Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156408 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Yustilira
"Masa transisi remaja yang penuh dengan tekanan membuat remaja rentan akan masalah kesehatan mental. Dampak buruk dari masalah kesehatan mental dapat bertahan hingga masa dewasa. Bantuan dari pihak profesional merupakan cara yang tepat untuk mengatasi masalah psikologis, namun remaja cenderung enggan mencari bantuan kepada pihak profesional. Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi remaja dalam berintensi mencari bantuan profesional, yaitu sikap terhadap pencarian bantuan profesional dan persepsi dukungan sosial. Sebanyak 253 remaja (196 perempuan, 57 laki-laki) yang berusia 11-19 tahun (M=15.31, SD=1.72) di Indonesia menjadi partisipan penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengambilan data dilakukan secara daring dengan metode purposive sampling. Sikap terhadap pencarian bantuan profesional diukur dengan Mental Help Seeking Attitudes Scale, persepsi dukungan sosial diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support, dan intensi mencari bantuan profesional diukur dengan Intention to Seek Counseling Inventory. Pengolahan data menggunakan teknik regresi hirarki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap pencarian bantuan profesional dan persepsi dukungan sosial dari figur signifikan memiliki pengaruh yang positif secara signifikan terhadap intensi remaja mencari bantuan profesional, dengan variabel usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling dikontrol. Persepsi dukungan sosial dari keluarga maupun teman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi remaja mencari bantuan profesional. Implikasi dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan program intervensi untuk guru dan pihak sekolah.

The stressful adolescent transition period makes adolescents vulnerable to have mental health problems. The negative impact of mental health problems can last into adulthood. Help-seeking from professionals is the right way to deal with psychological problems, but adolescent tend to be reluctant to seek help from professionals. There are two factors that influence adolescents' intention to seek professional help, namely attitudes toward seeking professional help and perceived social support. A total of 253 adolescents (196 girls, 57 boys) aged 11-19 years (M=15.31, SD=1.72) in Indonesia participated in this study. This research is a quantitative research and data collected by online using purposive sampling method. Attitude towards seeking professional help was measured by the Mental Help Seeking Attitudes Scale, perceived social support was measured by the Multidimensional Scale of Perceived Social Support, and the intention to seek professional help was measured by the Intention to Seek Counselling Inventory. Data processing using hierarchical regression technique. The results showed that attitudes toward seeking professional help and perceived social support from significant others had a positive impact significantly on adolescents' intentions to seek professional help with controlling age, gender and counselling experience. Perceived social support from family and friends did not significantly influence the adolescent's intention to seek professional help. The implications of this research can be used for developing intervention programs for teachers and schools."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avicenia Andita Putri
"Populasi remaja rentan mengalami masalah kesehatan mental (Gadagnoto dkk., 2022) dan ditemukan adanya kenaikan prevalensi gangguan kesehatan mental pada populasi usia remaja di Indonesia (Riskesdas, 2018). Riset menunjukkan bahwa intensi yang dimiliki untuk mencari bantuan kepada tenaga profesional masih rendah (Moen dkk., 2018; Barus, 2022). Salah satu faktor protektif remaja terhadap masalah kesehatan mental adalah dukungan sosial dan persepsi mereka terhadap ketersediaan sumber dukungan tersebut dari lingkungan sekitarnya dinilai penting. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional pada remaja SMA/sederajat di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Pengukuran persepsi dukungan sosial menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional menggunakan Mental Help-Seeking Intention Scale (MHSIS) dilakukan kepada 144 partisipan remaja SMA/sederajat di Kota Bandung. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi dukungan sosial dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional (r = 0,410, p < 0,01).

