Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175140 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fairuz Ihza Sania
"Pengalaman childhood emotional maltreatment dan self-compassion memiliki dampak pada kepuasan individu dalam hubungan romantisnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran dari childhood emotional maltreatment dan self-compassion terhadap kepuasan dalam hubungan romantis pada individu yang berada pada tahap dewasa awal. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dan korelasional dengan tipe convenience sampling. Partisipan dalam penelitian merupakan 92 laki-laki dan 385 perempuan berusia 18-25 tahun di Indonesia yang sedang menjalani hubungan romantis. Alat ukur yang digunakan adalah Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (1994), Relationship Assessment Scale (1988), dan Self-Compassion Scale (2003). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa childhood emotional maltreatment dan self-compassion memiliki hubungan yang positif dan dapat memprediksi kepuasan dalam hubungan romantis pada dewasa awal (F(2,474) = 17,46, p <0,01, R2 = 0,069). Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi instiusi terkait untuk melakukan psikoedukasi mengenai bahaya dan dampak negatif yang disebabkan oleh childhood emotional maltreatment serta pentingnya mengembangkan self-compassion yang memiliki dampak positif pada kepuasan hubungan romantis individu.

Childhood emotional maltreatment experiences and self-compassion in children have an impact on their romantic relationship satisfaction when entering the emerging adulthood phase. This study was conducted to examine the role of childhood emotional maltreatment and self-compassion in romantic relationship satisfaction among emerging adults. This study uses quantitative and correlational research methods with convenience sampling type. Participants of the study consist of 92 men and 385 women, age 18-25 years old in Indonesia who are currently in romantic relationship. The instruments used in the study are Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (1994), Relationship Assessment Scale (1988), and Self-Compassion Scale (2003). The result of multiple regression indicates that childhood emotional maltreatment and self- compassion fully have a positive relationship and can predict romantic relationship satisfaction of emerging adul (F(2,474) = 17,46, p <0,01, R2 = 0,069). This can be a consideration for related institutions to conduct psychoeducation about the dangers and negative impacts caused by childhood emotional maltreatment and the importance of developing self-compassion that has a positive impact on individual romantic relationships."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indry Nalal Iza
"Salah satu jenis kekerasan dengan kasus yang meningkat setiap tahunnya adalah kekerasan dalam berpacaran. Pengalaman buruk masa kecil diketahui menjadi salah satu faktor risiko dari kekerasan dalam berpacaran. Namun, terdapat faktor lain yang diduga dapat memoderasi hubungan antara pengalaman buruk masa kecil dan kekerasan dalam berpacaran, yaitu self-compassion. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran self-compassion sebagai moderator antara pengalaman buruk masa kecil dan kekerasan dalam berpacaran dari sudut pandang korban. Partisipan berjumlah 102 dewasa awal (77.5% perempuan, M usia = 21.9, SD = 2.012) yang sedang berada dalam hubungan berpacaran selama minimal satu tahun. Pengalaman buruk masa kecil diukur menggunakan Childhood Trauma Questionnaire Short Form (CTQ-SF), kekerasan dalam berpacaran diukur menggunakan The Revised Conflict Tactics Scale Short Form (CTS2-SF), dan self-compassion diukur menggunakan Self-Compassion Scale (SCS). Berdasarkan analisis moderasi menggunakan PROCESS Macro, ditemukan bahwa pengalaman buruk masa kecil memprediksi kekerasan dalam berpacaran secara signifikan (b = -0.303, t(97) = -2.563, p < 0.05) dan self-compassion memoderasi hubungan keduanya secara signifikan (b = 0.091, t(97) = 2.728,p < 0.05). Selain itu ditemukan pula bahwa self-compassion secara mandiri memprediksi kekerasan dalam berpacaran secara signifikan (b = -1.577, t (97) = -2.201, p < 0.05). Demikian, penelitian ini menunjukkan pentingnya peran self-compassion sebagai faktor protektif dari kekerasan dalam berpacaran.

