Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185193 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alma Shafira Salsabila
"Kota Jakarta Timur merupakan kota yang memiliki jumlah penduduk bekerja tertinggi di Provinsi DKI Jakarta. Adanya pemberlakuan bekerja di rumah (work from home) atau bekerja jarak jauh (telecommuting) saat adanya pandemi COVID-19 membuat perbedaan lingkungan fisik kerja karyawan saat bekerja di rumah dan di kantor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan lingkungan fisik yang bekerja di rumah dan di kantor, serta mengetahui hubungan lingkungan fisik terhadap kinerja karyawan yang bekerja jarak jauh. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik kerja karyawan dan kinerja kerja karyawan. Metode yang digunakan adalah analisis keruangan dan analisis statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lingkungan fisik sebesar 63% yang terdiri dari perbedaan tingkat 1 sebesar 61% dan perbedaan tingkat 2 sebesar 2%. Hasil uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya hubungan antara lingkungan fisik kerja dengan kinerja kerja karyawan signifikan pada taraf nyata 5%. Lingkungan fisik karyawan yang bekerja di rumah dan di kantor yang tidak memiliki perbedaan rata-rata berada tepat di dekat jaringan jalan. Sedangkan untuk kinerja kerja karyawan yang bekerja di rumah dan di kantor yang tidak memiliki perbedaan kebanyakan berada tidak tepat di jaringan jalan.

East Jakarta City is a city with the highest number of working populations in DKI Jakarta Province. The implementation of working at home or working remotely (telecommuting) during the COVID-19 pandemic has made a difference to the physical work environment of employees while working at home and at the office. This study aims to determine the differences in the physical environment at home and in the office, as well as to determine the effect of the physical environment on the performance of employees who work remotely. The variables used in this study are the employee's physical work environment and employee work performance. The method used is spatial analysis and Chi-Square statistical analysis. The results showed that there was a difference in the physical environment of 63% consisting of a difference in level 1 of 61% and a difference in level 2 of 2%. The results of statistical tests conducted indicate that there is a significant relationship between the physical work environment and employee work performance at the 5% level of significance. These employees whose physical work environments are in their homes and in the office that does not differ is on average are near main road networks. As for the work performance of employees who work at home and in the office, which have no difference, most of them are not near main road networks."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S8646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Indra Melani
"Pelecehan seksual diartikan sebagai perhatian atau tindakan seksual yang tidak diinginkan, yang dilakukan oleh orang lain dan menyebabkan ketidaknyamanan dan atau mengganggu pekerjaan. Akhir-akhir ini, pelecehan seksual telah menjadi salah satu fenomena yang sering terjadi di dunia kerja. Di dalam dunia kerja, pelaku kerja diharapkan untuk bersikap dan bertingkah laku profesional, tetapi pelecehan seksual, yang merupakan tindakan yang sangat tidak profesional, tetapi tetap saja terjadi. Akibat yang disebabkan oleh pelecehan seksual sangat merugikan bagi yang mengalaminya, baik secara psikologis maupun fisik, dan juga bagi perusahaan itu sendiri. Pelecehan seksual sendiri terdiri dari lima level bentuk pelecehan seksual, dimana setiap level memiliki karakteristik dan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Lima level tersebut adalah gender harassment (level 1), seduction (level 2), sexual bribery (level 3), sexual threat (level 4) dan sexual imposition (level 5).
Dalam kenyataannya, pelecehan seksual banyak dilakukan oleh pria terhadap wanita. Berdasarkan hasil survey, para pria yang melakukan tindakan pelecehan seksual, dimotivasi oleh alasan sepele, seperti menghangatkan suasana, bercanda dan sebagainya. Sementara itu, para wanita yang pada umumnya menjadi korban, merasa bahwa tindakan tersebut sangat melecehkan mereka. Kedua pendapat diatas, merupakan hal yang bertentangan dan menimbulkan dugaaan bahwa ada perbedaan pandangan terhadap tingkah Iaku yang dianggap pelecehan seksual antara pria dan wanita.
Salah satu kondisi yang mempengaruhi terjadinya pelecehan seksual adalah faktor sosial budaya, yaitu adanya sistem patriakal yang berlaku dalam masyarakat. Sistem ini berkembang karena adanya pembedaan peran jenis kelamin antara pria dan wanita sejak Iahir. Adanya pembedaan peran jenis kelamin yang diterapkan sejak Iahir ini, menyebabkan terjadinya stereotipe peran jenis kelamin, yang menjadi pola berpikir dan tingkah laku yang dipegang oleh masyarakat dan diterapkan dalam semua bidang kehidupan, termasuk pekerjaan. Hal ini mendorong terjadinya sex role spillover atau terbawanya peran jenis kelamin seseorang ke tempat kerja, dimana hal tersebut kurang sesuai untuk diterapkan dalam pekerjaan. Hal ini mendukung terjadinya pelecehan seksual di tempat kerja.
