Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83856 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Allam Ubaidillah
"Pergerakan pernafasan manusia, sesuai dengan mengembang dan mengempisnya paru-paru mengakibatkan bergerany tumor ke arah sumbu x, y, dan z dengan asumsi mereka adalah arah sumbu Inferior-Superior, kiri-kanan, dan Anterior-Posterior. Selain bergerak secara linear, tumor juga berputar dengan sudut putar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengimprovisasi sistem gerak pada fantom toraks dinamik in-house dengan mengambahankan satu buah arah gerak menggunakan tiga buah stepper motor. Sehingga dilakukan rancang bangun sistem penggerak fantom toraks dinamik in-house dengan 3 degree of freedom. Hasil verifikasi sistem penggerak memperlihatkan bahwa ketiga jenis stepper motor, yang digunakan cocok, layak, dan cukup presisi untuk digunakan sebagai alat penggerak. Jika dibandingkan dengan literatur, alat penggerak yang digunakan cukup berbeda karena berbeda ukuran ulir dan besarnya gear of ratio.

The movement of respiration on human according to their lungs expansion and deflation results in the movement of tumor in x, y, and z axis, with assumption that they move in Superior-Inferior, Left-Right, and Anterior-Posterior axis, respectively. Other than linear movement, tumor could also move rotationally. The purpose of this study is in improvisation the system movement on Dynamic Thorax Phantom In-house by adding new type of movement with the help of three stepper motor. Therefore, this study is going to design and create system movement for Phantom Thorax Dynamic In-house with 3 degree of freedom. The results of the verification of the systems shows that all three stepper motors are suitable and precise enough to be used in this new systems. If the results are compared by literature that are used, there might be difference in how much steps are required to create a certain amount of movement, this happen because of the different type of stepper motor that are used with different kind of lead gear and gear of ratio."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Hidayanti Wulansari
"ABSTRAK
Dosis di atau dekat interface massa sulit diprediksi secara akurat oleh treatment planning system (TPS) yang menggunakan algoritma perhitungan dosis sederhana. Kesalahan prediksi ini dapat menyebabkan dosis yang diserap massa mengalami kenaikan atau penurunan. Selain kesalahan prediksi dosis di interface massa, adanya gerak pada saat penyinaran berlangsung juga dapat menyebabkan dosis yang diterima massa berubah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan verifikasi dosis di interface massa hasil perencanaan TPS Pinnacle3 dengan algotitma adaptive cone convolution terhadap hasil pengukuran langsung menggunakan film Gafchromic EBT3. Verifikasi dilakukan pada fantom CIRS statik dan dinamik amplitudo gerak 5 mm, 10 mm, dan 20 mm yang dipindai menggunakan teknik fast CT dan slow CT. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa, algoritma adaptive cone convolution sebagian besar menaksir dosis lebih rendah -0,63% hingga 9,14% untuk pemindaian fast CT dan 0,16% hingga 19,80% untuk pemindaian slow CT di titik interface massa fantom statik. Pada fantom dinamik, algoritma menaksir dosis lebih tinggi hingga -89% untuk hasil pemindaian fast CT dan beragam mulai -16,51% hingga 40,51% untuk hasil pemindaian slow CT. Perbedaan dosis yang diterima interface massa ini menyebabkan dosis yang diterima massa mengalami penurunan pada hasil pemindaian fast CT, kecuali amplitudo gerak 10 mm, dan mengalami kenaikan pada hasil pemindaian slow CT untuk amplitudo gerak fantom yang semakin besar