Dating violence cases increase every year. Adverse childhood experiences is known to be one factor that causes dating violence. However, there is another factor that might moderate the correlation between adverse childhood experiences and dating violence: self-compassion. This study aims to determine the role of self-compassion as a moderator between adverse childhood experiences and dating violence from the victim's perspective. There were 102 emerging adults (77.5% female, M age = 21.9, SD = 2.012) in a dating relationship for at least one year as participants. Adverse childhood experiences was measured using the Childhood Trauma Questionnaire Short Form (CTQ-SF), dating violence was measured using The Revised Conflict Tactics Scale Short Form (CTS2-SF), and self-compassion was measured using the Self-Compassion Scale (SCS). Based on moderation analysis using PROCESS Macro, the result shows that adverse childhood experiences significantly predicted dating violence (b = -0.303, t(97) = -2.563, p < 0.05) and self-compassion significantly moderated the correlation between the two (b = 0.091, t(97) = 2.728, p < 0.05). Furthermore, self-compassion significantly predicted dating violence (b = -1.577, t(97) = -2.201, p < 0.05). Thus, this study shows the importance of self-compassion as a protective factor from dating violence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larissa Amira Giyani
"Menjalin hubungan romantis adalah salah satu tugas perkembangan yang khas dari
dewasa muda. Hubungan romantis yang memuaskan, berkaitan dengan berbagai dampak
positif dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya pola attachment. Berbagai
penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk menjelaskan mekanisme yang mendasari
hubungan yang kuat antara pola attachment dan kepuasan hubungan. Selain dipengaruhi
oleh attachment, kepuasan hubungan juga dipengaruhi oleh self-compassion yang dapat
memfasilitasi individu untuk bersikap positif di dalam hubungan romantisnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah self-compassion memediasi hubungan
antara pola attachment (avoidant dan anxious attachment) dengan kepuasan hubungan
romantis pada dewasa muda yang berpacaran. Penelitian kuantitatif ini memiliki sampel
partisipan sebanyak 441 dewasa muda (18-30 tahun). Pola attachment diukur
menggunakan Experiences in Close Relationships-Revised; self-compassion dengan Self-
Compassion Scale; dan kepuasan hubungan dengan Relationship Assessment Scale. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa self-compassion berperan sebagai mediator bagi
hubungan antara avoidant attachment dan kepuasan hubungan, namun bukan sebagai
mediator antara anxious attachment dan kepuasan hubungan. Implikasi penelitian ini
adalah pola insecure attachment memiliki dampak yang kuat pada rendahnya kepuasan
hubungan romantis.

Having a romantic relationship is one of the developmental task characteristics of young
adults. Forming a satisfying romantic relationship is related to numerous positive effects
and influence by several factors, one of them is attachment style. Previous studies have
investigated the underlying mechanism between the strong association of attachment and
relationship satisfaction. Apart from being influenced by attachment, relationship
satisfaction is also influenced by self-compassion, which facilitates individuals to act
positively in their romantic relationships. The purpose of this study is to investigate
whether self-compassion mediates the association between attachment style (avoidant
and anxious attachment) and romantic relationship satisfaction among dating young
adults. This quantitative research has 441 sample of young adults age 18-30. Attachment
style is measured with Experiences in Close Relationships-Revised; self-compassion with
Self-Compassion Scale; and relationship satisfaction with Relationship Assessment
Scale. The result of this study shows that self-compassion act as a mediator for the
association between avoidant attachment and relationship satisfaction, while not as a
mediator between anxious attachment and relationship satisfaction. The implication of
this study is that insecure attachment style has a strong negative effect towards
relationship satisfaction
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristania `Ainiyah Pandia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan kecemasan pada dewasa muda penyintas perundungan. Partisipan berjumlah 544 orang dan merupakan dewasa muda (usia 18-25 tahun) yang pernah menjadi korban perundungan pada saat SMP dan/atau SMA. Untuk memastikan bahwa partisipan benar-benar mengalami perundungan, diberikan alat ukur Multidimensional Offline and Online Peer Victimization Scale (MOOPVS) yang berfungsi sebagai seleksi atau penapis, yang mana hanya partisipan dengan tingkat perundungan sedang hingga tinggi saja yang diikutsertakan dalam penelitian. Self-compassion diukur menggunakan Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF), sementara kecemasan diukur menggunakan State-Trait Anxiety Inventory Skala Trait (STAI-T). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara self-compassion dan kecemasan pada dewasa muda penyintas perundungan. Semakin tinggi self-compassion individu, semakin rendah tingkat kecemasannya. Selain itu, ditemukan juga bahwa perempuan memiliki self-compassion yang lebih rendah dan kecemasan yang lebih tinggi daripada laki-laki.

