Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jovita Krisita
"Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum ditemukan pada populasi pekerja dengan salah satu faktor risiko adalah jam kerja yang panjang terutama pada laki-laki. Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara jam kerja yang panjang dan peningkatan risiko penyakit jantung koroner pada pria dewasa. Metode pencarian literatur yang digunakan adalah melalui pencarian daring sesuai dengan pedoman PRISMA di PubMed dan Scopus dari awal hingga 15 Mei 2020 dengan istilah pencarian berikut: 'pria', 'jam kerja panjang', 'lembur', dan 'risiko penyakit jantung koroner' di Medis Subject Heading Terms (MeSH Terms), judul, kata teks, abstrak, dan semua bidang. Pencarian manual dilakukan dengan mencari bagian referensi dari semua makalah yang diambil sebagai sumber potensial artikel relevan yang memiliki populasi yang tumpang tindih (n=4). Pada akhir proses pencarian literatur, sebuah artikel penelitian dipilih untuk proses penilaian kritis dan ditemukan valid dan penting bagi pasien kami. Peningkatan risiko Infark Miokard Akut sebanyak dua kali lipat ditemukan pada pria dengan jam kerja tambahan sama dengan atau lebih dari 3 jam per hari. Rekomendasi tempat kerja dapat berupa penilaian kembali bekerja, program rehabilitasi, termasuk penilaian beban kerja dan modifikasi jam kerja. Studi intervensi lanjutan diperlukan untuk mendapatkan tingkat bukti yang lebih tinggi. 

Coronary heart disease is one of the most common cardiovascular diseases in worker population and may have resulted from long working hours especially in male population. This review aims to evaluate the relationship between long working hours and increased risk of coronary heart disease in adult males. We did online search in accordance with the PRISMA guidelines in PubMed and Scopus from inception to May 15th, 2020 with the following search terms: 'male', 'long working hours', ‘overtime’, and ‘coronary heart disease risk' in Medical Subject Heading Terms (MeSH Terms), title, textword, abstracts and all fields. Manual search was done by hand-searched the reference sections of all the retrieved papers as a potential source of relevant articles that have overlapping population (n=4). At the end of searching process, one study was chosen for critical appraisal process  that is valid and substantial for our patient. We found Acute Myocardial Infraction risk in male (additional work hours equal to or more than 3 hours per day) increased twofold. Workplace reccomendations that can be made for this patient are return to work assessment, rehabilitation program, work load assessment and modified- working hours. Further intervention studies required to gain higher evidence. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"ABSTRAK
Latar Belakang. Penyakit jantung koroner PJK merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di masyarakat umum maupun masyarakat pekerja. Berbagai studi mengindikasikan penyakit jantung koroner berhubungan dengan kerja gilir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerja gilir terhadap insidensi risiko sedang-tinggi PJK pada pekerja laki-laki perusahaan manufaktur di Bogor sejak tahun 2011 hingga 2016.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dalam periode lima tahun menggunakan metode Nelson-Aalen untuk analisis hazard function. Risiko PJK dinilai berdasarkan Skor Risiko Framingham.Hasil. Tingkat insidens risiko sedang-tinggi PJK pada pekerja gilir adalah 103/1.000 orang-tahun, berbeda secara bermakna dengan tingkat insidens pekerja non gilir yaitu 68/1.000 orang-tahun RR=1,5; IK 95 =1,001-2,304 . Hazard function kumulatif pekerja gilir untuk memiliki risiko sedang-tinggi PJK di tahun kelima lebih besar dibandingkan dengan pekerja non gilir HR=1,51.

ABSTRACT
Background. Coronary heart disease CHD is a disease with a high prevalence in the general population and workers. Studies have indicated that coronary heart disease is associated with shift work. This study is aimed to determine the effect of shift work on the incidence of intermediate high risk CHD among male workers at manufacturing company in Bogor from 2011 to 2016.Method. This is a retrospective cohort study in five year period using Nelson Aalen method for hazard function analysis. Risk of CHD is assessed based on Framingham Risk Score.Result. The intermediate high risk CHD incidence rate of shift workers was 103 1,000 person year, significantly different from the incidence rate of non shift workers which was 68 1.000 person year RR 1.5 95 CI 1.001 2.304 . Cumulative hazard function of shift workers to have an intermediate high risk CHD in the fifth year was greater than that of non shift workers HR 1.51 . Workers with length of employment ge 14 years had greater cumulative hazard function than workers with length of employment .
