Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amirul Auzar Ch.
"Kajian-kajian tentang lanskap spiritual terdahulu selalu berkaitan dan didukung dengan kekuatan eksternal seperti penghormatan terhadap leluhur, roh halus, simbolisasi mikro kosmik, dan bahkan sosial politik. Tesis ini mencoba untuk menambahkan perdebatan tentang bagaimana lanskap spiritual dibangun dari hal yang sangat partikular dan profan dengan bentuk-bentuk komodifikasi terhadap Gunung Kawi. Selain itu, penelitian ini juga mencoba untuk memahami bagaimana mereka tetap paralel dan bermakna dengan kesakralan Gunung Kawi. Dengan menggunakan metode etnografi dan melakukan pengamatan yang mendalam, saya menjumpai dua keberadaan yang signifikan untuk ditelaah lebih lanjut yaitu keberadaan pengunjung dan warga. Saya juga melihat bahwa interaksi pengunjung dan warga melahirkan praktik komodifikasi. Bertumpu pada pemikiran Bateson, ia menyatakan bahwa suatu kebudayaan penting untuk dilihat dari interaksi mereka dengan kebudayaan lain. Hal ini membuktikan bahwa feedback loops keberadaan pengunjung dan warga yang saling berinteraksi sebelumnya membentuk entitas baru bernama pengantar tamu. Pada saat tertentu, pengantar tamu memperlakukan Gunung Kawi dengan sangat sakral dalam wujud punden. Di samping itu, pengantar tamu juga melakukan praktik komodifikasi terhadap situs suci yang di dalamnya terdapat persaingan, pertarungan, dan kepentingan. Pengantar tamu menciptakan praktik-praktik komodifikasi yang pada akhirnya menjadi penting untuk menjaga eksistensi kesakralan Gunung Kawi. Komodifikasi juga diperlukan untuk mencari mekanisme order dalam memperoleh pembangunan dan kesejahteraan warga yang diperoleh dari pengunjung.

Studies of the preceding spiritual landscape are always related and supported by external forces such as the respect for ancestors, spirits, micro-cosmic symbolizations, and even socio-politics. This thesis tries to add the debate about how the spiritual landscape is created from something very particular and profane with the commodified forms of Gunung Kawi. In addition, this study also tries to understand how it remains parallel and meaningful with the sacredness of Gunung Kawi. By using ethnographic methods and conducting in-depth observations, I found two significant existences to be studied further : the existences of visitors and residents. I also saw that the interaction of visitors and residents created the practice of commodification. Based on Bateson's intellection, he stated that culture is important to be seen from its interaction with other cultures. This proves that the feedback loops where visitors and residents interacted with each other formed a new entity called a pengantar tamu. At certain times, the pengantar tamu treated Gunung Kawi very sacredly in the form of punden. In addition, pengantar tamu also carried out commodification practices to sacred sites in which there are competitions, fights, and interests. The pengantar tamu created commodification practices which in the end became important to maintain the existence of the sacredness of Gunung Kawi. Commodification is also needed to find an order mechanism in obtaining the development and welfare of residents obtained from visitors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisran Hadi
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996
899.221 WIS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Sis Nariswari
"[Tesis ini membahas pemaknaan terhadap situs Gunung Kawi dan ritual ngalap berkah. Terdapat dua makam yang dikeramatkan di Gunung Kawi, yaitu makam Eyang Djoego dan Eyang Soedjono. Situs yang terkenal dengan situs untuk mencari pesugihan ini merupakan sebuah ruang yang di dalamnya terdapat berbagai narasi dan persilangan kekuasaan untuk mempertahankan kepentingan pihak-pihak yang berkelindan, yaitu Yayasan Ngesti Gondo, Pemerintah Desa Wonosari, Pengurus Padepokan, dan Pramuwisata. Ritual ngalap berkah tidak
