,02% dan paling rendah terdapat pada mikrokapsul PDLA:PCL 40:60 (b/b%) sebesar 53,19%.

Captopril is an antihypertensive drug and is used for the treatment of congestive heart failure. Captopril has a short biological half-life and low bioavailability, and thus captopril must be taken repeatedly to get the desired therapeutic effect. Microcapsules are used as a drug delivery system that can cover the lack of captopril. In this research polymer used for making microcapsules is biodegradable polymers such as PDLA and PCL by variating mass composition to determine effect on encapsulation efficiency and percentage drug release, using and using solvent evaporation methods and span 80 as surfactant. on Characterization of captopril microcapsules was carried out using FTIR, PSA, UV-VIS and optical microscope. The yield percent of microcapsules ranged from 98.52%-97.51%.
The results of the PSA measurements obtained the largest particle size was 0.546 µm for microcapsule of PDLA/PCL 40:60 (%w/w) and the smallest size was 0.446 µm for microcapsule of PDLA:PCL 10:90 (w/w%). The results of the optical microscope showed that the microcapsules had spherical shape, and the surface has hole. The efficiency encapsulation obtained was ranged between 17.21% ±4.37 to 35.62% ±0.47. In dissolution tests, microcapsules could withstand the drug release. The highest percentage drug release was 97.02% for microcapsule of PDLA:PCL 10:90 (w/w%) and the lowest percentage drug release was 53.19% for microcapsule of PDLA:PCL 40:60 (w/w%).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>