Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Dwi Astuti
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 membawa dampak pada sektor industri, termasuk industri hulu migas. Pekerja lapangan Hijau di PT. P tetap bekerja secara luring. Upaya pencegahan diterapkan oleh perusahaan namun kasus konfirmasi masih ditemukan, dapat dikatakan risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja tetap ada. Kecemasan dapat menyerang semua tingkatan perkerjaan, tidak terkecuali pekerja hulu migas yang dapat menurunkan produktifitas kerja dan berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Diperlukan kajian persepsi risiko dan kecemasan pekerjaan di lapangan Hijau PT. P agar diketahui seberapa efektif upaya yang dilakukan perusahaan dalam hal pengendalian COVID-19 di tempat kerja.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja dengan kecemasan pada pekerja hulu migas di Lapangan Hijau PT. P.
Metode: Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional. Sebanyak 50 pertanyaan dari 9 dimensi paradigma psikometri untuk mengetahui gambaran persepsi risiko dan 7 pertanyaan kecemasan dengan alat ukur Generalized Anxiety Disorder scale 7 (GAD-7) disebarkan secara daring kepada pekerja lapangan Hijau PT. P (n=234) menggunakan google form di bulan April-Mei 2022. Uji validitas dan reabilitas dilakukan terhadap butir kuesioner. Butir kuesioner akan valid bila rHitung > rTabel (0,279 pada N=50) serta reliable bila nilai Cronbach’s alpha  > 0.7. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Uji normalitas dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov test, uji korelasi dilakukan dengan Spearman’s rank correlation test dengan batas signifikansi sebesar 0,05 (alpha = 5%).
Hasil: Hasil dari uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa butir kuesioner tentang persepsi risiko memiliki kisaran corrected item-total correlation antara 0,351-0,695 (valid) dan nilai Cronbach’s alpha 0,929 (reliable). Butir kuesioner tentang kecemasan memiliki kisaran corrected item-total correlation antara 0,491-0,817 (valid) dan nilai Cronbach’s alpha 0,911 (eliable). Rata-rata dimensi berada pada kisaran nilai 2,35-3,71 (skala 4), dimensi yang memiliki nilai tertinggi adalah pengendalian risiko dengan rata-rata 3,71. Dimensi ketakutan dipersepsikan paling rendah dengan rata-rata 2,35. Persepsi risiko secara keseluruhan memiliki rata-rata 3,42 dimana 56% pekerja memiliki persepsi risiko yang baik. persepsi risiko pekerja dengan usia < 30 tahun, > 40 tahun dan pendidikan tinggi memiliki persepsi lebih baik dibandingkan pekerja dengan usia 30-40 tahun dan pendidikan menengah. 224 pekerja (95,7%) tidak mengalami kecemasan. Sebanyak 10 orang (4,3%) pekerja menunjukkan kecemasan ringan. Tidak ada pekerja yang mengalami kecemasan sedang dan berat. Hubungan persepsi risiko dan kecemasan diketahui tingkat signifikansi 0,74 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara persepsi risiko pekerja dengan kecemasan yang dialami terhadap penyebaran COVID-19 di tempat kerja.
Kesimpulan: Persepsi pekerja Lapangan Hijau PT. P terhadap risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja cukup baik. Pekerja memiliki keyakinan bahwa risiko telah dapat dikontrol dengan baik dari sisi upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang diterapkan oleh perusahaan maupun individu, namun pekerja merasa bahwa risiko penyebaran COVID-19 masih cukup besar sehingga masih harus diturunkan. Upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran COVID-19 dan komunikasi kampanye Kesehatan yang telah diterapkan oleh Perusahaan dinilai sudah cukup efektif. Perusahaan perlu tetap mempertahankan upaya yang dilakukan dalam mencegah penyebaran COVID-19 sesuai penilaian risiko berdasarkan perkembangan situasi yang terjadi. Bagi pekerja yang mengalami kecemasan ringan perusahaan perlu mendalami lebih lanjut untuk mencari penyebab kecemasan yang dialami sehingga dapat dicari solusinya.

Introduction: COVID-19 pandemic has impacted all types of industries, including oil & gas industry. In spite of that, workers of Hijau Field at PT. P still work offline. Despite company’s policies to prevent the spread of COVID-19 have been implemented, COVID-19 cases are still found in the workplace, means that the risk of spread of COVID-19 in the workplace is still present. Anxiety can affect anyone in every job sector including oil & gas workers which can decrease work productivity and potentially causing incident at work. Analysis of risk perception and anxiety level in lapangan Hijau PT. P is needed to understand the effectiveness of the company’s efforts in controlling COVID-19 in the workplace.
Objective: This study aimed to study association between COVID-19 risk perception and anxiety at workplace on oil and gas upstream workers at Hijau Field PT. P.
