Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53588 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfi Zulfa Nooraida
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi representasi American Dream dalam film Amerika yang berjudul The Greatest Showman (2017) (TGS). Terinspirasi dari kisah hidup tokoh self-made man di abad ke-19 yang bernama P.T. Barnum, film TGS menceritakan perjalanan karakter Barnum menjadi pebisnis sirkus dengan menggunakan struktur naratif rags to riches pada abad ke-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan kualitatif, yang berfokus pada karakter Barnum dan karakter pemain sirkus Barnum yang merepresentasikan kaum minoritas beraneka ragam ras, warna kulit, dan keunikan fisik. Penelitan ini berargumen bahwa film TGS merekonstruksi American Dream di abad ke-19. TGS memahami bahwa American Dream bukan lagi mengenai kesuksesan finansial semata, melainkan keseimbangan antara pemenuhan pribadi dan kepentingan keluarga, tanpa harus mengagungkan pencapaian duniawi seperti reputasi dan kekayaan. Penelitian ini juga berargumen bahwa film TGS menggambarkan sirkus Barnum sebagai versi utopis American Dream dengan menciptakan komunitas yang memberi kesempatan yang setara bagi semua kelas dan ras untuk tampil dan mendapatkan apresiasi atas kemampuannya. Akan tetapi, penelitian ini juga menemukan bahwa representasi American Dream dalam film TGS masih tetap melanggengkan hak istimewa laki-laki berkulit putih.

This study aims to analyze and evaluate the representation of the American Dream in the American film entitled The Greatest Showman (2017) (TGS). Inspired by the life story of a self-made man in the 19th century, P.T. Barnum, TGS tells the journey of Barnum's character to become a circus businessman in 19th-century through rags to riches narrative structure. This study uses a descriptive-analytical method with a qualitative approach, which focuses on the character of Barnum and the character of the Barnum circus performers who represent minorities of various races, skin colors, and physical uniqueness. This research argues that TGS reconstructs the concept of the American Dream of the 19th century. TGS understands that the American Dream is no longer about financial achievement, but a balance between personal fulfilment and family integrity, without glorifying secular accomplishments such as reputation and wealth. This study also argues that TGS portrays Barnum's circus as a utopian version of the American Dream by creating a community that provides equal opportunities for all classes and races to perform and gain an appreciation for their abilities. However, this study finds the representation of the American Dream in the TGS film still perpetuates the privilege of white men."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemilang Sayyef Al-Haq
"

Film Gundala merupakan sebuah fenomena menarik dalam dunia perfilman Indonesia yang sempat menjadi salah satu topik paling hangat dibicarakan di social media pada pertengahan tahun 2019. Hanya dalam waktu 7 hari penonton film Gundala telah mencapai lebih dari 1 juta penonton dari seluruh Indonesia. Tidak heran apabila film ini meraih sejumlah prestasi yang membanggakan bagi perfilman Indonesia di kancah nasional maupun internasional. Kesuksesan ini menarik perhatian dari peneliti untuk mencari tahu apa yang membuat penonton puas terhadap film Gundala dikaitkan dengan teori terbaru Movie Marketing Mix dan Word of Mouth (WOM). Movie Marketing Mix dalam penelitian ini terdiri dari variabel People, Script, Features Promotions, dan Satisfaction. Ternyata dalam penelitian ini ditemukan bahwa variabel Script dan Word of Mouth memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan dari penonton film Gundala.

 

Kata Kunci:

Film, Movie Marketing Mix, Word of Mouth, Satisfaction

 


Gundala Movie was an interesting phenomenon for Indonesian movie industry which had been one of the hottest topic discussed on social media in mid 2019. In just 7 days, Gundala reached more than 1 million viewers across the country. No wonder if the film had a numbers of proud achievements for Indonesian movie industry in national level to international level. This success leads to the writer’s attention to do find out about what is the reason the behind Gundala movie audience’s satisfaction associated with the latest theory of Movie Marketing Mix and Word of Mouth (WOM). Movie Marketing Mix in this study consisted of the variable People, Script, Features Promotions, and Satisfaction. It turns out that in this study it was found that the Script and Word of Mouth variables had a significant influence on the satisfaction of Gundala film viewers.

