Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108308 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zakia Sukha Jamilah
"Masyarakat Tengger adalah salah satu masyarakat adat yang terus melaksanakan ritual adat mereka. Kaum muda Tengger berpartisipasi secara aktif dalam setiap penyelenggaraan ritual adat. Setelah adanya legalisasi agama, sebagian besar masyarakat Tengger akhirnya sepakat untuk menuliskan agama Hindu sebagai agma mereka. Dewasa kini masyarakat Tengger tidak hanya diisi oleh masyarakat dengan agama Hindu tapi juga Islam dan Kristen. Keberagaman agama yang dimiliki oleh masyarakat Tengger sekarang tidak membuat ritual adat ditinggalkan, melainkan keduanya yaitu agama dan adat mengalami negosiasi. Tesis ini membahas tentang negosiasi yang dilakukan oleh kaum muda Tengger terhadap adat dan agama yang mereka miliki. Kaum muda Tengger dapat menjalankan ritual adat dan juga kegiatan agama mereka secara beriringan dan tidak saling menganggu. Pembacaan doa dari berbagai agama yang ada di dalam masyarakat Tengger di setiap ritual adat menjadi salah satu upaya untuk menegosiasikan antara adat dan agama. Toleransi yang dimiliki antar pemeluk agama juga sangat tinggi. Masyarakat Tengger bergotong royong untuk saling membantu satu sama lain ketika ada upacara keagamaan yang harus dilakukan. Pariwisata adalah salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya negosiasi yang terjadi di antara ritual adat dan juga agama di oleh kaum muda Tengger. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan data didapatan melalui wawancara secara virtual didukung oleh kajian berbagai literature yang melengkapi kebutuhan data yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini didapat dengan membandingkan perilaku kaum muda Tengger dengan konsep negosiasi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti David Harnish.

The Tengger community is one of the indigenous peoples who continue to carry out their traditional rituals. Tengger youths participate actively in every traditional ritual. After the legalization of religion, most of the Tenggerese finally agreed to write down Hinduism as their religion. Today, the Tenggerese community is not only filled with Hindus but also Muslims and Christians. The religious diversity possessed by the Tenggerese people now does not make traditional rituals abandoned, but both religion and custom are undergoing negotiations. This thesis discusses the negotiations carried out by the Tenggerese youth against their customs and religion. Tengger youths can carry out traditional rituals as well as their religious activities in tandem and do not interfere with each other. The reading of prayers from various religions that exist in the Tengger community in every traditional ritual is one of the efforts to negotiate between custom and religion. Tolerance between religious adherents is also very high. The Tenggerese work together to help each other when there are religious ceremonies to be performed. Tourism is one of the faktors that influence the course of negotiations that occur between traditional and religious rituals by the Tenggerese youth. This study uses ethnographic methods and data obtained through virtual interviews supported by a study of various literatures that complement the data requirements needed. The results of this study were obtained by comparing the behavior of the Tenggerese youth with the concept of negotiation proposed by several figures such as David Harnish."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 11 (3-4) 2010 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 8(1-4) 2007
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Natasha
"Tesis ini mengkaji perihal tanah masyarakat adat Tengger dalam perspektif komunalitas masyarakat adatnya. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif atau kepustakaan dengan pendekatan perundang-undnagan dan pendekatan analisis. Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Prosedur pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan studi dokumen dan wawancara. Penelitian ini membahas sifat komunal masyarakat adat Tengger melalui sudut pandang ekonomi, sosial, dan budaya yang dihubungkan dengan kebijakan pertanahan. Sifat komunal masyarakat adat Tengger meyakini tanahnya sebagai tanah suci yang tidak dapat dimiliki oleh pihak luar sehingga menciptakan keunikan serta kesenjangan tersendiri. Keunikan tersebut berupa praktik masyarakat adat Tengger terhadap sertipikat tanah yang dimilikinya, sementara kesenjangan terjadi antara penerapan sertipikat hak komunal masyarakat adat Tengger dengan kebijakan pertanahan. Kajian ini memberikan rekomendasi agar Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional agar lebih akurat dalam menyiarkan publikasi persnya kepada masyarakat supaya tidak terjadi kesalahpahaman terhadap praktik pertanahan di lapangan. Serta tidak memaksakan peraturan perundang-undangan kepada masyarakat adat oleh karena terdapat masyarakat adat yang hanya dengan tradisi dan budayanya telah mendapatkan tujuan dari hukum sehingga tercipta masyarakat yang damai dan tentram.

