Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111783 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eric Delbert
"Riset ini bertujuan untuk mengukur perubahan kekuatan mekanis miniplate setelah di uji imersi dengan larutan HBSS dengan pH awal 7,4. Proses yang dilakukan adalah membuat CAD miniplate, membandingkan desain miniplate dengan benchmark produk menggunakan FEM, revisi desain, fabrikasi miniplate (CNC milling, surface grinding, etc), observasi mikrostruktur miniplate, uji imersi, pengukuran perubahan massa dan pH dan uji three-point bending. Hasil pertama dari penelitian atau riset mengenai keadaan microstructure miniplate pure magnesium adalah pertambahan film atau lapisan baru pada miniplate jika uji imersi yang dilakukan semakin lama. Hal ini disebabkan mekanisme untuk menghasilkan protective layer jika klorida muncul. Lalu didapatkan perubahan massa pada waktu perendaman 1 hari, 2 hari, 4 hari dan 7 hari dari massa miniplate awal dengan rata – rata 0,35 g masing – masing yaitu 0,345 g, 0,342 g, 0,332 g dan 0,322 g. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama hari perendaman akan mengurangi massa miniplate magnesium dikarenakan proses degradasi yang terjadi. Hasil ketiga adalah perubahan pH pada larutan HBSS saat uji imersi dari pH awal 7.4 pada masing – masing perendaman 1 hari, 2 hari, 4 hari dan 7 hari yaitu 7.93, 6.54, 6.07 dan 9.14. Dapat dilihat bahwa tingkat perubahan pH pada larutan HBSS tidak konsisten dan tidak memiliki trendline yang pasti. Hasil terakhir adalah perubahan kekuatan mekanis pada miniplate yang semakin rendah ketika dilakukan uji imersi dengan hasil maximum bending load yaitu 167,15 N, 163,51 N, 161,01 N, 157,37 N, 153,5 N dan 128,34 N. Hal ini disebabkan karena kehilangan mechanical integrity akibat proses korosi.

This study aimed at measuring changes in the mechanical strength of the miniplate after being immersed in an HBSS solution with an initial pH of 7.4. The process carried out is to make a miniplate CAD, compare the miniplate design with product benchmarks using FEM, design revision, miniplate fabrication (CNC milling, surface grinding, etc.), miniplate microstructure observation, immersion test, mass and pH change measurement and three-point bending test. The first result of research on the state of pure magnesium miniplate microstructure is the accretion of a new film or layer on the miniplate if the immersion test is carried out longer. This is due to the mechanism to produce a protective layer if chlorides appear. Then a mass change was obtained at soaking time of 1 day, 2 days, 4 days and 7 days from the initial miniplate mass with an average of 0.35 g, namely 0.345 g, 0.342 g, 0.332 g and 0.322 g, respectively. It can be concluded that the longer the immersion day will reduce the miniplate mass of magnesium due to the degradation process that occurs. The third result was a change in the pH in the HBSS solution during the immersion test from the initial pH of 7.4 at 1 day, 2 days, 4 days and 7 days immersion, respectively, namely 7.93, 6.54, 6.07 and 9.14. It can be seen that the rate of pH change in HBSS solution is inconsistent and has no definite trendline. The last result is a change in mechanical strength in the miniplate which is getting lower when the immersion test is carried out with maximum bending load results, namely 167.15 N, 163.51 N, 161.01 N, 157.37 N, 153.5 N and 128.34 N. This is due to loss of mechanical integrity due to corrosion processes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan Bintang Abhista