ABSTRACT
In lung cancer cases, the Treatment Planning System (TPS) difficult predict the dose at or near mass interface. This error may affect the minimum or maximum dose received by lung cancer. In addition, the error of the target dose also increased during radiotherapy for target motion. The objectives of this work to verify dose plan at mass interface calculated by adaptive cone convolution algorithm in Pinnacle3. The measurements were done using Gafchromic EBT 3 film in static and dynamic CIRS phantom with amplitude in superior-inferior motion of 5 mm, 10 mm, and 20 mm. Static and dynamic phantom scanned with fast CT and slow CT before planned. The results show that adaptive cone convolution algorithm mostly predict mass interface dose lower than measured dose -0,63% to 8,37% for static phantom in fast CT scanning and -0,27% to 15,9% for static phantom in slow CT scanning. On dynamic phantom, algorithm was predict mass interface dose higher than measured dose up to -89% for fast CT and varied from -16,51% until 40,51% for slow CT. This interface dose differences causing the dose mass decreased in fast CT, except 10 mm motion amplitude, and increased in slow CT for greater amplitude of motion"
2016
T46475
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaniela Stenyfia
"Verifikasi dosis TPS (Treatment Planning System) mutlak diperlukan sebagai suatu pelaksanaan progam jaminan kualitas Radioterapi. Sebagian besar jaminan kualitas dosis dilakukan didalam area radiasi, sedangkan pemantauan dosis organ kritis berada diluar area radiasi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan verifikasi TPS untuk dosis organ kritis (ginjal, caput femur, ovarium, dan vagina) menggunakan linac dan TPS milik RSPP. Simulasi pengukuran dosis dilakukan dengan memberikan perlakuan radioterapi area pelvis box field pada rando phantom (SAD 100 cm, foton 10 MV) serta menggunakan TLD sebagai dosimeter. Dosis simulasi akan dijadikan acuan untuk memverifikasi dosis TPS. Berdasarkan verifikasi tersebut diperoleh hasil bahwa kalkulasi dosis TPS sesuai untuk organ kritis caput femur, ovarium, dan vagina, dengan persen error kurang dari 5%. Sedangkan untuk organ kritis ginjal, kalkulasi TPS tidak sesuai dikarenakan persen error yang mencapai 17% untuk lapangan B dan 90% untuk lapangan A yang berukuran lebih kecil dari lapangan B. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengambilan data penumbra untuk mengetahui batas kemampuan kalkulasi TPS yang dimiliki.

Verification of TPS`s (Treatment Planning System) dose calculation is necessary as a program of quality assurance (QA) for radiotherapy. Most proccess of QA are infield, while evaluation for organ-at-risk (OAR) dose is outfield. Based on that, verification of TPS`s dose had been done for OAR (kidney, femoral head, ovary, and vagina) using linac and TPS at RSPP. Simulation for dose measurement was done by giving pelvic area radiotherapy (box field, SAD 100 cm, photon 10 MV) to rando phantom and using TLD as a dosimetry. Simulation`s dose would be used as the reference to verify TPS`s dose. Based on that, the result show that dose calculation of TPS was appropriate for femoral head, ovary, and vagina, that`s because percent error was less than 5%. Whereas for kidney, the calculation wasn`t appropriate because percent error reached 17% for field B and 90% for field A that has size smaller than field B. Penumbra`s data also had been taken in this research, to find out the limit of TPS`s calculation."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Azzi
"Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi dosis radiasi radioterapi pada kasus kanker payudara dan kanker nasofaring (KNF). Percobaan dilakukan dengan menggunakan Linac Varian Trilogy radiasi foton berenergi 6 MV. Detektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah film gafchromic, MatriXX 2D array, TLD, dan EPID. Film gafchromic dan TLD ditempatkan dalam phantom rando untuk mengevaluasi distribusi dosis pada volume target, sedangkan untuk mendapatkan hasil registrasi film gafchromic dan MatriXX 2D array ditempatkan dalam Multi Cube, dan dilakukan juga penyinaran pada EPID. Hasil perbedaan distribusi dosis teknik IMRT dan VMAT antara film dengan dosis preskripsi TPS pada KNF PTV70 adalah 6,87% dan 8,55%, pada KNF PTV50 adalah 14,43% dan 4,65%, sedangkan pada kanker payudara 11,98% dan 12,10%. Perbedaan nilai dosis antara TLD dengan dosis preskripsi TPS teknik IMRT dan VMAT pada KNF PTV50 sebesar 1,76% dan 1,60%, dan pada kanker payudara sebesar 7,06% dan 3,36%. Selisih perbedaan nilai gamma indeks teknik IMRT dan VMAT pada KNF sebesar -0,09% dan -1,65% antara film dan MatriXX, dan 5,13% dan 1,43% antara film dengan EPID. Pada kanker payudara selisih perbedaan nilai gamma indeks teknik IMRT dan VMAT sebesar 0,51% dan 0,19% antara film dengan MatriXX, dan 2,28% dan 4,38% antara film dengan EPID. Verifikasi dosis radioterapi dan registrasi citra pada kasus kanker payudara dan KNF dapat dilakukan menggunakan film gafchromic, TLD, MatriXX 2D array, dan EPID.

