Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rialfi Akbarsyah
"Pengeringan konvektif adalah jenis pengeringan yang paling sering digunakan di industri pengeringan makanan. Tetapi pengering konvektif umum mempunyai efisiensi rendah dan konsumsi daya yang tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah pengering makanan dengan teknologi konvektif, microwave, dan heat pump di desain. Sebuah investigasi dilakukan untuk menemukan desain yang cocok. Tinjauan literatur dilakukan terhadap komponen-kompoen yang akan dipakai. Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa microwave mampu mencapai tingkat pengeringan yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik, tetapi memakai lebih banyak daya. Heat pump mampu mencapai efisiensi tinggi karena kemampuannya untuk mendaur ulang energi panas yang digunakan untuk pengeringan dan kontrol kelembaban yang lebih baik. Beberapa jenis pengering telah diteliti, dan dua jenis pengering dianggap layak. Jenis pengeringnya adalah pengering batch tray dan pengering continuous conveyor. Sebuah diagram sederhana dibuat terlebih dahulu untuk menunjukkan proses dasarnya. Sketsa yang lebih mendalam dibuat untuk menunjukkan lokasi komponen. Berdasarkan sketsa tersebut, pengering kemudian dimodelkan dalam 3D menggunakan software CAD.

Convective drying is the most common type of food drying used in the industry. But convective drying has low drying efficiency and high power consumption. To mitigate this problem, a food dryer with convective, microwave, and heat pump technology was designed. An investigation was done to find the suitable design. A literature review was done on the components of the dryer and the types of dryers currently available. Scientific literatures shows that microwave is able to achieve higher drying rate and better quality at the cost of power consumption. Heat pump is able to achieve high efficiency due to its ability to recycle the thermal energy used for the drying and better humidity control. Several dryer types were researched, and two types of dryers was deemed to be viable for the project. The dryer types are batch tray dryer and continuous conveyor dryer. A simple diagram was made first to show the basic process. A more in-depth sketch was created to show the locations of the components. Based of those sketches, the dryer is then modelled in 3D using a CAD software."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Al Fikri M.
"Kebutuhan energi nasional untuk operasi pengeringan berkisar dari 10-15 % untuk negara-negara maju. Bahkan di pasaran telah tersedia lebih dari 400 jenis pengering. Proses pengeringan merupakan salah satu hal penting dalam pengolahan makanan. Agar mendapatkan hasil pengeringan yang efisien dan efektif guna memenuhi tuntutan industri makanan yang berkembang pesat maka diperlukan pengetahuan tentang sifat laju penguapan air yang terkandung di dalamnya. Penelitian tentang laju penguapan tetesan di mana sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara, konsentrasi, temperatur lingkungan dan kecepatan aliran.
Digunakan alat berupa penyuntik cairan yang berisi larutan agar-agar. Suntikan ini menghasilkan tetesan, yang kemudian dialirkan udara dengan variasi kecepatan dan temperatur. Di sini memperlihatkan hubungan bilangan Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), dan Sherwood (Sh). Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya perpindahan kalor dan massa serta korelasi antara data pengujian dengan menggunakan metode rumus empiris umum, metode stagnan film, dan pendekatan model baru.

National energy needs for drying operation are 10-15% on major country. More than 400 kinds of dryer are spread out on market. Drying process play the important role on food and beverages preservation. To get the best result on drying products and to fulfil the industry demand, we have to understand about the water evaporation. Research about droplet evaporation are very influenced by air humidity, concentration, ambient temperature, and velocity of flow.
The instrument device uses injection contained seaweed suspension. Air flows through the droplet with the variation of velocity and temperature. It shows the relationship of Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Schmidt (Sc), Nusselt (Nu), and Sherwood (Sh) numbers. Heat and mass transfer occur in this process. This experiment?s intended for knowing the correlation between analyzed data with the empirical method, film stagnant model, and the new model (E. A. Kosasih).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S36227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad RifqiI Saefuttamam, atuhor
"Kurang efisiennya sistem pengeringan kopi dengan menggunakan sinar matahari membuat produktifitas para petani kopi di Indonesia kurang maksimal. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk membuat sistem pengeringan yang lebih efektif dan efisien yaitu dengan cara mengkombinasikan sistem pengeringan jenis bed dryer dengan heat pump (sistem refrigerasi). Pengujian dilakukan dengan buah kopi yang sudah dikupas untuk mensimulasikan kinerja dari bed dryer. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah meningkatkan laju penguapan dari biji kopi  dengan sistem heat pump sehingga debit udara pengeringan dan temperatur heater semakin tinggi, sedangkan kelembaban udara semakin rendah sehngga kinerja bed dryer lebih baik terhadap laju penguapannya. Secara sistem dengan penambahan kompresor dari refrigerasi dan fan kondenser membuat daya total dari bed dryer semakin besar. Namun, hal ini tertutupi dengan adanya pemanfaatan sisi evaporator sebagai dehumidifikasi udara pengering dan kondenser 1 sebagai heat recovery yang memberikan penghematan daya heater  hingga 70.5%. Ketika kelembaban udara diatur semakin rendah, akan berdampak pada terjadinya kenaikan temperatur outlet kondenser 1 pada sisi udara hingga 44°C.