"Fraktur yang terjadi pada craniomaxillofacial dapat memicu cedera lain di kepala sehingga membutuhkan penggunaan miniplate untuk fiksasi yang stabil selama proses penyembuhan. Magnesium miniplate muncul sebagai implan dengan sifat biodegradable potensial karena memiliki sifat mekanik yang sangat baik dan memiliki sifat biokompatinilitas. Namun, kinerja dan stabilitas sifat mekanisnya saat terpapar lingkungan fisiologis perlu dievaluasi secara menyeluruh. Penelitian ini menginvestigasi efek pengujian imersi dengan Hank's Balanced Salt Solution (HBSS) terhadap sifat mekanik pure magnesium miniplate untuk fraktur craniomaxillofacial. Uji perendaman bertujuan untuk mensimulasikan kondisi korosif yang akan dihadapi oleh implantasi di dalam tubuh manusia. Uji bending dilakukan untuk mengevaluasi perubahan kekuatan mekanik, elastisitas, dan perilaku retak miniplate setelah imersi. Selain itu perhitungan laju korosi juga dilakukan untuk mengetahui korelasinya dengan kekuatan mekanis pure magnesium miniplate setelah uji imersi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa perendaman dalam HBSS memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat mekanik miniplat magnesium murni. Uji tersebut menunjukkan perubahan dalam bending strength dan bending load yang mengindikasikan potensi degradasi dan perubahan perilaku mekanik miniplat. Temuan ini berkontribusi pada pemahaman kita tentang kinerja jangka panjang dan daya tahan miniplat magnesium murni dalam konteks fraktur craniomaxillofacial. Pengetahuan tersebut sangat penting untuk mengoptimalkan desain implant dan memastikan hasil klinis yang berhasil dalam bidang bedah craniomaxillofacial.

Fractures occurring in the craniomaxillofacial region can result in additional head injuries, necessitating the use of miniplates for stable fixation during the healing process. Magnesium miniplates have emerged as potential biodegradable implants due to their excellent mechanical properties and biocompatibility. However, their performance and mechanical stability when exposed to physiological environments require comprehensive evaluation. This study investigates the effect of immersion testing with Hank's Balanced Salt Solution (HBSS) on the mechanical properties of pure magnesium miniplates for craniomaxillofacial fractures. The immersion test aims to simulate the corrosive conditions that the implant may encounter within the human body. Bending tests were conducted to evaluate the changes in mechanical strength, elasticity, and fracture behavior of the miniplates after immersion. Additionally, corrosion rate calculations were performed to determine their correlation with the mechanical strength of pure magnesium miniplates after the immersion test. The results of this study revealed that immersion in HBSS significantly influenced the mechanical properties of pure magnesium miniplates. The tests demonstrated changes in bending strength and bending load, indicating potential degradation and altered mechanical behavior of the miniplates. These findings contribute to our understanding of the long-term performance and durability of pure magnesium miniplates in the context of craniomaxillofacial fractures. Such knowledge is crucial for optimizing implant design and ensuring successful clinical outcomes in the field of craniomaxillofacial surgery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusman Efendi
"Kecelakaan lalu lintas mendominasi penyebab trauma craniomaxillofacial di Asia Tenggara. Pada sisi lain, angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia terus naik seiring pertambahan kendaraan bermotor. Kondisi ini menyebabkan pengembangan miniplate, alat yang berguna untuk menangani pasien trauma CMF, menjadi suatu keharusan. Penggunaan miniplate sendiri mengalami rintangan di beberapa bagian, terlebih fraktur kompleks yang memerlukan geometri yang unik. Riset ini bertujuan untuk membuat miniplate yang dapat memenuhi kebutuhan akan geometri ini. Riset ini menggunakan produk komersial sebagai pembanding dan jurnal ilmiah sebagai referensi. Proses yang dilakukan adalah membuat model CAD, analisis teoritis, analisis finite element, pembuatan purwarupa, dan sejumlah revisi desain. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebanyakan tipe dapat menahan beban yang akan diterima oleh miniplate secara teori. Namun, pada proses fabrikasi, ditemukan bahwa sejumlah tipe sulit untuk dibuat dengan mesin yang ada. Sehingga dari tipe-tipe yang diajukan, hanya satu yang dapat dibuat. Metode fabrikasi dari tipe ini menggunakan CNC milling dengan miniplate komersial yang ada sebagai bahan baku. Hasil yang didapat dengan metode ini sesuai dengan geometri desain dengan beberapa catatan.