The adolescent population is prone to experiencing mental health problems (Gadagnoto et al., 2022) and an increase in the prevalence of mental health disorders has been found in the adolescent population in Indonesia (Riskesdas, 2018). Research shows that the intention to seek help from professionals is still low (Moen et al., 2018; Barus, 2022). One of the protective factors for adolescents against mental health problems is social support and their perception of the availability of this source of support from the surrounding environment is considered essential. This research examined the relationship between perceived social support and mental health professional help-seeking intention among high school adolescents in Indonesia. The research method used is a quantitative method with a correlational research design. Measuring perceived social support using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and mental health professional help-seeking intention using the Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) was conducted on 144 high school adolescent participants in Bandung. The study found a positive and significant relationship between perceived social support and mental health professional help-seeking intention (r = 0.410, p < 0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutmainnah
"Masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun tindakan mencari bantuan pada pihak profesional masih tergolong rendah. Diduga terdapat faktor lain yang menghambat intensi remaja untuk mencari bantuan pada pihak profesional ketika memiliki masalah. Sayangnya, penelitian mengenai faktor utama penghambat remaja mencari bantuan pada pihak profesional seperti stigma diri dan sikap terhadap tindakan mencari bantuan masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap sebagai mediator terhadap hubungan stigma diri dan intensi remaja untuk mencari bantuan profesional. Sebanyak 255 remaja Indonesia (laki-laki=57 dan perempuan=198) berusia 11-19 tahun (M= 15.31 tahun) menjadi partisipan dan mengisi serangkaian kuesioner meliputi Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH) dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Berdasarkan analisis mediasi ditemukan sikap memediasi secara penuh hubungan stigma diri dan intensi mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional. Semakin rendah stigma diri, maka sikap terhadap tindakan mencari bantuan pada pihak profesional semakin positif. Sikap yang positif selanjutnya akan meningkatkan intensi remaja meminta bantuan kepada pihak profesional. Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan perlu digencarkannya program psikoedukasi berkaitan dengan pentingnya merawat kesehatan mental untuk remaja untuk menurunkan stigma diri dan mendorong sikap positif dan intensi mencari bantuan pada tenaga profesional remaja meningkat.

Mental health problems in adolescents in Indonesia are increasing from year to year, but the act of seeking professional help is still relatively low. It is suspected that other factors prevent adolescents from seeking professional help when they have problems. Unfortunately, research on the main factors inhibiting adolescents from seeking professional help such as self-stigma and attitudes toward seeking help is still minimal. This study aims to determine the role of attitude as mediator on the relationship bestween self-stigma and adolescents intention to seek professional help. A total of 255 Indonesian adolescents (boys = 57 and girls = 198) aged 11-19 years (M = 15.31 years) became participants. It filled out questionnaires including the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Based on the mediation analysis, it was found that the attitude of fully mediating the relationship of self-stigma and intention to seek help from professionals. The lower the self-stigma, the more positive the attitude towards seeking help from professionals. A positive attitude will further increase the intention of adolescents seeking help from professionals. The findings in this study need to be intensified with psychoeducational programs related to the importance of treating mental health for adolescents to reduce self-stigma, encourage adolescents positive attitudes, and increased intention ti seek help from proffesionals mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Kartika
"Studi terdahulu menunjukkan remaja cenderung memiliki intensi yang rendah untuk mencari bantuan profesional sekalipun berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Karakteristik unik perkembangan remaja dan konteks budaya juga menjadikan penelitian tentang faktor yang mendukung intensi mencari bantuan pada remaja di Indonesia penting untuk dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap terkait mencari bantuan sebagai mediator dalam hubungan antara distress disclosure dan intensi remaja untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional setelah mengontrol usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling sebelumnya. Sebanyak 254 remaja di Indonesia (M = 15.31 tahun) mengisi kuesioner secara daring, yakni Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Distress Disclosure Index (DDI), dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Hasil studi menemukan bahwa sikap memediasi secara penuh hubungan antara distress disclosure dan intensi remaja mencari bantuan sekalipun usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling sudah dikontrol (ab = .0783, 95%, BCa CI [0.0030, 0.1666]). Semakin tinggi distress disclosure, maka sikap remaja terkait mencari bantuan semakin positif. Sikap positif ini yang akan meningkatkan intensi remaja mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional. Temuan ini mengindikasikan pentingnya mempertimbangkan distress disclosure dan sikap terkait mencari bantuan dalam upaya meningkatkan intensi remaja di Indonesia untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional.