The lack of efficiency of the coffee drying system using sunlight makes the productivity of coffee farmers in Indonesia less than optimal. Therefore, this research was conducted to create a more effective and efficient drying system by combining a bed dryer type drying system with a heat pump (refrigeration system). The test was carried out with peeled coffee cherries to simulate the performance of a bed dryer. The results obtained from this study are to increase the evaporation rate from coffee beans with a heat pump system so that the drying air flow rate and heater temperature are higher, while the humidity is lower so that the bed dryer's performance is better on the evaporation rate. The system with the addition of a compressor from the refrigeration and condenser fan makes the total power of the bed dryer even greater. However, this is covered by the utilization of the evaporator side as dehumidification of drying air and condenser 1 as heat recovery which provides heater power savings of up to 70.5%. When the air humidity is set lower, it will have an impact on increasing the outlet temperature of the condenser 1 on the air side up to 44°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Chairi
"Permasalahan dalam penelitian ini adalah terdapatnya ketidaksiapan Unit Gawat Darurat (UGD) untuk mengadakan pemberian pelayanan darurat secara optimal. Salah satunya adalah menyangkut ketersediaan obat-obatan dan bahan-bahan habis pakai. Tujuan penelitian secara umum adalah agar diperoleh informasi mengenai penerapan pengawasan melekat dalam pengendalian penyediaan obat-obatan dan bahan-bahan habis pakai di RSUD Kota Bekasi. Dan secara khusus adalah agar dapat diketahui pelaksanaan unsur-unsur pengendalian intern, baik itu menyangkut pengorganisasian, kebijakan pelaksanaan, perencanaan kebutuhan, prosedur penyediaan, pencatatan hasil kerja, pembinaan personalia, pengawasan intern dan mengetahui tindakan koreksi dari penyimpangan yang terjadi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan analisa tematik atau thematic analysis, dengan menggali data dan informasi dari berbagai informan sebagai data primer, serta dokumen yang terkait dan relevan sebagai data sekunder, sedangkan untuk menilai keabsahan data dilakukan triangulasi sumber data. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan penerapan pengawasan melekat dalam pengendalian penyediaan obat-obatan dan bahan habis pakai ternyata belum optimal, hal ini disebabkan banyaknya kendala dalam berbagai hal yang saling berkaitan. Langkah-langkah pemecahan masalah yang harus diambil adalah memperbaharui struktur dengan merubah kelas rumah sakit menjadi kelas B, hal ini sesuai dengan Kep Mendagri No, 22 tahun 1994, sehingga rumah sakit memiliki pola swadana dalam pembiayaannya atau mengikut sertakan swasta untuk mengembangkan rumah sakit, meningkatkan kemampuan penyediaan obat-obatan dan bahan habis pakai dari Apotik Kopkar, merekap isi resep sehingga dapat digunakan sebagai dasar acuan anggaran pembelian penyediaan obat-obatan dan bahan habis pakai, merekam isi resep didalam komputer sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan kembali terutama dalam perencanaan anggaran, melengkapi persediaan dengan 2nenambah anggaran untuk Kopkar, perlunya prosedur pengaturan peminjaman alat-alat antar unit rumah sakit dengan UGD, pencatatan dan pelaporan sebaiknya disertakan pencatatan resep sebagai bahan usulan bagi panitia anggaran dan perlu penambahan tenaga administrasi minimal satu orang, menggunakan komputer sebagai sarana pencatatan resep, pembinaan dan pengembangan pengetahuan dan ketrampilan sebaiknya ditingkatkan lagi, demikian juga perlunya meningkatkan kegiatan tindakan koreksi untuk setiap pelanggaran dan penyelewengan yang terjadi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