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Dwi Hasriani
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian pada kelompok kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap progresivitas dari prediabetes menjadi DM tipe 2 dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kondisi prediabetes dengan obesitas meningkatkan risiko kejadian PJK berdasarkan Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). Penelitian ini menggunakan desain studi kohor retrospektif dengan data sekunder studi kohor faktor risiko PTM tahun 2011-2018. Sampel adalah 493 penduduk penduduk dewasa yang obesitas yang menjadi responden Studi Kohor Faktor Risiko PTM, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis multivariat menggunakan cox regression setelah dikontrol dengan usia dan durasi obesitas menemukan bahwa prediabetes memiliki nilai HR=0,80 (95%CI:0,462-1,387), p=0,429, yang berarti hubungan prediabetes dengan kejadian PJK pada penduduk dewasa yang obesitas tidak bermakna secara statistik.

Coronary Heart Disease (CHD) is a leading cause of death in the cardiovascular group. Obesity could increase a person's risk of progression from prediabetes to type 2 DM and increase the risk of cardiovascular disease. Prediabetes with obesity increases the risk of CHD events based on Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). This study was used a retrospective cohort study design using secondary data on NCD Risk Factor Cohort Study in 2011-2018. The sample was 493 obese adult respondents in population of NCD Risk Factor Cohort Study whom met this study inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis using cox regression after being controlled by age and duration of obesity found that prediabetes had HR = 0.80 (95% CI: 0.462-1.387), p = 0.429 which means the relationship between prediabetes with CHD events in obese adult respondents was not statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ika Wardhani
"ABSTRAK
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab kematian utama dengan prevalensi di Indonesia 7,2%. Penelitian observasional memperlihatkan asupan kalsium yang rendah berkorelasi dengan peningkatan beberapa faktor risiko dan kejadian PJK, namun di lain pihak, didapatkan hubungan suplemen kalsium dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat PJK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan kalsium dengan derajat stenosis berdasarkan skor Gensini. Metode penelitian adalah studi potong lintang pada 49 pasien PJK laki-laki berusia 19 sampai 65 tahun yang pertama kali angiografi koroner di Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM pada Juli sampai dengan November 2014. Asupan kalsium berdasarkan kuesioner FFQ dan kalsium dan albumin serum diperiksa sesaat sebelum dilakukan tindakan. Derajat stenosis dinyatakan dengan skor Gensini. Pada penelitian didapatkan median asupan kalsium 301,6 (93–1404) mg/hari dan tidak berkorelasi (r=0,13, p=0,37) dengan kadar kalsium terkoreksi (rerata=8,8+0,4 mg/dL). Rerata skor Gensini didapatkan sebesar 95,18 + 57,78. Asupan kalsium tidak berkorelasi dengan skor Gensini (r=- 0,04, p=0,77). Penelitian ini menyimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara asupan kalsium dengan derajat stenosis pada pasien PJK laki-laki dewasa, dengan kecenderungan korelasi negatif.

ABSTRACT
Coronary artery disease (CAD) is the leading cause of death, with its prevalence in Indonesia 7.2%. Observational evidence suggested that calcium intake was inversely associated with either some risks or event of CAD, but some others found association between calcium supplements with increasing trend in cardiovascular morbidity and mortality. This study proposed to investigate the association between calcium intake and severity of coronary artery disease (CAD) assessed by Gensini score. This cross sectional study enrolled 49 male patients from 19 to 65 years old who underwent their first angiography at Holistic Cardiac Care Centre Unit of Ciptomangunkusumo Hospital Indonesia from July to November 2014. Subjects were assessed using food frequency questionnaires to explore their historical intake of main food sources of calcium. Calcium and albumin level were performed immediately before angiography. Severity of CAD was assessed by Gensini Score. Association between calcium intake and Gensini Score were analyzed. From the study we found median calcium intake was 301,6 (93 – 1404) mg/day and did not have correlation (r=0,13, p=0,37) with corrected serum calcium (means=8,8+0,4 mg/dL). We found means of Gensini score was 95,18 + 57,78. We didn’t find any correlation between calcium intake with Gensini score (r=-0,04, p=0,77). We conclude that there was no correlation between calcium intake and severity of CAD, especially in male patients with CAD with negative tendency."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Todung Donald Aposan
"Intervensi koroner perkutan (IKP) terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit jantung koroner (PJK). Cedera pembuluh darah akibat IKP dapat menyebabkan timbulnya inflamasi dan stress oksidatif. Studi ini menunjukkan bahwa kurkumin memiliki efek menekan inflamasi dan antioksidan pada penderita PJK stabil pasca-IKP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas suplementasi kurkumin per oral dalam menurunkan kadar inflamasi dan stres oksidatif pasca-IKP pasien PJK stabil.