Methods: The research was conducted with a cross-sectional design. 50 questions from the 9 dimensions of the psychometric paradigm to understand the risk perception and 7 questions on anxiety using the Generalized Anxiety Disorder scale 7 (GAD-7) to the workers of lapangan Hijau PT. P (n=234) were launched using Google Form in April-May 2022. Validity and reliability test have been applied to the questions. The questions are valid if rCount > rTable (0,279, N=50) and reliable if Cronbach’s alpha > 0.7. The data is analyzed using descriptive statistical analysis. The normality test is done with the Kolmogorov-Smirnov test, and the correlation test is done with Spearman’s rank correlation test with significance level of 0.05 (alpha = 5%).
Results: The result of the validity and reliability test shows that the questions on risk perception have the range of corrected item-total correlation between 0,351 – 0,695 (valid) and the value of Cronbach’s alpha 0,929 (reliable). Questions on anxiety have the range of corrected item-total correlation between 0,491 – 0,817 (valid) and the score of Cronbach’s alpha 0,911 (reliable). The dimensions’ average lies between 2.35-3.71 (scale 4), with the highest dimension being Risk Control with average 3.71. Fear dimension is perceived the lowest with the average 2.35. Overall risk perception average is 3.42 where 56% of workers have good risk perception. Risk perception of workers below 30 years old, above 40 years old, and higher education is better than workers that in the age between 30-40 years old and middle education. 224 workers (95.7%) do not experience anxiety. 10 workers (4.7%) show symptoms of mild anxiety and none experienced medium and severe anxiety. The relationship between risk perception and anxiety known significant level 0,74 (p>0,05), which means there is no correlation between the risk perception of workers and anxiety caused by the spread of COVID-19 in the workplace.
Conclusion: Perception of workers of Hijau Field PT. P towards the risk of spread of COVID-19 in the workplace is good. Workers are of the opinion that the risk is controlled adequately by the efforts implemented by company and individuals. However, workers still consider that the risk of spread of COVID-19 still considerable to be reduced. The efforts of the prevention and countermeasures to the spread of COVID-19 and the health campaign that have been implemented by the company are considered effective. The company needs to maintain the efforts to prevent the spread of COVID-19 in accordance with risk assessment based on the development of the current situation. For the workers experiencing mild anxiety, the company needs to give attention to understand the cause of the anxiety to find the solution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makhrus Shofi
"Hubungan antara kelelahan dengan sekelompok aspek psikososial dalam industri hulu migas sampai sekarang relatif belum banyak diteliti. Sejak akhir tahun 2019, terdapat beberapa kebijakan terkait pandemi COVID-19, yang berdampak pada aspek psikologis pekerja dalam merespon kondisi-kondisi yang berubah secara acak tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan aspek psikososial dengan kelelahan multidimensi akibat kerja diantara pekerja instalasi migas baik onshore maupun offshore selama pendemi Covid-19 tahun 2020-2021. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan disain studi potong lintang. Penelitian dilakukan di salah satu instalasi hulu migas di Kalimantan Timur, Indonesia. Aspek psikososial diukur menggunakan kuesioner 3rd Version of Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III), sedangkan kelelahan akibat kerja diukur dengan Multidimensional Fatigue Inventory-20 (MFI-20). Analisis regresi linier multivariabel digunakan untuk menganalisa hubungan dan interaksi pada keduanya. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh aspek psikososial kepuasan dipersepsikan baik (tinggi) oleh pekerja. Sedangkan untuk aspek psikososial ketidakpuasan berada pada tingkat menengah saat Pandemi Covid-19, sementara itu tingkat kelelahan multidimensi akibat kerja cenderung berada pada tingkat rendah. Setelah mengendalikan variabel perancu, penghargaan, kepuasan kerja, dan konflik keluarga-pekerjaan ditemukan berhubungan dengan kelelahan total di area onshore, sedangkan aspek kepuasan kerja merupakan satu satunya aspek psikososial yang berhubungan dengan kelelahan total di area offshore. Perusahaan perlu memusatkan program pencegahan kelelahan di masa depan yang terkait dengan pengurangan konflik pekerjaan dan keluarga serta peningkatan hal-hal yang dapat membangun makna kepuasan dalam bekerja.