 

Keywords:

Films, Movie Marketing Mix, Word of Mouth, Satisfaction

 

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adkeuis Galuh Fawzia
"ABSTRAK
Salah satu mitos paling terkenal di Amerika adalah mitos American Adam. Fakta bahwa mitos American Adam digunakan dalam berbagai macam produk budaya, seperti buku, film, dan lagu-lagu tidak bisa lagi disangkal kebenarannya. Tulisan ini akan membahas representasi dari mitos American Adam yang digambarkan dalam film The Dreamers 2004 karya sutradara asal Italia Bernardo Bertulloci. Dengan menyesuaikan fase mitos American Adam yang dikemukakan oleh R.W. B. Lewis 1955 , tulisan ini akan mengikuti jejak mitos American Adam melalui perkembangan psikologis sang pemeran utama, Matthew. Selain itu, representasi dari American Adam dalam The Dreamers 2004 telah membawa perspektif yang berbeda terhadap Amerika melalui lensa perfilman Eropa, khususnya produksi perfilman Italia.

ABSTRACT
One of the distinguished myths of America is the American Adam. The fact that the American Adam is applied within several contemporary cultural products, such as books, films, and songs are cannot be denied. This study will discuss the representation of the American Adam that is depicted in the film The Dreamers 2004 by an Italian director, Bernardo Bertulloci. By adjusting the phases of the American Adam from R. W. B. Lewis 1955 , this research will trace the track of the American Adam through Matthew rsquo s psychological development, as the main character in this film. Moreover, the representation of the American Adam in The Dreamers 2004 has brought a different perspective towards America through the lens of European cinema, specifically Italian cinema production. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marselina Tabita
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan rekonstruksi citra Tuhan dalam film The Shack 2017 . Analisis akan menafsirkan representasi karakter dan adegan tertentu yang digambarkan dalam film. Korpus artikel ini adalah film berjudul The Shack, yang mewakili Tuhan dalam Nasrani yang direifikasi dalam tiga ras yang berbeda. Wacana masalah rasial dalam teori postkolonial sebagian besar digunakan sebagai instrumen untuk memahami konteks dalam menafsirkan. Artikel ini memilih untuk mengeksplorasi film daripada versi novel untuk mendapatkan analisis yang lebih holistik, dengan penambahan fitur sinematografi di samping aspek intrinsik dari narasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambar Tuhan dipersonifikasikan dan direkonstruksi menjadi ras non-kulit putih untuk menantang isu rasial dan mematahkan wacana kekuasaan antara kulit putih, Afrika Amerika, Timur Tengah, dan Asia-Amerika.