hanya dilakukan oleh para tamu kepada kedua makam, tetapi juga para pihak yang berkepentingan kepada para tamu. Data diperoleh dengan pendekatan etnografi (field study) termasuk in-depth interview di Dusun Wonosari, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dari bulan November 2014—Maret 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa situs Gunung Kawi merupakan situs yang sangat menguntungkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan jika ditinjau dari sisi ekonomi. Namun, di sisi lain, situs ini tidak pernah diakui keberadaannya secara resmi karena ritual ngalap berkah dianggap sebagai ritual yang tidak sesuai dengan ajaran agama;This research is about the meaning making process of Gunung Kawi site and the ngalap berkah rituals. There are two sacred graves in Gunung Kawi, the graves of Eyang Djoego and Eyang Soedjono. The site used to be a place for pesugihan which means a form of worship to gain riches. There are many narrations to defend the power of authority, namely Yayasan Ngesti Gondo, Pemerintah Desa Wonosari, Padepokan caretaker, and the guides. The ngalap berkah ritual is not only performed by the visitors of the ngalap berkah ritual, but also the
stakeholders. This research uses ethnography methods including in-depth interview method in Wonosari Village, Malang Regency, East Java since November 2014 until March 2015. The results show how Gunung Kawi site is beneficial for the authorities from economic side. On the other hand, the site was never officially recognized as a place for ngalap berkah ritual instead of the pesugihan ritual because it was considered as the proper rituals with the religious teaching., This research is about the meaning making process of Gunung Kawi site and the
ngalap berkah rituals. There are two sacred graves in Gunung Kawi, the graves of
Eyang Djoego and Eyang Soedjono. The site used to be a place for pesugihan
which means a form of worship to gain riches. There are many narrations to
defend the power of authority, namely Yayasan Ngesti Gondo, Pemerintah Desa
Wonosari, Padepokan caretaker, and the guides. The ngalap berkah ritual is not
only performed by the visitors of the ngalap berkah ritual, but also the
stakeholders. This research uses ethnography methods including in-depth
interview method in Wonosari Village, Malang Regency, East Java since
November 2014 until March 2015. The results show how Gunung Kawi site is
beneficial for the authorities from economic side. On the other hand, the site was
never officially recognized as a place for ngalap berkah ritual instead of the
pesugihan ritual because it was considered as the proper rituals with the religious
teaching.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerul Amri
"Tesis ini membahas komodifikasi lingkungan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) di dalam pengelolaan ekoturisme. Ekoturisme sebagai bentuk wisata alam dengan tujuan utama pelestarian alam pada akhirnya justru menimbulkan masalah dalam proses konservasi yang dijalankan dan bahkan menjadi ancaman terhadap keberlangsungan lingkungan alam di TNGGP. Di samping itu, permasalahan di TNGGP tidak hanya menyangkut bahasan lingkungan, tetapi juga pembahasan mengenai strategi dalam bernegosiasi dan berkontestasi di antara para pemangku kepentingan di dalam ruang yang menjadi kawasan ekoturisme. Data diperoleh dengan pendekatan etnografi termasuk wawancara mendalam di kawasan Cibodas dan Gunung Putri sebagai pintu masuk pendakian, dan di Gunung Gede, selama bulan April-Mei 2017. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana praktik berjualan yang berkontestasi terhadap otoritas Balai Besar di TNGGP setidaknya berperan sebagai alternatif pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi untuk mengalihkan perhatian mereka dari pekerjaan yang tidak ramah lingkungan. Di samping itu, masyarakat sekitar melalui negosiasi dan resistansi dapat menutupi celah yang ditinggalkan oleh pemangku kepentingan yang mempunyai otoritas karena terbatasnya sumber daya manusia dalam mengelola ekoturisme pendakian gunung. Masyarakat sekitar menunjukkan bagaimana mereka mempunyai peran-peran yang cukup signifikan dalam pengelolaan pendakian gunung dan menjaga taman nasional.

