Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112426 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wema Augustia Ermalasari
"Pada Industri Karet khususnya pada Industri Ban yaitu menggunakan 75% bahan baku yang mengandung kimia karet Import (BR,ZNO,Stearic Acid, N330, Accelerator, MBTS, MBT, Wax, RPO, Pine Tar Oil, Homogenizing Agent, Antioxidant TMQ, Antioxidant SPC, Antioxidant 6PPD, Antioxidant IPPD) dan 25% mengandung bahan baku lokal (karet alam, kaolin & sulfur) sehingga harga yang tertekan adalah harga bahan baku lokal ini tidak dapat di upgrade karena 75% cost produksi bahan baku import. Bahan baku ini terkait dengan dollar maka selalu ada kenaikan harga. Oleh karena itu kami memanfaatkan Sumber Daya Alam Indonesia untuk memproduksi Karet Antioksidan yang mengganti produk import. Yang mana karet antioksidan ditentukan oleh nilai Aktifitas Antioksidan (IC50) yaitu konsentrasi antioksidan yang dibutuhkan untuk meredam 50% radikal bebas. Nilai Aktifitas Antioksidant (IC50) semakin kecil berarti semakin bagus karena dalam penggunaannya hanya sedikit sudah mampu meredam radikal bebas, sehingga produk yang dihasilkan dalam kondisi stabil. Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak produk. Karena radikal bebas dapat merusak dan terjadinya perubahan properties seperti (Hardness, Tensile Strength, Elongation dan blooming (jamur).

In the rubber industry especially in the tire industry, 75% of raw materials contain imported rubber chemicals (BR, ZNO, Stearic Acid, N330, Accelerator, MBTS, MBT, Wax, RPO, Pine Tar Oil, Homogenizing Agent, Antioxidant TMQ, Antioxidant SPC). , Antioxidant 6PPD, Antioxidant IPPD) and 25% contain local raw materials (natural rubber, kaolin & sulfur). This raw material is related to the dollar so there is always an increase in price. Therefore, we utilize Indonesia's Natural Resources to produce Antioxidant Rubber which replaces imported products. Which antioxidant rubber is determined by the value of Antioxidant Activity (IC50) which is the concentration of antioxidants needed to reduce 50% of free radicals. The lower the Antioxidant Activity (IC50) value, the better it is because in its use only a small amount is able to reduce free radicals, so the resulting product is in a stable condition. Antioxidants are molecules that are able to slow down or prevent the oxidation process. Oxidation is a chemical reaction that can produce free radicals that can damage the product. Because free radicals can damage and change properties such as (Hardness, Tensile Strength, Elongation and blooming (fungus)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trisna Ulfatmi
"Sebagai produsen terbesar karet alam, Thailand, Indonesia dan Malaysia membentuk International Tripartite Rubber Council (ITRC) dengan tujuan untuk menjaga stabilisasi harga karet pada tingkat yang menguntungkan bagi petani. Dalam mencapai tujuannya, ITRC menggunakan skema Supply Management Scheme (SMS) yang merupakan cara pengendalian produksi karet alam melalui program peremajaan tanaman (replanting) dan pengaturan pembukaan lahan baru serta menggunakan skema Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) untuk melakukan pembatasan kuota ekspor karet alam dari ketiga negara anggota.
Tesis ini bertujuan untuk menganalisa dampak kebijakan ITRC dalam mempengaruhi harga karet melalui pengendalian produksi dan ekspor karet alam. Pelaksanaan skema ITRC dipresentasikan sebagai dummy. Berdasarkan hasil penelitian, skema kebijakan ITRC berpengaruh terhadap ekspor dan harga di ketiga negara, namun tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi karet alam di tiga negara.