Adanya pembedaan peran jenis kelamin menyebabkan proses belajar dan perkembangan yang berbeda antara pria dan wanita. Stereotipe jenis kelamin mempengaruhi proses informasi dan tingkah laku serta bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Proses informasi dan tingkah laku individu didapat melalui proses persepsi, dimana dalam proses ini individu rnengorganisasikan, menginterpretsi dan memberi arti terhadap informasi yang diterima dari lingkungannya. Jadi adanya pembedaan jenis kelamin antara pria dan wanita mempengaruhi persepsi mereka tentang hal-hal yang menyangkut peran jenis kelamin, termasuk pelecehan seksual ini. Melalui persepsi, dapat terlihat gambaran mengenai tingkah laku pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja. Dalam hal ini, tingkah laku seperti apa saja yang dapat dikatakan pelecehan seksual. Jadi penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan persepsi antara pria dan wanita bekerja terhadap tingkah laku pelecehan seksual di tempat kerja.
Subyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang bekerja di perusahaan swasta, sudah bekerja pada perusahaan lersebut minimal setahun dan berpendidikan minimal D3. Subyek diambil melalui metode non-probability, dengan teknik incidental sampling, sebanyak 90 subyek pria dan 90 subyek wanita. Melihat tujuan dan subyek penelitian, maka penelitian ini berbentuk deskriptif. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang mengukur persepsi terhadap pelecehan seksual di tempat kerja. Alat ini diadaptasi dari SEQ (Sexual Experiences Questionnaire), alat yang dikembangkan oleh Fitzgerald dan Shullman berdasarkan lima level yang diajukan oleh Till. Alat ini terdiri dari 41 bentuk tingkah laku yang diperinci dari lima level tersebut, dan kemudian diberi skala model Likerl dari satu sampai dengan tujuh, yang berani dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju, untuk menilai tingkat persepsi subyek dalam mempersepsikan apakan tingkah laku tersebut dapat dikatakan pelecehan seksual di tempat kerja. Metode pengolahan data yang digunakan untuk menjawab pemasalahan dari penelitian ini adalah dengan t-test pada los .O5, untuk melihat signifikansi perbedaan antara pria dan wanita.
Dari penelitian ini, didapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita bekerja dalam mempersepsi pelecehan seksual di tempat kerja. Secara terperinci didapat bahwa, ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita bekerja dalam mempersepsi level 1 (gender harassment) dan level 2 (seduction) clari pelecehan seksual di tempat kerja. Namun demikian, tidak dilemukan perbedaan yang signifikan antara pria dan wanila bekerja dalam mempersepsi level 3 (sexual bribery), level 4 (sexual threat) dan level 5 (sexual imposition) dari pelecehan seksual di tempat kerja. Selain itu, dari penelitian ini juga didapatkan bahwa urutan level dari pelecehan seksual mulai dari yang rendah sampai yang tinggi adalah level 1(gender harassment), level 2 (seduction), level 3 (sexual bribery), level 5 (sexual imposition) dan level 4 (sexual threat)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantyo Adjie
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S18098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Jaya Permana
"Tujuan penelilian ini adalah untuk mengetahui pcngaruh lingkungan kerja, motivasi keija, ability perawat terhadap kinerja pcrawat. Dirnana kinerja perawal merupakan variabel terikat dan Iingkungan kerja, motivasi kerja serta ability perawat menjadi variabel bebas. Dalam penelitian ini digunakan studi korelasi dengan pendekatan analisis korelasi, regresi Iiniar sederhana dan regresi liniar ganda sei-ta analisis jalur, mcnggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian.
Pada penelitian ini didapat hasil bahwa lingkungan kerja berpengaruh secara signiiikan terhadap motivasi kerja (17%) yang tercapai pada tingkat signifikansi 0. = 0,000 Lingkungan kexja berpengaruh secara signiiikan terhadap kinerja perawat (29,69%), yang tercapai pada tingkat signifikansi or. = 0,000. Motivasi kerja berpengaruh secara signiiikan terhadap kincrja perawat (69,39%), yang tercapai pada tingkat signinkansi <1 = 6,000 Abilinf pezawat berpengar'.:h seem. signitiknn ierhadap kinezja perawat(53,73%), yang tercapai pada tingkat signifikansi 0. = 0,000. Ability perawat berpengaruh secar signitikan terhadap motivasi kezja (56,l%), yang tercapai pada tingkat signitikansi on == 0,000. Lingkungan kerja, motivasi kerja, dan ability perawat secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perawat (76,2%), yang secara sthtislik kebermaknaannya terjadi pada tingkat 0. = 0,001 untuk Iingkungan kerja, a= 0,000 untuk motivasi kerja , dan or. = 0,02I untuk ability perawat.