This study was aimed to verify the radiation dose in the case of breast cancer and nasopharyngeal carcinoma (NPC). The experiments were performed using a Varian Trilogy Linac at 6 MV photon radiation and gafchromic films, Matrixx 2D Array, TLD, and EPID detectors. Gafchromic films and TLD were inserted into rando phantom to measures the dose on target volume and organ at risk. In order to evaluated the gamma index, gafchromic films and Matrixx 2D array were placed in the Multi Cube, and was irradiated with EPID in position. Results of the dose distribution differences on IMRT and VMAT between film and TPS on NPC PTV70 was 6.87% and 8.55%, the NPC PTV50 was 14.43% and 4.65%, and for breast cancer was 11,98% and 12,10%. The dose differences between TLD and TPS on IMRT and VMAT for NPC PTV50 was 1.76% and 1.60%, and the breast cancer was 7.06% and 3.36%. Gamma index differences on IMRT and VMAT technique on NPC was -0.09% and -1.65% between film and MatriXX, and 5.13% and 1.43% between films and EPID. In breast cancer the gamma index differences on IMRT and VMAT was 0.51% and 0.19% between films and MatriXX, and 2.28% and 4.38% between films and EPID. Radiotherapy dose verification and image registration for breast cancer and NPC was done using gafchromic film, TLD, MatriXX 2D array, and EPID."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2015
S59859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
"Pada Radioterapi eksterna untuk menjamin ketepatan pemberian dosis terhadap target radiasi perlu dilakukan verifikasi sebelum dilakukan penyinaran. Verifikasi dosis yang sebenarnya diterima oleh target radiasi hanya dapat dilakukan dengan metode in vivo.Verifikasi metode in vivo ini dilakukan dengan meletakan dosimeter dioda langsung diatas permukaan virtual water phantom, sedangkan sebagai dosimeter pengontrol digunakan dosimeter ionisation chamber yang diletakan pada tiap-tiap kedalaman target pengukuran. Tujuan dilakukanya verifikasi dosis in vivo adalah untuk mengetahui kesesuaian antara dosis yang sebenarnya diterima target radiasi dengan dosis yang direncanakan, sehingga target radiasi tidak mengalami kelebihan dosis ataupun kekurangan dosis. Pada tahap pertama, verifikasi dilakukan pada lapangan persegi tanpa blok dengan variasi luas lapangan, energi penyinaran, jarak dari sumber ke target, serta kedalaman target radiasi. Perhitungan Monitor Unit dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan TPS. Pada tahap kedua, dilakukan verifikasi pada lapangan dengan blok Multi Leaf Collimator dengan variasi energi penyinaran. Dari 60 lapangan persegi yang telah diverifikasi, dosimeter dioda mencatat perbedaan dosis terukur terhadap dosis yang direncanakan dalam rentang ± 2,5%, sedangkan dari verifikasi terhadap 6 lapangan dengan blok MLC dihasilkan perbedaan dosis terukur terhadap dosis yang diharapkan dalam rentang ± 3,5%. Hasil ini masih dalam rentang toleransi yang diperbolehkan sehingga penghitungan Monitor Unit untuk setiap lapangan sudah benar.

