Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Zuliana
"Dalam rangka mencegah segala potensi risiko, dibutuhkan iklim keselamatan yang baik di tempat kerja. Iklim keselamatan digunakan untuk melihat aspek psikologis pekerja mengenai nilai, sikap, dan persepsi mereka terkait keselamatan di tempat kerja yang dapat berdampak terhadap perilaku. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut, penerapan iklim keselamatan yang baik menjadi kunci utama dalam membentuk persepsi pekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran iklim keselamatan di Proyek Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung Halim tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara daring dan turun langsung ke lapangan dengan menggunakan kuesioner. Sebanyak 70 responden pekerja PT Wijaya Karya Bangunan Gedung berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor dimensi iklim keselamatan secara keseluruhan sudah cukup baik. Dimensi iklim keselamatan tersebut yaitu komitmen manajemen (5,52), komunikasi keselamatan (5,27), pelatihan (5,22), akuntabilitas pribadi (4,98), peraturan dan prosedur (5,14), dan lingkungan yang mendukung (5,16). Hasil penelitian secara keseluruhan menyarankan, untuk merubah persepsi pekerja dapat ditingkatkan melalui penegasan komitmen manajemen, peraturan dan prosedur dengan komunikasi dan pelatihan yang memadai dan ditopang oleh tanggung jawab yang baik serta lingkungan yang mendukung.

To prevent all potential risks, a good safety climate is needed in the workplace. Safety climate is used to look at the psychological aspects of workers regarding their values, attitudes, and perceptions about safety in the workplace which can have an impact on behavior. Therefore, to overcome this, the application of a good safety climate is the main key in shaping workers' perceptions. The purpose of this study was to determine the description of the safety climate in the Jakarta Bandung Halim High Speed ​​Rail Development Project in 2022. This study used a quantitative method with a cross sectional design. Data collection was done online and offline using a questionnaire. A total of 70 respondents workers PT Wijaya Karya Bangunan Gedung participated in this research. The results showed that the average score of the overall safety climate dimension was quite good. The dimensions of the safety climate are management commitment (5.52), communication (5.27), training (5.22), personal accountability (4.98), rules and procedures (5.14), and a supportive environment (5,16). Overall research results suggest that changing employee perceptions can be improved through affirmation of management commitment, regulations and procedures with adequate communication and training also supported by good personal accountability and a supportive environment.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Dewanti Alawiyah
"Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen, serta tenaga pendidikan berhak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap dosen dalam pelaksanaan tugas. Perlindungan tersebut diantaranya adalah perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) di Universitas Indonesia dan National University of Singapore berdasarkan ISO 45001:2018. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode studi komparatif semi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan adanya perbandingan antara Universitas Indonesia dan National University of Singapore. Universitas Indonesia dan National University of Singapore telah memenuhi persyaratan ISO 45001, terdapat 3 elemen yang memiliki perolehan skor tidak terpenuhi, sedangkan elemen lainnya memperoleh skor penilaian terpenuhi dan melebihi ekspektasi.

Based on Law Number 14 of 2015, while implementing professional responsibility, lecturer and teacher have rights to obtain security and safety. Government, local government, community, professional organization, and/or educational institution have to give safety to lecturer while on duty. The security is occupational health and safety security. The security of occupational health and safety includes the security of occupational safety disruption, working incident, working hours fire hazard, natural disaster, occupational health and environment, and/or the other risk.
The aim of this research is analysis of occupational health and safety implementation in Universitas Indonesia and National University of Singapore against ISO 45001. This study is a descriptive research with semi quantitative and qualitative method. The approach of the study is cross sectional.