Previous studies have shown that adolescents' intention to seek professional help tends to be low though they are at risk of having mental health problems. The uniqueness of adolescent development and the cultural context also make research about facilitating factors in Indonesian adolescents’ help seeking intention important to be explored. The current study aimed to investigate the role of mental help seeking attitude as a mediator between distress disclosure and adolescents’ intention to seek mental health professional help after controlling ages, gender, and previous counseling experiences. A total of 254 Indonesian adolescents (M = 15.31 years) filled out online questionnaires consisting of the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Distress Disclosure Index (DDI), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). The result found that attitude fully mediated the relationship between distress disclosure and adolescents' help seeking intention even after controlling the ages, gender, and counseling experiences (ab = .0783, 95%, BCa CI [0.0030, 0.1666]). The higher the distress disclosure, the more positive the help seeking attitude. The more positive attitude, the higher adolescents’ intention to seek help. The results indicate that to increase Indonesian adolescent’s intention to seek professional help, distress disclosure and mental help seeking attitude have to be considered."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabira Hana Pribadi
"Berbagai tantangan dalam kehidupan mahasiswa membuatnya rentan mengalami masalah kesehatan mental sehingga mahasiswa perlu melakukan koping dengan mencari bantuan kepada profesional. Aspek penting yang mendasari perilaku mencari bantuan kepada profesional adalah sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Penelitian ini bertujuan melihat keterkaitan antara persepsi dukungan sosial dari keluarga, teman, dan figur signifikan dengan sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Penelitian ini bersifat korelasional dengan metode pengambilan data survei daring. Partisipan merupakan 268 mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun di Universitas Indonesia. Alat ukur yang digunakan yaitu Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Mental Help-Seeking Attitudes Scale (MHSAS). Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi dukungan sosial secara keseluruhan (r = 0,255, p < 0,01), maupun dari masing-masing sumber yaitu keluarga (r = 0,149, p < 0,01), teman (r = 0,230, p < 0,01), dan figur signifikan (r = 0,179, p < 0,01) dengan sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pengembangan program intervensi bagi pihak universitas dan tenaga kesehatan mental profesional.

Various challenges in college students’ lives made them prone to mental health problems. Such problems lead to students’ need of coping, by which they seek professional help. An important aspect that underlying help-seeking behavior is attitude toward seeking professional psychological help. This study aims to investigate the relationship between perceived social support from family, friends, and significant others with attitude toward seeking professional psychological help. This study is correlational using the online survey data collection method. Participants were 268 college students aged 18–25 years old at the University of Indonesia. The measurements used in this study are Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and Mental Help-Seeking Attitudes Scale (MHSAS). The result shows that there is a positive and significant relationship between overall perceived social support (r = 0,255, p < 0,01) as well as perceived social support from family (r = 0,149, p < 0,01), friends (r = 0,230, p < 0,01), and significant others (r = 0,179, p < 0,01) with attitude toward seeking professional psychological help. This research can be used as a basis for the development of intervention programs for universities and mental health professionals."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Pebruarini
"Layanan psikologis daring semakin berkembang dalam membantu remaja mencari bantuan profesional. Depresi yang dialami remaja merupakan faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan layanan psikologis daring. Literasi kesehatan mental merupakan faktor yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui perannya dalam memfasilitasi remaja dalam mencari bantuan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran literasi kesehatan mental sebagai moderator antara gejala depresi dan intensi mencari bantuan psikologis pada remaja. Partisipan penelitian ini berusia 13-18 tahun dan memenuhi kriteria gejala depresi sesuai dengan alat ukur DASS-21. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen yaitu DASS-21 milik Lovibond & Lovibond (1995) untuk mengenali tingkat depresi remaja, yang itemnya telah diadaptasi oleh Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), Mental Health Literacy Scale (MHLS) milk O’Connor (2015) untuk mengukur literasi kesehatan mental yang itemnya telah diadaptasi oleh Pebruarini (2022), serta GHSQ milik Rickwood (2005) untuk mengukur intensi mencari bantuan psikologis yang dimodifikasi dalam konteks daring oleh Naila & Pebruarini (2022). Analisis moderasi dilakukan melalui program PROCESS dari Hayes v4.2 pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan mental memoderasi gejala depresi dengan intensi mencari bantuan psikologis daring. Dalam hal ini literasi kesehatan mental yang tinggi akan memperkuat remaja yang memiliki tingkat depresi yang tinggi dalam mencari bantuan psikologis daring.