The main problem of this research is that ER of RSUD Kota Bekasi has not fully prepared to provide best services. One indicator is medicines and other disposable material in stock. In general, this research aims to get significant information regarding monitoring implemented for medicines and disposable material stock control in RSUD Kota Bekasi. Also, this research, in particular, will obtain internal control indicators including control organizing, implementation policy, inventory planning, merchandising procedure, document record, human resource training, and internal monitoring and, at last identify its recovery process for possible problems. This research uses qualitative method with thematic analysis, and explores primary data from informants as well as secondary data from related documents. While, researcher employs triangulation method to validate data. Research indicates that implementation of intensive monitoring for medicines and disposable material stock control is not optimum because of many interrelated problems among systems. Recommended solution for above problems may be reforming hospital structure, such as changing hospital classification to become b class (Kep Mendagri No. 22 Th. 1994 ). So that, RSUD Kota Bekasi becomes self - support hospital (swadana) and more independent to acquire partnership. In addition, RSUD Kota Bekasi can improve the quality of sevices including monitories medicines and disposable material stock control from KOPKAR, recapitulates prescription for purchasing budgeting, data entry for prescription summary, increase KOPKAR budget, implements procedure for lending equipment from ER, records document together with prescription summary, recruits one additional administration staff, computerizes prescription data entry, improves training for human resources, as well as increases frequency of recovered action as it is specified in hospital procedure."
Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Syahugi
"Proses throttling merupakan proses dimana entalpi tetap. Dalam proses ini, fliuda mengalami ekspansi dari daerah tekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah sehingga terjadi penurunan temperatur uap jenuhnya. Selain itu, kerja yang dilakukan tidak ada, energi kinetik dan perpindahan kalor melalui lubang katup throttling itu sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemanfaatan energi panas yang terbuang. Misalnya, proses throttling dapat diaplikasikan terintegrasi dalam suatu sistem pembangkit yang pada umumnya terletak di daerah laut untuk memanfaatkan energi yang tersimpan dalam air laut sebagai air pendingin kondensor. Panas air buangan kondensor yang dibuang kelaut kembali dengan diterapkan proses throttling dapat memanfaatkan energi tersebut. Air dan uap dingin yang dihasilkan dari proses ini, dapat dimanfaatkan untuk mendinginkan kondensor guna meningkatkan kevakuman kondensor dibanding air laut.
Berdasarkan simulasi didapatkan peningkatan efisiensi pembangkit yang cukup signifikan yaitu sekitar 4%. Bahkan bukan hanya itu, keuntungan lain yang dapat dihasilkan adalah dapat diproduksinya air sulingan sebesar 117 ton/jam melebihi kebutuhan siklus uap PLTU yang hanya 7 ton/jam yang dibutuhkan dalam siklus uap PLTU.
Penelitian ini diujikan dengan membuat alat throttling process dan mengalirkan air bertekanan dan memiliki temperatur tinggi melewati katup ekspansi kedalam ruang vakum. Hasil yang diamati yaitu terjadinya penurunan temperatur jenuh air tersebut sesuai kevakuman ruang dan air sulingan yang diperoleh dengan mengkondensasinya menggunakan evaporator AC.

A throttling process is defined as a process in which there is no change in enthalpy. In these process, it is occurs expansion that cause a significant pressure drop and it is often accompanied saturated temperature in the fluid. There is no work is done, mass transfer and kinetic energy through out are neglectable.
In these simulation, the goal is to heat recovery. For example, the integrated system of power plant which is located at the sea. It is used potential energy in sea water to cooling the condensor. There is possible to heat recovery on the outlet heat of condensor in the throttling process which is created cooled vapor and water. The cooled water is used to replace sea water to cooling the condensor. With the result, condensor vacuums is increase and then its cause significant efficience increase about 4%. Eventhough, another gained profit is 117 ton/hour destilation water whereas it is exeed necessary for the PLTU vapor cycle about 7 ton/hour.
The goal of these research is making the throttling process devices and conduct on several temperature variation, water flow, and pressure throughout expansion valve. It is concerned occurs saturated temperature decrease as a room vacuums pressure. In addition, mass flow of saturated vapor is condensated by evaporator Air conditioner ( AC )."
2008
S38223
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurcholis Gary Akbar
"Kualitas kayu, sebagai bahan furniture, sangat ditentukan oleh jumlah Moisture Content (MC) yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pengeringan pada kayu, untuk mengurangi jumlah MC, sebelum kayu tersebut di-assembly dan digunakan. Jenis pengering kayu yang digunakan sangat ditentukan oleh iklim, jenis kayu, jumlah kayu, dan kualitas kayu yang ingin dicapai. Kualitas yang disyaratkan costumer adalah MC kayu yang mencapai 8-12%. Untuk jenis kayu ringan dan jumlah kayu yang sedikit, dapat digunakan sistem pengering dengan menggunakan heat pump. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini dilakukan suatu proses perancangan sistem pengering kayu dengan memanfaatkan prinsip dehumidifier pada heat pump. Analisis dilakukan dengan membandingkan dan memilih sistem-sistem yang biasa digunakan di daerah tropis, serta membahas perhitungan teoritis desain yang dilakukan. Desain sendiri dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan embodiment design dan pemanfaatan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Adapun temperatur kondensasi pada sistem yang didesain adalah 50_C, temperatur evaporasi 10_C, dan daya kompresor yang digunakan 5 pk. Diharapkan hasil desain alat ini dapat digunakan sebagai bahan pengujian, pengembangan, dan pemanfaatan lebih lanjut untuk memperoleh hasil pengeringan yang lebih optimal.