Traffic accidents dominate the cause of craniomaxillofacial (CMF) trauma in Southeast Asia. On the other hand, the rate of traffic accidents in Indonesia is increasing along with increased motorized vehicles. This condition led to the development of miniplate, a valuable tool for treating CMF trauma patients, becoming imperative. The use of the miniplate itself encounters obstacles in several parts, incredibly complex fractures that require unique geometries. This research aims to create a miniplate that can meet the needs of these geometries. This research uses commercial products as a comparison and uses scientific journals as a reference. The process carried out is making CAD models, theoretical analysis, finite element analysis, making prototypes, and several design revisions. The analysis results obtained that most types of designs can withstand loads that miniplates will theoretically accept. However, in the fabrication process, it was found that several types were difficult to fabricate with existing machines. So that of the proposed types, only one type can be fabricated. The fabrication method of this type uses CNC milling with existing commercial miniplates as raw materials. The results obtained by this method correspond to the desired geometry with some notes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasha Akmal Rahmady
"Berbagai material logam telah dikembangkan sebagai bahan dasar implan untuk tulang. Sampai saat ini, standar emas untuk material implan masih dimiliki titanium. Namun, titanium sebagai material untuk implan masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya keharusan untuk melakukan pengangkatan implan setelah tulang sudah teregenerasi sehingga memakan biaya dan usaha yang lebih serta menurunnya fungsi tulang karena kecenderungan tulang untuk bertopang pada implan berbahan titanium saat proses regenerasi. Magnesium beserta campurannya telah menarik beberapa penelitian untuk menjadikannya material implan. Hal ini dikarenakan sifatnya yang memiliki kompatibilitas dan toksisitas terhadap tubuh yang baik. Kemampuan luruh yang dimiliki magnesium dapat mengisi kekurangan yang dimiliki oleh titanium yaitu tidak perlunya operasi pengangkatan implan. Selain itu, sifat mekanis magnesium yang menyerupai tulang manusia membuat tulang tidak kehilangan kekuatan fisiknya setelah teregenerasi secara sempurna. Di sisi lain, kemampuan luruh yang dimiliki magnesium, yang dinilai terlalu cepat, juga menjadi kelemahan dari magnesium sebagai bahan dasar implan. Hal ini dikarenakan magnesium yang dapat terurai sebelum tulang teregenerasi secara sempurna. Oleh karena itu, pengaturan laju korosi dari magnesium sangat dibutuhkan. Untuk mengeliminasi kelemahan magnesium tersebut, penulis melakukan penelitian dengan melakukan modifikasi permukaan berupa coating pada implan berbahan magnesium untuk mengurangi laju korosi yang dimiliki magnesium. Bahan yang digunakan sebagai perlakuan permukaan adalah NaOH (Natrium Hydroxide), Pengujian yang dilakukan untuk membuktikan performa pelapis adalah imersi, three-point bending, dan morfologi. Proses imersi dilakukan selama satu bulan dengan larutan HBSS yang dipertahankan suhu dan keasamannya sesuai kondisi tubuh manusia (37 °C dan pH 7,4) untuk mendapatkan penurunan massa. Penurunan massa ini akan menjadi tolak ukur dari laju korosi implan. Hasilnya, ditemukan bahwa pelapis NaOH dapat menekan laju korosi dengan sangat baik dan mempertahankan sifat mekanis dari implan berbahan magnesium.