This study was conducted to examine the correlation between self-compassion and anxiety among bullying survivors in emerging adults. Participants included 544 emerging adults (18-25 years old) who had the experience of being bullied during middle school and/or high school. To make sure all participants had bullying experience, Multidimensional Offline and Online Peer Victimization Scale (MOOPVS) was given which served as a screening tool. Only participants with moderate to high bullying experience will be included in the analysis. Self-compassion was measured with Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). Meanwhile, anxiety was measured with State-Trait Anxiety Inventory Scale Trait (STAI-T). The result indicates that there is negative and significant correlation between self-compassion and anxiety among bullying survivors in emerging adults. High self-compassion in individuals is associated with low anxiety. Women have significantly less self-compassion and more anxiety than men.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidia Annisa Hilmah
"ABSTRAK
Korban bullying usia sekolah umumnya masih merasakan berbagai dampak negatif bullying hingga dewasa. Penyayang diri dan optimisme dapat menjadi strategi koping yang tepat bagi korban untuk berkembang positif secara psikologis. Studi ini berusaha untuk melihat hubungan antara belas kasihan diri dan optimisme pada orang dewasa baru yang selamat dari perundungan sekolah (SMP dan SMA). Partisipan dalam penelitian ini adalah orang dewasa baru berusia 18-25 tahun yang lolos seleksi instrumen Multidimensional Online and Offline Peer Victimization Scale (MOOPVS) berdasarkan tingkat keparahan bullying yang dialaminya. Belas kasihan diukur menggunakan Bentuk Bentuk Pendek Skala Belas Diri Sendiri (SCS-SF) dan optimisme diukur dengan Tes Orientasi Kehidupan-Revisi (LOT-R). Melalui teknik korelasi Pearson, ditemukan bahwa di antara orang dewasa baru yang selamat dari perundungan di sekolah, belas kasihan diri secara signifikan berhubungan positif dengan optimisme (r = 0,264, p <0,01, satu sisi). Temuan ini dapat menjadi pertimbangan bagi para praktisi psikologi, khususnya yang bergerak di bidang rehabilitasi pasca bullying, untuk melakukan intervensi welas asih dan / atau berbasis optimisme.
ABSTRACT
Victims of school age bullying generally still feel the various negative effects of bullying until adulthood. Self-compassion and optimism can be the right coping strategies for victims to develop positively psychologically. This study attempted to look at the relationship between self-compassion and optimism in new adults who survived school bullying (junior high and high school). Participants in this study were adults aged 18-25 years who passed the Multidimensional Online and Offline Peer Victimization Scale (MOOPVS) instrument selection based on the severity of the bullying they experienced. Compassion was measured using the Short Form of Self-Defense Scale (SCS-SF) and optimism measured by the Revised Life-Orientation Test (LOT-R). Through the Pearson correlation technique, it was found that among new adults who survived school bullying, self-compassion was significantly positively associated with optimism (r = 0.264, p <0.01, one hand). These findings can be a consideration for psychology practitioners, especially those engaged in post-bullying rehabilitation, to carry out compassionate and / or optimism-based interventions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arianbia Menako Mangkunegara
"Berbagai studi telah dilakukan mengenai keterkaitan antara adverse childhood experiences (ACEs) dan self-compassion terhadap gejala depresi. Peran kedua variabel tersebut terhadap gejala depresi juga telah diteliti, akan tetapi penelitian yang membandingkan peran keduanya terhadap gejala depresi masih sangat terbatas, khususnya pada populasi emerging adulthood di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran pengalaman sulit di masa kecil dan self-compassion terhadap gejala depresi pada emerging adulthood. Partisipan penelitian adalah individu emerging adulthood (N=482), yang diberikan kuesioner BDI-II untuk mengukur depresi, ACEQ untuk mengukur pengalaman sulit di masa kecil, dan SCS-SF untuk mengukur self-compassion yang dilakukan secara daring. Hasil penelitian menggunakan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa baik pengalaman sulit di masa kecil maupun self-compassion berperan secara signifikan terhadap gejala depresi. Dibandingkan pengalaman sulit di masa kecil, self-compassion merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap gejala depresi. Berdasarkan hasil penelitian ini, kesadaran masyarakat tentang self-compassion perlu ditingkatkan karena dapat menjadi faktor pelindung potensial untuk gejala depresi.