The relationship between fatigue and psychosocial aspects in the upstream oil and gas industry is still relatively not widely studied. Since end of 2019, there have been several policies related to the COVID-19 pandemic, which impact to the psychological aspects of the workers in response to those unexpected changing situations. The aim of this study was to determine the relationship between psychosocial aspects and the multidimensional work-related fatigue both onshore and offshore upstream oil and gas during the 2020-2021 Covid-19 pandemic. This study is a quantitative analytic study with a cross sectional study design. This study was conducted at one of the upstream oil and gas in East Kalimantan, Indonesia. Psychosocial aspects were measured by using the 3rd Version of Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) questionnaire, whilst work-related fatigue were measured by using the Multidimensional Fatigue Inventory-20 (MFI-20). Multivariable linear regression analysis was used to examine the associations and interactions. The result of study revealed all satisfaction subscales of psychosocial aspects were perceived as good (high level) by workers. Meanwhile dissatisfaction subscales were at medium level during the COVID-19 pandemic. The work-related fatigue tended to be at low level. After the confounding variables were controlled, the Recognition, Job Satisfaction and Work Life Conflict aspects were found to have association with total fatigue in Onshore, whereas the job satisfaction is the only psychosocial aspect that is related to the total fatigue in offshore area. Company is encouraged to concentrate the future fatigue prevention programs particularly on reducing the Work Life Conflicts and developing proactive measures which may improve the meaning of satisfaction at work."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathul Masruri Syaaf
"Berkembangnya sektor Jasa Konstruksi yang semakin kompleks dan tingginya persaingan, seringkali menuntut pekerja bekerja maksimal sehingga kesehatan pekerja terabaikan. Hal ini berdampak pada kelelahan kerja, yang dapat memicu kecelakaan kerja. Penelitian ini ingin mengkaji hubungan antara faktor risiko kelelahan dengan kejadian kelelahan pada pekerja konstruksi di PT. X tahun 2022. Data terkait faktor diluar pekerjaan (usia, status gizi/IMT, dan masa kerja), dan faktor pekerjaan (durasi kerja, beban kerja, dan suhu lingkungan kerja) terhadap terjadinya kelelahan pekerja proyek PT. X diteliti menggunakan kuesioner, dengan desain penelitian analitik semi- kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Data kuesioner dianalisis untuk melihat gambaran kelelahan kerja dan hubungan dua variabel menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan 33% responden mengalami kelelahan kerja sedang dan 67% kelelahan kerja rendah. Dari uji diferensial, terdapat hubungan antara status gizi (IMT), durasi kerja dan beban kerja (p 0,000) terhadap kelelahan kerja. Sedangkan faktor usia (p 0.426), masa kerja (p 0.412) dan suhu lingkungan kerja (p 1,000) tidak berhubungan dengan kelelahan. Kesimpulan penelitian ini bahwa beberapa variabel yang diteliti terbukti berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi di PT. X. Rekomendasi terkait fatigue management perlu dijalankan oleh manajemen dan pekerja guna meminimalisir dan mengendalikan kelelahan serta meningkatkan produktifitas kerja di tempat kerja.

The development of Construction Services sector which is increasingly complex and high competition, often demands workers to work optimally so that their health is neglected. This has an impact on fatigue, which can lead to work accidents. This study aims to examine the relationship between fatigue risk factors and fatigue in construction workers at PT. X 2022. The data of non-work related factors (age, BMI, and years of service), and work-related factors (work duration, workload, and work temperature) on the occurrence of fatigue was examined using a questionnaire, with a semi-quantitative analytic research design with a cross sectional study approach. Data were analyzed using chi-square for the description of fatigue and relationship between two variables. The results showed 33% of respondents’ experienced moderate fatigue and 67% low fatigue. Inferential tests revealed a fatigue relationship between BMI, work duration, and workload (p 0.000). While the age (p 0.426), years of service (p 0.412) and working temperature (p 1.000) were not related to fatigue. The conclusion is several studied variables are proven related to fatigue in construction workers at PT. X. Recommendations related to fatigue management need to be carried out by management and workers to minimize and control fatigue and increase productivity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfita Ayu Wirasati
"Penerapan perilaku kepatuhan pada protokol kesehatan COVID-19 seyogyanya dapat menurunkan penyebaran COVID-19, namun saat ini masih terjadi kasus di PT X. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis berbagai faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan protokol kesehatan COVID-19 pada Pekerja Perkantoran di PT X tahun 2022. Desain penelitian adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah responden sebanyak 76 orang diambil secara acak sederhana. Data primer didapat dari kuesioner yang disebarkan dengan aplikasi googleform, dilengkapi dengan data observasi dan telaah dokumen. Hasil telitian menunjukkan tingkat kepatuhan protokol kesehatan COVID-19 sebesar 82,9%. Hasil analisis menunjukkan pada pria 5 kali lebih beresiko tidak patuh di banding Perempuan (OR 5,677), pada pekerja yang merasakan manfaat rendah 4 kali lebih beresiko tidak patuh (OR 4,329) dibanding yang merasakan manfaat tinggi, pada pekerja yang efikasi diri rendah 4 kali lebih beresiko tidak patuh (OR 4,329) dibandingkan yang efikasinya tinggi. Di samping itu, pada pekerja yang tidak mendapat dukungan lingkungan kerjanya 5 kali lebih berisiko tidak patuh (OR 5, 417) dibanding dengan pekerja yang mendapat dukungan lingkungan kerjanya, pekerja yang tidak mendapat dukungan keluarga 9 kali lebih beresiko tidak patuh (OR 9,02) dibanding dengan pekerja yang mendapat dukungan