The result of this research is a comparative implementation on occupational safety, health and the environment based on ISO 45001 in University of Indonesia, and National University of Singapore. Universitas Indonesia and National University of Singapore have met ISO 45001:2018 requirements and there are 3 elements that have assessment scores review, while other elemets that have meet and exceed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachelya Olivya Kartika
"Risiko Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) merupakan hal penting yang perlu dikendalikan, khususnya pada laboratorium. Kecelakaan kerja harus diminimalisir agar aktivitas laboratorium dapat terus dilaksanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengidentifikasi karakteristik bahan baku yang digunakan di Laboratorium TPL FTUI dan menganalisis potensi bahaya dan risiko berdasarkan jenis aspek risiko atau jenis kegiatan yang dilakukan di Laboratorium TPL FTUI. Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, evaluasi risiko lingkungan kerja dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu aspek fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode sampling, observasi langsung, wawancara, dan survei kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek fisika memperoleh angka 52,8 dB yang masih memenuhi standar untuk faktor kebisingan, dan 38,2 lux yang tidak memenuhi standar faktor pencahayaan. Untuk aspek biologi ditinjau masih aman dalam hal kualitas udara, namun tidak untuk faktor kelembaban. Pada aspek kimia dapat diketahui bahwa seluruh bahan kimia yang digunakan memiliki karakteristik bahaya dengan angka risiko yang tinggi. Sedangkan pada aspek ergonomi terdapat 8 dari 10 fasilitas telah memenuhi syarat ergonomi dan aspek psikologi diperoleh angka stres kerja laboran pada kategori rendah hingga sedang. Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko menunjukkan kategori risiko II dan III dari setiap jenis pengujian yang terpilih. Upaya pengendalian dan program K3L perlu ditingkatkan agar bahaya dan risiko dapat dikelola.

Occupational Health and Environmental Safety risk is an important things that needs to be controlled, especially in the laboratory. Work accidents must me minimized so that laboratory activities can continue to be carried out. The aim of this study was to identify the characteristics of the raw materials used in the TPL FTUI Laboratory and analyze the potential hazards and risks based on the type of risk aspects or the type of activity carried out in the TPL FTUI Laboratory. Based on Ministerial Regulation Number 5 of 2018, evaluation of work environment risks can be viewed from various aspects, namely aspects of physics, chemistry, biology, ergonomics and psychology. This research was a quantitative and qualitative study with sampling methods, direct observation, interviews, and questionnare surveys.
The results show that the physical aspect obtained a figure of 52.8 dB which still meets the standard for the noise factor, and 38.2 lux which does not meet the standard for the lighting factor. For the biological aspect, it is considered safe in terms of air quality, but not for the humidity factor. In the chemical aspect, it can be seen that all chemicals used have hazard characteristics with a high risk rate. While in the aspect of ergonomics, there are 8 out of 10 facilities that have met the requirements of ergonomics and from the psychological aspect, the number of laboratory work stress is in the low to medium category. The results of hazard identification and risk assessment indicate risk categories II and III for each type of test selected. OHSE control efforts and programs need to be improved so that hazzards and risks can be managed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Mukri Bandjar
"Disaat konsumen semakin kritis dan era globalisasi yang membawa pengaruh terhadap sistem perdagangan dunia maka perusahaan, khususnya yang bergerak di bidang industri harus mampu meningkatkan daya saing, menciptakan nilai-nilai unggul, meningkatkan efisiensi dan menekan biaya produksi. Hal ini untuk memenuhi standar dan norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja yang menjadi persyaratan dunia internasional seperti: Ecolabelling, ISO 14000, EHS Management System, dan lain-lain. Khususnya industri yang beresiko tinggi, perilaku keselamatan kerja menjadi faktor utama untuk menjamin tercapainya zero accident (tidak terjadinya kecelakaan kerja). Salah satu perilaku keselamatan adalah kepatuhan, khususnya patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seharusnya sudah menjadi kewajiban seluruh pekerja mulai dari operator hingga tingkat manajemen.
Data di lapangan yang menunjukkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada tahun 2004-2005 adalah sebesar 68% karena tindakan tidak aman, 29% karena kondisi tidak aman dan 3% tidak diketahui penyebabnya. Dari tindakan tidak aman, 48% adalah pekerja yang tidak menggunakan APD. Tidak ( menggunakan APD, khususnya ketika sedang bekerja adalah masalah perilaku tidak aman pekerja yang hares ditanggulangi. Perilaku ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini perlu diketahui sehingga upaya untuk menghilangkan perilaku tidak aman di tempat kerja dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Resiko dan bahaya tidak bisa dihilangkan 100% kecuali sumber bahaya tersebut dihilangkan sama sekali, yang bisa kita lakukan adalah meminimasi potensi bahaya agar kemungkinan resiko diperkecil seminimal mungkin. Oleh karena pentingnya pengendalian resiko, meskipun APD adalah urutan terakhir dalam pengendalian resiko tapi perlu dilakukan.