Many studies have done research about the relationship between adverse childhood experiences and self-compassion as predictors to depression symptoms. The role of those two variables in depression symptoms has also been done, however studies that comparing role those two variable on depressive symptoms are still very limited, specifically, in the emerging adulthood population in Indonesia. This study aims to test the role of adverse childhood experiences and self-compassion in depression symptoms in emerging adulthood. Participants of this study were emerging adulthood individuals (N=482), who were given BDI-II questionnaire to measure depression, ACE-Q to measure adverse childhood experiences, and SCS-SF to measure self-compassion conducted online. The results of this study, using multiple linear regression, showed that both adverse childhood experiences and self-compassion have a significant role in depression. Compared to adverse childhood experiences, self-compassion is the stronger predictor in depression symptoms. According to the results of this study, public awareness of self-compassion needs to be raised as it can be a potential protective factor for depression symptoms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Devina Arviani Putri
"Gangguan depresi digolongkan oleh WHO sebagai kontributor tunggal terbesar untuk disabilitas global dengan tingkat prevalensi yang tinggi. Lebih spesifik, tahap transisional perkembangan dari remaja menuju dewasa, atau disebut sebagai emerging adulthood, merupakan kelompok usia tertinggi yang beresiko mengalami depresi sehingga diperlukan intervensi yang sesuai. Meskipun terdapat beberapa faktor yang dapat mencegah depresi, penelitian ini menjadikan faktor protektif self-compassion sebagai fokus utama. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara self-compassion dan depresi melalui peran mediasi regulasi emosi adaptif dan maladaptif pada emerging adulthood. Populasi dalam penelitian ini merupakan emerging adulthood berusia 18-25 tahun yang berdomisili di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pendekatan kuantitatif yakni dengan menyebarkan kuesioner secara daring kepada 385 partisipan. Kuesioner yang digunakan antara lain SCS-SF untuk mengukur tingkat self-compassion, BDI untuk mengukur tingkat depresi, dan CERQ untuk melihat cara individu dalam mengatur emosinya setelah mengalami peristiwa negatif. Hasil analisis statistik korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-compassion dan depresi. Hasil analisis multiple mediation regression juga menunjukkan bahwa terdapat efek mediasi parsial dari regulasi emosi adaptif dan maladaptif yang signifikan pada hubungan antara self-compassion dan depresi tersebut. Disarankan perlunya pengembangan self-compassion dan strategi regulasi emosi adaptif untuk mengurangi tingkat depresi pada populasi emerging adulthood.

Depression is classified by WHO as the single largest contributor to global disability with a high prevalence rate. More specifically, the transitional stage of development from adolescence to adulthood, or known as emerging adulthood, is the highest age group at risk for depression, thus appropriate intervention is needed. Although there are several factors that can prevent depression, this study makes protective factor of self-compassion as the main focus. Therefore, this study aims to investigate the relationship between self-compassion and depression through the mediating role of adaptive and maladaptive emotional regulation in emerging adulthood. The population in this study are emerging adulthoods aged 18-25 years who live in Indonesia. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 385 participants. The questionnaires used include SCS-SF to measure the level of self-compassion, BDI to measure the level of depression, and CERQ to see how individuals manage their emotions after experiencing negative events. The results of the correlation statistical analysis show that there is a significant negative relationship between self-compassion and depression. In addition, the results of multiple mediation regression analysis also show that there is a significant partial mediation effect of adaptive and maladaptive emotional regulation on the relationship between self-compassion and depression. Thus, it is suggested the need to develop self-compassion and adaptive emotional regulation strategies to reduce depression rates in emerging adulthood populations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Maharani Octavia
"Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental dengan kasus yang paling banyak muncul pada individu dewasa muda. Di masa ini individu harus melewati banyak tuntutan perkembangan yang dapat memberikan tekanan dan distress psikologis. Childhood maltreatment yang dapat muncul dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional, pengabaian fisik, dan pengabaian emosional sebelumnya telah terbukti dapat menjadi faktor risiko dari depresi yang dialami oleh individu dewasa muda. Pada penelitian ini, penulis bertujuan untuk menguji kemampuan childhood maltreatment dalam memprediksi kemunculan depresi pada individu dewasa muda. Penulis mendapatkan 192 partisipan yang berusia 18–25 tahun yang tersebar di 19 provinsi yang ada di Indonesia. Depresi diukur menggunakan The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) dan childhood maltreatment diukur menggunakan Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF). Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa childhood maltreatment berperan secara signifikan terhadap kemunculan depresi pada individu dewasa muda (R² = 0,382, F(1, 190) = 117,616, p < 0,05). Penulis melakukan diskusi dan memberikan saran pada bagian akhir skripsi.