ABSTRACT
This study aims to prove the reconstruction of God image in the movie The Shack 2017 . The analysis will interpret the representation of certain characters and scenes portrayed in the movie. The corpus of this article is movie titled The Shack, which represents the reified Christian God in three different races. Discourse of racial issue in postcolonial theory is mostly used as the instrument to understand the context to interpret. This article decided to explore the film rather than the novel in order to get a more holistic analysis by the addition of cinematographic features beside the intrinsic aspects of narrative. The result of this study shows that God image is personified and reconstructed into non-white races to challenge the racial issue and undermine the discourse of power between white, African American, Middle East, and Asian-American."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Flora Yuanita Marisi
"ABSTRAK
Homoseksual bukanlah sebuah tema yang baru dalam perfilman di Jerman. Dahulu film-film bertemakan homoseksual pernah mati akibat rezim Nazi, karena Nazi membenci homoseksualitas dan beranggapan bahwa homoseksualitas mengancam maskulinitas negara. Setelah tumbangnya Nazi film-film bertemakan homoseksual mulai kembali bermunculan, salah satunya adalah film bertajuk Jonathan. Penelitian ini membahas mengenai representasi homoseksual yang terdapat pada film Jonathan 2016 sebagai film debut karya Piotr. J. Lewandowski. Tidak seperti film bertemakan homoseksual lainnya, Jonathan menampilkan tokoh gay yang hidup dalam kesengsaraan. Kesengsaraan tokoh gay disebabkan keputusannya untuk mengingkari orientasi seksualnya yang kemudian menyebabkan efek domino kepada istri dan anaknya. Di akhir film orientasi seksual tokoh utama diterima oleh keluarganya sebelum ia mati dan hal ini melahirkan kebahagiaan serta penerimaan diri pada tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan representasi homoseksual di pedesaan Jerman dalam film. Untuk meneliti bagaimana film merepresentasikan homoseksual, maka diperlukan teori semiotika dari John Fiske, yang lebih fokus pada tanda dalam film, sehingga dapat diketahui bagaimana tokoh homoseksual direpresentasikan melalui kostum, pencahayaan, dan musik dalam film. Penelitian menunjukkan bahwa pengingkaran diri tidak saja merugikan diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain. Penerimaan diri amatlah penting, tidak saja untuk kebahagiaan diri sendiri, tapi juga untuk kebahagiaan orang lain, terutama keluarga.

ABSTRACT<>br>
Homosexuality is not a foreign film theme in German. Formerly homosexual themed films had died from the Nazi regime, because the Nazis hated homosexuality and thought that homosexuality threatened the state rsquo s masculinity. After the fall of the Nazi, homosexual themed films began to re emerge, one of which is a film titled Jonathan. This study discusses the homosexual representation found in Jonathan 2016 as Piotr. J. Lewandowski rsquo s debut film. Unlike other gay themed films, Jonathan features gay character who lives in a misery. The gay character rsquo s misery is due to his decision to deny his sexual orientation, which then causes a domino effect on his wife and son. At the end of the film, the main character rsquo s sexual orientation is accepted by his family before he dies and this give happiness and self acceptance for the main character. The purpose of this study is to show homosexual representation in rural Germany in the film. To examine how this film represents homosexuality, it takes the semiotic theory of John Fiske, which focuses more on the sign in the film, so it can be seen how the homosexual character is represented through costumes, lighting, and music in the film. This research shows that self denial is not only self defeating, it also harms others. Self acceptance is very important, not only for the happiness of oneself, but also for the happiness of others, especially the family."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Iwa Maulana
"ABSTRAK
Di samping mendatangkan berbagai manfaat pada segala macam bidang, globalisasi juga berperan dalam menegakkan hegemoni Barat atas ?yang lain?. Melalui film-film produksinya, Hollywood mampu menjejalkan penggambaran yang kerap kali keliru mengenai bangsa atau ras tertentu kepada masyarakat umum demi memelihara kepentingan Amerika Serikat. Menggunakan metode analisis diskursus, penelitian ini berusaha membongkar penggambaran keliru yang terdapat dalam lima film produksi Hollywood. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa representasi di dalam kelima film dan hegemoni membentuk sebuah siklus atau lingkaran. Penelitian ini merupakan sebuah upaya dekonstruksi dari sebuah konstruksi (kelima film) yang merugikan.