Oleh karena itu penulis melakukan analisa terhadap faktor-faktor yang mempengarihi kepatuhan penggunaan APD pekerja di bagian produksi kulkas PT.LGEIN Tangerang yang dilakukan pada bulan November-Desember 2005. Data diambil dengan sampel 73 responder meliputi 4 foreman dan 69 operator. Pengambilan data melalui kuesioner, wawancara dan observasi langsung. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 52,1% pekerja yang tingkat kepatuhannya baik menggunakan APD dan 47,9% tergolong tidak baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diperoleh bahwa satu-satunya faktor yang berkaitan dengan kepatuhan menggunakan APD adalah persepsi pekerja terhadap bahaya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kinerja pekerja PT.LGEIN Tangerang khususnya perilaku patch dalam menggunakan APD.

When consumer becomes critically in globalization era that brings influences for world trade system, company, especially industrial company must increase power competition, creating best values, increasing efficiency and minimizing cost production. The goal is to complying norms, safety and health standard that one of condition in international world such as: Ecolabelling, ISO 14000, El-IS Management System, etc. Especially on high-risk industry, safe behavior is main factor to ensure there is no accident in workplace. One of safety behavior is complying, especially in using PPE must become an obligation for all workers form operator to management level.
From data on location, showing that cause of an accident in years 2004-March 2005 are : 68 % unsafe act, 29 % unsafe condition and 3 % unknown. From unsafe act, 48 % cause an accident is workers that not using PPE. Workers that not using PPE is the behavioral, unsafe act problem which must solved. This behavior could happen because many factors. We must know this problem, and then our works to reducing unsafe act behavior may runs effectively.
Risk and hazard could not reduce 100 % only if that hazard source is not exist anymore. The way we can do for reducing risk is minimizing hazard potential. Since risk control is very important, we must using PPE although this is the last rank in risk control.
This is the reason why the writers do analyzing factors that influence complying workers in using PPE in Refrigerator Production at PT.LGEIN Tangerang from November-December 2005. The data respondent is 73, including 4 foreman and 69 operator. Data are collected by questionnaire, interview and direct observation, data analyzed by statistically using chi-square.
The result showed there were 52, 1% of workers good complying in using PPE and 47,9% of workers not complying in using PPE. Based on statistical analysis, just perception those have significant relation with complying using PPE. I hope this result of research could improve workers performance behavior especially complying in using PPE at PT.LGEIN Tangerang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyana Rahma Yustini
"Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 merupakan konsep pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran, dan pengawasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 pada PT.Wijaya Karya Gedung dalam Proyek Pembangunan Rumah Susun Rawa Bebek, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan teknik pengambilan data campuran yaitu dengan kuesioner dan wawancara mendalam.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proyek pembangunan rumah susun Rawa Bebek berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat hambatan dalam pelaksanaannya, seperti kekurangan sumber daya manusia dan kurangnya komitmen dari pekerja.

The Occupational Safety and Health Management System SMK3 is a systematic and comprehensive concept of systematic and comprehensive health and safety management within a complete management system through planning, implementation, measurement and monitoring processes. This study aims to analyze the implementation of Occupational Safety and Health Management System SMK3 at PT.Wijaya Karya Building in Rawa Bebek Flood Development Project, East Jakarta. This research uses quantitative research approach with mixed data sampling technique that is with the questionnaire and in depth interview.
The result of this research shows that in general the application of Occupational Safety and Health Management System to the Rawa Bebek Flats project runs in accordance with the provisions that have been applied. It can not be denied, however, that there are obstacles to its implementation, such as lack of human resources and a lack of commitment from workers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mushanif Mukti
"Sejak bergulimya isu globalisasi pada awal 1990-an, tantangan yang dihadapi oleh perusahaan nasional adalah adanya kondisi persaingan yang semakin ketat, selain antara perusahaan nasional yang ada, juga dengan perusahaan asing, apalagi bila akan melakukan usaha di negara lain. Maka standar intemasional juga menjadi tema sentral, yang harus menjadi acuan dan aturan main di antara berbagai perusahaan, balk tingkat nasional, regional maupun global.