Depression is one of the most prevalent mental health disorders affecting young adults. During this stage, individuals must navigate numerous developmental demands that can lead to psychological pressure and distress. Childhood maltreatment, which manifest as physical abuse, sexual abuse, emotional abuse, physical neglect, and emotional neglect, has been established as a risk factor for depression experienced by young adults. The current study aims to assess the predictive ability of childhood maltreatment regarding the presence of depression in young adults. The study included 192 participants aged 18–25 years, distributed across 19 provinces in Indonesia. Depression was measured using The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), while childhood maltreatment was assessed using the Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF). The results of linear regression analysis indicate that childhood maltreatment significantly contributes to depression in young adults (R² = 0.382, F(1, 190) = 117.616, p < 0.05). The author concludes with discussions and provides suggestions at the end of the thesis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Savitri Adriani
"Perceraian orang tua memberikan dampak negatif berkepanjangan pada anak hingga ia dewasa. Salah satunya adalah rendahnya psychological well-being (PWB) anak. Self-compassion (SC) dianggap mampu meningkatkan PWB. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara SC dan PWB pada dewasa awal dengan orang tua bercerai. PWB diukur menggunakan alat ukur Ryff’s Scale of Psychological Well-Being, sedangkan SC diukur menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale-Short Form. Jumlah partisipan yang diperoleh adalah 210 partisipan. Hasil korelasi menunjukkan terdapat hubungan antara SC dan PWB pada dewasa awal dengan orang tua bercerai, (r(N=210)=0.680,p<0.01, two tailed). Perbedaan rata-rata skor signifikan ditemukan pada variabel PWB pada jumlah pengeluaran keluarga.

Divorce of parents have a prolonged negative impact on the child until they become an adult. One of them is the low psychological well-being (PWB) in emerging adults. Self-compassion (SC) is considered capable of increasing PWB. This study aims to explore the relationship between SC and PWB in emerging adults with divorced parents. PWB is measured using the Ryff’s Scale of Psychological Well-Being, while SC is measured using the Self-Compassion Scale-Short Form. Total of participants obtained was 210 participants. Results show that there was a significant relationship between self-compassion and psychological well-being in emerging adults with divorced parents, (r (N = 210) = 0.680, p <0.01, two tailed). Significant mean differences in scores were only found in the psychological well-being variable in the demographic data section on family expenditure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilma Ramadina
"Perceraian orang tua dapat berdampak pada anak hingga dewasa. Salah satunya berdampak pada sikap terhadap pernikahan individu. Self-Compassion (SC) sebagai faktor internal yang positif diduga memiliki hubungan dengan sikap terhadap pernikahan pada usia dewasa awal yang orang tuanya bercerai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Self-Compassion (SC) dan Attitudes Toward Marrigae (ATM) pada masa dewasa awal (18-25 tahun) dengan orang tua bercerai. Total peserta yang diperoleh sebanyak 210 peserta. Pengukuran SC dilakukan dengan menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). sedangkan pengukuran ATM dilakukan dengan menggunakan alat ukur Marital Attitudes Scale (MAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif (r= 0,408; p= <0,01) antara SC dan ATM pada dewasa awal dengan orang tua bercerai. Artinya, semakin tinggi SC pada masa dewasa awal yang orang tuanya bercerai, semakin positif ATM tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa enam komponen SC (self-kindness, common kemanusiaan, mindfulness, self-judgment, isolasi, over-identification) memiliki hubungan yang signifikan dengan ATM. Terdapat perbedaan skor rata-rata SC jika dilihat dari data demografi masyarakat yang tinggal bersama peserta saat ini.
Divorce of parents can have an impact on children to adulthood. One of them has an impact on attitudes towards individual marriage. Self-Compassion (SC) as a positive internal factor is thought to have a relationship with attitudes towards marriage in early adulthood whose parents are divorced. This study was conducted to determine the relationship between Self-Compassion (SC) and Attitudes Toward Marrigae (ATM) in early adulthood (18-25 years) with divorced parents. The total participants obtained were 210 participants. SC measurements were performed using the Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF) measuring instrument. while ATM measurements were performed using the Marital Attitudes Scale (MAS) measuring instrument. The results showed that there was a significant and positive relationship (r= 0.408; p= <0.01) between SC and ATM in early adulthood with divorced parents. That is, the higher the SC in early adulthood whose parents divorced, the more positive the ATM was. The results also showed that the six components of SC (self-kindness, common humanity, mindfulness, self-judgment, isolation, over-identification) had a significant relationship with ATM. There is a difference in the average SC score when viewed from the demographic data of the people living with the current participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>