Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136764 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin Darmawan
"Pesatnya perkembangan teknologi informasi di era revolusi industri 4.0 memicu berkembangnya paradigma Internet of Things (IoT) yang memudahkan otomasi dan monitoring rumah. Artinya bertambah pula kerentanan pada jaringan rumah yang menyebabkan resiko penurunan performa jaringan, hingga kebocoran data. Penelitian ini mengusulkan sistem keamanan jaringan IoT berbasis Raspberry Pi sebagai solusi IDS beserta tambahan secure access point yang terjangkau. Sistem keamanan yang dikembangkan dipercaya dapat mengisolasi jaringan IoT dengan lebih baik agar serangan tidak mempengaruhi kinerja perangkat IoT, dan memberikan alerting mengenai intrusion kepada pengguna untuk mengambil langkah terhadap resiko yang dapat terjadi. Intrusion Detection System berhasil mendeteksi serangan yang ada pada skenario dengan hasil maksimum: tingkat false alarm dibawah 15%, tingkat keberhasilan deteksi diatas 50% dan akurasi deteksi diatas 75% untuk skenario serangan Evil Twin, Reconnaissance, Distributed Denial of Service (DDoS), dan Man In The Middle (MITM) dan dapat mencegah serangan Evil Twin dan MITM.

The rapid development of information technology in the industrial revolution 4.0 era triggers the development of the Internet of Things (IoT) paradigm in everyday life, facilitating automation and monitoring for home. This phenomenon introduces vulnerabilities in the home network and may lead to the risk of decreased network performance, and privacy leak. This study proposes an IoT network security system implementing Network Intrusion Detection System (NIDS) and secure access point based on Raspberry Pi as an affordable IDS solution. The proposed security system is believed to better isolate the IoT network and not affect the performance of IoT devices in case of attacks, also providing  intrusion alerts to encourage users to take steps against risks that may occur. The system is able to detect a maximum of: false alarm rate under 15%, successful detection rate above 50% and detection accuracy of 75% for Evil Twin, Reconnaissance, Distributed Denial of Service (DDoS), and Man In The Middle (MITM) attack scenarios with increased robustness in case of Evil Twin deauthentication and MITM attacks.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Broto
"Pada dasarnya Intrusion Detection System (IDS) memonitor aktivitas lalu lintas jaringan yang mencurigakan, IDS merespon kejanggalan / anomaly lalu lintas jaringan yang dianggap berbahaya dengan melakukan tindakan seperti memblokir alamat Internet Protokol sumber intrusi. IDS mempunyai berbagai metode mendeteksi paket lalu lintas data yang mencurigakan, ada yang berbasis jaringan disebut Network Based Intrusion Detection System (NBIDS) dan yang lainnya berbasis host disebut Host Based Intrusion Detection System (HBIDS). HBIDS berbasis anomaly memonitor besarnya bandwidth, port dan protokol apa yang digunakan, pada paket lalu lintas data inbound dan outbound kemudian membandingkan pola paket lalu lintas data terhadap baseline HBIDS, bila terdeteksi terjadi anomaly dari perangkat jaringan akan mengirim alert kepada pengguna atau administrator untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap intrusi jaringan. Simulasi ini mendapatkan data analisa kinerja HBIDS sebesar 18,56% lebih baik dari kondisi Snort.