The biggest producer of natural rubber, Thailand, Indonesia and Malaysia formed the International Tripartite Rubber Council (ITRC) in order to maintain the stabilization of natural rubber prices at a level that is remunerative for farmers. In achieving its objectives, ITRC using the scheme Supply Management Scheme (SMS) and Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). SMS is a way of controlling the production of natural rubber through a program of replanting (replanting) and new planting. AETS is a quota restriction on exports of natural rubber from The third member countries.
The objective of this thesis is to analyze the impact of ITRC policy in influencing rubber price through control in production and export of natural rubber. ITRC implementation was presented as a dummy. Based on the research, ITRC's policy influencing export and price of natural rubber in three countries. But, in production side, there is no impact of ITRC's policy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Putri Purwidyasari
"Karet alam dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan ban kendaraan bermotor. Beberapa material seperti carbon black dan silika ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan produk karet alam. Namun industri di Indonesia harus mengimpor carbon black dan silika dari luar negeri, kekurangan lainnya adalah memiliki dampak bagi lingkungan karena material tersebut sulit terurai. Material biomassa berupa serat alam tandan kosong kelapa sawit mampu menggantikan carbon black dan silika sebagai produk karet alam. Namun terdapat perbedaan sifat antara karet alam (hidrofobik) dengan serat alam TKKS (hidrofilik). Oleh karena itu dibutuhkan suatu media berupa coupling agent hibrida karet alam selulosa untuk menyatukan karet alam dengan serat TKKS. Pada penelitian ini digunakan variasi coupling agent sebanyak 0, 1, 2 dan 3 phr dan variasi serat TKKS 5, 10 dan 15 phr untuk mengetahui kompatibilitas, morfologi dan temperatur degradasi dari produk komposit karet alam. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan coupling agent dapat meningkatkan kompatibilitas dan temperatur degradasi produk komposit karet alam yang semula 376oC menjadi 388oC pada pemakaian coupling agent sebanyak 3 phr. Sementara penggunaan serat TKKS meningkatkan temperatur degradasi produk komposit karet alam yang semula 382oC menjadi 389oC pada pemakaian serat TKKS sebanyak 15 phr.

Natural rubber used as raw material in the manufacture of tires. Carbon black and silica are added to improve the strength of natural rubber products. Industry in Indonesia must import carbon black and silica, another disadvantage is carbon black and silica difficult to decompose, so the environment has an impact. Biomass material form of natural fiber empty fruit bunch can replace carbon black and silica as natural rubber products. But there are differences in the nature between natural rubber (hydrophobic) and natural fiber TKKS (hydrophilic). Therefore cellulose natural rubber hybrid coupling agent needed to connect natural rubber with OPEFB fiber. In this study used variations of coupling agent 0, 1, 2 and 3 phr and variations in OPEFB fiber 5, 10, 15 phr to determine compatibility, morphology and degradation temperature of natural rubber composite products. The results showed that the use of coupling agents can improve compatibility and the degradation temperature of natural rubber composite products from 376oC to 388oC in the use of 3 phr coupling agents. While the use of OPEFB fiber increases the degradation temperature of natural rubber composite products from 382oC to 389oC on the use of 15 phr TKKS fibers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas, Kenneth D.
"Contents: Internal structure ; production ; The importance of rubber to indonesia ; Estates ; Smallholders ; The marketing of smallholders rubber ; Conclusion"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
K 678.72 THO s
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bilal Islam Diviva
"Indonesia merupakan negara dengan produksi karet terbesar kedua didunia. Bahan baku karet paling banyak digunakan umumnya pada industri otomotif khususnya aplikasi ban kendaraan. Ban diharuskan memiliki sifat mekanik yang tinggi pada aplikasinya. Penambahan pengisi umum dipakai untuk meningkatkan sifat mekanik pada aplikasi kompon ban. Pengisi yang umum dipakai ialah karbon hitam dan silika namun terkendala pada biaya yang mahal pada material tersebut. Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit(TKKS) berpotensi menjadi salah satu pengisi alternatif. Namun, Sifat permukaan serat TKKS yang sangat polar menjadi kendala dalam kompatibilitasnya terhadap karet alam yang non polar sehingga diperlukan coupling agent dalam aplikasinya. Hibrida karet alam-selulosa dapat menjadi agen pengikat antara karet alam dengan serat TKKS. Akan tetapi dalam pemrosesan karet setiap zat yang ditambahkan akan mempengaruhi proses vulkanisasi. Investigasi perilaku alir dari proses vulkanisasi dan kompatibilitas karet alam-serat TKKS yang ditambahkan coupling agent karet alam selulosa telah dilakukan. Hasil menunjukan penambahan coupling agent meningkatkan absorpsi ikatan hidrogen O-H serta menurunkan fiber pull-out dan meningkatkan distribusi dan dispersi serat. Perilaku alir menunjukan peningkatan torsi maksimum serta penurunan waktu scorch dan waktu optimal pematangan serta didapatkan optimum pada pemakaian suhu vulkanisasi 150°C dan coupling agent karet alam-selulosa sebesar 2 phr. Nilai konstanta laju reaksi menunjukkan kenaikan serta energi aktivasi mengalami penurunan terhadap temperatur dan komposisi coupling agent karet alam-selulosa.