Wood quality, as furniture's material, is mostly based on amount of Moisture Content (MC) inside the wood. Therefore, a process is needed to dry the wood, for reducing amount of MC, before its assembling and using steps. Kinds of used wood dryer depends on the climate, kinds of wood, number of wood, and expected wood's quality. Customer's needs make a requirement for MC about 8-12%. For a little number of softwood, it can be used an heat pump for drying process. Because of that, in this final project, a dryer system desain is done with using dehumidifier's principles. Analysis process is done by comparing and choosing customary sistems which is used at the tropical area, and also investigating design's theoritical calculation. Design itself is done by using embodiment design steps and Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Designed system, in this final project, has condensing temperature about 50_C, evaporating temperature 10_C, and compressor's power about 5 hp. The designing result is expected to be used as a tool for experiment and development in order to get optimal drying result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasan Hadiwahyana
"Kualitas kayu, sebagai bahan furniture, sangat ditentukan oleh jumlah Moisture Content (MC) yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pengeringan pada kayu, untuk mengurangi jumlah MC, sebelum kayu tersebut di-assembly dan digunakan. Jenis pengering kayu yang digunakan sangat ditentukan oleh iklim, jenis kayu, jumlah kayu, dan kualitas kayu yang ingin dicapai. Kualitas yang disyaratkan costumer adalah MC kayu yang mencapai 8-12%. Untuk jenis kayu ringan dan jumlah kayu yang sedikit, dapat digunakan sistem pengering dengan menggunakan heat pump. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini dilakukan suatu proses perancangan sistem pengering kayu dengan memanfaatkan prinsip dehumidifier pada heat pump. Analisis dilakukan dengan membandingkan dan memilih sistem-sistem yang biasa digunakan di daerah tropis, serta membahas perhitungan teoritis desain yang dilakukan. Desain sendiri dilakukan sesuai dengan tahapantahapan embodiment design dan pemanfaatan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Adapun temperatur kondensasi pada sistem yang didesain adalah 50_C, temperatur evaporasi 10_C, dan daya kompresor yang digunakan 5 pk. Diharapkan hasil desain alat ini dapat digunakan sebagai bahan pengujian, pengembangan, dan pemanfaatan lebih lanjut untuk memperoleh hasil pengeringan yang lebih optimal.