Basically Intrusion Detection System (IDS) monitors network activity for suspicious traffic, the IDS responds to irregularities / anomalies of network traffic that is considered dangerous to perform actions such as blocking Internet Protocol address of the source intrusion. IDS has a variety of methods to detect packet data traffic is suspicious, there is a network-based so-called Network Based Intrusion Detection System (NBIDS) and the other so-called host-based Host Based Intrusion Detection System (HBIDS). HBIDS based anomaly monitors the amount of bandwidth, what ports and protocols used, the packet data traffic inbound and outbound packets then comparing traffic patterns against baseline data HBIDS, when the detected anomaly occurs from the network device will send alerts to the user or administrator to perform actions prevention against network intrusion. This simulation analysis of performance data HBIDS get for 18.56% better than the condition of Snort."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ferdy Fauzan
"Keamanan siber menjadi hal yang sangat penting di era digitalisasi yang berkembang dengan sangat cepat. Berbagai teknologi telah dikembangkan untuk menjadi solusi keamanan siber, salah satunya adalah teknologi IDS atau Intrusion Detection System. Teknologi ini sudah cukup lama ada namun masih terus dikembangkan oleh berbagai pihak. Salah satunya adalah proyek Mata Elang yang dikembangkan oleh Politeknik Elektro Negeri Surabaya bekerja sama dengan Universitas Indonesia dan JICA untuk meningkatkan keamanan siber di Indonesia. Penelitian ini membahas tentang analisis modifikasi arsitektur dan sistem orkestrasi kontainer yang ada pada proyek Mata Elang. Perubahan dilakukan pada defense center dengan merancang dan mengimplementasikan arsitektur microservices, yang kemudian diorkestrasi menggunakan Kubernetes dan diterapkan pada platform cloud. Arsitektur microserverices dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas dalam opsi deployment dengan memisahkan komponen defense center menjadi aplikasi independen yang dapat dimuat ke dalam container secara terdistribusi. Container terdistribusi tersebut kemudian diorkestrasi menggunakan Kubernetes agar aplikasi dapat berjalan dengan andal di berbagai lingkungan, termasuk cloud. Penerapan dilakukan pada dua platform cloud: Google Cloud Platform dan Microsoft Azure. Pengujian yang dilakukan berfokus pada dua hal, yaitu performa defense center dan biaya yang dikeluarkan untuk deployment di cloud. Arsitektur microservices berhasil diimplementasikan dan diorkestrasi pada kedua pengujian tersebut dengan menggunakan layanan KaaS pada masing-masing platform cloud. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kinerja defense center di GCP lebih unggul dibandingkan dengan di Azure, dan biaya yang dikeluarkan untuk deployment di GCP 30% lebih murah dibandingkan dengan di Azure.

Cybersecurity is critical in the era of digitalization that is developing very
quickly. Various technologies have been developed to be a cybersecurity solution,
including IDS or Intrusion Detection System technology. This technology has been
around for quite some time but is still being developed by various parties. One of
them is the Mata Elang project developed by Politeknik Elektro Negeri Surabaya
in collaboration with the University of Indonesia and JICA to improve cybersecurity in Indonesia. This research discusses the analysis of the modification of the existing architecture and container orchestration system in the Mata Elang
project. Changes were made to the defense center by designing and implementing a microservices architecture, which was then orchestrated using Kubernetes and deployed on cloud platforms. Microservices architecture is intended to provide
flexibility in deployment options by separating defense center components into independent applications that can be loaded into containers in a distributed manner. The distributed containers are then orchestrated using Kubernetes to enable the application to run reliably in various environments, including the cloud. Deployment is done on two cloud platforms: Google Cloud Platform and Microsoft Azure. The tests conducted focused on two things, namely, defense center performance and costs incurred for deployment in the cloud. The microservices architecture was successfully implemented and orchestrated in both tests using
KaaS services on the cloud platform. The test results show that the performance of the defense center in GCP is superior to that in Azure, and the costs incurred for deployment in GCP are 30% cheaper than in Azure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mafaza
"Penggunaan internet telah mengubah hidup dan perilaku manusia. Internet yang awalnya hanya dimanfaatkan segilintir orang, berubah menjadi sebuah hal yang banyak orang manfaatkan. Perubahan perilaku manusia terlihat dalam cara manusia berkomunikasi, belajar, sampai menikmati konten hiburan. Namun, di balik manfaatnya, internet membawa bahaya yang merugikan banyak pihak. Bahaya tersebut timbul dalam bentuk serangan siber. Untuk mengatasi serangan siber, banyak perangkat keras dan lunak yang digunakan, salah satunya adalah intrusion detection system (IDS). Akan tetapi, IDS tidak dapat mendeteksi serangan baru akibat sifat pendeteksiannya yang rule-based. Penelitian ini bertujuan untuk menambah kemampuan IDS dalam mendeteksi serangan siber dengan menggunakan model machine learning (ML), khususnya autoencoder, untuk mendeteksi serangan siber dalam lalu lintas jaringan. Autoencoder digunakan untuk meng-encode lalu lintas jaringan, kemudian men-decode/merekonstruksi hasil encode. Lalu lintas jaringan akan dideteksi sebagai serangan siber apabila perbedaan hasil rekonstruksi dengan lalu lintas jaringan asli melebihi ambang tertentu. Berdasarkan testing yang dilakukan, model autoencoder paling optimal adalah model yang di-train dengan dataset yang dipisah menjadi dense dan sparse berdasarkan nilai quantile 70% fitur tot_l_fwd_pkt dan tot_l_bwd­_pkt, dilakukan feature selection menggunakan random forest dengan nilai importance 0,2, menggunakan activation function ReLU, dan menggunakan empat layer encoder dan decoder serta jumlah neuron 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, dan 16. Model autoencoder untuk dataset dense terbaik memiliki F1-score 84% (lalu lintas benign) dan 83% (lalu lintas malicious), trainable parameter berjumlah 830, dan ukuran model sebesar 71 KB. Sementara, model autoencoder untuk dataset sparse terbaik memiliki F1-score 71% untuk lalu lintas benign dan malicious, trainable parameter berjumlah 890, dan ukuran model sebesar 72 KB.