keluarga, begitu pula bagi pekerja yang merasakan tidak memadainya penghargaan dan sanksi 5 kali lebih beresiko tidak patuh (OR 5,211) dibanding pekerja yang merasakan penghargaan dan sanksi memadai. Penelitian ini mendapatkan tidak ada hubungan antara umur, status pernikahan, pengalaman, pengetahuan, ketersediaan instruksi, kerentanan yang dirasakan, keparahan yang dirasakan, hambatan yang dirasakan, isyarat untuk bertindak (faktor predisposisi), ketersediaan fasilitas dan sarana serta pelatihan dan promosi kesehatan (faktor pemungkin), dan tim inspektur (faktor penguat) dan perilaku kepatuhan prototol kesehatan COVID-19. Pandemi COVID-19 masih berlangsung hingga saat ini, maka Perusahaan masih perlu melakukan upaya pencegahan terhadap COVID-19 yaitu dengan meningkatkan program promosi kesehatan serta implementasi penghargaan dan sanksi. Promosi kesehatan disusun dengan melibatkan seluruh pekerja secara bottom up. Selain itu, mengikutsertakan keluarga pada program promosi kesehatan metode lebih interaktif dan dapat menjangkau seluruh usia. Penyusunan kriteria penghargaan dan sanksi dengan melibatkan pekerja dan diimplementasikans secara konsisten. Pekerja juga perlu untuk berkontribusi dengan saling mengingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan COVID-19 dengan dukungan dari manajemen dan berperan aktif dalam penyusunan program promosi kesehatan dan kriteria penghargaan dan sanksi. Dan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan menambah variabel, memperluas sasaran penelitian dan melanjutkan analisis multivariate

Implementation of compliance behavior with the COVID-19 health protocol should reduce the spread of COVID-19, but currently there are still cases at PT X. The purpose of this study was to analyze various factors related to establishing COVID-19 health protocol compliance behavior in office workers at PT. X year 2022. The research design was cross sectional with a quantitative approach. The number of respondents as many as 76 people were taken at simple random. Primary data were obtained from questionnaires distributed using the googleform application, completed with observation data and document review. The results showed that the level of compliance with the COVID-19 health protocol was 82.9%. The results of the analysis show that men are 5 times more at risk of non-compliance than women (OR 5,677), workers who feel low benefits are 4 times more at risk of non-compliance (OR 4,329) than those who feel high benefits, workers with low self-efficacy are 4 times were more at risk of non-compliance (OR 4,329) than those with high efficacy. In addition, workers who do not receive support from their work environment are 5 times more to be non-compliance (OR 5,417) compared to workers who do not receive support from their work environment, workers who do not receive family support are 9 times more likely to be non-compliance ( OR 9.02) compared to workers who received family support, as well as workers who felt inadequate rewards and sanctions were 5 times more likely to be non-compliance (OR 5,211) than workers who felt adequate rewards and sanctions. This study found that there was no relationship between age, marital status, experience, knowledge, availability of instructions, perceived susceptibility, perceived severity, perceived barriers, cues to action (predisposing factors), availability of facilities and facilities as well as training and health promotion (enabling factors), and a team of inspectors (reinforcing factors) and COVID-19 health protocol compliance behavior. The COVID-19 pandemic is still ongoing, so the Company still needs to take preventive measures against COVID-19, namely by increasing health promotion programs and implementing awards and sanctions. Health promotion is developed by involving all employees on a bottom-up basis. In addition, involving families in health promotion programs is more interactive and can reach all ages. Compilation of reward and sanction criteria by involving workers and implemented consistently. Workers also need to contribute by reminding each other to comply with the COVID-19 health protocol with support from management and take on the active role in the development of health promotion programs and award and sanction criteria. And for further researchers, they can develop research by adding variables, expanding research targets and continuing into multivariate analysis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Spadini Putri
"Pendahuluan Industri hulu minyak dan gas bumi adalah industri yang esensial dimana proses aktivitas di industri ini tidak dapat berhenti. Langkah-langkah pengaturan tanpa mengurangi target produksi dan pencegahan penyebaran infeksi Covid-19 di tempat kerja sudah dilakukan, namun kasus Covid-19 pada pekerja terus bertambah.
Objektif Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Covid-19 bergejala pada pekerja industri hulu minyak dan gas bumi di Indonesia.
Metode Studi cross sectional dengan pengumpulan data sekunder dari hasil pencatatan di tempat kerja. Data dari responden yang berhasil menyelesaikan prosedur penelitian dengan mengisi kuesioner secara lengkap sejumlah 616 termasuk didalamnya adalah data demografi pekerja, area kerja, paparan Covid-19, jenis pemeriksaan dan upaya pencegahan. Uji statistik yang digunakan dalam analisis univariat dan multivariat adalah uji regresi logistik. Uji statistik yang digunakan dalam korelasi antar variabel adalah dengan menggunakan chi-square. Hasil total data responden yang didapat sebanyak 616 pekerja. 65.3 % pekerja tidak mengalami gejala dan 34.7% pekerja mengalami gejala ringan sampai berat. Didapatkan bahwa sumber penularan di tempat kerja berhubungan signifikan dengan kejadian infeksi COVID-19 yang bergejala pada pekerja KKKS (p<0,001) dengan risiko bergejala 3,4 kali lebih tinggi, sedangkan antara usia dan karakteristik infeksi bergejala (p=0,019), dimana pekerja dengan usia diatas 39 tahun memiliki 1.5 kali risiko lebih besar untuk mengalami infeksi yang bergejala dibandingkan dengan pekerja usia ≤39 tahun dan pada pekerja laki-laki didapatkan 2 kali lebih tidak beresiko untuk bergejala jika terinfeksi COVID-19 (p=0,027) dibanding perempuan.
