Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Muflih Mappaujung
"Masyarakat petani di Segeri dapat dikategorikan sebagai petani pedesaan (rural cultivator) karena praktik kegiatan pertaniannya masih sangat dipengaruhi oleh eksistensi praktik ritual lokal-tradisional. Namun sejak tahun 2017, para petani telah mengalami perubahan keyakinan serta pandangan terhadap cara mereka mempersepsikan praktik ritual. Kelompok petani yang menjadi informan utama dalam penelitian ini ialah para petani yang sawahnya digunakan oleh pihak adat sebagai arena untuk melaksanakan kegiatan ritual adat. Sebelumnya, sawah petani ini bukan merupakan sawah adat. Namun, lepasnya kepemilikan sawah adat membuat pihak adat memindahkan status sawah adat ke sawah petani tersebut. Saat ini, para petani dibebani oleh kewajiban mengikuti sistem ritual, yakni petani tidak boleh turun sawah sebelum ritual adat dilaksanakan. Melalui kerangka konsep resistensi dan sekularisasi, penelitian ini akan melihat dinamika religiusitas masyarakat petani Segeri yang mulai menyangkal keterikatan kegiatan pertanian dengan praktik ritual, mempertanyakan signifikansi praksis ritual terhadap kegiatan pertanian, hingga mewacanakan akan meninggalkan tradisi turun sawah yang merupakan lambang kearifan lokal mereka dan masyarakat Segeri. Penelitian ini menemukan bahwa perlawanan petani justru tidak berimplikasi terhadap rusaknya tatanan simbol dan praksis sistem ritual adat, melainkan membuat petani bertumbuh menjadi petani yang lebih rasional. Dengan melepaskan sebagian besar keyakinan mereka terhadap ritual adat, para petani kini lebih sadar akan penerapan rekomendasi teknis, lebih menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan masalah-masalah pertanian, serta tidak lagi sepenuhnya menumpukan keberhasilan panen dari kesakralan ritual adat.

Peasant society in Segeri can be categorized as rural cultivators because their agricultural practices are still strongly influenced by the existence of local ritual practices. However, since 2017, the peasants have experienced a change in their beliefs and views on the way they perceive ritual practices. The peasants who became the main informants in this study were peasants whose fields are used by adat parties as an arena to perform traditional ritual activities. Previously, these pessants’ fields were not adat rice fields. However, the loss of ownership of rice fields made the adat party transfer the status of adat rice fields to these peasants' fields. Currently, peasants are burdened with the obligation to follow a ritual system, which the peasants are not allowed to plant before the traditional rituals are carried out. Through the framework of resistance and secularization, this research will look at the dynamics of the religiosity of peasant society in Segeri which denies the attachment of agricultural activities to ritual system, questioning the significance of ritual praxis, and amplifying disobedience that they will leave the tradition that had become a symbol of their local wisdom and also the Segeri society. This study found that peasant resistance did not have implications for the destruction of symbol and praxis of the ritual system, but instead making peasants to grow up to become more rational human beings. By relieving most of their beliefs in adat rituals, the peasants are now more aware of implementing recommendations, using a more scientific approach to solving problems, and no longer relying entirely on the sacred aspects of this adat rites."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Parawangsa
"Studi ini membahas tentang implementasi pemberdayaan kelompok usaha perempuan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) PT Semen Tonasa di wilayah pesisir Desa Bulu Cindea Kabupaten Pangkep. Tujuan penelitian ini yakni mendiskripsikan proses impelementasi program Tonasa Mandiri beserta dengan hambatan-hambatan impelementasi yang terjadi dalam proses pelatihan maupun dalam proses pengadaan kelompok usaha perempuan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Terdapat 8 (delapan) orang informan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat 6 (enam) tahapan dalam proses impelementasi program Tonasa Mandiri yang terdiri dari; tahap persiapan, tahap pengkajian, tahap perencanaan, tahap formulasi, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi program. Adapun hambatan yang terjadi antara lain; kendala pelaku perubahan, kendala internal, dan kendala ekseternal.