Pada tingkat regional dan global, kini Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), telah menjadi suatu isu penting untuk mengukur kinerja korporasi secara keseluruhan. Dan isu penting yang sekarang bergulir dalam manajemen K3 adalah pengembangan budaya K3 yang positif, sebagaimana Biggs, et al (2005), menyatakan bahwa pendekatan manajemen K3 di sektor industri konstruksi di Australia, yang menekankan identifikasi dan reduksi bahaya telah gaga] untuk memenuhi motivasi pekerja untuk berperilaku selamat, dan perlunya membina budaya K3 terhadap pekerja musiman. Demikian juga Konferensi Buruh lnternasional yang diselenggarakan pada 2003 telah merekomendasikan pentingnya membangun budaya K3 secara nasional.
Penelitian tesis ini bertolak dart dasar pemikiran bahwa budaya K3 pempunyai peran penting dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja K3, di mana kinerja K3 kini sudah menjadi salah sate [criteria bagi perusahaan yang akan bersaing di tingkat global. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan mengambil studi kasus PT X sebagai suatu perusahaan konstruksi terkemuka, suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan memasuki persaingan di tingkat global.
Namun karena aspek dan dimensi budaya sangat luas, dan memerlukan waktu penelitian relatif lebih lama, maka penelitian dibatasi pada iklim K3, yaitu suatu tahapan kesadaran dalam budaya K3 yang dipersepsikan oleh anggota organisasi. Sehingga yang diharapkan diperoleh dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana profit iklim K3 PT X, dengan mengambil sampel di tiga tempat kerja, yaitu Kantor Pusat dan Divisi terkait, Pabrik Fabrikasi Baja Konstruksi dan Proyek Gedung Kampus Prasetya Mulya.
Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif, melalui penyebaran angket (kuesioner) guns mendapatkan jawaban dad responden dari ketiga tempat kerja tersebut, sebagai cars untuk mengases iklim K3, sesuai dengan hasil jawaban responden tersebut. Jumlah populasi Kantor Pusat dart Divisi terkait w 254 dengan jumlah responden 49; jumlah populasi Pabrik Fabrikasi Baja adalah 354 dengan responden 66; dan jumlah populasi Proyek Gedung Prasetya Mulya adalah 132, dengan jumlah responden 35.
Karena ada keterkaitan dengan budaya perusahaan, maka peneliti juga melakukan pengumpulan data dan dokumentasi tentang budaya perusahaan, sehingga dapat memberi gambaran tentang dinamika proses pengembangan budaya K3 yang positif di PT X.
Hasil penelitian menunjukkan bawls dari ketiga tempat kerja tersebut diperoleh gambaran secara umum, bahwa bahwa berdasarkan persepsi responden masing-masing, Ikiim K3 di Kantor Pusat dan Divisi terkait tergolong kuat, Iklim K3 Pabrik Fabrikasi Baja DME tergolong paling kuat, dan Proyek Gedung Prasetya Mulya, tergolong relatif sedikit lebih kuat dari pada Kantor Pusat dan Divisi.
Kesimpulannya, iklim K3 PT X secara keseluruhan tergolong pada kategori agak kuat, dengan nilai rata-rata variabel personil tergolong pada kategori kuat, sedangkan variabel organisasi dan pekerjaan tergolong pada kategori agak kuat.
Sub-variabel yang tergolong sangat kuat yaitu: Komitmen Pribadi tehadap K3. Beberapa sub-variabel yang tegolong relatif kuat adalah: Kesadaran terhadap Risiko; Sires Akibat Kerja dan Pengetahuan K3; Komitmen terhadap Organisasi; Teamwork; Sifat (tidak) Menyalahkan; Komitmen Manajemen; Tidak-lanjut Manajemen; Kedudukan Pejabat K3; dan Kesiap-siagaan terhadap Keadaan Darurat.
Dan beberapa sub-variabel yang relatif kurang kuat, yaitu: Keterlibatan pekerja dalam Pengambilan Keputusan; Komunikasi K3; Tempat dan Lingkungan Kerja; Alokasi Sumber-daya; dan Kepuasan Kerja.

Since the rolling-on globalization issues by the early 90s, challenges faced by national corporations are the tighter conditions of business competition among, thus from the national to the multinational companies likewise, especially to the exertions planned in another country. Thus, the international standard too, has become central topic which has to be referenced and denoted as `rule of the game' among various companies, in their each different levels; the national, the regional and the global levels.