Pasien dewasa PJK stabil dilakukan IKP, dirandomisasi secara acak tersamar ganda ke dalam kelompok kurkumin atau plasebo. Kurkumin (45 mg/hari) atau plasebo diberikan selama 7 hari sebelum IKP hingga 2 hari setelah IKP. Kadar marker inflamasi (hsCRP dan sCD40L) dan marker oksidatif (MDA dan GSH) dalam serum dinilai dalam 3 fase, 7 hari pra-IKP, 24 jam pasca-IKP, dan 48 jam pasca-IKP.
Selama periode April–Juni 2015, terdapat 50 pasien yang direkrut (25 kurkumin dan 25 plasebo) di RSUP Cipto Mangunkusumo dan RS Jantung Jakarta. Konsentrasi hsCRP dan sCD40L pada kelompok kurkumin dalam 3 fase cendrung menurun (p < 0,05) dibanding kelompok plasebo, tetapi konsentrasi hsCRP dan sCD40L pada tiap fase tidak berbedaan bermakna, sedang kadar MDA dan GSH tidak berbeda bermakna setiap fase, namun menunjukkan kecenderungan penurunan kadar MDA (p = 0,6) dan GSH (p = 0,3).
Pemberian kurkumin mempunyai kecenderungan menurunkan respons inflamasi pasca-IKP dan cenderung menghambat pembentukan stress oksidatif yaitu MDA serum melalui mekanisme peningkatan penggunaan antioksidan internal yaitu GSH serum.

Background: Percutaneous coronary intervention (PCI) has been proven to improve morbidities and mortalities in stable coronary heart disease (CHD). However, ischemia-reperfusion injury resulted from PCI might induce inflammation and oxidative stress. Several studies suggested that curcumin exerts anti-inflammatory and antioxidant properties that may be beneficial in post-PCI stable CHD patients.
Objectives: To determine the efficacy of orally administered curcumin in reducing inflammatory response and oxidative stress in post-PCI of stable CHD patients.
Methods: A double-blind randomized controlled trial consisting of 50 adult patients of both sexes with stable CHD who underwent PCI were treated with curcumin or placebo. Either curcumin (45 mg/day) or placebo was given 7 days prior to PCI until 2 days after PCI. Inflammatory markers (hsCRP and sCD40L) and oxidative stress assessment (MDA and GSH) were measured in 3 phases (7 days pre-PCI, 24 hours post-PCI, and 48 hours post-PCI).
Results: During April–June 2015, 50 patients were recruited (25 curcumin and 25 placebo) from Cipto Mangunkusumo General Hospital and Jakarta Heart Center. The serum concentrations of hsCRP and sCD40L in curcumin group (p < 0.05) in all observation phases were significantly lower compared with placebo group; however, there were no significant differences between groups. No significant difference was observed among phases in MDA and GSH, but there was a trend of decreasing MDA and GSH levels (p = 0.6 and p = 0.3, respectively) in curcumin group.