The use of the internet has transformed human lives and behavior. Initially utilized by a few, the internet has become an essential tool for many. This transformation is evident in how people communicate, learn, and enjoy entertainment content. However, alongside its benefits, the internet also poses significant risks in the form of cyber attacks. To combat these threats, various hardware and software solutions, including intrusion detection systems (IDS), are employed. Traditional IDS, however, struggle to detect new attacks due to their rule-based nature. This research aims to enhance IDS capabilities in detecting cyber attacks by using machine learning (ML) models, specifically autoencoders, to detect cyber attacks in network traffic. Autoencoders encode network traffic and then decode/reconstruct the encoded data. Network traffic is identified as a cyber attack if the reconstruction error exceeds a certain threshold. Based on the testing conducted, the most optimal autoencoder model was trained on a dataset split into dense and sparse categories based on the 70% quantile values of the tot_l_fwd_pkt and tot_l_bwd_pkt features. Feature selection was performed using random forest with an importance threshold of 0.2, employing the ReLU activation function, and using four encoder and decoder layers with neuron counts of 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, and 16. The best autoencoder model for dense dataset achieved an F1-score of 84% for benign traffic and 83% for malicious traffic, with 830 trainable parameters and a model size of 71 KB. Meanwhile, the best autoencoder model for sparse dataset achieved an F1-score of 71% for both benign and malicious traffic, with 890 trainable parameters and a model size of 72 KB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diwandaru Rousstia
"Risiko serangan siber berbanding lurus dengan pertumbuhan aplikasi dan jaringan komputer. Intrusion Detection System (IDS) diimplementasikan agar dapat mendeteksi serangan siber dalam lalu lintas jaringan. Akan tetapi terdapat permasalahan pada pendeteksian serangan yang belum diketahui atau jenis serangan baru. Selain itu juga terdapat masalah kinerja tentang waktu deteksi, akurasi deteksi, dan false alarm. Dibutuhkan deteksi anomali dalam lalu lintas jaringan untuk mengurangi permasalahan tersebut dengan pendekatan machine learning. Pengembangan dan pemanfaatan IDS dengan machine learning telah diterapkan dalam beberapa penelitian sebagai solusi untuk meningkatkan kinerja dan evaluasi prediksi deteksi serangan. Memilih pendekatan machine learning yang tepat diperlukan untuk meningkatkan akurasi deteksi serangan siber. Penelitian ini menggunakan metode homogeneous ensemble learning yang mengoptimalkan algoritma tree khususnya gradient boosting tree - LightGBM. Dataset Communications Security Establishment dan Canadian Institute of Cybersecurity 2018 (CSE-CIC-IDS 2018) digunakan untuk mengevaluasi pendekatan yang diusulkan. Metode Polynom-fit SMOTE (Synthetic Minority Oversampling Technique) digunakan untuk menyelesaikan masalah ketidakseimbangan dataset. Penerapan metode spearman’s rank correlation coefficient pada dataset menghasilkan 24 fitur subset dari 80 fitur dataset yang digunakan untuk mengevaluasi model. Model yang diusulkan mencapai akurasi 99%; presisi 99,2%, recall 97,1%; F1-score 98,1%; ROC-AUC 99,1%; dan average-PR 98,1% serta meningkatkan waktu pelatihan model dari 3 menit 25,10 detik menjadi 2 menit 39,68 detik.