To obtain pricise dose delivery on target radiation, dose verification is performed before starting external beam radiation therapy. The actual dose received by radiation target can only be evaluated using in vivo methode. In this research in vivo methode is done by putting diode dosimeter on virtual water phantom, and as control dosimeter, ionisation chamber, is put on each depth variation. The aim of external beam dose verification is to verify wether the actual dose received by radiation target has met with the planned dose, so that radiation didnot experience under dose or over dose. In the first phase dose verification is done using open beam with variation of field sizes, beam energy, SSD ,and depth. Monitor unit calculation is done manually, and using 2D PRICISE Treatment Planning System. In the second phase dose verification is done using block field with beam energy variation. Result, from 6o open beam fields there are ± 2,5% dose difference between actual and planned dose, and from verification of 6 fields using MLC block there are ± 3,5% dose difference between actual and planned dose. These results are still on the range of tolerance. These results showed that monitor unit calculation either manually or using TPS are correct."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rizki Setiadi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan algoritma untuk verifikasi distribusi dosis dua dimensi berdasarkan citra Gafchromic Film EBT2. Kalibrasi dan percobaan dilakukan dengan menggunakan Varian Clinac Trilogy, Inc. Film yang telah disinar kemudian dipindai menggunakan scanner Epson Perfection V700 ke dalam format tagged image file (.TIFF ) dengan 300 dpi dan RGB 48 bit yang kemudian dianalisis dengan menggunakan algoritma in-house.
Lima kasus perencanaan IMRT yang dihitung TPS Eclipse ver.10 digunakan untuk mengevaluasi algoritma dosimetri film. Sebagai perbandingan, film dan MATRIXX diletakkan ke dalam tempat yang tersedia pada phantom multi Cube pada isosenter dengan SAD 100 cm dan ketebalan multi Cube 11 cm.
Untuk memvalidasi keakuratan algoritma in-house, dilakukan pengukuran distribusi dosis pada sudut gantri tetap di 0o dan sudut gantri sesuai perencanaan. Selain itu, dilakukan evaluasi dengan membandingkan gamma indeks dari film dosimetri dan MatriXX.
Hasilnya didapatkan rerata perbedaan dosis pada titik isosenter pada film yang dibandingkan dengan perhitungan TPS yakni sebesar 4.9 % untuk penyinaran sudut gantri sesuai perencanaan 2.6 % untuk sudut tetap 0o. Perbedaan gamma indeks untuk detektor 2D array Matrixx, yang diolah dengan software OmniPro I'mRT, dibandingkan film dosimetri didapatkan sebesar -0.85 % untuk penyinaran pada sudut gantri tetap 0o dan -4.53 % untuk sudut gantri sesuai perencanaan.

This study was aimed to develop and implement in–house algorithm to verify two-dimensional dose distribution based on Gafchromic film EBT2. The calibration and experiments were done using Clinac Varian Trilogy, Inc. The exposed films were scanned using Epson Perfection V700 scanner into the tagged image file format (.TIFF) with 300 dpi and RGB 48 bit and then analyzed using in-house algorithm.
Five cases IMRT planning which was calculated TPS Eclipse ver. 10. are used for evaluated the film dosimetry algorithm. For comparison, film and MatriXX were laid in the space on the Multi Cube phantom at the isocenter with SAD 100 cm and 11 cm Multi Cube thickness.
To verify the accuracy of in-house algorithm, we measured the dose distribution for fixed gantry angle of 0o and real gantry irradiation. Furthermore, we evaluated and compared the gamma index of film dosimetry and detector measurements.
The result is the average of dose differences at isocenter point on the film compared to TPS calculation spans of 4.9 % and 2.6 % for real gantry irradiation and fixed angle 0o irradiation, respectively. On the other hand, differences of gamma index for 2D array Matrixx detector OmniProI'mRT software compared to film dosimetry was found at -0.85 % and -4.53 % for fixed 0o gantry angle and real gantry planning irradiation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iva Nistiyanti
"