Various metal materials have been developed as implant materials for bones. To date, titanium remains the gold standard for implant materials. However, titanium implants still have some drawbacks, such as the need for implant removal after bone regeneration, which incurs additional costs and effort, as well as a decrease in bone function due to the tendency of bone to rely on titanium implants during the regeneration process. Magnesium and its alloys have drawn attention as potential implant materials. This is due to their good compatibility and low toxicity to the body. The biodegradable nature of magnesium can address the limitations of titanium implants, as there is no need for implant removal surgery. Additionally, the mechanical properties of magnesium resembling human bone prevent the loss of physical strength after complete regeneration. On the other hand, the relatively rapid degradation of magnesium, which can occur before full bone regeneration, is a disadvantage of magnesium as an implant material. Therefore, controlling the corrosion rate of magnesium is crucial. To overcome this drawback, the author conducted a study by modifying the surface of magnesium implants with a coating to reduce the corrosion rate. The surface treatment materials used were NaOH (Sodium Hydroxide). Testing was performed to evaluate the coating performance through immersion, three-point bending, and morphology. The immersion process lasted for one month in HBSS solution, maintaining the temperature and acidity similar to the human body conditions (37 °C and pH 7.4) to measure the mass loss. The mass loss serves as an indicator of the implant's corrosion rate. The results showed that the coating can decrease degradation rate significantly and maintain the mechanical properties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amadeus Dewangga
"ABSTRAK
Penanganan kasus fraktur khususnya pada rahang manusia ( maxilla; rahang atas, mandibula; rahang bawah ) menggunakan alat fiksasi berupa miniplate. Secara komersil titanium merupakan material yang digunakan sebagai material miniplate karena biokompabilitas tinggi terhadap tubuh dan mechanical properties yang tinggi. Tetapi titanium kurang cocok dikarenakan young modulus yang tidak sesuai dengan tulang ( kemungkinan gagal fiksasi ) dan tidak bersifat biodegradeable. Material pengganti yang sudah sering diteliti adalah magnesium karena bersifat biodegradeable dan memiliki mechanical properties yang menyerupai tulang. Tetapi laju korosi magnesium sangat tinggi, sehingga perlu diberi perlakuan tambahan agar penyembuhan fraktur optimal. Penelitian ini berfokus pada komposit berbasis magnesium sebagai upaya mengurangi laju korosi dengan menambahkan karbonat apatit saat proses pembuatan dengan teknik powder metallurgy sebanyak 5%, 10%, dan 15%. Untuk mengetahui mechanical properties dari komposit dilakukan uji tarik dan uji bending dengan metodologi yang sesuai ASTM E8 ( tensile ) dan ASTM E290 ( bending ), dan data diolah untuk mendapat mechanical properties yang sesuai ASTM F67 ( tensile ) dan ASTM F382 ( bending ). Hasil pengujian membuktikan peningkatan mechanical properties dari magnesium murni, dengan kadar 15% yang terbaik, tetapi diperlukan penelitian untuk meningkatkan mechanical properties secara keseluruhan agar lebih sesuai menjadi material miniplate.

ABSTRACT
Fracture cases in maxilla ( upper jaw ) or mandibula ( lower jaw ) can be fixed with a fixation of a miniplate. Commercially the material used is titanium because of high biocompability with human body and good mechanical properties. But actually titanium is not suitable because its young modulus is not the same as human bone ( probable fixation failure ) and its not biodegradeable. A suitable material thats often researched is magnesium because its biodegradeable and more suitable mechanical properties compared to human bone. But corrosion rate of magnesium is high, it is mandatory to give a extra treatment so fracture recovery can be optimal. This research focuses on magnesium based composite as a way to reduce corrosion rate by adding carbonate apatite by 5%, 10%, and 15% in the powder metallurgy process. To figure the composite mechanical properties tensile testing and bend testing is done with methods approved by ASTM E8 ( tensile ) and ASTM E290 ( bending ), and data is processed to get mechanical properties based on ASTM F67 ( tensile ) and ASTM F382 ( bending ). Results shows a improvement of mechanical properties compared to pure magnesium with 15% being the best, but additional research is needed to improve overall mechanical properties so it is more suitable as a miniplate material."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Syaflida
"Magnesiummerupakan suatu material yang berpotensi digunakan sebagai biomaterial logam yang dapat terdegradasi. Syarat magnesium dapat digunakan sebagai material implan biodegradable adalah laju degradasimagnesiumharus sesuaidenganlaju penyembuhandarijaringan yang terlibat.Umumnya magnesium memiliki laju degradasi yang cepat, hal ini merupakan kekurangan magnesium yang tidak diinginkan.Aplikasimagnesiumsebagai implanyang terdegradasiterhambatkarena tingkattinggidegradasilingkungan fisiologisdan kerugiankonsekuen dalamsifat mekanik. Oleh karena itu, proses Equal Channel Angular Pressing (ECAP) yang dilakukan padamagnesium diharapkan akanmengurangiukuran butir yang dapat menurunkanlaju degradasidan meningkatkansifat mekanis magnesium.