The risk of cyberattacks is directly proportional to the growth of applications and computer networks. An Intrusion Detection System (IDS) is implemented to detect cyber attacks in network traffic. However, there are problems detecting unknown attacks or new types of attacks. In addition, there are performance issues regarding detection time, detection accuracy, and false alarms. A machine learning approach takes anomaly detection in network traffic to reduce these problems. The development and utilization of IDS with machine learning have been applied in several studies to improve performance and evaluate attack detection predictions. Choosing the right machine learning approach is necessary to improve the accuracy of cyberattack detection. This research uses a homogeneous ensemble learning method that optimizes tree algorithms, especially gradient boosting tree - LightGBM. The Communications Security Establishment and Canadian Institute of Cybersecurity 2018 (CSE-CIC-IDS 2018) dataset evaluated the proposed approach. The Polynom-fit SMOTE (Synthetic Minority Oversampling Technique) method solved the dataset imbalance problem. The application of spearman's rank correlation coefficient method to the dataset resulted in 24 subset features of the 80 dataset features used to evaluate the model. The proposed model achieves 99% accuracy; precision 99.2%, recall 97.1%; F1-score 98.1%; ROC-AUC 99.1%; and an average-PR of 98.1% and increased the training time of the model from 3 minutes 25.10 seconds to 2 minutes 39.68 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airell Ramadhan Budiraharjo
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keamanan jaringan khususnya pada teknologi komputasi awan dari serangan siber. Hal ini didasarkan dengan melihat era sekarang di mana teknologi komputasi awan (Cloud Computing) sedang mengalami perkembangan yang pesat. Banyak perusahaan saat ini mulai beralih dari penggunaan sumber daya secara on-premises menjadi teknologi cloud berjeniskan private cloud dengan alasan efisiensi dan kemudahan yang diberikan teknologi cloud. Namun, kemudahan akses pada teknologi private cloud ini pun justru menjadi peluang yang besar oleh para peretas untuk melakukan serangan siber, seperti Port Scanning, DoS, dan Reverse shell. Oleh karena itu, diperlukan keamanan jaringan yang baik agar teknologi cloud yang digunakan terhindar dari dampak serangan siber yang merugikan. Salah satu metode keamanan yang dapat diterapkan, yaitu dengan implementasi tools Intrusion Detection System (IDS). Intrusion Detection System (IDS) berfungsi untuk mengawasi keamanan jaringan dengan melakukan pendeteksian terhadap anomali atau serangan yang dilakukan melalui analisis lalu lintas jaringan tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian implementasi IDS pada server komputasi awan didapat bahwa nilai rata-rata detection rate IDS dari tiga skenario pengujian serangan siber adalah sebesar 51.19% dengan rata-rata penggunaan CPU dan memori dari server selama pengujian adalah 21.23% dan 29.20%. Hal ini menunjukkan bahwa IDS menunjukkan potensi sebagai tools yang efektif dalam meningkatkan keamanan pada platform cloud computing tanpa memberikan dampak negatif yang berarti terhadap performa perangkat.