Psychological Online Help Seeking is growing to help teenagers seek professional help. Depression can influence adolescents to use online psychological services. Mental health literacy needs further investigation to determine its role in facilitating adolescents seeking psychological assistance. This study aims to examine the role of mental health literacy as a moderator between depressive symptoms and the intention to seek psychological help in adolescents. The participants in this study were aged 13-18 years and met the criteria for depressive symptoms according to the DASS-21 measurement tool. Data collection used three instruments, namely DASS-21 from Lovibond & Lovibond's (1995) to identify the level of adolescent depression, whose items have been adapted by Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), O'Connor's Mental Health Literacy Scale (MHLS) (2015) to measure mental health literacy whose items have been adapted by Pebruarini (2022), as well as Rickwood's online GHSQ (2005) to measure the intention to seek psychological assistance modified in an online context by Naila & Pebruarini (2022). Moderation analysis was carried out through the PROCESS program from Hayes v4.2 on SPSS. The results showed that mental health literacy moderated depressive symptoms with the intention to seek psychological help online. In this case, high mental health literacy will s"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Meganingtyas Prabandari
"Perkembangan teknologi membantu aktivitas manusia pada saat ini. Salah satu dampak dari teknologi yaitu adanya layanan tele-counseling. Layanan tele-counseling yang masih terbilang baru ini masih perlu diperhatikan untuk melakukan inovasi berkelanjutan terhadap layanan dengan melihat faktor yang dapat memengaruhi intensi untuk menggunakan layanan tersebut. Penelitian ini berfokus pada peran kepercayaan sebagai mediator dalam pengaruh self-stigma terhadap intensi menggunakan tele-counseling, dengan menggunakan dasar teori kerangka Theory of Planned Behavior dari Ajzen. Penelitian ini dilakukan kepada 113 masyarakat umum Indonesia yang berumur 18 sampai 40 tahun dan pernah mendengar mengenai tele-counseling. Penelitian ini diukur menggunakan skala pengukuran Intentions to Seek Counseling Inventory – Online (ISCI), The Self Stigma of Seeking Help Scale – Online (SSOSH), dan Alat ukur kepercayaan yang diadaptasi dari Anwar dan Adidarma (2016). Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS dari Hayes dengan model 4, menunjukkan bahwa kepercayaan tidak memiliki efek mediasi yang signifikan pada pengaruh self-stigma terhadap intensi menggunakan tele-counseling (ab = -0.02, CI = [-0.20, 0.21]). Penelitian ini memberikan implikasi bagi penyedia layanan untuk melakukan inovasi ataupun perbaikan terkait layanan dengan melihat faktor lain selain self-stigma dan kepercayaan, dan juga meningkatkan psikoedukasi terkait isu kesehatan mental.

