Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Azhari Maulana
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 terjadi di seluruh Dunia. Semua sektor terkena imbas dari hal tersebut, termasuk tenaga kesehatan. Terjadi peningkatan resiko gangguan kesehatan fisik dan mental dari Tenaga Kesehatan saat Pandemi salah satu nya Burnout. Vaksinasi adalah salah satu usaha dalam memberikan imunitas kelompok pada masyarakat. Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang menerapkan percepatan dari vaksinasi pada masyarakat, hal tersebut dapat meningkatkan kebutuhan akan tenaga kerja yang menjadi anggota Tim Vaksinasi COVID-19 sehingga berpotensi mengakibatkan terjadinya kejadian Burnout pada anggota Tim Vaksinasi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan Burnout pada Tim Vaksinasi COVID-19 Kab.Subang 2020 -2022
Metode: Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei – Juli 2022 di seluruh puskesmas Kabupaten Subang dengan pembagian kuesioner via online google form. Metode sampling menggunakan simple random sampling. Jumlah sampling dihitung mengunakan metode Slovin dengan hasil 131 orang yang terdiri atas Tim Vaksinasi COVID-19 Kabupaten Subang. Variabel yang digunakan adalah demografi (umur, jenis kelamin, status pernikahan, dan status pendidikan) faktor pekerjaan (jarak antara rumah ke tempat kerja, lama kerja, dan tugas dalam Tim Vaksinasi), beban kerja mental, dan lokus kendali kerja. Analisis yang digunakan adalah analisis hubungan dengan chi square (Bivariat) dan analisis faktor yang paling berhubungan dengan regresi logistik (Multivariat)
Hasil dan diskusi: Hasil dari penelitian ini 44 (33,3%) orang dari Tim Vaksinasi mengalami Burnout. Pada penelitian ini tidak ada faktor demografis yang memiliki hubungan dengan Burnout (nilai p > 0.05). Faktor yang berhubungan dengan Burnout yaitu faktor masa kerja (nilai p = 0.022), faktor lokus kendali kerja (nilai p = 0.022), dan faktor beban kerja mental (nilai p = 0.009). Pada uji multivariat ditemukan faktor yang saling berhubungan adalah lokus kendali kerja(aOR =2,9) dibandingkan dengan faktor lain nya.
Kesimpulan: Faktor masa kerja, lokus kendali kerja dan beban kerja mental memiliki hubungan dengan Burnout. Faktor lokus kendali kerja merupakan faktor yang paling dominan berhubungan terhadap terjadinya Burnout pada Tim Vaksinasi COVID- 19 Kabupaten Subang.

Background: The COVID-19 pandemic was happening worldwide. All sectors were impacted because of this pandemic, including health workers. The physical and mental health risks increased during this pandemic, including burnout. Vaccination was one of many methods for giving humans immunity against the disease. Because of that, Subang was one of many districts with a government policy for accelerating vaccinations. These policies may impact vaccination teams because high demand for the group can increase the potential for burnout.
Aim: This study is conducted to detect what factors are associated with burnout in the vaccination team in the Subang district.
Methods: The research was conducted in May – July 2022 in the public health care Subang district. The sampling method uses simple random sampling of vaccination team members, about 131 people. The variable factors in this research are characteristic sample (age, sex, marital status, education status), Work Factor (commuting distance, work periods, and job in vaccination team), mental workload, and work locus of control. This analysis will be conducted with the chi-square method for correlation in bivariate and logistic regression for correlation in multivariate.
Result and Discussions: in this research there are 44(33,3%) people of team members who have Burnout. No demographic factors have correlation with Burnout (p value > 0.05). There is correlation between work periods(p value = 0.022), mental workload (p value = 0.009 ) and work locus of control (p value = 0.022) to Burnout. In multivariate factors, this research found work locus of control (p Value = 0.012) have dominant correlation with Burnout (aOR= 2,9).