This research was conducted to analyze network security, especially in cloud computing technology from cyber attacks. This is based on looking at the current era where cloud computing technology is experiencing rapid development. Many companies are now starting to switch from using on-premises resources to private cloud technology due to the efficiency and convenience that cloud technology provides. However, this ease of access to private cloud technology is also a huge opportunity for hackers to carry out cyber attacks, such as Port Scanning, DoS, and Reverse shell. Therefore, good network security is needed so that the cloud technology used can avoid the harmful effects of cyber attacks. One of the security methods that can be applied is the implementation of Intrusion Detection System (IDS) tools. This Intrusion Detection System (IDS) aims to monitor network security by detecting anomalies or attacks through analyzing network traffic. Based on the results of the IDS implementation research on the cloud computing server, it is found that the average IDS detection rate from three cyber attack test scenarios is 51.19% with the average CPU and memory usage of the server during testing is 21.23% and 29.20%. This shows that IDS shows potential as an effective tool in improving security on cloud computing platforms without having a significant negative impact on device performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hada Melino Muhammad
"Anomaly-Based Network Intrusion Detection System (ANIDS) memegang peranan yang sangat penting dengan berkembangnya teknologi internet. ANIDS digunakan untuk mendeteksi trafik jaringan yang membahayakan pengguna internet. Metode tradisional yang digunakan untuk membuat ANIDS masih sulit untuk mengekstrak fitur dari trafik yang banyak dan berdimensi tinggi. Selain itu, jumlah sampel yang sedikit pada beberapa jenis trafik menyebabkan ketidakseimbangan dataset dan mempengaruhi performa deteksi ANIDS. Ketidakseimbangan dataset dapat diatasi dengan oversampling dan atau undersampling. Penulis mengusulkan metode oversampling menggunakan modifikasi dari Deep Convolutional Generative Adversarial Network (DCGAN) yang dapat mengekstrak fitur trafik data secara langsung dan menghasilkan sampel baru untuk menyeimbangkan dataset. Modifikasi DCGAN bertujuan untuk menghindari adanya pemetaan data tabular menjadi data gambar sebelum masuk ke DCGAN. Selain itu, modifikasi DCGAN bertujuan untuk menstabilkan pelatihan model untuk data tabular sehingga data yang dihasilkan lebih berkualitas. Pengujian efek modifikasi DCGAN dilakukan dengan melatih model ANIDS yang terdiri dari model Deep Neural Network (DNN) dan Convolutional Neural Network (CNN). Evaluasi performa deteksi dilakukan dengan confusion matrix serta metrik accuracy, precision, recall, dan F1-Score. Hasil yang didapatkan adalah oversampling menggunakan modifikasi DCGAN meningkatkan validation accuracy dari 75.77% menjadi 81.41% pada model DNN dan 73.94% menjadi 80.76% pada model CNN. Peningkatan metrik lain juga terjadi akibat dari peningkatan validation accuracy.

Anomaly-Based Network Intrusion Detection System (ANIDS) plays a very important role with the development of internet technology. ANIDS is used for detecting network traffic that endangers internet users. The traditional methods used to create ANIDS are still difficult to extract features from high-dimensional traffic. In addition, the small number of samples in some types of traffic causes imbalanced dataset and affects ANIDS detection performance. Imbalanced dataset can be overcome by oversampling and or undersampling. The author proposes an oversampling method using a modification of the Deep Convolutional Generative Adversarial Network (DCGAN) which can extract data traffic features directly and generate new samples to balance the dataset. DCGAN modification aims to avoid mapping tabular data into image data before entering DCGAN. In addition, the DCGAN modification aims to stabilize the training model for tabular data so that the resulting data is of higher quality. Testing the effects of the DCGAN modification was carried out by training the ANIDS model consisting of the Deep Neural Network (DNN) and Convolutional Neural Network (CNN) models. Evaluation of detection performance is carried out using a confusion matrix and the metrics of accuracy, precision, recall, and F1-Score. The results obtained are oversampling using the DCGAN modification increases the validation accuracy from 75.77% to 81.41% in the DNN model and 73.94% to 80.76% in the CNN model. Improvements in other metrics also occurred as a result of the increase in validation accuracy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panca Hariwan
"Adanya serangan atau akses yang tidak sah dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sistem web server. Pengamanan web server secara umum dilakukan dengan menggunakan firewall, namun ternyata hal itu saja belum cukup. Firewall secara umum memberlakukan setiap akses secara kaku dengan dua kondisi, yaitu: boleh akses atau tidak. Sehingga sulit untuk mendeteksi apabila serangan itu dilakukan oleh akses yang sah tetapi melampaui kewenangan yang diberikan padanya. Oleh sebab itu firewall harus disempurnakan, salah satunya dengan menambahkan perangkat IDPS untuk bekerjasama dengan firewall dalam melindungi web server. Pada percobaan yang dilakukan memperlihatkan, saat kondisi lalu lintas data idle, IDPS mengembalikan nilai prosesor sistem rata-rata sebesar 91,76 % , memori sistem rata-rata sebesar 71,43 %, dan bandwith sistem rata-rata sebesar 97,4 %. Pada kondisi lalu lintas data menengah, IDPS mengembalikan nilai prosesor sistem rata-rata sebesar 83 % , memori sistem rata-rata sebesar 89 %, dan bandwith sistem rata-rata sebesar 93,1 %. Sedangkan pada kondisi lalu lintas data tinggi, IDPS mengembalikan nilai prosesor sistem rata-rata sebesar 73 % , memori sistem rata-rata sebesar 90 %, dan bandwith sistem rata-rata sebesar 87,18 %.