This study discusses the implementation of empowerment of women's business groups through PT Semen Tonasa's Corporate Social Responsibility (CSR) in the coastal area of Bulu Cindea Village, Pangkep Regency. The purpose of this research is to describe the implementation process of the Tonasa Mandiri program along with the implementation obstacles that occur in the training process and in the process of procuring women's business groups. The research was conducted with a qualitative approach with descriptive methods. There were 8 (eight) informants who were selected using purposive sampling technique. The results showed that there were 6 (six) stages in the implementation process of the Tonasa Mandiri program consisting of; the preparation stage, the assessment stage, the planning stage, the formulation stage, the implementation stage and the program evaluation stage. The obstacles that occur include; constraints of change actors, internal constraints, and external constraints."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2014
959.847 CEC g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Penelitian ini mengenai gambar tangan yang banyak terdapat pada gua-gua prasejarah di daerah Pangkep dan Maros Sulawesi Selatan. Gambar tangan yang banyak tersebut menunjukkan persamaan dan perbedaan baik bentuk maupun keletakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola gambar tangan pada gua-gua prasejarah di daerah Pangkep dan Maros, Serta perbedaan antara gambar tangan di daerah Pangkep dan Maros yang menunjukkan dua subkebudayaan. Penelitian ini didasarkan atas pandangan normatif dari kebudayaan (normative view of culture), bahwa perilaku manusia itu berpola. Pola-pola itu ditentukan oleh kebudayaan dan bersifat normatif, yakni menunjukkan ketaatan pada suatu perangkat aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku yang diturunkan dari generasi ke generasi. Adapun gambar tangan yang dianalisis berjumlah S49 gambar dari 745 gambar yang teridentitikasi pada 36 situs gua dari 101 gua yang disurvei.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat pola gambar tangan pada gua-gua prasejarah tersebut. Terdapatnya pola tersebut menunjukkan adanya norma-norma yang sama yang rnengarahkan dan menjadi landasan perilaku masyarakat di daerah Pangkep dan Maros pada masa Ialu dalam membuat gambar tangan dan penempatannya dalam gua-gua mereka. Pola gambar tangan di wilayah Pangkep-Maros itu ditunjukkan dengan bentuk negative hand stencil berupa telapak kiri atau kanan yang berorientasi ke atas, memiliki limajari, berukuran besar, dan berwarna cokelat. Seiain itu, diketahui pula terdapat dua pola penggambaran bentuk gambar tangan yang berbeda; di daerah Pangkep berdasarkan bagian guanya terbanyak terdapat pada bagian belakang gua, sedangkan di daerah Maros terbanyak terdapat pada bagian depan gua. Sementara itu, berdasarkan biclang guanya terbanyak di daerah Pangkep diternukan di langit-langit gua, sedangkan di daerah Maros terbanyak ditemukan di dinding gua. Pola yang berbeda tersebut diperkirakan merupakan dua subkebudayaan (subculture) dalarn satu wilayah kebudayaan yang sama (Sulawesi Selatan)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
D853
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Tiku Dudung, Author
"Masyarakat Toraja pada praktiknya mengenal dua jenis upacara adat yakni Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’. Rambu solo’ sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi orang telah meninggal. Tulisan ini membahas tentang pengaruh pandemi dalam aspek budaya terhadap tradisi yakni Rambu Solo’ atau upacara pemakaman. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan teknik pengumpulan data; observasi partisipan, wawancara mendalam dan studi literatur. Penelitian ini berupa autoetnografi karena bersumber dari budaya penulis sendiri. Pandemi Covid-19 yang dimulai sejak akhir tahun 2019 menjadi tantangan baru bagi pelaksanaan Rambu solo’. Beberapa praktik dalam Rambu solo’ bertentangan dengan protokol kesehatan. Panitia pelaksana dihadapkan dengan tantangan pandemi dan kewajiban melakukan ritual. Sehingga muncul beberapa bentuk modifikasi agar Rambu solo’ dan protokol kesehatan tetap berjalan beriringan. Modifikasi yang dilakukan hanya sebagai respons terhadap tantangan di situasi darurat yakni pandemi Covid-19. Bentuk - bentuk modifikasi dilakukan dengan cara menyederhanakan kegiatan seperti; membatasi acara ma’badong dan adu kerbau, menyiapkan atribut protokol kesehatan baik masker, tangki pencucian tangan, memberi label silang pada pondok, membatasi waktu tamu di lokasi, dan penggunaan wadah plastik. Modifikasi yang dilakukan merupakan sebuah kebiasaan baru bagi masyarakat Toraja yang tentunya disertai dengan ketegangan oleh beberapa pihak. Konsep inovasi dari Rogers (2003) menuntun penulis dalam mengelaborasi modifikasi pelaksanaan Rambu solo’ di masa pandemi. Perilaku modifikasi sebagai bagian dari inovasi pada akhirnya dievaluasi oleh adopter. Adopsi merupakan keputusan yang diambil untuk menerapkan inovasi dan memberlakukan ide atau perilaku yang berbeda dengan yang sebelumnya. Inovasi dapat berlanjut atau berhenti ditentukan oleh kesesuaiannya dengan nilai, keyakinan dan pengalaman masa lalu sistem sosial.

