Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krolokke, Charlotte
"Reproduction has entered a new ice age. Using cryopolitics as an interdisciplinary framework to help understand the contemporary state of cryo-fertility, this book explores the ways in which visions of desirable reproductive futures entangle with advances in freezing technologies."
Bingley: Emerald Publishing Limited, 2020
e20528021
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"Neuron -Specifik Enolase (NSE) adalah peptida yang diduga sebagai
pengatur dalam sistem reproduksi hewan betina. Sebelumnya telah
dilakukan penelitian pendahuluan terhadap sel-sel yang imunoreaktif
terhadap NSE pada sapi, hasilnya NSE ditemukan pada sebagian besar selsel
epitel kelenjar endometrium sapi tidak bunting dan bunting. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui distribusi seI-seIyang imunoreaktif terhadap
NSE pada jaringan endometrium sapi sepanjang siklus estrus dan
kebuntingan awaI, serta ekspresi NSE mRNA pada jaringan endometrium
sapi stadium diestrus. Jaringan uterus pada bagian komu dikoleksi dari 24
ekor sapi meliputi se1uruh stadium siklus estrus dan kebuntingan awaI.
Reaksi positif terhadap NSE ditemukan pada sel-sel epitel kelenjar endometrium
bagian komu uterus stadium estrus, metestrus, diestrus, dan
periode kebuntingan awaI. Reaksi negatif terhadap NSE ditemukan pada
stadium proestrus. RT-PCR memperlihatkan adanya ekspresi NSE mRNA
pada jaringan endometrium stadium diestrus. Intensitas reaksi positif
terhadap NSE pada seI-sel kelenjar endometrium meningkat dari stadium
estrus sampai kebuntingan awaI. Penemuan ini menunjukkan bahwa NSE
mungkin mempunyai peranan yang penting pada perubahan-perubahan
(fisiologi dan morfologi) jaringan endometrium se1ama siklus estrus, proses
implantasi, dan perkembangan embrio."
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma S.
"Remaja merupakan generasi penerus bangsa sejak dini harus disiapkan secara utuh baik( fisik maupun psikologisnya. Kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan dibidang usaha kesehatan sekolah dan remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dwiprahasto (1993) diketahui 3,6% kelompok umur 13-15 tahun dan (5,4%) kelompok umur 16-20 tahun telah melakukan hubungan seksual, begitu juga beberapa peneliti lain, yang melakukan penelitian tentang remaja diberbagai kota di Indonesia menemukan tingginya angka perilaku berisiko bagi remaja. Sedangkan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam khususnya kota Banda Aceh belum ada dilakukan penelitian tentang perilaku remaja.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Banda Aceh, bertujuan untuk mendapatkan informasi faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja diantara siswa SMUN di kota Banda Aceh, dengan menggunakan desain cross sectional, populasi terdiri dari siswa SMUN dengan status marital belum menikah, serta jumlah sampel 180 responden. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 180 responden ditemukan 12,8% responden termasuk kategori perilaku berisiko ringan seperti berciuman pipi 1,1% dan berpelukan, 0,5% dengan lawan jenisnya, meskipun tahapan ini bila ditinjau dari teori (Kinsey) belum tergolong perilaku berisiko. Namun karena kondisi dan budaya daerah/lokasi penelitian yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, dan juga mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan kehidupan adat, sehingga segala aktifitas sehari hari juga dijiwai dan sesuai dengan syariat Islam. Maka dengan alasan tersebut, perilaku demikian tergolong pada kategori berisiko ringan, dan perlu diwaspadai agar tidak berlanjut ketahap perilaku berisiko berat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pendidikan tambahan, dan pendidikan ayah, berhubungan dan bermakna secara statistik. Adapun faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku siswa SMUN tentang kesehatan reproduksi adalah pendidikan ayah, dimana ayah dengan pendidikan tinggi (minimal SMU) cenderung anak berperilaku 9,4 kali lebih baik, jika dibanding ayah berpendidikan rendah.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa SMUN di kota Banda Aceh tentang kesehatan reproduksi termasuk kategori perilaku berisiko ringan. Untuk mencegah perilaku ini meningkat menjadi perilaku berisiko berat disarankan, penambahan materi kesehatan reproduksi disekolah, agar meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi khususnya. Pada orang tua juga diharapkan dapat memberikan bimbingan kesehatan reproduksi sedini mungkin. Bagi remaja sendiri agar selalu berperilaku positif sesuai ajaran agama, menjaga budaya dan adat serta mencari informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.