Intrusion can damage the web server system. The web server security is usually performed using a firewall, but it is not enough. Firewalls classify data in two conditions, allowing access or not. It is difficult to detect when the legitimate access that goes beyond the authority assign to it. Therefore, the firewall must be refined. We can adding the IDPS to cooperate with firewalls to increase protecting our web server system. Our simulation shows that, when traffic in idle conditions, IDPS return a value of processor system in average of 91.76%, the average of memory system is 71.43%, and the bandwidth system is around 97.4%. In medium traffic conditions, IDPS return a value of processor system in average of 83%, the average of memory system is 89%, and the bandwidth system is around 93.1%. While in high traffic conditions, IDPS return a value of processor system in average of 73%, the average of memory system is 90%, and the bandwidth system is around 87.18%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30067
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly
"Dengan berkembangnya teknologi menyebabkan banyaknya kerentanan yang dapat terjadi pada jaringan wireless yang sering kali dimanfaatkan oleh berbagai pihak contohnya serangan DoS. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sistem yang user friendly untuk memudahkan user dalam mendeteksi dan mencegah serangan tersebut sebelum attacker membahayakan jaringan. System tersebut dinamakan Intrusion Detection System (IDS). Pada pengujian ini menggunakan sistem operasi windows 10 dengan beberapa tools yaitu Snort sebagai IDS software, BASE sebagai report modul, Kiwi Syslog untuk menampilkan alert, dan hub sebagai network device. Ada beberapa jenis serangan yang dilakukan yaitu IP Scan dan Port Scan digunakan untuk mencari IP dan Port yang terbuka agar dapat diserang, dan Flooding sebagai penyerangnya. Dalam pengujian ini, terdapat beberapa skenario yang dilakukan yaitu pengujian Functionality Test pada client 1 – 3 untuk membandingkan nilai serangan, dan juga untuk mengetahui response time dari serangan yang dilakukan tersebut. Pada skenario pertama, dilakukan flooding pada 1 client (komputer target) dengan IP address 192.168.0.8 selama 60 menit lalu mendapatkan hasil 307.758 alert dan response time selama 0.000105741 s. Pada skenario kedua, dilakukan flooding terhadap 2 client sekaligus dengan IP address 192.168.0.1 dan 192.168.0.5 lalu hasil yang didapatkan sebanyak 378.920 alert dan response time selama 0.000127213 s. Dan pada skenario ketiga, dilakukan flooding terhadap 3 client sekaligus dengan IP address 192.168.0.8, 192.168.0.9, dan 192.168.0.4 lalu mendapatkan hasil sebanyak 430.212 alert dan response time selama 0.000142852 s. Pada setiap skenario dilakukan pengujian sebanyak 10 kali untuk melihat hasil yang didapatkan. Hasil yang didapat setelah melakukan pengujian tersebut ternyata mengalami kenaikan alert yang ditunjukan dengan persentase sebagai berikut yaitu dari skenario pertama ke skenario kedua sebesar 23,12%, skenario kedua ke skenario ketiga sebesar 13,53%, skenario pertama ke skenario ketiga sebesar 39,78%. Begitupula dengan response time yaitu dari skenario pertama ke skenario kedua sebesar 20,30%, skenario kedua ke skenario ketiga sebesar 12,29%, skenario pertama ke skenario ketiga sebesar 35,09%
With the development of technology, it causes many vulnerabilities that can occur in wireless networks which are often exploited by various parties, for example DoS attacks. Therefore, a user friendly system is needed to make it easier for users to detect and prevent these attacks before the attacker harms the network. The system is called the Intrusion Detection System (IDS). In this test using the Windows 10 operating system with several tools, namely Snort as IDS software, BASE as a report module, Kiwi Syslog to display alerts, and a hub as a network device. There are several types of attacks carried out, namely IP Scan and Port Scan used to find IP and open ports so that they can be