Tujuan: Menganalisasifat mekanismagnesium ECAP dalam cairan fisiologis.
Metode:Sifat mekanis magnesium ECAP dianalisis setelah dilakukan perendaman dalam larutan DMEM dengan menggunakan masing-masing sepuluh sampel magnesium ECAP dan lima sampel magnesium untuk uji tarik dan uji kekekrasan. Sifat mekanis di analisis menggunakan nilai ultimate tensile strength (UTS) pada uji tarik dan vickers hardness number (VHN) pada uji kekerasan.
Hasil: Kekuatan dan kekerasan magnesium meningkat setelah proses ECAP.

Magnesium has thepotential to be used asdegradable metallic biomaterial. For magnesium to be used as biodegradable implant materials, their degradation rates should be consistent with the rate of healing of the affected tissue, the release of the degradation products should be within the body?s acceptable absorption levels. Conventional magnesium degrades rapidly, which is undesirable. The successful applications of magnesium as degradable implants are mainly inhibited due to their high degradation rates in physiological environment and consequent loss in the mechanical properties. Equal channel angular pressing (ECAP) was applied to a pure magnesium. This processes will be decreasing grain size, decreasing degradation rates and increasing mechanical properties.
Purpose: To analyze the mechanical properties of magnesium ECAP in physiological fluid.
Method:The mechanical properties were obtained from immersion test in a DMEM solution, within ten magnesium ECAP specimens and five specimens of pure magnesium as a control. Mechanical properties were analyzed using the value of ultimate tensile strength (UTS) with tensile testing and vickers hardness number (VHN) with hardness testing.
Results:The ultimate tensile strength and hardness magnesium increased after ECAP, and the mechanical properties of the magnesium ECAP decreased in physiological fluid.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprizul Darul Putra
"Pelapisan TiO2 pada permukaan keramik dengan metode spray coating serta uji kekuatan mekanik telah dilakukan. Uji kekuatan mekanik ini terdiri dari : ketahanan abrasi, ketahanan asam-basa, dan uji kelicinan (sliperness). TiO2 yang dilapiskan pada keramik menghasilkan ketahanan abrasi dan ketahanan asam-basa yang memenuhi standar.
Hasil uji kelicinan (sliperness) menunjukkan bahwa keramik yang dilapisi TiO2 memiliki nilai kelicinan yang masih memenuhi syarat keamanan yang ditetapkan sedangkan untuk pengujian matching color hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan TiO2 yang digunakan untuk melapisi keramik maka penampakan warnanya tidak memenuhi standar. Efek self cleaning pada keramik cukup baik tetapi kurang optimal karena kristal TiO2 yang diperoleh adalah rutile.

TiO2 was coated onto ceramics surface using spray coating method, and the mechanical strength was tested. The mechanical strength test consist of : abrasion test, acid-base test, and sliperness test. TiO2 which had coated on ceramics surface fulfill the requirements needed for abrasion and acid-base test.