Conclusion: Curcumin tends to reduce inflammatory response following PCI by decreasing oxidative stress (MDA) through the increase of internal antioxidant utilization (GSH).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanita Haldy
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebabkan kematian utama di Indonesia. Pada perusahaan minyak dan gas, PJK menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit diantara pekerja saat ini. Terdapat 5 kejadian evakuasi medis pada tahun 2023 di Perusahaan ini dengan diagnosis gangguan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, analisis faktor risiko PJK pada Perusahaan ini menjadi hal yang fundamental sebagai dasar dalam menentukan program promosi kesehatan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi risiko PJK 10 tahun mendatang pada pekerja dengan metode framingham dan hubungan antara faktor risiko menggunakan desain penelitian
cross sectional dan mixed-method sequential explanatory. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat risiko PJK di Perusahaan minyak dan gas ini adalah 3,8% risiko tinggi, 18,1% sedang dan 78,1% rendah. Gambaran faktor risiko PJK, antara lain 34,4% riwayat CVD keluarga, 82,7% pria, 51,4%, berusia <40 tahun, 67,6% dislipidemia, 26,7% hipertensi, 15,2% diabetes melitus, dan 81,9% kelebihan BB, 40% perokok aktif, 27,6% waktu tidur berisiko, 49,5% tidak aktif berolahraga, 99% sedenter, 52,5% berpola makan tidak baik, 6,7% stress psikososial, 40% bekerja di area non-office, 23,8% shift. Analisis hubungan diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia, hipertensi, diabetes dan risiko PJK pada pekerja dan usia merupakan faktor risiko dominan PJK. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin, dislipidemia, BMI, alkohol, sedenter, pola makan, waktu tidur, stress psikososial, jenis pekerjaan, area kerja dan risiko PJK pada pekerja. Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan pada faktor
determinan perilaku pekerja, diketahui terdapat hubungan antara faktor determinan perilaku dan perilaku pekerja. Pada faktor pengetahuan (faktor pre-disposisi) diketahui bahwa pekerja non office kurang memahami faktor risiko PJK. Potensi penyebabnya adalah edukasi kesehatan pekerja belum merata pada seluruh area kerja. Analisis faktor pemungkin diketahui bahwa perusahaan telah memberikan dukungan penuh untuk meningkatkan kesehatan pekerja, namun masih ditemukan pekerja yang belum melakukan perbaikan perilaku kesehatan. Analisis faktor penguat memperlihatkan bahwa perusahaan telah menjalankan pengawasan dan pemantauan secara baik dan kosisten, namun pelaksaan program kesehatan setiap site belum terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan program promosi kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh, baik dari perusahaan, pekerja, dan juga pembuat kebijakan.

Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in Indonesia. In oil and gas companies, CHD is one of the main causes of disease-related deaths among workers. In 2023, there were 5 medical evacuation incidents at this company with diagnoses of heart and vascular disorders. Therefore, analyzing CHD risk factors at this company is fundamental in determining appropriate health promotion programs. This study was conducted to predict the 10-year risk of CHD among workers using the Framingham method and to assess the relationship between risk factors using a cross-sectional and mixed-method sequential explanatory research design. The results showed that the CHD risk levels at this oil and gas company were 3.8% high risk, 18.1% moderate risk, and 78.1% low risk. The risk factors for CHD included 34.4% with a family history of CVD, 82.7% men, 51.4% under 40 years old, 67.6% with dyslipidemia, 26.7% with hypertension, 15.2% with diabetes mellitus, 81.9% overweight, 40% active smokers, 27.6% with risky sleep duration, 49.5% not physically active, 99% sedentary lifestyle, 52.5% with poor eating habits, 6.7% with psychosocial stress, 40% working in non-office areas, and 23.8% working shifts. There was a significant association between age, hypertension, diabetes, and CHD risk among workers, with age being the dominant risk factor for CHD. There was no association between family history, gender, dyslipidemia, BMI, alcohol consumption, sedentary lifestyle, dietary habits, sleep patterns, psychosocial stress, job type, work area, and CHD risk among workers. Additionally, qualitative analysis of behavioral determinants showed a relationship between behavioral determinants and worker behavior. Regarding worker knowledge as predisposing factors, non-office workers were found to have less understanding of CHD risk factors. The potential cause is uneven health education across all work areas. Analysis of enabling factors revealed that the company has provided full support to improve worker health, but some workers have not yet improved their health behaviors. The analysis of reinforcing factors showed that the company has implemented good and consistent health monitoring, but the implementation of health programs at each site is not yet integrated. Therefore, comprehensive and thorough improvements in health promotion programs are needed from the company, workers, and policymakers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Agus Budhiadnya
"Penyakit jantung koroner telah lama dikenal sebagai pembunuh utama di dunia. Penelitian menunjukkan sekitar 80 persen dari semua PJK dapat dicegah dengan mengendalikan tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol tinggi, bersama dengan mengadopsi perilaku gaya hidup sehat. Di PT X, PJK masih merupakan penyebab utama kematian pekerja, data 7 tahun terakhir ada 95 kasus jantung dan 10 kematian akibat PJK. Karena itu, penting untuk melihat bagaimana pengaruh karakteristik dan perilaku terhadap PJK. Desain penelitian kuantitatif ini adalah cross sectional dengan 250 responden sampel yang dipilih secara acak, menggunakan data medis perusahaan PT X di Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan wawancara pada sampel responden yang dipilih secara acak. Hasil telitian mendapatkan faktor risiko dominan yang bisa dimodifikasi yaitu kebiasaan merokok, perokok lebih berisiko hampir 8 kali dibandingkan bukan perokok (OR 7,939; 4,130 – 15,250). Faktor risiko dominan yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur, mereka yang berusia di atas atau lebih dari 40 tahun 6 kali lebih berisiko dibandingkan dengan pekerja di bawah 40 tahun (OR 6,126; 3,352 – 11,195). Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan manajemen program kesehatan kerja khususnya program berhenti merokok, penegasan area kerja dilarang merokok, dan promosi kesehatan bahaya rokok di PT X.