Pada penelitian ini didapatkan kcsimpulan bahwa seluruh hipotesis yang dirancang tclah terbukti secara signifikan dan model yang diajukan penulis sebagai kerangka konsep dapat dipergunakan untuk model analisisjalur pengaruh lingkungan kerja, motivasi kerja, dan abiliry perawat terhadap kinerja perawat di Rumah Sakil Umum Kota Bekasi.

The aims of this research were to investigate the effects of Work Environment, Work Motivation, and Nurse Ability to Nurse Perfonnance. Wheter Nurse Perfomance such as dependent variable and Work Environment, Work Motivation, Nurse Ability as independent variables. 4 Four methods were used in this research, i.e. Correlation analysis, Simple regression, Multiple regression, and Path Analysis approaches, with questionare as a research instrument.
The results of this research _indicated that work environment gave significant effect to work motivation (17%) in level of o. = 0,000. Work environment gave significant effect to nurse performance (29,69%) in level of or = 0,000. Work motivation gave significant effect to nurse performance (69,39%) in level of a = 0,000. Nurse ability gave significant effect to nurse performance (53,73%) in level of ot = 0,000. Nurse ability gave significant effect to work motivation (56,l%) in level of or = 0,000.Work environment, work motivation, and nurse ability gave significant simultaneous effects to nurse performance (76,2%) in differences level of ot, wheter work environment in ot = 0,00l, work motivation in o. = 0,000, and nurse ability in <1 =o,o21.
The conclusion of this research that all of hypothesis design were accepted, and path analysis model can be used as a path analysis model of effects of work environment, work motivation, and nurse ability to nurse performance in Bekasi District General Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati Agustyowati
"ABSTRAK
PELECEHAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA: Studi Kualitatif atas Pandangan dan Reaksi Sekretaris Perempuan yang Bekerja pada Sejumlah Perusahaan di Jakai ta.
Oleh: Dewi Larasati Agustyowati
Tesis ini merupakan sebuah tinjauan deskriptif mengenai masalah pelecehan seksual di tempat kerja, khususnya yang terjadi pada sekretaris. Pengambilan tema dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa masalah pelecehan seksual selama ini belum dibuka secara sosial. Subjek penelitian adalah sekretaris perempuan yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Lokasi penelitian di Jakarta. Penelitian ini bertujuan memahami pandangan dan reaksi sekretaris perempuan terhadap pelecehan seksual di tempat kerja yang ditelaah dengan menggunakan pendekatan kualitatif berperspektif feminis. Perspektif yang melihat dan berusaha menguraikan penyebab diskriminasi yang dialami kaum perempuan.
Permasalahan tersebut meliputi tiga hal. Pertama, bagaimanakah pandangan sekretaris tentang pelecehan seksual di tempat kerja? Kedua, bagaimanakah reaksi sekretaris terhadap pelecehan seksual di tempat kerja? Ketiga, mengapa pandangan dan reaksi tersebut berada pada posisi pemahaman tertentu?
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan dan reaksi sekretaris perempuan itu masih dipengaruhi oleh budaya patriarki. Sebuah budaya yang mengedepankan/mengunggulkan nilai-nilai laki-laki. Suatu perbuatan dipandang sebagai bentuk pelecehan seksual oleh sekretaris jika sudah terlihat merendahkan, mengancam, dan menyentuh fisik perempuan secara paksa. Sekretaris tidak melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya di lingkup sosial karena menganggap permasalahannya sepele, pribadi, dan takut disalahkan sebagai pihak yang memulai timbulnya pelecehan seksual. Mereka mempunyai pandangan seperti itu karena selama ini informasi mengenai pelecehan seksual yang disosialisasikan oleh masyarakat patriarki selalu menyudutkan perempuan sebagai pihak yang memicu terjadinya pelecehan seksual.
ABSTRACT
SEXUALHARASSMENT AT WORK PLACE: Qualitative Studies on the Perception and Reaction of Women Secretaries Who Work at Some Enterprises in Jakarta.
By Dewi Larasati Agustyowati
This thesis covers a descriptive studies concerning the matters of sexual-harassment especially happen to women secretaries at work place. The theme is basically based on phenomena that sexual harassment cases are not exposed socially. The subject of the research is the secretaries who undergo the experience of sexual harassment at work place. The location of the research is conducted in Jakarta. The research is aimed to understand the perception and response of women secretaries toward the sexual harassment at work place viewed by using the qualitative approach in terms of women perspective. The perspectives are to find out and attempt to describe the causes of discrimination experienced by women secretaries at work place.
The focus of the problem covers three components. Firstly, what is their perception about the sexual harassment at work place ? Secondly, how do they react and response toward thew sexual harassment ? Lastly, why are the perception and the reaction at the position of a given understanding ?