Toraja people in practice recognize two types of traditional ceremonies, namely Rambu Tuka 'and Rambu Solo'. Rambu solo' as a form of final respect for people who have died. This paper discusses the influence of the pandemic in the cultural aspect of the tradition, namely Rambu Solo' or funeral ceremonies. This research was conducted qualitatively with data collection techniques; participant observation, in-depth interviews and literature study. This research is in the form of autoethnography because it comes from the author's own culture. The Covid-19 pandemic which began at the end of 2019 became a new challenge for the implementation of Rambu solo'. Some practices in Rambu solo' are against health protocols. The organizing committee is faced with the challenges of a pandemic and the obligation to perform rituals. So there are several forms of modification so that Rambu solo' and health protocols continue to go hand in hand. The modifications were made only in response to challenges in an emergency situation, namely the Covid- 19 pandemic. Modifications are made by simplifying activities such as; limiting ma'badong and buffalo fighting events, preparing health protocol attributes such as masks, hand washing tanks, cross-labeling huts, limiting guest time on location, and using plastic containers. The modifications made are a new habit for the Toraja people, which of course is accompanied by tension by several parties. The concept of innovation from Rogers (2003) guides the author in elaborating the modification of Rambu solo' implementation during the pandemic. Behavior modification as part of the innovation is ultimately evaluated by the adopter. Adoption is a decision taken to implement an innovation and adopt an idea or behavior that is different from the previous one. Innovation can continue or stop determined by its compatibility with the values, beliefs and past experiences of the social system."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sumpena
"Desa siaga merupakan salah satu program yang digulirkan Depkes.Komponen kesiapan menjadi salah satu faktor penting terhadap terlaksananya program desa siaga. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesiapan pengembangan desa siaga di Kabupaten Konawe Selatan,dengan menggunakan desain kualitatif untuk mengetahui informasi keberadaan komponen pengembangan desa siaga. Pengumpulan data dilakukan dengan metode diskusi kelompok terarah dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari Sembilan variabel yang harus dimiliki dalam pengembangan desa siaga,baru empat variabel yang sudah dimiliki. Kesimpulannya secara umum Kabupaten Konawe Selatan belum siap untuk pengembangan desa siaga. Dinkes Kabupaten diharapkan mampu meningkatkan pengadaan sarana prasarana Poskesdes yang sudah berjalan baik dan meningkatkan kemitraan dengan pemerintah kecamatan dan desa.

Village alert was one program that published by Health Departement. The readiness component be an important factor to implementate village alert programs. The objective of this study was to identify ?the readiness in village alert development at South Konawe district?, which used a qualitative method to get more information about availability of components of village alert development. Data collected with focus group discussion and in depth interview. The findings of this study showed that the village in South Konawe just have four variables from nine variables that must been available. The conclusion was South Konawe district have not been ready for village alert development. It is recommended for Health Departement to improve Poskesdes facilities that have been going on and to improve collaboration with village and sub district government.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T41274
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Muhammad Said
"Latar Belakang. Peninggalan arkeologi sebagai salah satu bagian dari sumberdaya budaya, khususnya di Indonesia pada saat ini secara kuantitas semakin bertambah jumlahnya, hal tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya penemuan situs baru, baik yang ditemukan oleh para peneliti maupun yang merupakan laporan hasil penemuan dari masyarakat yang menemukan tinggalan arkeologis yang terdapat di sekitar tempat tinggalnya. Peningkatan jumlah tersebut merupakan suatu gejala positif yang menandakan bahwa masyarakat umum telah mulai mengenal tentang peninggalan arkeologi, namun masih disayangkan bahwa pengenalan tersebut masih belum mencapai taraf yang tergolong "peduli".
Sumberdaya budaya yang merupakan warisan leluhur bangsa adalah aset nasional yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat secara umum, baik untuk kepentingan ideologis, akademis maupun untuk kepentingan yang bersifat ekonomis (Cleere, 1989:5-1O). Sehubungan dengan hal tersebut maka sumberdaya budaya, khususnya sumberdaya budaya materi yang merupakan obyek kajian disiplin ilmu arkeologi, yang selanjutnya disebut sebagai sumberdaya arkeologi perlu mendapat penanganan (dikelola) secara tepat, sesuai dengan jenis dan kondisi keberadaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar aset tersebut dapat tetap teriindungi dan terjaga kelestariannya. Dengan dilestarikannya sumberdaya arkeologi yang masih bertahan hingga saat ini, berarti akan membuka peluang yang lebar untuk tetap memiliki aset budaya bangsa yang mengandung nilai penting bagi sejarah, kebudayaan, dan Ilmu pengetahuan sebagai produk kebanggaan Bangsa Indonesia pada masa lalu.