Pada terapi radiasi, foton energi tinggi  diatas energi 10 MV dapat memproduksi neutron. Dosis neutron yang kecil dapat memberikan efek biologi pada tubuh pasien dalam jangka panjang dengan resiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dosis neutron ( Non Small Cell Lung Cancer- NSCLC) untuk target bergerak dan target tidak bergerak. Dosis neutron diukur dengan menggunakan TLD 600(Lif:Mg,Ti) dan TLD 100 (Lif:Mg,Ti) di dalam target tumor dan sumsum tulang belakang sebagai organ berisiko (OAR). Dalam penelitian ini, kami menggunakan phantom  thoraks dinamik in-house yang dapat dipindahkan secara translasi dan rotasi dalam amplitudo  5, 10, dan 15 mm. Kalibrasi TLD dibagi menjadi dua proses. Pertama, TLD 600 dan TLD 100 diiradiasi dengan menggunakan sumber Gamma 60Co untuk menentukan faktor koreksi pembacaan neutron-gamma. Kedua, TLD 600 terpapar dengan menggunakan 252Cf yang memancarkan neutron untuk mendapatkan faktor kalibrasi. Selain itu, kami mengekspos phantom pada teknik 3DCRT, IMRT, dan VMAT dengan energi sinar foton 15 MV. Hasil pengukuran penelitian dengan perhitungan menggunakan faktor kalibrasi termal menunjukkan rata-rata kenaikkan distribusi dosis target tumor pada amplitudo dengan teknik 3DCRT diperoleh masing-masing kenaikkan 9%, 34%, 68%. Sementara pada teknik IMRT diperoleh masing-masing kenaikkan 2%, 25%, 70%. Pada teknik VMAT diperoleh masing-masing kenaikkan 3%, 8%, 54% berturut-turut, semua pada pergerakan dengan amplitudo 5, 10 ,dan 15 mm terhadap statik. Hasil pengukuran penelitian dengan perhitungan menggunakan faktor kalibrasi termal menunjukkan rata-rata kenaikkan distribusi dosis spinal cord pada amplitudo dengan teknik 3DCRT diperoleh masing-masing kenaikkan 15%, 30%, 46%. Sementara pada teknik IMRT diperoleh masing-masing kenaikkan 10%, 15%, 42%. Pada teknik VMAT diperoleh masing-masing kenaikkan 8%, 17%, 30% berturut-turut, semua pada pergerakan dengan amplitudo 5, 10, dan 15 mm terhadap statik. Penilitian ini menunjukkan bahwa distribusi dosis neutron pada target tumor dan sumsum tulang belakang sebagai organ sehat meningkat dengan kenaikkan amplitudo. Sementara rata rata teknik VMAT memberikan dosis  neutron tinggi dari semua teknik iradiasi.

 


In radiation therapy, the high energy photon above 10 MV could produce neutron. The dose of small neutron tends to cause biological effect in patient’s body in a long term with high risk. The study aims to find out the distribution of neutron dose (Non Small Cell Lung Cancer - NSCLC) for the moving and non-moving target of tumor. The neutron dose was measured by using TLD 600(Lif: Mg,Ti) and TLD 100 (Lif: Mg.Ti) inside of tumor target and spinal cord as organs at risk (OAR). The study used In-House Dynamic Thorax phantom movable in translation and rotation within the amplitude of 5, 10, and 15 mm. The calibration of TLD was divided in two processes. First, TLD 600 and TLD 100 were got radiation by using the source of Gamma 60Co  to determine the correction factor of neutron-gamma reading. Second, TLD 600 was exposed by using 252Cf emitting neutron to obtain calibration factor. Moreover, the phantom was irradiated by the techniques of 3DCRT, IMRT, and VMAT using 15 MV. The results of the study measurements with calculations using thermal calibration factors show the average increase in the distribution of tumor target doses at amplitude with the 3DCRT technique obtained respectively an increase of 9%, 34%, 68%. Besides that, the IMRT technique was obtained by each increase of 2%, 25%, 70%. In the VMAT technique each increases is 3%, 8%, 54% respectively. All of the increases were in the movements of amplitude of 5, 10, and 15 mm to static.  The results of measurements of study with calculations using thermal calibration factors show the average increase in the distribution of spinal cord doses in amplitude with the 3DCRT technique obtained each increase of 15%, 30%, 46%. Then, the IMRT technique was obtained by each increase of 10%, 15%, 42%. In the VMAT technique, each increases 8%, 17%, 30% respectively. All of the increases were in the movements of amplitude of 5, 10, and 15 mm to static. This study gives conclusion that the distribution of neutron doses on target tumors and spinal cord as healthy organs increases along with the  increase of amplitude movemrnts. Besides that, the average VMAT technique provides high neutron doses of all irradiation techniques.