This research discusses the commodification of environment in Mount Gede Pangrango National Park on ecotourism management. Instead of to conserve nature, ecotourism carried out in TNGGP causes problems on conservation proses and even becomes a threat to the sustainability of nature in TNGGP. Moreover, problem in TNGGP is not only about environment issues, but also discussions about strategies in negotiating and contesting among stakeholders in the space that become ecotourism area. The data was collected by ethnography approach including in depth interview in Cibodas and Gunung Putri area as climbing entrance, and on Mount Gede, on April-May 2017. The results show how the practice of selling which contested the authority of Balai Besar in TNGGP at least become an alternative income for the community around conservation area to divert their attention from jobs that damage the environment. Beside that through negotiation and resistance, the surrounding communities can cover the gap left by stakeholders who have authority because of limited human resources in managing mountaineering ecotourism. Surrounding community showed that they have significance roles in managing mountaineering and preserving national park."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T53414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Yvonne Triyoga Hoesodoningsih
"Fokus penelitian ini adalah untuk memahami kekuasaan yang implisit dalam politik ritual di Pondok Ranggon dikonstruksi oleh relasi dualitas pelaku seni pertunjukan dan pelaku ritual hajat bumi dengan struktur masyarakat Jakarta. Untuk dapat memahami kekuasaan itu bekerja, penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dielaborasi dengan etnokoreologi Konstruksi kekuasaan pada penelitian ini bermuara pada transformasi dan komodifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan transformasi pada seni pertunjukan Topeng Betawi, seni pertunjukan Wayang Golek, seni pertunjukan Tanjidor, seni pertunjukan Ondelondel serta terdapat transformasi pada proses ritual hajat bumi Pondok Ranggon meliputi ritual awal dan akhir dari Arak-arakan serta transformasi Baritan. Komodifikasi terjadi pada seni pertunjukan Topeng Betawi, seni pertunjukan Wayang Golek, seni pertunjukan Tanjidor, seni pertunjukan Ondel-ondel serta komodifikasi pada proses ritual hajat bumi Pondok Ranggon yang melingkupi Komodifikasi ruang sarana dan prasarana, Komodifikasi Panjat Pinang serta Komodifikasi Paradoks.
Temuan penelitian ini memperkaya teori-teori strukturasi Anthony Giddens dengan memaparkan contoh kasus relasi dualitas pelaku dengan struktur, yaitu relasi dualitas pelaku seni pertunjukan serta pelaku ritual hajat bumi Pondok Ranggon dengan kondisi struktur masyarakat Jakarta yang mengkonstruksi kekuasaan. Temuan penelitian ini juga memperkaya pemahaman mengenai batas-batas dualitas, yaitu dengan menunjukkan bahwa relasi dualitas pelaku dengan struktur yang mengkonstruksi kekuasaan hadir dan sekaligus memproduksi transformasi dan komodifikasi.

This research focus to understand implicit power in ritual politic located in Pondok Ranggon constructed by duality relation between performing art actor and Hajat Bumi ritual actor with structure of Jakarta society. To conceive how such power works, this research utilizes ethnographic method elaborated with etnochoreology. Power construction in this research results transformation and commodification.
Research results show transformation in Topeng Betawi performing art, Wayang Golek performing art, Tanjidor performing art, Ondelondel performing art and also occurred in the Hajat Bumi ritual process including initial and the end of Arak-arakan also Baritan transformation. Commodification can be found in Ondel-ondel performing art along with Hajat Bumi ritual process Pondok Ranggon consist of Facility Room Commmodification, Panjat Pinang Commodification, and also Paradox Commodification.
Research product enrich Anthony Giddens? structure theories with explaining an example of duality relation between actor and structure, in this case relation between performing art actor and Hajat Bumi ritual actor with structure of Jakarta society, constructing power. Result of this research enlighten also duality boundaries, specifically showing that duality relation between actor and structure constructing power exist and simultaneously producing transformation and commodification."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2169
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia
"Banyaknya acara pameran serta festival musik berskala internasional merupakan salah satu indikator pertumbuhan sektor jasa-jasa yang berkaitan erat dengan pariwisata. Di sisi lain, tekhnologi dan internet telah mengubah cara dunia berinteraksi dan berkomunikasi. Word of mouth, dimana salah satu penyebarannya adalah melalui media sosial, dirasa cukup penting bagi promosi festival musik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh interaksi media sosial terhadap emotions, brand relationship quality dan word of mouth. Salah satu festival musik terbesar di Indonesia yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya yakni Java Jazz Festival yang akan menjadi studi kasus dalam penelitan ini. Sampel penelitian ini adalah 187 orang pengunjung festival musik Java Jazz 2017. Data dioleh dengan menggunakan metode Structural Equation Model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi media sosial memberikan pengaruh positif terhadap emotional attachment. Namun interkasi media sosial tidak memberikan pengaruh langsung terhadap brand relationship quality, melainkan melalui emotional attachment. Kemudian emotional attachment memberikan pengaruh langsung ke brand relationship quality.