Technological developments help human activities at this time. One of the impacts of technology is the existence of tele-counseling services. This tele-counseling service, which is still relatively new, still needs attention to carry out continuous innovation of the service by looking at the factors that can influence the intention to use the service. This study focuses on the role of trust as a mediator in the influence of self-stigma on the intention to use tele-counseling, using the theoretical framework of Ajzen's Theory of Planned Behavior. This research was conducted on 113 Indonesian general public aged 18 to 40 years and had heard of tele-counseling. This study was measured using the Intentions to Seek Counseling Inventory – Online (ISCI) measurement scale, The Self Stigma of Seeking Help Scale – Online (SSOSH), and the confidence measuring instrument adapted from Anwar and Adidarma (2016). The results of the mediation analysis using Hayes' PROCESS model 4, showed that trust had no significant mediating effect on the effect of self-stigma on intentions to use tele-counseling (ab = -0.02, CI = [-0.20, 0.21]). This research provides innovation for service providers to make factors or improvements related to services by looking at other than self-stigma and beliefs, and also increasing psychoeducation related to mental health issues."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danika Nurannisa S.
"

Masalah kesehatan mental pada mahasiswa sering terjadi, namun kenyataannya niat dan perilaku mencari bantuan secara online yang mudah untuk dijangkau masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan stigma diri dan online help-seeking pada mahasiswa. Proses pengumpulan data dilakukan kepada mahasiswa di Indonesia dengan rentang usia 18-29 tahun dengan jumlah sebanyak 270 orang. Partisipan diminta untuk mengisi kuesioner secara online yang di dalamnya terdapat Self-Stigma of Seeking Help Scale dan Online Help-Seeking Questionnaire. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa stigma diri memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan niat mencari bantuan secara online dengan cara menggunakan internet untuk mencari dan membaca informasi masalah pribadi dan emosional (r = -0,25, p < 0,01). Penelitian ini juga menunjukkan stigma diri memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perilaku mencari bantuan online dengan cara mengunggah ke penonton yang besar (r = 0,13, p < 0,01). Hasil dari temuan ini dapat berguna dalam program preventif dan memperkaya dalam literatur terkait stigma diri dan niat serta perilaku mencari bantuan secara online. 

Kata Kunci: mahasiswa; mencari bantuan secara online; stigma diri 


Mental health problems in college students often occur, but the reality the intention and behavior of online help-seeking that is easy to reach are still rarely done. This study aims to examine the relationship of stigma diri and online help-seeking in students. The data collection process was carried out for college students in Indonesia with an age range of 18- 29 years with a total of 270 people. Participants were asked to fill out an online questionnaire in which there was a Self-Stigma of Seeking Help Scale and an Online Help-Seeking Questionnaire. The results of this study indicate that self-stigma has a significant negative relationship with intention online help-seeking by using the internet to find and read information on personal and emotional problems (r = -0.25, p <0.01). This study also showed that self-stigma had a significant positive relationship with online help-seeking behavior by uploading to a large audience (r = 0.13, p <0.01). The results of these findings can be useful in preventive and enriching programs in the literature related to stigma diri and the intention and behavior of online help-seeking. 

Key Words: college students; online help-seeking; self-stigma 

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Natalia Wijaya
"Anak sulung seringkali dipandang sebagai individu yang stabil, tidak emosional, dan selalu berperforma baik dalam segala hal. Kondisi ini tentu berperan terhadap intensinya untuk mencari bantuan profesional ketika mengalami masalah mental. Terlebih apabila pengalamannya bersama orang tua membentuk tipe adult attachment yang turut berperan terhadap intensinya mencari bantuan profesional. Penelitian ini ingin menguji ada/tidaknya perbedaan intensi yang signifikan pada diri anak sulung dalam mencari bantuan kesehatan mental profesional, berdasarkan tipe attachment yang dimiliki. Intensi diukur menggunakan alat ukur Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) dan attachment individu dewasa diukur menggunakan Experiences in Close Relationship Scale – Short Form. Sebanyak 247 anak sulung laki-laki dan perempuan berusia 18-25 tahun menjadi partisipan dalam penelitian ini. Menggunakan metode analisis ANOVA, dapat dibuktikan bahwa terdapat perbedaan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional yang signifikan, dengan tipe attachment fearful yang memiliki intensi paling tinggi.