Teenagers are the future generation of the Nations since they have to be prepared early physically and psychologically. Teenage health reproduction is one of The Health Department Program that held for teenagers and school health. Based on pwiprahasto (1993), research known that 3,6% of 13 -15 age group and 5,4% of 16-20 age group have done sexual relationship so did by other researchers who studied about teenagers on every kind of city in Indonesia which found risk value of teenage behavior. While in Province of Nanggroe Aceh Darussalam especially on Banda Aceh City there haven't been studied about Health Reproduction behavior teenagers.
This study was conducted in Banda Aceh City, aims to get the information about some factors which related with teenager health reproduction among High School students which used cross sectional design, population consist of High School students whom unmarried status, and take 180 respondent, The analysis use univarite, bivariate with chi-square, and multivariate analysis with logistic regression test.
The result of this study shows that of 180 respondent, there are 12,8% of them found low risk of behavior category i.e. kissing 1,1% and holding each other 0,5%, although this stage has not been the criteria of risk behavior based on Kinsey theory. Because of the whole activities of Nanggroe Aceh Darussalam people was based on Islamic rules. Ttherefore teenagers behavior was classified as low risk category and it should be awared to anticipate them becoming the severe risker. Because of the whole activities of Nanggroe Aceh Darussalam people was based on Islamic rules. Therefore teenagers behavior was classifified as low risk catergory and it should be awared to anticipate them becoming the severe risker.
This study shows that statistically, knowledge, additional education, and father's education variables were related significantly. The most dominant factor was High School student behavior about health reproduction which were father's education, father with high education prefer to have good behavior children 9,4 times than father with low education.
It is concluded that High School students behavior about health reproduction on Banda Aceh City was low risk behavior category. To prevent this behavior increase to high risk it is recommended to add health reproduction mater at school especially to increase the student's knowledge. To the parents it is hoped that they could teach health reproduction as early as possible. To the teenagers itself, it is hoped to keep culture and religion based on religion line.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karpin, Isabel
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2012
344.0419 KAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pinon, Ramon
California: University Science Books, 2002
612.6 PIN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Bagi masyarakat Madura, pantang menolak lamaran laki-laki yang pertama kali datang. Karena itu, anak perempuan Madura menikah dengan cepat ketika usianya masih belasan tahun, bahkan ketika si anak perempuan masih berumur 12 tahun. Akibatnya banyak problematika yang terjadi akibat perkawinan anak di bawah umur tersebut seperti kekerasan dalam rumah tagga, perselingkuhan, perceraian, kontraksi kehamilan dan kelahiran. Dalam konteks yang demikian ada ketidakadilan dalam proses perkawinan dan ketika berumah tangga. Mental anak perempuan belum siap dalam menghadapi persoalan rumah tangga berikut tugas-tugas sebagai istri dan ibu. Di samping itu, anak perempuan juga terancam nyawanya ketika masa kehamilan dan proses persalinan karena alat reproduksinya belum siap secara normal. Oleh sebab itu advokasi hukum ke Mahkamah Konstitusi mengenai permohonan revisi usia minimal perkawina untuk perempuan 16 tahun pada pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 untuk diubah menjadi usia 18 tahun merupakan solusi untuk meminimalisir maraknya perkawinan anak dan menekan laju angka kematian ibu dan anak (AKI)."
360 JP 21:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan Untuk mempelajari korelasi antara keberhasilan kehamilan teknik fertilisasi in vitro dengan umur istri. Metode Dilakukan penilaian kehamilan pada 8 pusat pelayanan fertilisasi in vitro di Indonesia: Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita sejak tahun 1997 sampai 2001, dan 7 pusat pelayanan fertilisasi in vitro di Indonesia. Induksi folikel dilakukan dengan long protocol, short protocol dan natural cycle. Inseminasi dilakukan di cawan petri dengan cara ICSI (intra cytoplasmic sperm injection). Pengambilan spermatozoa dilakukan dengan masturbasi, biopsi testis dan biopsi epididimis. Keberhasilan kehamilan dinilai dengan kehamilan kimiawi, adanya denyut jantung janin dan kelahiran bayi hidup (take home baby). Hasil Diperoleh hasil kehamilan 34% untuk kelompok umur dibawah 30 tahun, 33,75% untuk kelompok umur 31 sampai 35 tahun, 26% untuk kelompok umur 36 sampai 40 tahun dan 8% untuk kelompok umur diatas 40 tahun. Kesimpulan Semakin tinggi usia istri, semakin rendah tingkat kehamilan. Dengan kata lain, semakin tinggi usia istri, semakin tinggi tingkat keguguran.