Kesimpulan faktor- faktor yang dapat meningkatkan risiko Covid-19 bergejala pada pekerja KKKS adalah sumber penularan di tempat kerja, usia pekerja yang lebih tua dan pekerja dengan jenis kelamin perempuan. Didapatkan risiko penularan tertinggi di tempat kerja adalah pada saat melakukan pekerjaan bersama, menggunakan fasilitas umum bersama dan makan bersama.

BACKGROUND. The upstream oil and gas industry was essential to operating continuously during the covid-19 pandemic. Preventive and management guidelines had been implemented, but cases were increasing.
OBJECTIVES. To find the factors affecting symptomatic Covid-19 in Special Task Force for Upstream Oil and Gas Industry - KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) workers in Indonesia.
METHODS A cross-sectional study was done using secondary data about covid-19 infection in SKK MIGAS and KKKS environment. Six hundred sixteen respondents were included in this study. Data about demographic characteristics, working area, covid-19 status and exposure, and examination and management before were also recorded. Univariate analysis and Multivariate analysis were done using a logistic regression test. Correlation between variables was found using chi-square.RESULTS From 616 eligible respondents 65.3% were asymptomatic, and 34.7% were symptomatic infections ranging from mild to severe symptoms. Working sites possessed a higher transmission risk as workers did the activity together. We found a correlation between a working site as a source of infection with symptomatic covid-19 (p<0.001) with a risk 3.4 times higher, age and symptomatic covid-19 (p=0.019) and female workers with symptomatic covid-19 disease (p=0.027).
CONCLUSION Some factors that increased the risk of covid-19 in KKKS workers were working site transmission, older age, and female workers. Other factors found influenced symptomatic covid-19 infection were doing the activity together, public facility usage, and eating together.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Budi Nugroho
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 di Indonesia belum resmi berakhir, dan karena perilaku protektif yang terlihat diabaikan, menjadi sangat penting untuk terus dikampanyekan guna meningkatkan kesadaran masyarakat dan menerapkan protokol kesehatan dalam rangka mengendalikan penyebarannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi risiko dan pengalaman masyarakat terhadap penularan COVID-19 di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode lintang potong dan dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2022 dengan menggunakan survei daring. Kuesioner dikembangkan berdasarkan kuesioner standar (ECOM, 2015) tentang persepsi risiko wabah penyakit menular. Kuesioner ini kemudian didistribusikan melalui berbagai platform media sosial, termasuk WhatsApp, Facebook, dan Instagram.
Hasil: Penelitian ini mengungkapkan bahwa responden wanita lebih banyak daripada pria (61,3%), memiliki pendidikan sarjana (38,5%), bekerja di perusahaan swasta (32,3%), dan pernah tertular Covid (43,8%). Responden yang memiliki skor persepsi risiko di atas rata-rata adalah 60%. Menurut kesepuluh data distribusi persepsi risiko, sebagian besar responden menganggap COVID-19 sebagai ancaman. Memakai masker, rutin mencuci tangan, jaga jarak fisik, dan tinggal di rumah tetap menjadi pilihan dan efektif untuk mencegah penularan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki penularan COVID-19 yang intens secara langsung maupun tidak langsung.
Kesimpulan: Meskipun sebagian besar responden khawatir akan penularan Covid-19, mereka menyatakan siap untuk penularan dan sadar bagaimana mengendalikan dan mencegah penularan.

Background: The COVID-19 pandemic in Indonesia has not officially ended, and due to the apparent underestimation of protective behavior, it is imperative to continuously promote public awareness and implement health  protocols  to control its spread. Therefore, this study aims to analyze the community's risk perception and experiences of COVID-19 transmission in Indonesia.
Methods: This cross-sectional study was conducted from July to August 2022 using an online survey. The questionnaire was developed based on a standard questionnaire (ECOM, 2015) on the risk perception of an infectious disease outbreak. It was then distributed through various social media platforms, including WhatsApp, Facebook, and Instagram.
Result: This study revealed that there were more female respondents than men (61.3%), held bachelor’s degree (38.5%), work in private company (32.3%), and been infected by Covid (43.8%). Respondents who have risk perception score above average is 60%. According to all ten risk perception distribution data, most respondents considered COVID-19 a threat. Wearing mask, regularly wash hands, physical distancing, and stay at home still options and effective to prevent the transmission. This showed that most respondents had intense COVID-19 transmission directly or indirectly.