Conclusion: Work periods, mental workload, and work locus of control factor correlate with Burnout. Work locus of control is the most dominant factor correlates with a burnout in the vaccination team in the Subang district.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Mardiana
"Data per tanggal 1 Oktober 2021 pukul 18.00 WIB, sebanyak 62.441 (25,40%) remaja di kota Bekasi sudah mendapatkan vaksin dosis pertama dan sebanyak 56.090 (22,81%) remaja di kota Bekasi sudah mendapatkan vaksin dosis kedua (Kementerian Kesehatan RI, 2021f). Masih rendahnya pemanfaatan pelayanan vaksinasi pada remaja dan dibukanya sekolah dapat mengakibatkan remaja menjadi agen penularan potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan vaksinasi COVID-19 pada remaja berumur 12-17 tahun di Kota Bekasi. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner online. Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 520 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis chi square dengan level kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 92,9% remaja berumur 12-17 tahun sudah divaksinasi dan 7,1% remaja berumur 12-17 tahun belum/tidak divaksinasi. Terdapat hubungan yang signifikan antara norma sosial (p value = 0,006), teknologi (p value < 0,001), aksesibilitas geografis (p value <0,001), ketersediaan pelayanan vaksinasi COVID-19 (p value = 0,006), pelayanan tenaga kesehatan (p value = 0,006), pendidikan (p value < 0,001), persepsi (p value = 0,011), dan self efficacy (p value = 0,001). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p value = 0,860), pengetahuan (p value = 0,231), dan cues to action (p value = 0,109). Berdasarkan hasil penelitian, perlu mensosialisasikan informasi terkini terkait COVID-19 dan vaksin COVID-19 dengan menggunakan internet dan media sosial, menggencarkan layanan vaksinasi door to door, menggunakan layanan telemedicine untuk berkonsultasi dengan dokter jika orang tua masih merasa ragu untuk divaksinasi COVID-19, dan melakukan pelatihan kepada vaksinator.

COVID-19 vaccination program for adolescents aged 12-17 years began on July 1, 2021. Data as of October 1, 2021 at 06.00 PM, as many as 62.441 (25,4%) adolescents in Bekasi City have received the first dose of vaccine and as many as 56,090 (22.81%) adolescents in the city of Bekasi have received the second dose of vaccine (Kementerian Kesehatan RI, 2021f). Low utilization of COVID-19 vaccination service for adolescents and opening of schools can result adolescents becoming potential agents of transmission. This study aims to determine the factors that affecting utilization of COVID-19 vaccination services in adolescents aged 12-17 years in Bekasi City. Study design used in this study was cross sectional using an online questionnaire. The sample size in in this study was 520 respondents. The analysis used is chi square analysis with 95% confidence interval. The results showed that 92.9% of adolescents aged 12-17 years had been vaccinated and 7.1% of adolescents aged 12-17 years had not/not vaccinated. There is a significant relationship between social norms (p value = 0.006), technology (p value < 0.001), geographic accessibility (p value < 0.001), availability of COVID-19 vaccination services (p value = 0.006), health care services (p value = 0.006), education (p value = 0.000), perception (p value = 0.011), and self-efficacy (p value = 0.001). There is no significant relationship between gender (p value = 0.860), knowledge (p value = 0.231), and cues to action (p value = 0.109). Based on the results of the study, it is necessary to disseminate the latest information related to COVID-19 and the COVID-19 vaccine by utilizing the internet and social media, intensify door-to-door vaccination services, use telemedicine services to consult with doctors if parents still have doubts about being vaccinated against COVID-19, and training for vaccinators."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Tasya Nabila
"Penelitian ini menggunakan metode literature review yang membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infeksi Covid-19 pasca vaksinasi. Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya dalam pemutusan rantai penularan Covid-19 dengan cara membentuk kekebalan pada tubuh manusia. Namun nyatanya, sejumlah orang dinyatakan positif Covid-19 padahal sudah mendapatkan dua dosis vaksin baik itu di Indonesia ataupun di luar negeri. Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infeksi Covid-19 pasca vaksinasi. Penelitian dilakukan menggunakan metode literature review dengan mencari artikel penelitian yang dipublikasi di tahun 2021. Semua informasi didapatkan melalui pencarian artikel yang telah terpublikasi dengan menggunakan akses online database yaitu Google Scholar, ProQuest, Scopus, dan Oxford Academic. Hasil peninjauan literatur didapatkan sembilan artikel penelitian yang dianalisis. Hasil penelitian didapatkan bahwa mutasi varian virus Covid-19 dan peningkatan kemampuan transmisi dari virus merupakan hal terbanyak yang ditemukan dari literature review serta ditemukan pengaruh pekerjaan terkait risiko terpaparnya virus Covid-19 dan perilaku individu sebagai hasil temuan literature review yang berpengaruh terhadap terjadinya infeksi Covid-19 walaupun sudah mendapatkan vaksinasi. Saran literature review untuk faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infeksi Covid-19 pasca vaksinasi adalah perlu bagi masyarakat dan setiap individu untuk tetap melakukan pencegahan dan pengendalian Covid-19. Pencegahan dan pengendaliannya melaksanakan protokol kesehatan 3M, 3T, dan mendukung pelaksanaan vaksinasi.