attacked, and Flooding as the attacker. In this test, there are several scenarios that are carried out, namely Functionality Tests on clients 1-3 to compare the attack values, and also to determine the response time of the attacks carried out. In the first scenario, one client (target computer) was flooded with the IP address 192.168.0.8 for 60 minutes and then got 307.758 alerts and 0.000105741 s response time. In the second scenario, 2 clients are flooded at once with IP addresses 192.168.0.1 and 192.168.0.5 then the results obtained are 378,920 alerts and response time is 0.000127213 s. And in the third scenario, 3 clients are flooded at once with IP addresses 192.168.0.8, 192.168.0.9, and 192.168.0.4 and then get 430,212 alerts and a response time of 0.000142852 s. In each scenario, 10 times were tested to see the results obtained. The results obtained after carrying out the test turned out to have increased alerts as indicated by the following percentages, namely from the first scenario to the second scenario of 23.12%, the second scenario to the third scenario of 13.53%, the first scenario to the third scenario of 39.78 %. Likewise, the response time from the first scenario to the second scenario is 20.30%, the second scenario to the third scenario is 12.29%, the first scenario to the third scenario is 35.09%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Lucas
"Penelitian ini melakukan implementasi dan perbandingan performa antara tools Suricata dan Zeek sebagai IDS yang diintegrasikan dengan SIEM dashboard menggunakan ELK stack. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menunjukkan implementasi dari kedua tools ini untuk mendukung kegiatan network monitoring, dan juga mengukur performa dari masing-masing tools sebagai IDS dalam menghadapi serangan siber berupa denial-of-service (DoS). Penelitian ini dilakukan di dalam sebuah jaringan internal, dengan menggunakan server Linux untuk IDS maupun ELK stack. Pengujian yang dilakukan berupa pengujian tiga buah skenario, yang masing-masing mensimulasikan jenis serangan DoS yang berbeda. Terdapat dua aspek penilaian performa, yaitu performa angka persentase deteksi dan juga angka persentase penggunaan sumber daya CPU dan memori. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagai IDS, Suricata lebih diunggulkan dibandingkan Zeek karena dashboard yang lebih beragam dan memiliki  fitur alerting; memiliki persentase deteksi yang lebih besar untuk dua dari tiga skenario yang diujikan, yaitu sebesar 86,14% untuk skenario 1 dan 79,41% untuk skenario 3; dan juga memiliki penggunaan sumber daya yang lebih efisien dari seluruh skenario yang diujikan, yaitu penggunaan CPU dan memori masing-masing sebesar 24,32%  dan 3,88% untuk skenario 1, 29,12% dan 4,56% untuk skenario 2, serta 16,96% dan 4,66% untuk skenario 3.

This research conducts the implementation and performance comparison between Suricata and Zeek tools as an IDS integrated with a SIEM dashboard using the ELK stack. The aim of this study is to demonstrate the implementation of both tools to support network monitoring activities and measure the performance of each tool as an IDS in facing denial-of-service (DoS) cyber attacks. The research was conducted within an internal network, utilizing Linux servers for both IDS and the ELK stack. The testing involved three scenarios, each simulating different types of DoS attacks. There are two performance evaluation aspects: detection rate (DR) performance and CPU and memory resource utilization rate. The results indicate that Suricata is favored over Zeek as an IDS due to its more enhanced dashboard and better alerting features; a better DR for two of the three scenarios tested, with DR values of 86,14% for scenario 1 and 79,41% for scenario 2; and also more efficient resource usage for all three scenarios tested, which  for CPU and memory usage respectively is 24,32% and 3,88% for scenario 1, 29,12% and 4,56% for scenario 2, and 16,96% and 4,66% for scenario 3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>