ABSTRACT
n addition to bring a range of benefits in all sectors, globalization also has a role in upholding western hegemony over the others. Through their films production, Hollywood is able to cram the delineation about nation or a particular race to the public which is often mischaracterized in order to preserve the interests of the United States. Using the method of discourse analysis, this research tried to dismantle misrepresentations that contained in five Hollywood films. The result of this research indicated that the representations in five films and hegemony form a cycle or circle. This study is an effort of deconstruction of a adverse construction (of five movies).
"
2016
S64750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aisya
"Permasalahan terhadap standar yang dibebankan kepada perempuan masih kerap terjadi dan dialami banyak perempuan di dunia. Salah satunya standar menjadi Ibu yang baik. Konsep motherhood ini telah menciptakan berbagai standar bahwa ibu yang baik adalah ibu yang memenuhi konsep tersebut. Ada beberapa tindakan dan perilaku yang dianggap menggambarkan kepribadian seorang perempuan, sebagai ibu yang memiliki konsep keibuan dengan baik. Sebagai representasi dari dunia nyata, beberapa film mengusung konsep tersebut ke dalam filmnya. Salah satunya film besutan negara Jerman berjudul “Blood Red Sky” yang bercerita tentang pembajakan pesawat dan konflik adanya vampir di dalam pesawat tersebut. Di tengah konflik adanya vampir dan pembajakan, terdapat cerita tentang perjuangan seorang ibu dalam melindungi anaknya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teori semiotika Roland Barthes untuk menganalisis lebih dalam terkait beberapa hal yang menunjukkan adanya konsep keibuan dalam film tersebut. Fokus penelitian ini terletak pada bentuk-bentuk konsep perlindungan seorang ibu terhadap anaknya, dan usaha-usaha seorang ibu dalam menekan ego dari dirinya untuk melindungi anaknya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan konsep keibuan yang ditampilkan dalam film dan usaha seorang ibu dalam menjaga anaknya.

The problem with standard that was given to women is still commonly happening and experienced by many women in the world. One of them being the standard of being a good mother. The motherhood concept itself has created many standard that a good mother is a mother who fulfills those standard. There are some actions and mannerism that was believed to be representation of how a good woman should act as a good mother. As a representation of real world, some films director took these concepts into their films. One of those films is a german-produced film titled 'Blood Red Sky', that tells us a story about a plane hijacking and a vampire problem that ensues while that happens. Between those two things, there is also a plotline of a mother's attempt to protect her child no matter what. This research is done with the qualitative method using Roland Barthes' theory of semiotics. This Research focus on the many concept of a mother's protection towards her child and the struggles of a mother to push away her own ego to protect her child. This research will show the Motherhood concept and how it is portrayed in this film as well as how a mother struggles to keep her child safe."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Ulfah Apriyadin
"ABSTRAK
Wonder Woman 2017 adalah film superhero yang diangkat dari karakter DC Comics yang menceritakan karakter Wonder Woman yang pergi ke dunia manusia bersama Kapten Steve Trevor, agen khusus Amerika, untuk menyelamatkan dunia dari Ares. Banyak penelitian yang telah menganalisa karakter Wonder Woman menggunakan studi feminis, namun tidak banyak yang berfokus pada karakter Steve Trevor. Dengan menggunakan teori dari Raewyn Connell tentang maskulinitas dan jender performativitas dari Judith Butler, artikel ini akan membahas karakter maskulinitas dari Steve Trevor dan tindakannya yang mematahkan dominasi hegemoni maskulinitas melalui analisis tekstual dan karakter. Artikel ini memperlihatkan bahwa walaupun karakter Steve Trevor menggambarkan beberapa karakter dari hegemoni maskulinitas, namun beberapa tindakannya justru bertolak belakang dominasi maskulinitas.