This thesis studies the customary land in Tengger within the community rsquo s perspective. This is a normative juridical study under constitutional and analytical approach. Primary, secondary, and tertiary law materials are used. Law materials are collected through documental review and interview procedure. The communal nature of the indigenes in Tengger is discussed under economy, social, and cultural circumstances, to further find its relationship with land policies. The communal nature of the indigenes in Tengger believes that their lands are sacred, implicating unavailability of land ownership for outsiders, which creates its distinct uniqueness and discrepancy. Uniqueness is shown through the practice of land certificates among the indigenes in Tengger, while discrepancy is performed in the contrary between the certification of communal rights for the indigenes in Tengger and the land policies. The result of this study recommends The Ministry of Agrarian and Spatial Planning National Land Agency to be more accurate in broadcasting their press releases for the community, therefore misunderstanding in land practices could be avoided. Furthermore, it could be better to not enforce regulations to the indigenes in Tengger, for the custom and culture in Tengger rsquo s community are adequate in achieving the purpose of law, creating a peaceful environment accordingly.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T48844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Ministry of Information, Republic of Indonesia, 1959
959.82 IND o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jazim Hamidi
"Summary:
Exogamy marriage customs and rites of Tengger people, Indonesia."
Malang: UB Press, 2014
346.016 JAZ h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarto
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1997
398.216 SUT l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hefner, Robert W.
"Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik adalah performa dari sebuah perubahan sosial yang terjadi di masyarakat suku, ketika menghadapi penetrasi politik dan klutural dari "luar". Intervensi Negara dalam proyek islamisasi, modernisasi sistem pertanian, dan perkelahian ideologis partai politik (aliran) berdampak serius bagi tatanan dan proses transformasi pencarian identitas sosial masyarakat pegunungan yang berwatak egaliter, non-hierarkis, tak berkelas dan tanpa basa-basi. "
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1999
303.4 HEF g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Yossa Agung Permana
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S7608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Igor Hermando
"Hiperrealitas kerap direpresentasikan dalam bentuk produk hiburan seperti, taman bermain, film, dan karya seni. Selain dalam produk hiburan hiperrealitas juga terjadi pada institusi agama. Institusi agama yang dimaksud adalah salah satu megachurch di Jakarta yang diminati oleh jemaat kaum muda kelas menengah atas. Berbeda dengan gereja arus utama, gereja tersebut memiliki berbagai karakteristik yang mendukung konsumerisme, dan terbentuknya hiperrealitas.
Beberapa studi sebelumnya membahas mengenai komodifikasi produk simbolis namun dalam artikel ini penulis menganalisis simulakra dan proses simulasi melalui ideologi khotbah, artis simbol gereja, oleh para petugas gereja setempat, fasilitas gereja seperti alat musik.
Dalam artikel ini penulis berargumen bahwa salah satu megachurch di Jakarta adalah sebuah hiperrealitas yang menawarkan produk simbolis untuk dikonsumsi oleh jemaat yang dapat memberikan efek kepuasan simbolis kepada jemaat secara khusus kaum muda. Dalam tulisan ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai sembilan informan yang merupakan jemaat salah satu megachurch di Jakarta.

Beside the entertaiment world, hyperreality is also practised in the religious institution. Religious institution is megachurch in Jakarta that is attended by middle-upper class youth. Unlike the mainline church, the megachurch has various characteristics that support consumerism, and the formation of hyperreality. Previous studies have discussed the commodification of symbolic products.
This study focuses on the commodification of religion by analyzing simulacra and simulation processes through ideology sermons, artists church symbols, by local church officials, church facilities such as musical instruments.
This article argues that the megachurch in Jakarta regulates hyperreality by offering symbolic products to congregation. The congregation provides symbolic satisfactions towards the youth. In this paper, the researcher applies a qualitative approach by interviewing nine informers who are part of the megachurch congregation
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>