The result of sliperness test showed that ceramics which had coated with TiO2 fulfill the standard safety requirements. Matching color test showed that the increasing in TiO2 concentration used for ceramics coating had made color differences that didn't met the standard. Self cleaning effect of the ceramics was good enough but didn't gave the optimum performance because the TiO2 formed a rutile crystal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52265
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Kristianto
"ABSTRAK
Penerapan magnesium sebagai implan merupakan salah satu pemanfaatan dari natur biomaterial dari magnesium sendiri. Berbagai usaha untuk meningkatkan resistansi terhadap laju korosi yang terlalu besar, yang menjadi kelemahan dari magnesium telah dilakukan, contohnya adalah penggunaan metode ECAP. Penelitian ini membahas mengenai proses manufaktur dari implan berbahan dasar magnesium ECAP, secara khusus implan jenis miniplate. Metode fabrikasi micro-forming, terbukti dapat dengan akurat memfabrikasi miniplate sesuai dengan design yang diajukan, dengan rerata error terbesar ada pada bagian thickness atau ketebalan plat. Error yang ada cukup kecil pada angka 12.43 . Bagian yang paling krusial, yaitu hole, memiliki akurasi serta presisi yang baik, dengan rerata error 1.43 , yang paling kecil dari seluruh detail yang diukur. Kalkulasi yang telah dibuat berdasarkan physical properties dari magnesium juga terbukti sesuai dengan trial yang dilakukan sehingga hasil cukup akurat.
<
ABSTRACT
The use of magnesium as an implant material is the utilization of magnesium rsquo s nature as a biomaterial. Lots of methods are developed in an effort to inhibit magnesium rsquo s high degradation rate, which is one of magnesium rsquo s weakness. One of such method is the ECAP. This research is focused on the manufacturing process of magnesium ECAP based implant, especially the maxilla miniplate. The micro forming fabrication method is proven to be accurate enough to fabricate the miniplates according to the original design, with the largest error being the thickness of the plate. plat. The largest error occurred in this research is 12.43 , which is quite small. The most crucial part, the hole, proved to be quite accurate and precise, with 1.43 average error, which is the smallest error in the detail. The calculation based on the physical properties of magnesium is also accurate enough to be used as the basis for the manufacturing rsquo s parameters. "
2017
S70047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Zulfa Abdurrohman
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem transduser dual transverse pada Ultrasonic Vibration Assisted Microforming (UVAM). Perancangan sistem transduser didasarkan pada dua gagasan terkait getaran yakni longitudinal dan transversal. Setiap sistem menggunakan transduser piezoelektrik Langevin, yang masing-masing dapat menciptakan getaran ultrasonik dengan amplitudo rendah. Pada gagasan longitudinal, getaran longitudinal yang dihasilkan oleh transduser diteruskan melalui sumbu yang sama menuju benda kerja. Sedangkan pada gagasan transversal, getaran longitudinal yang dihasilkan oleh dua transduser dalam fase yang sama diubah oleh sonotrode block berpori menjadi getaran dalam arah normal dengan permukaan benda kerja. Proses optimalisasi desain sistem transduser UVAM dilakukan dengan simulasi modal menggunakan metode Finite Element Analysis (FEA). Hasil analisis simulasi menunjukkan bahwa sistem transduser dual transverse dengan gagasan transversal memiliki frekuensi kerja yang lebih optimum dibandingkan gagasan lainnya, yakni sebesar 31,3 kHz dan memiliki amplitudo di permukaan dies pada sumbu normal sebesar 6,32 μm. Pada penelitian ini juga dilakukan validasi sistem transduser yang telah dikembangkan melalui uji amplitudo terhadap variasi getaran ultrasonik. Hasil dari skripsi ini adalah sistem transduser dual tansverse UVAM beserta microforming tool.