 

"
2019
T55105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Arya
"Pemilik akun login umumnya sering mengalami kesulitan dalam mengatasi ketika akunnya dibobol oleh orang lain, bahkan untuk orang awam mereka tidak tahu kalau akun logi yang dia miliki telah dibobol orang lain. Kurangnya pengetahuan
terhadap keamanan jaringan menimbulkan permasalahan yang banyak dialami oleh pemilik akun login yang minim pengetahuannya terhadap keamanan jaringan mulai dari aktifitas sehari-hari sampai masalah pendidikan. Salah satu solusi untuk membantu permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan teknik keamanan jaringan dan menerapkan teknologi SMS gateway. Dalam implemenentasi system bantuan tersebut, penelitian ini difokuskan pada perancangan pengguna system bantuan pemilik akun login dan pengembangan sistem akun login berbasis SMS gateway. Perancangan pengguna sistem bantuan pemilik akun login serta pembuatan system tertanam. Perancangan pengguna system bantuan pemilik akun login berbasis SMS gateway diimplementasikan menggunakan GAMMU . Pengujian dilakukan berbasis web yang menggunakan PHP. Analisis pengujian system ini membuktikan bahwa penerapan metode berbasis SMS gateway untuk system pemilik akun login memberikan hasil akurasi tinggi dengan persentase 100% dari 10 kali pengujian. Metode pelumpuhan akses login memberikan hasil yang optimal untuk menolak akses login illegal.

Login account owner generally often have difficulty in overcoming compromised when their account by others, even to the layman they do not know if the account logy that he had been broken into someone else. lack of knowledge cause network security problems experienced by owners login account minimal knowledge of network security ranging from everyday activities to educational problems. One solution to help this problem is to use network security techniques and technologies apply the SMS gateway. In implemenentasi aid system, this research focused on designing user login account owner of the aid system and the development of systems-based SMS gateway account login. The design of the system user login account owner assistance and manufacture of embedded systems. Design aid system users login account owner based SMS gateway is implemented using Gammu. Web-based testing is done using PHP. Analysis of system testing is to prove that the application of methods based SMS gateway for system login account owner provide high accuracy results with the percentage of 100% of the test 10 times. Disabling login access method to provide optimal results to deny access to illegal logging."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S57448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaya Umaya
"Pemberian radiasi bertujuan untuk mengontrol penyebaran sel kanker dan mencegah kerusakan terhadap jaringan normal. Berkas elektron dipilih karena penetrasi radiasinya dapat dikontrol dengan energi tertentu. Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi dosis hingga ke paru melalui simulasi perlakuan kanker payudara postmastectomy pada fantom rando dengan berkas elektron 6 MeV menggunakan TLD dan film gafChromic EBT2 untuk lapangan 6x6 cm2, 10x10 cm2 dan 14x14 cm2.
Hasil pengukuran TLD yang dibandingkan dengan kalkulasi TPS menunjukkan perbedaan dosis untuk lapangan 6x6 cm2 sebesar 81,6 cGy pada kedalaman 2,7 cm sedangkan lapangan 10x10 cm2 dan 14x14 cm2 perbedaan maksimum terjadi di kedalaman 2,8 cm berturut-turut 80,36 cGy dan 89,7 cGy. Sedangkan simulasi pengukuran menggunakan film untuk lapangan 6x6 cm2, 10x10 cm2 dan 14x14 cm2 perbedaan maksimum terjadi pada kedalaman 3,3 cm berturut-turut 14,1%, 13,5% dan 22,4 %.
Ketelitian perhitungan dosis dengan terapi elektron sangat kurang disebabkan data inhomogenitas jaringan belum dimasukkan dalam TPS. Dampak dari perbedaan hasil pengukuran PDD paru yang lebih tinggi pada TLD dan film mengakibatkan dosis paru lebih tinggi dari dosis preskripsi dalam perlakuan radioterapi ini yang berarti paru akan menerima overdose.