The oldest child is often seen as a stable individual, unfeeling, and always performs well in everything. This condition certainly plays a role in his intention to seek professional help when experiencing mental problems. This is especially true if his experiences with parents form a type of adult attachment which contributes to his intention to seek professional help. The study wanted to test whether or not there were significant differences in the eldest son's intentions in seeking professional mental health assistance, based on the type of attachment he had. The intention was measured using the Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) and adult individual attachment was measured using the Experiences in Close Relationship Scale - Short Form. A total of 247 firstborn boys and girls aged 18-25 years participated in this study. Using the ANOVA analysis method, it can be proven that there are significant differences in the intention to seek professional mental health assistance, with the fearful attachment type having the highest intention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inne Irmawanti Febriana
"Kecerdasan emosi dan pola asuh orang tua menjadikan remaja memiliki kesehatan jiwa yang baik. Tujuan dari penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kecerdasan emosi dan pola asuh orang tua dengan kesehatan jiwa remaja. Metode penelitan yang digunakan adalah deskriptif korelatif dan desain cross sectional. Sampel sebanyak 474 siswa SMP di wilayah Bekasi Tambun Selatan yang dipilih melalui Teknik consecutive sampling. Responden mengisi kuesioner Strengths and Difficulties Questionnare (SDQ) untuk masalah kesehatan jiwa, Assessing Emotion Scale (AES) untuk kecerdasan emosi, dan pola asuh orang tua. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan52,7% remaja dengan kecerdasan emosi baik dan 47,3% remaja dengan kecerdasan emosi kurang, pola asuh orang tua di wilayah Bekasi Tambun Selatan terdapat pola asuh authoritative 27,0%, pola asuh permissive 24,1%, pola asuh authoritarian 24,5%, dan pola asuh uninvolved 24,55, kesehatan jiwa remaja di wilayah tersebut terdapat 42,8% dengan kategori normal, borderline 25,5%, dan abnormal 31,6%. Didalam penelitian ini tidak tedapat hubungan yang signifikan (p value 0,849) antara kecerdasan emosi dengan kesehatan jiwa remaja, sedangkan terdapat hubungan yang signifikan (p value 0,009) antara pola asuh orang tua dengan kesehatan jiwa pada remaja. Diperlukan pengetahuan secara mendalam mengenai kecerdasan emosi para remaja dan sosialisasi terhadap pemahaman orang tua terkait pola asuh yang digunakan untuk memberikan pemahaman tentang faktor protektif dari kesehatan jiwa remaja.

Emotional intelligence and parenting style make teenagers have good mental health. The purpose of this study was to identify the relationship between emotional intelligence and parenting style with adolescent mental health. The research method used is correlative descriptive and cross sectional design. A sample of 474 junior high school students in the Bekasi Tambun Selatan area were selected through the consecutive sampling technique. Respondents filled out the Strengths and Difficulties Questionnare (SDQ) for mental health problems, the Assessing Emotion Scale (AES) for emotional intelligence, and parenting styles. The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis with the chi square test. The results showed that 52.7% of adolescents with good emotional intelligence and 47.3% of adolescents with less emotional intelligence, parenting parents in the Bekasi Tambun Selatan region had authoritative parenting 27.0%, permissive parenting 24.1%, parenting authoritarian 24.5%, and uninvolved parenting 24.55, adolescent mental health in the region is 42.8% in the normal category, 25.5% borderline, and 31.6% abnormal. In this study there was no significant relationship (p value 0.849) between emotional intelligence and adolescent mental health, while there was a significant relationship (p value 0.009) between parenting style and mental health in adolescents. In-depth knowledge of adolescents' emotional intelligence is needed and socialization of parents' understanding of parenting styles is used to provide an understanding of the protective factors of adolescent mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>