The purpose of this study is to develop a dual transverse transducer system for Ultrasonic Vibration Assisted Microforming (UVAM). The design of the transducer system is based on two ideas related to vibration, namely longitudinal and transverse. Each system uses Langevin piezoelectric transducers, each of which can create low-amplitude ultrasonic vibrations. In the longitudinal idea, the longitudinal vibration generated by the transducer is transmitted through the same axis toward the workpiece. Whereas in the transverse idea, the longitudinal vibrations generated by two transducers in the same phase are converted by the porous block sonotrode into vibrations in the direction normal to the surface of the workpiece. The process of UVAM transducer system design optimization was done by modal simulation using Finite Element Analysis (FEA) method. The simulated analysis result shows that the transducer system with the transverse concept has a more optimum working frequency than the other ideas, which is 31,3 kHz and has an estimated total displacement on the normal axis of 6,32 µm. This study also validated the transducer system that had been developed by testing the amplitude with ultrasonic vibrations variation. The results of this thesis is dual transverse  UVAM transducer systems and microforming tool."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Umar Al Faruq
"Teknologi material yang semakin maju membuat banyak terobosan baru, salah satunya adalah penggunaan magnesium paduan. Magnesium paduan banyak diaplikasikan untuk penggunaan sebagai biomaterial ataupun sebagai EV (Electronic Vehicle). Magnesium memiliki banyak keunggulan dan sifat mekanik yang menguntungkan, magnesium bersifat ringan sehingga bisa meningkatkan efisiensi dalam penggunaan bahan bakar pada EV, magnesium juga bersifat biodegradable dan bersifat non toxic bagi tubuh manusia, memiliki nilai densitas dan juga modulus elastisitas yang paling mirip dengan tulang manusia, bahkan hadir dalam jumlah banyak dalam tubuh manusia sehingga tak heran jika banyak diaplikasikan dalam biomaterial baik sebagai implant ataupun pengganti tulang. Namun sayangnya perubahan sifat mekanik dan struktur mikro akibat perlakuan panas belum dilakukan penelitian secara sistematis.
Penelitian ini dilakukan pada lembaran paduan magnesium AZ31B yang diberi perlakuan panas dengan waktu tahan selama 10, 30, 60, dan 120 menit. Didapatkan bahwa struktur mikro paduan magnesium AZ31B yang tidak diberi perlakuan panas memiliki butir yang cukup besar dan tidak homogen, hal ini membuat sifat mekaniknya kurang baik. Perlakuan panas membuat struktur mikronya menjadi lebih homogen dan besar butirnya mengecil, butir yang semakin kecil ini membuat sifat mekaniknya semakin baik, namun semakin lama waktu tahan yang diberikan membuat butir semakin besar dan menurunkan sifat mekanik yang dimiliki, dibuktikan dengan persamaan Hall-petch yang mendukung hasil ini.

Advancements in material technology have led to numerous breakthroughs, one of which is the use of magnesium alloys. Magnesium alloys are widely applied in biomaterials and electric vehicles (EV). Magnesium possesses many advantageous mechanical properties, being lightweight which enhances fuel efficiency in EVs. Additionally, magnesium is biodegradable and non-toxic to the human body, with a density and elastic modulus closely matching that of human bone. It is also abundant in the human body, making it ideal for applications in biomaterials, such as implants or bone substitutes. However, systematic research on the changes in mechanical properties and microstructure due to heat treatment has not been thoroughly conducted.
This study investigates magnesium AZ31B alloy sheets subjected to heat treatment with holding times of 10, 30, 60, and 120 minutes. It was found that the microstructure of the untreated magnesium AZ31B alloy exhibited relatively large and inhomogeneous grains, resulting in suboptimal mechanical properties. Heat treatment homogenized the microstructure and reduced grain size, leading to improved mechanical properties. However, prolonged holding times caused grain growth, reducing mechanical properties, which is supported by the Hall-Petch relationship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>