The result of this research indicates that the perception and the reaction of women secretaries at work places is still influenced by the culture of patriarchy. The culture that gives special privileges and higher values for men. The perception said to be sexual harassment toward women secretaries when the actions involved humiliating, threatening, and even touching them physically by force. Mostly, the secretaries as the victims do not report the negative events they undergo socially, for they think it is a minor problem, and a privacy. Even they feel worried when blamed as the cause of creating the sexual harassment. They have perception due to the fact that the information of sexual harassment so far is not socialized by patriarchy communities, usually blame women as the cause of the sexual harassment problem.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Prabowo
"ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Persentase ibu yang memberikan ASI terus mengalami penurunan meskipun sudah diketahui bahwa manfaat ASI sangat banyak. Ibu bekerja adalah salah satu golongan ibu yang mempunyai masalah dalam memberikan ASI. Penelitian sebelumnya telah mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi lama pemberian ASI pada ibu bekerja, namun penelitian tersebut hasilnya belum memadai. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara faktor anak dibawa ke tempat kerja dan fasilitas laktasi di tempat kerja dengan lama pemberian ASI. Metode yang digunakan adalah potong lintang dengan wawancara melalui pengisian kuesioner pada ibu-ibu bekerja sebagai pegawai negeri sipil di beberapa kantor dan rumah sakit pemerintah di Jakarta dalam kurun waktu Desember 2008 hingga Juni 2009. Penelitian ini melibatkan 88 subyek yang memenuhi kriteria. Peneliti kemudian melakukan uji chi square pada sampel tersebut, jika memenuhi syarat uji chi-square. Namun jika tidak memenuhi syarat uji chi square, peneliti akan melakukan uji kolmogorov smirnov. Hasil dari pengujian tersebut adalah tidak terdapat hubungan antara anak dibawa ke tempat kerja (p=0.955), tersedianya TPA di sekitar tempat kerja (p=0.127), tersedianya ruang menyusui di tempat kerja (p=0.965), tersedianya ruang kerja sendiri (p=0.910), dan adanya lemari pendingin (p=0.884) dengan lama pemberian ASI. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor anak dibawa ke tempat kerja dan faktor fasilitas laktasi dengan lama pemberian ASI.

Breastmilk is the best food for babies. Although the advantages of breastmilk are well known, the percentage of breastfeeding mother keep on declining. Working mother is a group of mother who having some problems in breastfeeding. Prior research had assess factors that could affect breastfeeding period in working mother, but that research was not adequate. The purpose of this research is to know the proportion of working mother as a civil servant in association with breastfeeding period and other assosiated factors. The method used in this research is cross-sectional with interview through questionnaire. The samples taken was civil servants working mother in some offices and government hospitals in Jakarta from December 2008 to June 2009. This research involving 88 subjects that meet the criteria. Researcher test those samples using chi-square statistical test, if it meets the chi square’s requirements. But, if the samples doesn’t meet the chi square’s requirements, researcher will test it using kolmogorov smirnov test. The result of this research is no association between parent who bring their children tho work (p=0.955), the availability of child care service around the office (p=0.127), the availability of lactating in the office (p=0.965), the availability of private working area (p=0.910), and the availability of refrigerator (p=0.884) with the breastfeeding period. Researcher concludes there is no association between parent who bring their children to work factor and lactating facility factor with breastfeeding period."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eldaa Cintia
"Untuk mencapai tujuan perusahaan, diperlukan peningkatan kinerja karyawan. Banyak hal yang memengaruhi kinerja karyawan, salah satunya adalah lingkungan kerja yang dibagi menjadi lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja nonfisik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja nonfisik terhadap kinerja karyawan di KPPN Bandung I. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan regresi linier software SPSS versi 16.0 sebagai alat ukur statistik. Hasil penelitian terhadap 45 responden menunjukkan bahwa 44,9% lingkungan kerja fisik seperti peralatan kerja, ventilasi, kebisingan, pencahayaan, dan tata letak berpengaruh parsial terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya, 42,8% dari lingkungan kerja nonfisik seperti hubungan kerja atasan dan bawahan atau antarsesama karyawan juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa 72,1% lingkungan kerja fisik dan nonfisik juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan, lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja nonfisik berdampak signifikan terhadap kinerja karyawan di Bandung KPPN I."
FSRD-ITB, 2016
303 JSIOTEK 15:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"This research deals with the poor quality of land certification service and poor communication and working motivation of government employees at the Land Office of South Jakarta Municipality. This research design in form of explanatory survey using line statistics analysis completed with confirmation using qualitative data through participatory observation on documents and in depth interviews to find out the essence of what and how good communication."
384 WACA 8:27 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>