Conclusion: Although most of respondents worry of Covid-19 transmission, they stated ready for transmission and aware how to control and prevent the transmission.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamto
"Tesis ini membahas aspek psikososial yang berpengaruh terhadap perilaku berisiko pekerja offshore PT ABC di Kalimantan Timur pada tahun 2021. Responden terdiri atas 141 orang pekerja dari populasi sekitar 200 orang pekerja yang sedang onduty. Responden terdiri atas semua entitas dan jabatan, baik pekerja tetap maupun kontraktor. Pengambilan data menggunakan kuesioner berbasis COPSOQ III dengan jenis perilaku berisiko diambil dari panduan investigasi kecelakaan yang telah ada pada PT ABC. Reliabilitas kuesioner psikososial Cronbach’s alpha 0,6-09, gangguan kesehatan 0,6-0,8, dan perilaku berisiko 0,8.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko psikososial (mean=1.81, SD=0,27), gangguan kesehatan (mean=1,21, SD=0,31), perilaku berisiko (mean=1,08, SD=0,16) adalah rendah. Aspek psikososial dengan gangguan kesehatan berkorelasi signifikan, serta gangguan kesehatan dan perilaku berisiko juga berkorelasi signifikan. Dari analisis korelasi aspek psikososial dan perilaku berisiko menunjukkan hubungan signifikan yang dimediasi gangguan kesehatan sebagai bentuk reaksi stress. Analisis regresi menunjukkan bahwa ada empat domain aspek psikososial yang berkontribusi terhadap variasi perilaku berisiko yakni tuntutan pekerjaan, organisasi & konten kerja, interaksi individu-pekerjaan, dan konflik & perilaku ofensif dengan R2=0,124, p=0,00. Aspek psikososial yang paling dominan berkontribusi adalah interaksi individu-pekerjaan dengan koefisien B=0,262

This thesis discusses psychosocial aspects which contribute to at-risk behavior of PT ABC offshore workers in East Kalimantan in 2021. Respondents consisted of 141 workers from a population of about 200 workers who were onduty. Respondents consist of all entities and positions, both permanent workers and contractors. Data collection using COPSOQ III-based questionnaires, with types of at-risk behavior is taken from the accident investigation guidelines that have been in place of PT ABC. Reliability of Cronbach's alpha psychosocial questionnaire was 0.6-09, psychosocial questionnaire Cronbach's alpha was 0.6-09, health disorders was 0.6-0.8, and at-risk behaviors was 0.8.
The results showed risk level of psychosocial (mean=1.81, SD=0.27), health disorders (mean=1.21, SD=0.31), and at-risk behavior (mean=1.08, SD=0.16) are low. Psychosocial aspects and health symptom disorders are significantly correlated, as well as health symptom disorders and at-risk behaviors are also significantly correlated. Result of correlation analysis of psychosocial aspects and at-risk behaviors showed a significant relationship that mediated by health symptom disorders as a form of stress reaction. Regression analysis shows that there are four domains of psychosocial aspects that contribute to variations at-risk behavior: job demands, organization & job content, individual-work interaction, and conflict & offensive behavior with R square 0.124, p<0.05. The most dominant psychosocial aspect contributing is the individual-work interaction with a coefficient of B=0.262.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Rudianto
"Tujuan : Pekerja di RS P merupakan pekerja yang harus menghadapi situasi kerja yang sangat berisiko terjadinya kejadian bullying dari berbagai pihak dan menuntut perfoma yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan Workplace Bullying, Psychological Distress, dan Job Performance pada pekerja di RS P.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectionaldengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara acak kepada kelompok pekerja yang bekerja di RS P dengan jumlah responden sebanyak 195 orang. Data yang terkumpul kemudian diolah menggunakan tabel distribusi frekuensi, cross tabulasi dan dianalisis hubungannya dengan metode uji korelasi Spearman.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif (signifikansi 0,000) dengan kekuatan korelasi yang cukup (0,412) antara Workplace Bullying dengan Psychological Distress. Namun tidak terdapat korelasi (signifikansi 0,350) terkait kejadian workplace bullying dengan peningkatan maupun punurunan dari job performance pekerja di RS P.Tidak terdapat korelasi antara psychological distress dengan job performance (signifikansi 0,158).Mayoritas responden tidak mengalami bullying (84,6 %), tidak mengalami psychological distress (77,4 %), danjob performance dari pekerja di RS P mayoritas sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan (93,8 %).
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen masih dipengaruhi oleh faktor-faktor mediator yang lain. Walaupun didapatkan kejadian bullying yang rendah di RS P,manajemen harus tetap waspada dan segera bertindak untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya perilaku bullying tersebut.Hal ini penting untuk mencegah terjadinya korban bullying dan penerapan program anti bullying yang tepat di tempat kerja, sehingga tingkat psychological distress tidak meningkat dan job performance tetap terjaga dengan baik. Disamping itu perlunya meningkatkan motivasi pekerja dan fasilitas-fasilitas yang didapat oleh pekerja, sehingga mengurangi dampak bullying di tempat kerja maupun psychological distress di RS P

Objective : Workers in RS P are workers who have to face a work situation that is very risky for bullying from various parties and demands high performance. This study aims to assess the relationship between Workplace Bullying, Psychological Distress, and Job Performance on workers at RS P.