Berkenaan dengan pengelolaan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, diperlukan bentuk dan jenis pengelolaan yang merujuk langsung pada kepentingan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya arkeologi. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk tetap mempertahankan keberadaan situs yang merupakan sumber Jaya utama bagi kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, serta kepentingan penelitian bagi disiplin ilmu arkeologi pada khususnya. Selain itu, dengan tetap lestarinya peninggalan budaya tersebut?"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T14591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Susanti
"Telah dilakukan reprocessing data mentah dari Badan Geologi yaitu : data geolistrik, data geomagnet dan data gravity, diperoleh model konseptual Sistem Panas Bumi daerah Pincara, kabupaten Luwu utara, Propinsi Sulawesi Selatan. Sistem panas bumi Pincara adalah sistem yang didominasi oleh air Daerah panas bumi Pincara terletak di Masamba, Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis berada pada posisi diantara 02 0 27? 00?? - 02 0 35? 00?? Lintang Selatan dan 120 0 18" 00" - 120 0 26" 00" Bujur Timur.
Pada Model konseptual sistem panas bumi Pincara, diduga merupakan sistem panas bumi outflow berdasarkan pada penyeledikan geokimia oleh badan geologi, dimana mata air panas yang terdapat dipermukaan bersifat bikarbonat dengan pH netral. Sumber panas dan reservoar diduga berada di tenggara penyelidikan hal ini berdasarkan pada data geologi dan peta geologi bahwa di tenggara dipekirakan merupakan pusat erupsi magma yang menyebabkan terbentuknya penggunungan Baliase.
Disebelah tenggara daerah penyelidikan diperkirakan terdapat lapisan impermeabel yang menahan fluida hydrothermal sampai kepermukaan, namun dengan diperkirakan terdapatnya sesar/patahan pada beberapa titik pengukuran berdasarkan pada pemodelan gravity dan data geomagnet, maka fluida hydrothermal tersebut dapat muncul kepermukaan.

The reprocessing data from Geology Office was done to be processed, they are: data geolistrik, data geomagnet and data gravity. It is got the conceptual model system hydrothermal Pincara, district luwu north, province south. System hydrothermal pincara that is dominated by water.
The system hydrothermal Pincara is located in Masamba, district Luwu North, South Sulawesi. Based on geographically it is between 020 27 00 - 020 35 00 latitude south and 1200 18" 00 - 120 0 26" 00 longitude east. Conceptual model system hydrothermal pincara, guessed to be earth hot system outflow based on geokimia survey by geology office, where does hot spring found has bicarbonate with ph neutral. hot source and reservoar guessed to reside in south east this matter quest based on in geology data and geology map that is at south east be centre erupsi magma that causes bentuknya penggunungan baliase.
Beside south east quest region is estimated found layer impermeabel that hold back fluid hydrothermal until kepermukaan, but with estimated dapatnya fault/fracture in several measurements points based on in pemodelan gravity and data geomagnet, so fluid hydrothermal can appear kepermukaan such as those which be seen in picture 5.6 menyekitar points measurement - points sounding.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29085
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyatman Armin
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang program pemberian pinjaman modal kerja UKM PT. Semen Tonasa yang telah diatur dalam ketentuan pelaksanaan Program Kemitraan BUMN sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Berdasarkan temuan lapangan program pemberian pinjaman modal kerja UKM merupakan program Corporate Social Responsibility, dari Hasil penelitian menyarankan perbaikan dalam pelaksanaan program pemberian pinjaman modal kerja UKM khususnya dalam hal penyeleksian calon mitra binaan, agar program tersebut tepat sasaran dan berkelanjutan.

ABSTRACT
This thesis discusses the capital loan program providing SMEs PT . Semen Tonasa set out in the provisions of the implementation of the Partnership Program BUMN as a form of corporate social responsibility . This study is a qualitative study with a descriptive design . Based on the findings in the field of working capital loan program providing SMEs is a Corporate Social Responsibility program , from the results suggest an improvement in the implementation of the program of the working capital loans of SMEs in particular in terms of selecting candidates for the partners , so that the program targeted and sustainable.;This thesis discusses the capital loan program providing SMEs PT . Semen Tonasa set out in the provisions of the implementation of the Partnership Program BUMN as a form of corporate social responsibility . This study is a qualitative study with a descriptive design . Based on the findings in the field of working capital loan program providing SMEs is a Corporate Social Responsibility program , from the results suggest an improvement in the implementation of the program of the working capital loans of SMEs in particular in terms of selecting candidates for the partners , so that the program targeted and sustainable ., This thesis discusses the capital loan program providing SMEs PT . Semen Tonasa set out in the provisions of the implementation of the Partnership Program BUMN as a form of corporate social responsibility . This study is a qualitative study with a descriptive design . Based on the findings in the field of working capital loan program providing SMEs is a Corporate Social Responsibility program , from the results suggest an improvement in the implementation of the program of the working capital loans of SMEs in particular in terms of selecting candidates for the partners , so that the program targeted and sustainable .]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>