Indonesia is the second largest natural rubber producer in the world. Raw material of natural rubber found most of its application in automotive industries espesially the main material of vehicle tires. The tires require good mechanical properties in its application. Addition of filler is a common method to enhance the mechanical strength in rubber mostly utilizing carbon black and silica. Another alternative is by using oil palm empty fruit bunch(OPEFB) as the filler. However, OPEFB has a polar characteristic on its surface, thus reducing its compatibilty with natural rubber significantly. Natural rubber-cellulose hybrid shows possibility to be utilized. However, in processing rubber, each added substance will affect the vulcanization process. Investigation of flow behavior of the vulcanization process and compatibility of natural rubber-fiber OPEFB which was added to the narutral rubber grafted cellulose coupling agent was carried out. The results show that the addition of coupling agents increases the absorption of O-H hydrogen bonds and lowers fiber pull-out and increases fiber dispersion. Flow behavior showed an increase in maximum torque and a decrease in scorch time and optimal maturation time and was obtained optimum at the use of 150°C vulcanization temperature and latex-cellulose coupling agent of 2 phr. The value of the reaction rate constant increase and the activation energy decreases with temperature and the composition of the latex-cellulose coupling agent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Knorr, K.E.
California: Stanford University Press, 1945
678.2 KNO w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara proses penggilingan karet dan karakteristik vulkanisasi karet alam. Analisis
karakteristik vulkanisasi dilakukan dengan merancang formula karet alam yang dimastikasi dan digiling, kemudian diikuti dengan pengamatan reaksi vulkanisasi. Ada empat metode mastikasi yang masing-masing metode diikuti oleh empat urutan proses pencampuran karet. Metode pertama, karet dimastikasi selama 5 menit dan kemudian diikuti penambahan bahan kimia karet dan carbon black
N 330 secara simultan. Metode kedua dan ketiga, karet dimastikasi
selama 1 menit kemudian carbon black dan bahan kimia karet ditambahkan secara simulan tetapi menggunakan bahan mengisi dengan tipe yang berbeda. Metode keempat, karet dimastikasi selama 3 menit dan kemudian carbon black ditambahkan dahulu lalu diikuti dengan penambahan bahan kimia karet. Penambahan bahan kimia karet dan carbon black ke dalam karet dibedakan atas urutan dan waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing proses pencampuran.
Carbon black ditambahkan dalam dua kali, yang pertama 10 phr ditambahkan kemudian sisa carbon black 40 phr ditambahkan kemudian bersamaan dengan penambahan minyak. Metode yang lain, nisbah penambahan carbon black (penambahn pertama dan penambahan kedua bersamaan dengan minyak) adalah 20:30, 30:20, dan 40:10. Hasilnya menunjukkan bahwa proses penggilingan karet mempengaruhi perubahan karakteristik vulkanisasi. Ini dipengaruhi oleh metode penambahan carbon black. Suhu penggilingan juga mempengaruhi waktu dan laju vulkanisasi, di mana semakin
tinggi suhu penggilingan, semakin rendah waktu dan laju vulkanisasi. Suhu vulkanisasi juga mempengaruhi waktu dan laju vulkanisasi dengan semakin tinggi suhu vulkanisasi, semakin rendah waktu vulkanisasi dan semakin tinggi laju vulkanisasi. Selanjutnya, ukuran partikel carbon black juga mempengaruhi waktu dan laju vulkanisasi di mana semakin
kecil ukuran partikel, semakin rendah waktu vulkanisasi dan semakin tinggi laju vulkanisasi.

Abstract
This research is aimed at studying the relationship between rubber mixing processes and curing characteristics of natural rubber. The curing characteristic analysis was carried out through a natural rubber formula having been masticated and mixed, followed by curing
. As many as four mastication methods were finely applied; each respected four sequences of rubber mixing process. In the first method, rubber was masticated for 5 minutes and then rubber
chemicals and carbon black N 330 were simultaneously added. In the second and the third methods, rubber was masticated for 1 minute and then carbon blacks and rubber chemicals were also simultaneously added but using different type of fillers. In the fourth method, rubber was masticated for 3 minutes and then rubber chemicals and
carbon black were subsequently added. The additions of rubber chemicals and carbon blacks to the masticated rubber
were distinguished by the sequence and time allocated for
each mixing process. The carbon blacks were added in two
stages by which 10 phr was added first and the remaining 40 phr was added later along with oil. In another method, ratios of the carbon blacks addition (as done in the first and the second stages) were 20:30, 30:20, and 40:10. The examination results showed that rubber mixing process gave an impact on the changes of curing characteristics. They were much affected by the method of carbon black addition. The mixing temperature also had an effect on both curing time and curing rate in which the higher the mixing temperature, the lower the curing time and curing rate. Vulcanization
temperature also affected the curing time and curing rate in which the higher the vulcanization temperature, the lower the curing time and the higher the curing rate. Lastly, particle size of carbon black also gave an impact on the curing time and curing rate in which the smaller the particle size, the lower the curing time and the higher the curing rate."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang. Departemen Teknik Kimia], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Phillips, Charles F.
Chapel Hill: University of North Carolina , 1963
338.476 PHI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: W. Heffer and Sons, 1952
678.09 HIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>