This study uses a literature review method which discusses the factors associated with the occurrence of covid-19 infection post-vaccination. The Covid-19 vaccination is one of the efforts to break the chain of transmission of Covid-19 by forming immunity in the human body. But in fact, a number of people have tested positive for Covid-19 even though they have received two doses of the vaccine, both in Indonesia and abroad. The purpose of the writing is to find out what are the factors associated with the occurrence of covid-19 infection post-vaccination. The research was conducted using the literature review method by searching for some research articles published in 2021. All information was obtained through searching for published articles using online database access, namely Google Scholar, ProQuest, Scopus, and Oxford Academic. The results of the literature review showed that nine research articles were analyzed. The results of the study found that mutations of the Covid-19 virus variant and increased transmission ability of the virus were the most common things found from the literature review and found the influence of work related to the risk of exposure to the Covid-19 virus and individual behavior as a result of the literature review findings that affected the occurrence of Covid-19 infection 19 despite getting vaccinated. Suggestions for a literature review for factors associated with the occurrence of covid-19 infection postvaccination is that it is necessary for the community and every individual to continue to prevent and control Covid-19. Prevention and control implement the health protocols such as 3M, 3T, and support the implementation of vaccinations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa
"Penyebaran COVID-19 yang begitu cepat perlu adanya pencegahan dan pengendalian COVID-19 salah satunya yaitu dengan vaksinasi. Program vaksinasi COVID-19 telah dilakukan di Indonesia, namun dalam pelaksanaannya masih banyak masyarakat yang ragu-ragu bahkan menolak untuk melakukan vaksinasi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap penerimaan vaksinasi COVID-19. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional  dengan sampel 111 masyarakat di Desa Sinomwidodo, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner pengetahuan dan sikap dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Al-Marshoudi et al (2021), Kumari et al (2021), dan Mohamed et al (2021), kemudian dimodifikasi lagi oleh peneliti dengan menambahkan pertanyaan berdasarkan tinjauan pustaka. Hasil uji validitas kueisoner pengetahuan di dapatkan nilai r berada pada rentang 0,376 – 0,886 > r tabel (0,361) dan memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0,894. Hasil uji validitas kueisoner sikap di dapatkan nilai r berada pada rentang 0,831 – 0,886 > r tabel (0,361) dan memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0,928. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap penerimaan vaksinasi COVID-19 (p = 0,001; α = 0,05). Semakin baik pengetahuan mengenai vaksinasi COVID-19, maka semakin baik juga sikap penerimaan vaksinasi COVID-19. Peneliti merekomendasikan agar pemerintah dan pihak terkait dapat memberikan pemerataan edukasi mengenai pentingnya vaksinasi COVID-19. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian mengenai faktor penghambat dan pendukung penerimaan vaksinasi COVID-19.

The rapid spread of COVID-19 requires prevention and control of COVID-19, one of which is vaccination. The COVID-19 vaccination program has been carried out in Indonesia, but in its implementation there are still many people who are hesitant and even refuse to vaccinate against COVID-19. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes towards the acceptance of COVID-19 vaccination. The research design used was cross sectional with a sample of 111 people in Sinomwidodo Village, Tambakromo District, Pati Regency, Central Java. The instrument used is the knowledge and attitude questionnaire from the research questionnaire conducted by Al-Marshoudi et al (2021), Kumari et al (2021), and Mohamed et al (2021), then modified again by the researcher by adding questions based on the literature review. The results of the validity test of the knowledge questionnaire obtained that the r value was in the range of 0.376 – 0.886 > r table (0.361) and had a Cronbach's alpha value of 0.894. The results of the attitude questionnaire validity test obtained that the r value was in the range of 0.831 – 0.886 > r table (0.361) and had a Cronbach's alpha value of 0.928. The results of this study indicate that there is a significant relationship between knowledge and attitudes towards the acceptance of COVID-19 vaccination (p = 0.001; = 0.05). The better the knowledge about the COVID-19 vaccination, the better the attitude towards receiving the COVID-19 vaccination will be. The researcher recommends that the government and related parties can provide equal distribution of education regarding the importance of COVID-19 vaccination. Further research is recommended to conduct research on the inhibiting and supporting factors for receiving COVID-19 vaccination."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apreh Ristanasari