The large number of international exhibitions and music festivals is one indicator of the growth of the services sector which is closely related to tourism. On the other hand, technology and the internet have changed the way the world is interactive and communicating. Furthermore, Word of mouth, which one of its spread is through social media, it is considered quite important for the promotion of music festivals.
This study aims to analyze the influence of social media on emotions, the quality of brand relationships and word of mouth. One of the biggest music festivals in Indonesia is regularly held every year Java Jazz Festival which will be the case study of this research. The sample of this research is 187 people of Java Jazz music festival 2017. The data is obtained by using Structural Equation Model method.
The results showed that the interaction of social media has a positive effect on emotional attachment. However, social media interaction does not directly influence the quality of brand relationships, auctions through emotional attachment. Then the emotional attachment gives a direct influence on the quality of the brand relationship.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S69668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amandra Mustika Megarani
"[ABSTRAK
Penelitian ini membongkar komodifikasi dalam proses produksi komik di
Indonesia dengan menggunakan Ockto Baringbing—pemenang International
Manga Award 2013, sebagai studi kasus tunggal. Peneliti menelusuri pembuatan
komik-komik Ockto pada tiga penerbit yang mewakili struktur industri penerbitan
komik di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan penerbit melakukan
komodifikasi yang mengacu pada selera, perilaku konsumsi dan gaya hidup
masyarakat modern. Komik dijadikan waralaba transmedia, direproduksi dalam
berbagai format media dan bebagai bentuk cinderamata. Penerbit juga merancang
interaksi semu dengan fan lewat komunitas fandom komik di media sosial
maupun dunia nyata untuk menjaga loyalitas pembaca. Persaingan antar penerbit
hanya melanggengkan ideologi kapitalisme.

ABSTRACT
This study exposes commodification in the production process of Indonesia
comics by using Ockto Baringbing— Winner of the 2013 International Manga
Award, as a single case study. Researcher explores the making of Ockto’s works
on three publisher which respresent the structure of comic publishing industry in
Indonesia. Results of this study indicate that publishers do commodification
according to taste, consumption behavior and lifestyle of modern society. Comics
being used as transmedia franchises, reproduced in a variety of media formats
and in the various forms of merchandise. Artificial interaction with fan
community designed to keep the loyality via social media and real world.
Competition among publishers only perpetuates the ideology of capitalism, This study exposes commodification in the production process of Indonesia
comics by using Ockto Baringbing— Winner of the 2013 International Manga
Award, as a single case study. Researcher explores the making of Ockto’s works
on three publisher which respresent the structure of comic publishing industry in
Indonesia. Results of this study indicate that publishers do commodification
according to taste, consumption behavior and lifestyle of modern society. Comics
being used as transmedia franchises, reproduced in a variety of media formats
and in the various forms of merchandise. Artificial interaction with fan
community designed to keep the loyality via social media and real world.
Competition among publishers only perpetuates the ideology of capitalism]"
2015
T43735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Marhaen Pratopo Eko Setyatmojo
"Disertasi ini berusaha mengungkapkan terjadinya komodifikasi pekerja media wartawan dalam industri media massa di era konvergensi. Peneliti mengembangkan kerangka pemikiran dari teori ekonomi politik komunikasi, yang pintu masuk pertamanya adalah komodifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pertumbuhan Tempo dari sebuah majalah menjadi konglomerasi merupakan akumulasi kapital sesuai dengan tujuan kapitalis. Tempo terus mengembangkan bisnis dan inovasi untuk beradaptasi dengan perkembangan industri media serta teknologi media baru, termasuk dengan penerapan konvergensi media dan konvergensi redaksi. Dalam pelipatgandaan kapital dan pelaksanakan konvergensi redaksi itu terjadi komodifikasi pekerja wartawan lewat penambahan jam kerja, upah rendah, kejar target, tugas ganda, kewajiban permasaran dan adaptasi. Bentuk komodifikasi yang terjadi adalah eksploitasi tubuh, eksploitasi ekonomi, eksploitasi waktu luang, dan eksploitasi kemampuan. Wartawan menerima eksploitasi itu sebagai kewajaran bagi profesinya karena adanya proses mistifikasi, alienasi, naturalisasi, dan reifikasi.