Wood quality, as furniture's material, is mostly based on amount of Moisture Content (MC) inside the wood. Therefore, a process is needed to dry the wood, for reducing amount of MC, before its assembling and using steps. Kinds of used wood dryer depends on the climate, kinds of wood, number of wood, and expected wood's quality. Customer's needs make a requirement for MC about 8-12%. For a little number of softwood, it can be used an heat pump for drying process. Because of that, in this final project, a dryer system desain is done with using dehumidifier's principles. Analysis process is done by comparing and choosing customary sistems which is used at the tropical area, and also investigating design's theoritical calculation. Design itself is done by using embodiment design steps and Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Designed system, in this final project, has condensing temperature about 50_C, evaporating temperature 10_C, and compressor's power about 5 hp. The designing result is expected to be used as a tool for experiment and development in order to get optimal drying result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haines, Roger W.
New York: McGraw-Hill, 2010
697 HAI h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman Al Yusra
"Alat pengering semprot pada umumnya memiliki efisiensi energi kurang dari 50%. Untuk meningkatkan efisiensinya, dalam penelitian pengering semprot dikombinasikan dengan pompa kalor. Pompa kalor berfungsi untuk mengeringkan udara pengering pada evaporator dan memanaskannya pada kondensor. Udara yang kering dan panas akan dialirkan ke ruang pengering melalui pemanas listrik.
Pada sistem pengering dan pemanas udara (pompa kalor), konsumsi energi kompresor menambah konsumsi energi sistem. Namun ada beberapa kondisi yang menjadikan konsumsi energi sistem lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan pemanas listrik saja. Keuntungan terbesar didapatkan pada tekanan kondensor 16.85 [atm] (temperatur kondensor 60 [℃]) dan kelembaban udara pada temperatur titik embun 10 [℃] yaitu 34.9% dengan rasio 0.651.
Pada temperatur udara pengering yang tidak terlalu tinggi (60 [℃], 80 [℃], 100 [℃]) laju pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban udara pengering secara signifikan, sedangkan pada temperatur yang tinggi (120 [℃], 140 [℃]) laju pengeringan lebih dipengaruhi oleh temperatur udara pengering tersebut.
Kinerja total dari kombinasi pengering semprot dan pompa kalor menunjukkan keuntungan terbesar sistem dicapai pada tekanan kondensor 21.3 atm dengan kondisi kelembaban udara 0.00763 kgv/kgda (temperatur titik embun 10 [℃]), laju udara 450 [lpm], dan temperatur udara 60 [℃]. Pada kondisi ini, rasio konsumsi energi spesifik total adalah 0.222, artinya keuntungan energi terbesar yang diperoleh sebesar 77.8.

Generally, spray dyer has less than 50% energy efficiency. To increase it, spray dryer is combined with an heat pump. The heat pump functions are dehumidifying the air in the evaporator, and increasing the temperature of the air in the condenser. The hot and dry air will be distributed to the drying chamber through the air heater.
The extra energy consumption from the heat pump generally increases the overall system energy consumtion, but for the drying process, it gives a significant energy saving. The biggest advantage from the use of the heat pump will be gained at 16.85 [atm] condenser pressure (at 60 [℃] condenser temperature), and air humidity at 10 [℃] Dew Point temperature, which is 34.9% at 0.651 ratio.
At the moderate air temperature (60 [℃], 80 [℃], and 100 [℃]), the drying rate is affected by the humidity of the dryer air significantly, whle at higher temperature (120 [℃] and 140 [℃]), drying rate is mostly affected by the air temperature itself.
The total work of the combination of the spray dryer and the heat pump shows that the biggest advantage of the system is reached at 21.3 atm condenser pressure with 0.00763 kgv/kgda air humidity (10 [℃] Dew Point temperature), 450 [lpm] air flow, and 60 [℃] air temperature. At this condition, the specific energy consumption is 0.22 and the percentage of energy advantage reached is 77.8%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haldi Maruli
"Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan manufaktur komponen sepeda motor dengan melakukan evaluasi terhadap pemasok manufaktur komponen mold die casting dengan tujuan mendapatkan kriteria evaluasi pemasok dan melakukan pemeringkatan pemasok. Proses pembuatan kriteria evaluasi pemasok ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan melakukan pemeringkatan pemasok dengan pendekatan metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan kedua metode tersebut dihasilkan 5 kriteria utama, yaitu kriteria kualitas, pengiriman, harga, sumber daya, pelayanan, dan manajemen perusahaan dengan menempatkan kriteria kualitas sebagai kriteria dengan bobot penilaian terbesar yaitu sebesar 41,2%. Sedangkan hasil dari pemeringkatan pemasok menempatkan pemasok 6 sebagai pemasok terbaik dan pemasok 4 sebagai pemasok terburuk diantara 6 alternatif pemasok. Dengan dibuatnya suatu model evaluasi dan pemeringkat pemasok ini diharapkan dapat berguna untuk proses evaluasi pemasok lainnya dengan tipe bisnis yang sama yaitu perusahaan manufaktur.

The research was done on a motorcycle component manufacturing company with an evaluation of the supplier of die casting mold component manufacturing with the purpose of obtaining a supplier evaluation criteria and ranking suppliers. Supplier evaluation criteria is built using the approach method of Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) for ranking suppliers. Based on the data processing by using the two methods, produced five main criteria, namely criteria of quality, delivery, price, resources, services, and management of the company. By placing Quality as a criteria with the greatest weight that is equal to 41.2%. The results of the ranking for suppliers placing Supplier 6 as the best supplier and Supplier 4 as the worst among the six alternative of suppliers. With the establishment of a model of supplier evaluation and supplier ranks, this model can be useful for evaluating other suppliers with the same type of business as a manufacturing company."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42818
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>