The Occupational Health and Safety (OHS) has become another significant issue to measure the overall corporate performances both in regional and global level, nowadays. The current important issue rolling in OHS management is its positive cultural development, as it 's cited from Biggs, et al (2005), that the occupational health and safety management approaches in Australia's construction industry which emphasize the identification and reduction on working hazard, has failed to fulfill workers' motivation to commit safety behavior, and it is important to develop and maintain OHS culture toward seasonal workers. The International Labor-Organization's Conference held by 2003 also recommended the importance of developing OHS Culture, nationally.
The thesis research initially begins from a premise that explains the significant OHS cultural role in improving and fixing OHS performance, wherein the OHS performance nowadays has become another criteria for the global level corporations. The research is endeavored by applying studies over Company X's case which soon is to enter global level competition (company X is signified as a well-known state-owned construction company).
However, due to the vast cultural dimension and its aspects, along with relatively long time research requirement, the research is then confined to the OHS climate, which is an awareness phase in an OHS culture perceived by organization member. Thus the results intended to be obtained in this research is all about the profile of Company X's OHS climate, by taking samples in three different working places, which are; Central Office and It's Related Divisions; The Fabrication Factory of Construction Steel; and, Prasetya Mulya Campus Building Project.
The researcher applies the quantitative researching method, by distributing questionnaires in order to obtain responses of respondents from these three different working places, as a method of accessing OHS climate, according to the respondents answers. The total population of The Central Office and Its Related Divisions = 254 with 49 respondents; the total population from The Fabrication Factory of Construction Steel = 354 with 66 respondents; and, the sum of Prasetya Mulya Campus Building Project 's population is 132 with 35 respondents.
Due to the relation of OHS culture towards the company's culture, researcher endeavors gathering of documentation and data findings about corporate culture, thus the researcher be able to represent the image of the positive OHS cultural development dynamic process in Company X.
The research outcome, points-up the common views obtained from those three different working places, that based on the each respondents' perception, The Central Office and Its Related Divisions has a moderately strong OHS climate, The Fabrication Factory has the strongest climate, and the Prasetya Mulya Campus Building Project has little stronger OHS climate rather than the Central Office has.
We finally come into the conclusion that the Company X's overall OHS climate goes in strong category, with strong rate on average variable persons, while the job and organizational variable remain moderately strong.
The strongest categorized sub-variables, is Personal Commitment toward OHS. The relatively moderate categorized sub-variables are: Perceived Risk; Job Induced Stress; Safety Knowledge; Commitment to Organization; Teamwork; Attribution to Blame; Management Commitments; Management Actions; Status of Safety Personnel; and, Emergency Preparedness.
While, sort of relatively less strong sub-variables, consist of Involvement in Decision Making; OHS Communications; Working Environment; Allocation of Resources; and Job Satisfaction.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzam Syahid Annasai
"Skripsi ini berisikan mengenai gambaran manajemen risiko keselamatan dan kesehatan
kerja pada proses kerja bore pile di Proyek Pembangunan Jalan Tol Serpong – Balaraja
PT. X Tahun 2020. Peninjauan manajemen risiko yang dilakukan melihat mulai dari
identifikasi bahaya dan risiko menggunakan tabel identifikasi dan Hazard Identification,
Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) dan analisi risiko menggunakan acuan dari
standar AS/NZS 4360 Tahun 2004. Disain penelitian menggunakan analisis kualitatif dan bersifat deskriptif. Hasil penelitian ini mendapatkan 13 tahapan kerja yang memiliki 27
potensi baya dan menimbulkan 27 risiko keselamatan dan kesehatan kerja.