Methods : This study is a cross-sectional study using a questionnaire that was distributed randomly to groups of workers who work in RS P with a total of 195 respondents. The collected data was then processed using a frequency distribution table, cross tabulation and analyzed its relationship with the Spearman correlation test method
Results : The results showed that there was a positive correlation (significance 0.000) with sufficient correlation strength (0.412) between Workplace Bullying and Psychological Distress. However, there is no correlation (significance 0.350) related to the incidence of workplace bullying with an increase or decrease in the job performance of workers at RS P. There is no correlation between psychological distress and job performance (significance 0.158). The majority of respondents did not experience bullying (84.6 %), did not experience psychological distress (77.4% %), and the job performance of the workers in RS P was the majority according to the standards set by the company (93.8 %).
Conclusion : The results of the study indicate that the relationship between the independent variable and the dependent variable is still influenced by other mediator factors. Even though there is a low incidence of bullying in RS P, management must remain vigilant and act immediately to identify and prevent the occurrence of bullying behavior. This is important to prevent bullying victims and to implement appropriate anti-bullying programs in the workplace, so that the level of psychological distress does not increase and job performance is maintained properly. Besides that, it is necessary to increase the motivation of workers and the facilities obtained by workers, thereby reducing the impact of bullying in the workplace and psychological distress at RS P..
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Wulandhari
"Dalam produksi minyak dan gas bumi, pengendalian kimiawi dari kontaminasi mikrobiologi bagi integritas jaringan pipa dan vessels salah satu caranya yaitu dengan menggunakan biosida Glutaraldehid. Dari data pencatatan Penyakit Akibat Kerja (PAK) PT. X, pada tahun 2019 telah terjadi insiden akibat kesalahan penanganan bahan kimia dan informasi yang tidak memadai pada Lembar Data Keselamatan (LDK) yang mengakibatkan ketidaksesuaian pemilihan sarung tangan kimia sehingga menyebabkan 7 kasus dermatitis kontak iritan pada pekerja yang melakukan injeksi biosida Glutaraldehid. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi, menilai besarnya risiko kesehatan melalui rute paparan kulit dan potensi dampak terjadinya iritasi pada kulit yang berkaitan dengan faktor-faktor risiko kulit, menentukan tingkat bahaya pada rute paparan, kulit serta mengevaluasi efektifitas pengendalian risiko dan memperoleh rekomendasi mitigasi yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja pada proses injeksi biosida Glutaraldehid di fasilitas produksi hulu migas PT. X. Metode dalam penelitian ini yaitu observasional melalui pendekatan deskriptif yang bersifat semikuantitatif menggunakan metode Dermal Risk Assessment (DREAM) dan survei Nordic Occupational Skin Questionnaires (NOSQ 2002/SHORT) modified pada enam lapangan operasi di PT. X yang memiliki proses injeksi biosida Glutaraldehid. Hasil penelitian didapatkan, tingkat paparan dermal pada task level site B keseluruhan SkinW-Atask yaitu 118.97 tingkat risiko paparan tinggi; site S memiliki tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 5809.38; site C memiliki tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 11864.48, site CU tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 11607.97 dan site SU dengan injeksi manual memiliki tingkat risiko paparan tinggi dengan hasil 492.45, sedangkan hasil open dan closed drain yaitu tingkat risiko sangat rendah. Tingkat paparan dermal pada task level tertimbang waktu (SkinW-Atask.w) pada proses injeksi Glutaraldehid di enam lapangan operasi memiliki tingkat risiko paparan rendah pada site B (18.34), risiko paparan sedang pada site S (76.98) dan site SU dengan proses manual (49.75); risiko paparan tinggi pada site C (175.02) dan site CU (141.20) serta risiko paparan sangat rendah pada site SU proses open drain (1.75) dan closed drain (4.37). Tingkat paparan dermal pada job level (Skinw-Ajob) pada proses injeksi Glutaraldehid di enam lapangan operasi memiliki tingkat risiko paparan sedang, rendah hingga sangat rendah. Perhitungan faktor-faktor dalam DREAM yang dikombinasikan dengan evaluasi faktor pendukung lainnya serta survei NOSQ 2002/SHORT modified dapat menangkap beberapa informasi dan gambaran awal paparan kulit serta adanya potensi terjadinya Penyakit Kulit Akibat Kerja (PKAK) pada proses injeksi Gluataraldehid di fasilitas produksi hulu migas PT. X.