"Covid-19 berdampak pada berbagai aspek sehingga perlu upaya pengendalian. Selain melakukan protokol kesehatan maka perlu vaksinasi. Cakupan vaksinasi covid-19 dosis ketiga di Indonesia masih rendah sebesar 37,99%. Cakupan Provinsi Lampung masih rendah sebesar 28,58%. Provinsi Lampung juga berisiko tinggi apabila dilihat dari angka CFR covid-19 sebesar 5,59%. Berbagai strategi dilakukan untuk upaya percepatan vaksinasi dengan melibatkan berbagai aktor namun cakupan masih rendah. Dari studi pendahuluan diketahui bahwa terdapat hambatan pada unsur fungsi manajemen. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi manajemen program vaksinasi covid-19 dari penyedia layanan yang mempengaruhi cakupan vaksin covid-19 dosis ketiga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian Rapid Assesment Procedures (RAP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh aspek kontek meliputi pembiayaan, logistik vaksin, regulasi serta sarana dan prasarana terhadap cakupan vaksin covid-19 dosis ketiga. Terdapat pengaruh mekanisme dalam aktor meliputi pelaksanaan, pencatatan pelaporan, monitoring dan evaluasi serta koordinasi terhadap cakupan vaksin covid-19 dosis ketiga. Diketahui pada aspek hasil masih rendah yaitu rata-rata pemakaian vaksin perhari sebesar 277 dosis dan cakupan vaksin dosis ketiga sebesar 28,58%. Kesimpulan Peningkatan cakupan vaksinasi covid-19 dosis ketiga di Provinsi Lampung terkendala oleh manajemen program penyedia layanan terutama dari aspek pembiayaan, logistik vaksin, regulasi, koordinasi, pencatatan, dan pelaporan

Covid-19 has an impact on various aspects so it needs control efforts. In addition to carrying out health protocols, it is necessary to vaccinate. Coverage of the third dose of Covid-19 vaccination in Indonesia is still low at 37.99%. Lampung Province coverage is still low at 28.58%. Lampung Province is also at high risk when viewed from the CFR co-19 figure of 5.59%. Various strategies have been implemented to accelerate vaccination by involving various actors but the coverage is still low. From the preliminary study it is known that there are obstacles to the elements of the management function. The purpose of this study was to identify the management of the covid-19 vaccination program from service providers that affect coverage of the third dose of the covid-19 vaccine. This study used a qualitative research method with the type of Rapid Assessment Procedures (RAP) research. The results of this study indicate that there is an influence of context aspects including financing, vaccine logistics, regulations and facilities and infrastructure on the coverage of the third dose of the covid-19 vaccine. There is the influence of mechanisms within actors including implementation, recording of reporting, monitoring and evaluation as well as coordination of coverage of the third dose of the covid-19 vaccine. It is known that the yield aspect is still low, namely the average use of vaccine per day is 277 doses and the third dose vaccine coverage is 28.58%. Conclusion Increasing coverage of the third dose of covid-19 vaccination in Lampung Province is constrained by program management of service providers, especially from the aspects of financing, vaccine logistics, regulation, coordination, recording and reporting."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Djoharis
"Pilkada langsung secara serentak berdasarkan Perppu Nomor 2 Tahun 2020 baru akan diselenggarakan pada tanggal 9 Desember 2020. Mengingat Vaksin Covid-19 belum ditemukan, maka diperkirakan Pilkada Serentak sebagai sarana rakyat berdemokrasi secara Luber, efisien dan disentralisasi berlangsung masih dalam gelombang Pandemi Covid-19. Mempertimbangkan Pandemi Covid-19 ini berdampak multidimensional dan mendorong
masyarakat untuk hidup dengan “New Normal Life” dengan rambu-rambu Protokol Kesehatan disertai masing-masing daerah memiliki karakteristik yang beragam budaya, agama, adat istiadatnya dan masih terdapat konflik-konflik sosial, maka hasil Pilkada Serentak tahun 2020 diharapkan dapat menghasilkan Pemimpin dan kepemimpinan berbasis Multikultur yang mampu menangkal dan menyelesaikan konflik-konflik sosial dimaksud. Namun demikian,
masih dirasakan bahwa demokrasi melalui Pilkada, kendati sudah bersifat langsung bahkan serentak, bukan hanya belum menjadi faktor signifikan perubahan budaya politik elite lokal, tetapi juga cenderung menghasilkan pemimpin yang kurang berintegritas karena hutang budi disaat proses pencalonannya serta memfasilitasi menguatnya kembali politik identitas berbasis sentimen primordial, baik atas nama suku, agama, ras, maupun antargolongan (SARA). Kedepan diharapkan setiap penyelenggara Pilkada Serentak dapat membangun sistem Pilkada yang memperhatikan keberagaman dan menghasilkan Pemimpin yang memiliki integritas diri berbasis multikultur."