Coronary heart disease has long been recognized as the world's leading killer. Research shows about 80 percent of all coronary heart disease can be prevented by controlling high blood pressure, diabetes and high cholesterol, along with adopting healthy lifestyle. In PT X, CHD is still the main cause of worker death, the data from the last 7 years has 95 heart cases and 10 deaths cause by CHD. Therefore, it is important to see how characteristics and behavior influence CHD. Design of this research is a quantitative cross-sectional study with 250 samples taken randomly, uses medical data on PT X in East Kalimantan. This study uses interview collect randomly. The research results show that the dominant risk factor that can be modified is the smoking habit, smoker has 8 times more at risk than nonsmoker (OR 7.939; 4.130 – 15.250). The dominant risk factor that cannot be modified is the age, those who are 40 years old or more workers more than 40 years age hasare 6 times more at risk than workers under 40 years old age (OR 6.126; 3.352 – 11,195). The company should improve the management of occupational health program specially smoking cessation program, affirmation of prohibited smoking areas, and health promotion of the dangers of smoking at PT X"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juhdeliena
"Kasus penyakit jantung koroner akan terus meningkat pada negara berkembang salah satunya Indonesia. Pasien penyakit jantung koroner rentan mengalami kekambuhan, sehingga diperlukan pengendalian terhadap faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko penyakit jantung koroner yang paling berhubungan dengan kekambuhan pasien penyakit jantung koroner.
Metode: Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah responden 97 orang. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik ganda.
Hasil: Hasil analisis didapatkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kekambuhan pasien penyakit jantung koroner untuk faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor riwayat keluarga (OR = 2,609, 95%CI 1,1-6,189, p value 0,028). Hasil analisis faktor yang paling berhubungan dengan kekambuhan pasien penyakit jantung koroner untuk faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor riwayat hipertensi (OR = 10,312, 95%CI 1,298-81,904, p value 0,008).
Rekomendasi: Perawat tetap memperhatikan faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner yang mempengaruhi kekambuhan.

The incidence of coronary heart disease will be increased in many developing countries as in Indonesia. People with CHD are at risk to experience exacerbation, therefore we need to control the risk factors that have the most related with the incidence of exacerbation. The purpose of this study was to know the Most Related Risk Factor of Coronary Heart Disease Exacerbation in people with CHD.
Method: A cross sectional study design was used and 97 persons with coronary heart disease were recruited. Data was statistically tested using regresi logistic.
Result: This study reported that the most related factor with the incidence of exacerbation in people with coronary heart disease was the genetic in nonmodifiable factors (OR = 2,609, 95%CI 1,1-6,189, p value 0,028), and for the modifiable factors was the history of hypertension (OR = 10,312, 95%CI 1,298-81,904, p value 0,008).
Recomendation: Nurses still consideri risk factors of coronary heart disease which affects the recurrence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ani
"Penyakit hiperkolesterolemia, hipertensi dan perilaku merokok merupakan salah satu faktor penyebab Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang menjadi penyakit pembunuh nomer satu di dunia (Dilley: 2000). Berdasarkan penelitian eksperimental, epidemiologi, dan klinis menyatakan bahwa peran kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok berpengaruh pada kejadian Penyakit Jantung Koroner (Allen : 2001). Berdasarkan data hasil pemeriksaan kesehatan di perusahaan PT ZA dibandingkan dengan kondisi wilayah Kalimantan Selatan bahwa faktor risiko PJK (kolesterol total, perilaku merokok dan tekanan darah) masih cukup tinggi sehingga dilakukan kegiatan intervensi promosi kesehatan. Intervensi ini bertujuan untuk mengetahui penurunan tingkat risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) setelah dilakukan dilakukan intervensi promosi kesehatan media kelompok A dan media kelompok B pada pekerja tambang di PT ZA Kalimantan Selatan Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian kuasi eksperimental.