This thesis contains an overview of occupational safety and health risk management in the work process of the bore pile in the Serpong - Balaraja Toll Road Development Project PT. X Year 2020. The review of risk management is carried out starting from the identification of hazards and risks using Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) and risk analysis using references from US standards. NZS 4360 of 2004. The research design uses a qualitative and analytical approach descriptive. The results of this study found 13 stages of work that have 27 middle-potential and pose 27 occupational safety and health risks."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aulia
"Kecelakaan adalah hal yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan kerugian. Salah satu tools yang dapat membantu untuk menurukan angka kecelakaan ini adalah inspeksi keselamatan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui implementasi planned safety inspection berdasarkan International Safety Rating System (ISRS) di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor Tahun 2014. Penelitian ini merupakan study evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara kepada Assistant Manager safety, safety officer, maintanance, dan operator. Berdasarkan sub elemen ketiga International Safety Rating System ditunjukan bahwa hasil penelitian dari 6 sub elemen adalah Perencanaan inspeksi, sistem tindak lanjut, preventive maintanance, Pemeriksaan peralatan sebelum penggunaan, alternatif pelaporan kondisi substandar dan pemenuhan persyaratan telah 100% sesuai dengan International Safety Rating System. Sedangkan untuk sub elemen analisis laporan inspeksi belum dilakukan PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor, bagian/item kritis 90% sesuai dengan International Safety Rating System , dan sistem inspeksi khusus telah 96,7% telah sesuai dengan International Safety Rating System. Secara keseluruhan planned safety inspection PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor telah 91% sesuai dengan International Safety Rating System. Peneliti memberikan rekomendasi untuk mempertahakan sub elemen yang telah sesuai dengan ISRS dan memperbaiki beberapa hal yang belum sesuai dengan ISRS.

Accident is an undesirable event that causes losses. One of tools which can help to reduce the accident is safety inspection. The purpose of this study is to know about the implementation of safety inspection in terms of International Safety Rating System (ISRS) at PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor in 2014. This study is a evaluation research. Data was collected through observations and interviews of Assistant Manager safety, safety officer, maintenance and operator. Based on the third element of the ISRS indicated that the result of the 6 elements, which are planned inspection, follow up system, preventive maintenance, pre-use equipment inspection, alternative substandard conditions reporting system and compliance requirements, comply to 100% of the ISRS requirements. The critical part/items comply to 90%, special system inspections comply to 96,7% of ISRS requirements. Otherwise, the analysis of inspection reports element has not done by PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. Overall, safety inspection at PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor complies the ISRS requirements up to 91%.Researcher gives some recommendation for sustained suitable sub elements by ISRS and to improve unsuitable sub elements by ISRS."
2014
S55030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovila Nanci Septiawan
"Berdasarkan penggalian data awal, iklim keselamatan kerja di PT XYZ belum terbentuk secara optimal, khususnya di Divisi Project Management (PM) dan Equipment Management (EM). Salah satu aspek penting yang diperlukan untuk membentuk iklim keselamatan kerja adalah peran dari manajemen atau pada perusahaan ini yaitu Divisi Safety, Health, and Environment (SHE). Diagnosa berikutnya menunjukkan para personil Divisi SHE memerlukan keterampilan taktik memengaruhi. Hasil ini menjadi acuan dalam penelitian untuk melihat hubungan antara taktik memengaruhi dan iklim keselamatan kerja, dengan menggunakan alat ukur influence tactics scale (Clarke & Ward, 2006) dan safety climate scale (Cheyne, Cox, Oliver, & Tomas, 1998). Influence tactic scale (tiga dimensi) memiliki koefisien reliabilitas (Cronbach's Alpha) sebesar .650 hingga .835 dan validitas (Corrected Item-Total Correlation) sebesar .247 hingga .708. Safety climate scale memiliki koefisien reliabilitas (Cronbach's Alpha) sebesar .862 dan validitas (Corrected Item-Total Correlation) sebesar .174 hingga .697. Hasil uji Kendall's Tau (τ) dari 28 orang partisipan teknisi di Divisi PM dan EM, menunjukkan salah satu dari tiga dimensi taktik memengaruhi (soft influence tactics) terbukti berkorelasi positif secara signifikan terhadap iklim keselamatan kerja (τ = .376, p < .05). Artinya, peningkatan perilaku taktik memengaruhi dapat mendorong peningkatan iklim keselamatan kerja. Selanjutnya, intervensi dilakukan melalui workshop 'effective influence communication'. Hasil uji evaluasi pengetahuan program workshop menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dari sembilan orang peserta, menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan pada para personil Divisi SHE setelah diberikan workshop 'effective influence communication' (Z = -2.536, p < .05).