The aims of radiation are controlling the spread of cancer cells and prevent damage to normal tissue. Electron beam radiation chosen because of penetration can be controlled with a certain energy. This study aimed to determine the dose distribution to the lungs through simulation postmastectomy breast cancer treatment at rando phantom with a 6 MeV electron beam using TLD and gafChromic EBT2 films for field 6x6 cm2, 10x10 cm2 and 14x14 cm2.
TLD measurement results are compared to TPS calculation show the differences dose for 6x6 cm2 field of 81.6 cGy at a depth of 2.7 cm while the field of 10x10 cm2 and 14x14 cm2 maximum difference occurs at a depth of 2.8 cm respectively 80.36 cGy and 89.7 cGy. While simulation measurement used film for 6x6 cm2, 10x10 cm2 and 14x14 cm2 field, the maximum difference 14.1%, 13.5% and 22.4% occurred at a depth of 3.3 cm. Therapeutic dose calculation accuracy is very less due to inhomogenity data have not been included in the TPS network.
The impact of differences in the results of measurements of higher lung PDD at TLD and film result in higher lungs doses of prescription dose in the radiotherapy treatment, which means that the lungs will receive overdose.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrial Male
"ABSTRAK
Elektron biasanya digunakan untuk pengobatan kanker payudara sebagai dosis
tambahan. Pengukuran dosis yang diterima pasien pada rentang energi 6 MeV, 10
MeV dan 12 MeV dari kepala linac, lapangan aplikator 14 x 14 cm2, SSD 95 cm
disimulasikan. Dosis pada paru disimulasikan dengan sistem EGS monte carlo.
Distribusi dosis yang dikalkulasi dengan teknik monte carlo berbeda dengan hasil
TPS. Hal ini karena adanya koreksi dari densitas jaringan (inhomogenitas)
disekitar paru pada simulasi monte carlo sedangkan pada kalkulasi TPS ISIS tidak
memperhitungkan hal tersebut. Dosis 10% di paru hasil kalkulasi simulasi monte
carlo diperoleh pada kedalaman 4.22 cm sedangkan pada TPS 2.98 cm untuk
energi 6 MeV. Sedangkan untuk 10 MeV dan 12 MeV dosis 10% untuk simulasi
monte carlo dan TPS berutur-turut adalah 4.69 cm, 5.72 cm dan 5,79 cm dan 6.95
cm.

ABSTRACT
Treatment option by using electron beam is always done after surgery as booster
doses. Dose measurement in patient lung in energy range 6 MeV, 10 MeV and 12
MeV, filed size 14 x 14 cm2 and SSD 95 cm was simulated. The modelings in
Monte Carlo simulation are modeling treatment head and water phantom by using
BEAMnrc and DOSXYZnrc based on EGSnrc codes. The result from
measurement and simulation is diffrent because correction factors of
inhomogenity lung not included in the TPS ISIS. Depth Dose 10% in lung from
calculation with monte carlo simulation is 4.22 cm and TPS is 2.98 cm with
energy of 6 MeV. For energy of electron 10 MeV and 12 MeV, depth dose 10%
from simulation monte carlo and TPS 4.69 cm, 5.72 cm and 5,79 cm, 6.95 cm."
2012
T30854
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>