Hasil penelitian ini adalah adanya penurunan yang signifikan antara hasil pengukuran kadar kolesterol total sebelum intervensi dengan sesudah intervensi pada kelompok A, adanya penurunan yang signifikan antara hasil pengukuran perubahan perilaku merokok sebelum intervensi dengan sesudah intervensi pada kelompok A dan pada kelompok B, tidak ada penurunan yang signifikan pada tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok A, sebaliknya ada penurunan yang signifikan pada tekanan darah sistolik sebelumm dan sesudah intervensi pada kelompok B, adanya penurunan yang signifikan antara hasil pengukuran perubahan tekanan darah diastolik antara sebelum intervensi dengan sesudah intervensi pada kelompok A dan kelompok B, adanya perbedaan yang signifikan pada penurunan faktor risiko PJK antara sebelum dengan sesudah intervensi pada kelompok A dan kelompk B, adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan media A lebih efektif dari pada media B pada kegiatan intervensi penurunan faktor risiko dan penurunan kolesterol total. Kegiatan intervensi promosi kesehatan menggunakan media booklet, penyuluhan, konseling gizi, seminar kesehatan mampu memberikan perubahan yang positif pada perubahan perilaku kesehatan.

Disease hypercholesterolemia, hypertension and smoking behavior is a risk factor for coronary heart disease (CHD), which became the number one killer disease in the world (Dilley: 2000). Based on experimental research, epidemiology, and clinical states that the role of high cholesterol, and smoking habits affect the incidence of coronary heart disease (Allen: 2001). Based on data from the health examination at company PT ZA compared with South Kalimantan condition that CHD risk factors (total cholesterol, smoking and blood pressure) is still high enough to do health promotion interventions. This intervention aims to determine the degree of reduction in risk of coronary heart disease (CHD) after the media health promotion intervention group A and group B media in miners in South Kalimantan PT ZA Year 2014. Kind of research is quantitative quasiexperimental research design.
These results are a significant decrease between total cholesterol measurement results before the intervention to after intervention in group A, a significant decrease between the results of measurements of changes in smoking behavior before the intervention to after intervention in group A and in group B, there was no reduction significant in systolic blood pressure before and after the intervention in group A, whereas no significant reduction in systolic blood pressure sebelumm and after intervention in group B, a significant decrease between the results of measurements of diastolic blood pressure changes between the pre-intervention to post-intervention in group A and group B, a significant difference in the reduction in CHD risk factors between the before to after intervention in group A and B batches, there are significant differences between the use of a more effective medium than in medium B in the intervention and risk factor reduction in total cholesterol reduction. Health promotion interventions using media booklet, counseling, nutrition counseling, health seminars able to deliver positive changes in health behavior changes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maulidya Sari
"Penyakit Jantung Koroner merupakan prevalensi yang cukup tinggi di masyarakat umum maupun pekerja, serta menyebabkan kematian sebesar 36,5 kesakitan dan tidak mampu kerja. Prevalensi PJK tahun 2013 sebesar 1,5.Salah satu faktor risiko PJK adalah hiperglikemia yang berperan penting dalam proses aterosklerosis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hiperglikemia dengan risiko PJK pada pekerja sektor formal dengan menggunakan pendekatan Framingham Risk Score untuk menentukan risiko PJK pada pekerja. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan berkala Pekerja Sektor Formal di Indonesia tahun 2015-2016. Analisis data yang digunakan adalah Cox Regressi. Hasil analisis menemukan bahwa pekerja yang hiperglikemia berisiko 3,818 kali 95 CI 2,451-5,950) berisiko PJK dibandingkan dengan yang tidak hiperglikemia setelah dikontrol dengan kadar trigliserida. Pekerja dapat menerapkan pola makan sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah serta pemeriksaan kesehatan lain untuk mencegah hiperglikemia dan mengetahui risiko PJK"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>