Based on the initial diagnosis, safety climate in PT XYZ has not been established optimally, especially in the Division of Project Management (PM) and Equipment Management (EM). One of the important aspects required to establish a safety climate is the role of management, or in this company is the Division of Safety, Health, and Environment (SHE). Subsequent diagnosis showed that influence tactics skills is required for the SHE Division personnel. This result is a reference in the study to see the relationship between influence tactics and safety climate, using influence tactics scale (Clarke & Ward, 2006) and safety climate scale (Cheyne, Cox, Oliver, & Thomas, 1998). Influence tactic scale (three dimensions) has reliability coefficient (Cronbach's Alpha) from .650 to .835 and validity coefficient (Corrected Item-Total Correlation) from .247 to .708. The safety climate scale used in this study has a reliability coefficient (Cronbach’s Alpha) of .862 and a validity coefficient (Corrected Item-Total Correlation) from .174 to .697. Correlation test was conducted using Kendall's Tau (τ) on 28 technicians of PM and EM Division, showing that one of the three dimensions in influence tactics (soft influence tactics), is positively and significantly correlated to the safety climate (τ = .376, p <.05). That is, an increase in influence tactics behavior can boost safety climate. Furthermore, intervention was conducted in the form of "effective influence communication" workshop. Knowledge evaluation result of the workshop program using Wilcoxon Signed Rank Test from nine participant showed a significant increase in knowledge among SHE Division personnel after the "effective influence communication” workshop was given (Z = -2.536, p < .05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rossy Armyn Machfudiyanto
"Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah sistem perlindungan bagi pekerja dan jasa konstruksi yang meminimalkan dan menghindari kerugian moral dan material, kehilangan waktu kerja dan keselamatan orang dan lingkungan, yang kemudian dapat didukung secara lebih efektif dan efisien. Petunjuk pengenalan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi di Indonesia diatur dengan nomor urut Peraturan Menteri PUPR No. 10 Tahun 2021. Penelitian ini memberikan sasaran dan program keselamatan konstruksi terkhusus pada pekerjaan struktur atas pembangunan gedung science techno park di Universitas Indonesia. Analisis data dilakukan dengan menyusun dan mendiskusikan hasil wawancara dengan para pakar keselamatan konstruksi. Kemudian, dilakukan kajian hasil observasi di lokasi proyek atau observasi langsung dan hasil evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Data dan studi literatur yang tersedia sebagai bahan pendukung. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa sasaran dan program keselamatan konstruksi perlu dilakukan dan dirancang sejak masa pra konstruksi agar dapat mengidentfikasi bahaya dan risiko untuk setiap aktivitas pekerjaan. Pelaksanaan sasaran dan program keselamatan konstruksi telah memberikan dampak positif yang berkelanjutan berdasarkan penelitian terdahulu, sehingga diperlukan adanya sasaran dan program keselamatan konstruksi yang diterapkan pada pembangunan gedung science techno park di Universitas Indonesia. Integrasi dengan Building Information Modeling (BIM) antara Identifikasi Bahaya, Potensi Risiko, Penentuan Pengendalian Risiko, dan Peluang (IBPRP) dan schedule dengan layout proyek merupakan langkah digitalisasi dalam merencanakan keselamatan konstruksi agar penerapannya lebih efisien dan terintegrasi dengan baik. Hal ini juga membantu proses monitoring keselamatan konstruksi, karena proses Building Information Modeling (BIM) terjadi secara real time.

The Occupational Health and Safety Management System (OHSMS) is a protection system for construction workers and services that minimizes and avoids moral and material losses, lost work time, and the safety of people and the environment, which can then be supported more effectively and efficiently. Instructions for introducing Occupational Health and Safety Management System in Indonesia are regulated by the serial number of PUPR Ministerial Regulation Number 10 of 2021. This research provides targets and construction safety programs specifically for installing superstructures on the construction of science techno park building at University of Indonesia. Data analysis was carried out by compiling and discussing the results of interviews with Occupational Health and Safety experts. Then, the results of observations at the project site or direct observation. Furthermore, Occupational Health and Safety Management System evaluation results data and literature studies are available as supporting materials. Based on this research, it was concluded that construction safety goals and programs need to be carried out and designed from pre-construction to identify hazards and risks for each work activity. The implementation of construction safety goals and programs has had a sustainable positive impact based on previous research, so it is necessary to have construction safety goals and programs implemented in the construction of science techno park building at University of Indonesia. The integration of Building Information Modeling, Hazard Identification Risk Assessment and Determine Control, and work schedule with project layout are one of digitalization method to make efficiency in site. Also, this technology make an easy method to control and monitor healty and safety, because by using Building Information Modeling, all the platform is real time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>