ABSTRACT
Wonder Woman 2017 is a superhero movie based on the character from DC Comics, which tells about the character Wonder Woman going to human world with Captain Steve Trevor, the US special agent, in order to save the world from Ares. Many studies have researched the character Wonder Woman using feminist studies, yet not many focused on the character Steve Trevor. By using Raewyn Connell rsquo s framework of masculinity and Judith Butler rsquo s gender performativity, this paper will discuss the character Steve Trevor 39 s masculine attributes and actions that break the domination of hegemonic masculinity through textual and character analysis. This article argues that although the character Steve Trevor showcases some of characteristics of hegemonic masculinity, some of his actions are shown to break the dominant masculinity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Amirudin Aziz
"ABSTRAK
Logan 2014 adalah film superhero tentang perjalanan mutan, orang yang memiliki kemampuan khusus, dari El-Paso, Meksiko, ke North Dakota, Kanada. Film tersebut dapat ditafsirkan sebagai salah satu bentuk protes terhadap kebijakan imigrasi Donald Trump sekaligus merupakan representasi isu ras yang kompleks. Walaupun banyak akademisi yang menganalisis film-film mengenai perbatasan Meksiko-Amerika, jurnal ilmiah yang membahas film Logan 2017 tidaklah cukup. Artikel ilmiah ini menganalisis bagaimana film tersebut menyampaikan pesannya dengan menggunakan Borderland karya Gloria Anzaldua 1987 sebagai landasan teori melalui metode semiotik dan analisis tekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film tersebut menggambarkan perbatasan, imigrasi, dan ras dalam perjalanan karaternya sebagai alegori yang efektif untuk menyampaikan kritik terhadap kebijakan imigrasi yang sedang hangat di Amerika.

ABSTRACT
Logan 2014 is a superhero movie about the journey of gifted people called mutant from El Paso, Mexico to North Dakota, Canada. The movie could be read as a form of protest against Donald Trump rsquo s immigration policy as well as a complex representation of racial issues. Although many scholars have analyzed border movies, academic paper that mentions Logan 2017 is insufficient. This article analyzes how the movie delivers message by using Gloria Anzaldua rsquo s 1987 Borderland theoretical framework through semiotic method and textual analysis. Research findings show that the movie portrays the border, immigration, and race in the characters rsquo journey as an effective allegory for conveying critique against the recent immigration policy in America. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Fatmah Ariestiani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi nasionalisme pada peristiwa Gwangju Uprising yang ditunjukkan dalam film Taeksi Unjeonsa. Taeksi Unjeonsa adalah salah satu film terlaris di Korea Selatan karya Sutradara Jang Hoon yang dirilis pada tahun 2017. Film ini mengangkat kisah tentang seorang sopir taksi dan reporter asal Jerman yang bekerjasama dalam mengungkap fakta mengenai gerakan Gwangju Uprising di tahun 1980. Gwangju Uprising merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Korea Selatan karena menjadi langkah awal bagi kemajuan sistem demokrasi di negeri tersebut.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana representasi nasionalisme pada peristiwa Gwangju Uprising yang digambarkan dalam film Taeksi Unjeonsa. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan menggunakan teori nasionalisme dan representasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat Korea Selatan dalam film Taeksi Unjeonsa sudah merepresentasikan nasionalisme dilihat dari pendekatan reflektif. Adegan dan dialog dalam film ini menunjukkan adanya aspek-aspek nasionalisme yaitu rela berkorban, mengutamakan persatuan dan kesatuan, cinta tanah air, serta berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah.

This research aims to examine the representation of nationalism shown in the movie Taeksi Unjeonsa during Gwangju Uprising. Taeksi Unjeonsa is one of the best-selling movies in South Korea directed by Jang Hoon in 2017. This movie tells the story about a taxi driver and a reporter from Germany who teamed up to expose facts about Gwangju Uprising in 1980. Gwangju Uprising is one of the most important events in the history of South Korea because it is the first step in the progress of democratic system there.
This research discusses about how representation of nationalism during Gwangju Uprising potrayed in the movie Taeksi Unjeonsa. This research was conducted with a qualitative descriptive method and used the theory of nationalism and representation.
The results shows that based on a reflective approach, South Korean`s behaviour in the movie has represented nationalism. The scenes and dialogs in this film shows the aspects of nationalism such as the willing to sacrifice, prioritizing the national unity, love for the nation, having the spirit of a reformer and doesn`t give up easily.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>