This dissertation seeks to reveal the occurrence of commodification of media workers journalists in media industry in the convergence age. The researcher developed a framework of political economic of communication theory, whose first entrance is commodification. This research uses a critical paradigm with qualitative approach and case study method. This study reveals that the growth of Tempo from a magazine into a conglomeration is an accumulation of capital in accordance with capitalist objectives. Tempo continues to develop business and innovation to adapt the development of media industry and new media technology, including with the application of media convergence dan editorial convergence. In the multiplication of capital and the execution of editorial convergence, there is a commodification of workers journalists through the addition of working hours, low wages, pursuit of targets, double duties, marketing obligation and adaptation. The forms of commodification that occur are exploitation of the body, economic exploitation, leisure exploitation, and exploitation of ability. Journalists accept the exploitation as fairness for the profession because of the process of mystification, alienation, naturalization, and reification."
2017
D2329
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Hidayat
"ABSTRAK
Tropical rain forest such as Gunung Kawi protected forest in East Java is host of many wild plants that sometimes useful as medicinal plant. Species diversity of Gunung Kawi Protected Forest is relatively high. Based on two sampling transects i.e. 100 x 10 m, 80 plant species have been recorded. At least 27 species are noted as medicinal plants, but only 17 species were used by Kawi communities."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI, 2008
580 WKR 8:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marhamah Zahara
"Ketidaknyamanan pengunjung Puskesmas ketika menunggu karena ada bagian pada ruang tunggu yang selalu ramai dan bagian lainnya selalu sepi sehingga terjadi penggunaan ruang yang kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan dengan ruang yang akan dituju dan ketidakmerataan pembagian tempat duduk.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan penjelasan secara rinci mengenai hubungan antar pengunjung yang terbagi menjadi dua yaitu, manusia sakit dan manusia sehat pada ruang tunggu Puskesmas terkait sistem sensorik tubuh mereka yang mana sistem sensorik manusia sakit berbeda dengan manusia sehat. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah melalui studi literatur mengenai privasi yang merupakan salah satu aspek pembentuk interaksi. Studi kasus dilakukan pada dua puskesmas untuk memperlihatkan bagaimana kualitas ruang tunggu pada Puskesmas dilihat dari tingkat privasi, pengalaman ruang dan bentuk interaksi antar pengunjung.
Dari studi literatur dan studi kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang tunggu Puskesmas kurang memenuhi kriteria ruang tunggu pada umumnya, khususnya pada fasilitas kesehatan. Privasi antar pengunjung selalu meningkat dalam keadaan ramai dan bentuk interaksi yang dominan terjadi adalah bentuk penolakan untuk melakukan hubungan. Hal ini terjadi karena sebagian besar pengunjung adalah manusia sakit yang mempunyai tingkat sensitif lebih tinggi.

Most of the time spent when visiting Puskesmas (community health care center) is for queing and waiting activity. The visitors, either as a patient or companion, often experience discomfort and crowding due to high density of people and limited seating arrangements, especially in peak time at particular waiting areas. On the other hand, there are also other waiting areas, which are seldom occupied. This phenomena shows that there are unequal distribution of waiting areas and seating arrangements in Puskemas, that may affect to the image of the center and affect the healing process of the patients.
The purpose of this thesis is to illuminate the spatial need of waiting activity, related to the condition of the visitors - healthy and ill, through literature study and participative observation in two Puskesmas. The findings from the observation of the waiting activity in Puskesmas are then related to the need of certain form of privacy as well as intimacy, to identify the interaction pattern between the visitors while waiting, so better design of waiting room can be achieved.
As a result, the waiting activity in Puskemas has not been catered well and the waiting areas haven't met yet the criteria of waiting room in general and health care facilities in particular. The crowded situation can be avoided by regulate the circulation in the Puskesmas. The patients (sick condition) show not only higher sensitivity, but also higher need for privacy as well as intimacy, lesser interest for interaction even in form of refusal, which should be considered in the design of waiting rooms in Puskesmas as part of the healing process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>