Abstract
Aim To evaluate the correlation between the success of pregnancy through in vitro fertilization and maternal age. Methods Assessment of pregnancy was performed in eight in vitro fertilization centers in Indonesia: Harapan Kita Pediatric and Obstetric Hospital from 1997 to 2001, and seven in vitro fertilization centers in Indonesia. Follicular induction was performed through the long protocol, short protocol and natural cycle. Insemination was performed through ICSI (intra cytoplasmic sperm injection) on petri dish. Spermatozoa were obtained through masturbation, testicular biopsy and epididimical biopsy. A successful pregnancy was indicated chemically, with the presence of fetal heart beat and the birth of a baby (take home baby). Results There was a 34% pregnancy rate for the age group below 30 years, 33.75% for those between 31 and 35 years olds, and 26% for the age group 36 to 40 years old, and 8% for the age group above 40 years. Conclusion The higher the maternal age, the lower pregnancy rate. In other words, the higher the maternal age, the higher the rate of miscarriage.
"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Johnson, Martin H.
Cambridge, UK: Blackwell Science, 2000
599 JOH e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jeneva: World Health Organization , 1988
612.6 RES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan Dilakukan penilaian terhadap keberhasilan kehamilan pada penanganan dengan In Vitro Maturation (IVM) pada kasus-kasus PCOS (Poly Cystic Ovary Syndrome) sebagai teknik yang pertama dilakukan di Indonesia. Metode Tulisan ini merupakan laporan kasus dari teknik yang baru dikembangkan di Indonesia. Bahan penelitian adalah 7 kasus dengan PCOS yang jelas, diantaranya 1 pasien dengan riwayat OHSS (Ovary Hyper Stimulation Syndrome) pada prosedur fertilisasi in vitro sebelumnya dan 1 pasien dengan gambaran PCOS, kemungkinan hiperesponder, di Rumah Sakit Family dari bulan Januari sampai bulan Mei 2009. Induksi folikel dengan dosis minimal, primming HCG 10.000 IU pada hari ke 10 dan 40 jam kemudian dilakukan ovum pickup, selanjutnya diinseminasi dan folikel yang terbuahi dilakukan penilaian. Embrio yang bermutu baik ditransfer kedalam uterus. Penilaian kehamilan dilakukan secara biokimiawi, penilaian adanya kantung janin dan denyut jantung. Hasil Telah dilakukan teknik IVM di RS Family, Jakarta Barat bersama dengan tim TRB RS Family pada tujuh kasus. Dari tujuh pasien ditemukan 156 folikel antral atau rata-rata 22 folikel perpasien, ditemukan 81 oosit, dan setelah dimaturasi diperoleh 61 oosit matur (75%). Pada tiga bulan dilakukan fertilisasi in vitro dan 4 kasus dilakukan ICSI (In Cystoplasmic Sperm Infection). Pada serial kasus ini diperoleh 412 embrio, dan 22 buah embrio ditransfer, dan dari 7 kasus diperoleh 2 kehamilan (9%). Kesimpulan Teknik In Vitro Maturation (IVM) merupakan alternatif untuk mengatasi masalah infertilitas pada pasien PCOS dengan keunggulan risiko sindrom hiperstimulasi ovarium yang rendah serta biaya yang lebih murah.

Abstract
Aim To assesse the success of inducing pregnancies in the treatment of PCOS (Poly Cystic Ovary Syndrome) cases with in vitro maturation as a newly application technique in Indonesia. Methods This paper is a report of 7 cases in Indonesia that used the newly developed technique. There were 7 cases confi rmed PCOS, in which 1 patient with a history of OHSS (Ovary Hyper Stimulation Syndrome) in a previous IVF procedure and 1 patient with PCOS characteristics, suspected hyper responder, in the Family Hospital from January to May of 2009. Follicular induction was performed with a minimum dose, primming with HCG 10.000 IU, on the 10th day and 40 hours later ovum pick up was performed, followed by in vitro maturation. Subsequently, insemination was performed and the inseminated follicle was assessed. Well qualifi ed embryos then transferred them into the uterus. We then performed assessment of pregnancy biochemically, by the presence of embryonic sac and embryonic heart beat. Results We have performed the IVM (In Vitro Maturation) technique in the Family Hospital, West Jakarta, along with the TRB team of the Family Hospital in seven PCOS cases. From these patients, we have found 156 antral follicles (average of 22 follicles per patient), 82 oocytes, and after maturation, 61 mature oocytes (75 %). In three cases, in vitro fertilization was performed, while in 4 cases ICSI (In Cystoplasmic Sperm Infection) was performed. In these serial cases we obtained 41 embryos, and 22 fertilized embryos were transferred. Of 7 cases, we achieved two successful pregnancies (29%). Conclusion In vitro maturation is an alternative procedures in solving infertility problems for PCOS patients with lower risk of OHSS and more cost effective than conventional IVF."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>