Microbiological contamination using biocide glutaraldehyde is one of the applications to maintain the integrity of pipelines and vessels in oil and gas production. PT. X’s data on the recording of occupational illness shows an incident that occurred in 2019 due to chemical mishandling. The incident resulted in an inappropriate selection of chemical gloves and caused seven cases of irritant contact dermatitis in workers who injected biocide containing glutaraldehyde. The purpose of this research are to Identify and assess the magnitude of health risks through the route of skin exposure and potential irritant effects on the skin related to dermal risk factors, determining the level of hazards on the skin exposure route, and evaluating the effectiveness of risk control to obtain appropriate mitigation in the biocide injection process at PT. X upstream oil and gas production facilities. The method used in this study is observational through a descriptive semi-quantitative approach using the Dermal Risk Assessment (DREAM) and Nordic Occupational Skin Questionnaires (NOSQ 2002/SHORT) modified in six operating sites at PT. X, which has a Glutaraldehyde biocide injection process. The results showed that the level of dermal exposure at the task level site B, overall SkinW-Atask was 118.97 with a high risk level of exposure; site S has a high level of risk of extreme exposure, which is 5809.38; site C has a high level of risk of extreme exposure, which is 11864.48; site CU has a high level of risk of extreme high exposure, which is 11607.97; and site SU with manual injection has a high level of risk (492.45). Total Actual Time Weighted Dermal Exposure at Task Level (SkinW-Atask.w) during the Glutaraldehyde injection procedure in six operating sites was low at site B (18.34), moderate at site S (76.98), and high at site SU during manual processing (49.75); significant exposure risk at site C (175.02) and site CU (141.20); and extremely low exposure risk at open drain (1.75), and closed drain (4.37) SU sites. Total Actual Time Weighted Dermal Exposure at Job Level (Skinw-Ajob) in six operating sites during the Glutaraldehyde injection process has a moderate, low to extremely low risk of exposure. The calculation of the DREAM factors, in conjunction with the evaluation of other supporting factors and the modified NOSQ 2002/SHORT survey, can provide some information and a preliminary description of dermal exposure and the potential for Occupational Dermatoses (OD) that occur in the Gluataraldehyde injection process at PT. X's upstream oil and gas production facility"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matakupan, Henry Victor
"Industri Minyak dan Gas Lepas Pantai PT M Tahun 2018 Paparan kebisingan merupakan penyebab paling umum gangguan pendengaran, menyebabkan noise induced hearing loss (NIHL). Penelitian ini mengevaluasi gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising dikaitkan dengan usia, masa kerja, lama pajanan, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok, hobi berhubungan kebisingan dan penyakit Diabetes Mellitus, hyperlipidemia dan hipertensi pada pekerja. Ini adalah penelitian observational cross sectional meneliti variabel independen, variabel dependen dan variabel perancu pada waktu bersamaan. Menggunakan data sekunder perusahaan melalui pengamatan, pengukuran dan questioner. Hasil pengukuran kebisingan area berpotensi kebisingan menunjukan potensi kebisingan terendah adalah 63 dBA dan tertinggi 110, 6 dBA,tingkat kebisingan area field berkisar 84.88 - 93 dBA. Kebisingan di area nonfield tertinggi 79.5 dBA. Pajanan bising efektif di bawah 80 dBA, baik di area field maupun nonfield; 7.1% pekerja bekerja > 20 tahun, didapatkan hubungan antara masa kerja > 20 tahun, terjadinya gangguan pendengaran pekerja sebanyak 5.6%, 40.5% pekerja berusia > 40 tahun, didapatkan hubungan antara usia pekerja dengan kejadian gangguan pendengaran. 42.9% pekerja memiliki kebiasaan merokok, tidak didapatkan hubungan antara perilaku merokok dengan gangguan pendengaran. Tingkat pemakaian APT pada pekerja didapatkan sebanyak 90.5% pekerja yang selalu memakai APT, tidak ada hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran. Tidak didapatkan hubungan antara hobi dengan terjadinya gangguan pendengaran Tidak didapatkan hubungan antara status kesehatan berupa profil lipid pekerja (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), kadar glukosa darah pekerja dan tekanan darah dengan gangguan pendengaran.

Exposure to noise is the most common cause of hearing loss, leading to noise induced hearing loss (NIHL). This study evaluated hearing loss associated with noise exposure related to age, length of employment, length of exposure, the use of personal protective equipment, smoking habits, hobbies associated noise and diabetes mellitus, hyperlipidemia and hypertension in workers. This is a cross-sectional observational study examined the independent variable, the dependent variable, and confounding variables at the same time. Using the company secondary data, through observation, measurement and questionnaire. Noise measurement results indicate that the potential area of potential noise is 63 dBA as the lowest noise and the highest is 110, 6 dBA, field noise level area ranging from 84.88 - 93 dBA. Nonfield noise area 79.5 dBA. Exposure effective noise below 80 dBA, either in the field or nonfield area; 7.1% of workers worked > 20 years, working life > 20 years, the hearing loss of workers 5.6%, workers aged > 40 years 40 is 5%. 42.9% of workers have a smoking habit, not found a relationship between smoking behavior with hearing loss. HPD consumption levels in workers earned as much as 90.5% of the workers who always wear APT, there is no relationship between the use of HPD with hearing loss. There were no relationship between hobby with hearing loss. As well as no relationship found between workers health status such as lipid profile (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides), worker glucose blood levels and blood pressure with hearing loss."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>