Jakarta : Biro Humas Settama Lemhannas RI , 2019
321 JKLHN 40 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Dwi Fitri
"WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi dengan jutaan orang yang terinfeksi dan ratusan ribu orang meninggal dunia.. Hampir 2 tahun sejak pandemi Covid-19 menyebar di seluruh dunia, namun proses pengembangan vaksin Covid-19 dikembangkan dengan cepat. Dengan adanya kebijakan wajib vaksin di semua negara, masyarakat dunia telah dihadapkan dengan berbagai dilema dalam menerima kebijakan ini dan menimbulkan seruan dalam menolak vaksin Covid 19. Hal ini menimbulkan keraguan di tengah populasi untuk menerima vaksin Covid 19. Timbulnya keraguan pastinya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda di setiap negaranya. Hal ini membuat penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat penerimaan vaksinasi Covid 19 di beberapa negara dunia. Determinan apa saja yang membuat penduduk beberapa negara di dunia menunjukan sikap penolakan terhadap vaksinasi Covid 19. Oleh karena itu, pencarian studi dilakukan pada database online Pubmed, ScienceDirect dan Springerlink dengan kata kunci "Vaccine acceptance" OR ("vaccine hesitancy") AND ("COVID 19" OR "coronavirus disease" OR "SARS-CoV-2"). Dari pencarian tersebut, 24 studi terinklusi dalam penelitian. Determinan yang mempengaruhi penerimaan vaksin Covid-19 di beberapa negara terdiri dari keamanan dan efektivitas vaksin, pendidikan, rekomendasi tenaga kesehatan, pendapatan, penyakit kronis, usia, info vaksin, harga vaksin, riwayat Covid-19, agama, dan pekerjaan. Adanya vaksinasi Covid 19 menjadi harapan untuk memulai kehidupan normal, dengan diketahuinya determinan yang mempengaruhi penerimaan masyarakat dalam menerima vaksin Covid-19, diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk menjalankan program vaksinasi Covid-19 di masa yang akan datang.

WHO has designated Covid-19 as a pandemic with millions of people being infected and hundreds of thousands of people dying.. It has been almost 2 years since the Covid-19 pandemic spread across the world, but the process of developing a Covid-19 vaccine is progressing rapidly. With the mandatory vaccine policy in all countries, the world community has been faced with various dilemmas in accepting this policy and has raised calls to reject the Covid 19 vaccine. This raises doubts among the population to receive the Covid 19 vaccine. The emergence of doubts is certainly influenced by several factors that different in each country. This makes the author want to know how the level of acceptance of the Covid 19 vaccination is in several countries in the world. What are the determinants that make the population of several countries in the world show an attitude of rejection towards Covid 19 vaccination. Therefore, a study search was conducted on the online databases of Pubmed, ScienceDirect and Springer Link with the keywords "Vaccine acceptance" OR ("vaccine hesitancy") AND ( "COVID 19" OR "coronavirus disease" OR "SARS-CoV-2"). From these searches, 24 studies were included in the study. The determinants that affect the acceptance of the Covid-19 vaccine in several countries consist of vaccine safety and effectiveness, education, recommendations for health workers, income, chronic diseases, age, vaccine information, vaccine prices, Covid-19 history, religion, and occupation. The existence of the Covid 19 vaccination is a hope to start a normal life, with knowing the determinants that affect public acceptance of receiving the Covid-19 vaccine, it is hoped that this can be taken into consideration for carrying out the Covid-19 vaccination program in the future."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Vaksin adalah elemen kunci dalam upaya pencegahan penyakit yang telah menjadi fokus utama di tingkat global, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19. Puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat memainkan peran penting dalam penyelenggaraan program vaksinasi. Evaluasi yang cermat tentang penggunaan vaksin di puskesmas dapat memberikan wawasan berharga untuk perbaikan program vaksinasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik.Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis data pemakaian vaksin rutin dan vaksin COVID-19 di Puskesmas se-Kecamatan Matraman dan jejaringnya pada tahun 2022. Data dianalisis untuk menentukan jumlah dan jenis vaksin yang paling banyak digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 18 jenis vaksin digunakan, termasuk vaksin BCG, campak, DPT-HB-HiB, dan vaksin COVID-19 seperti Sinovac Multi Dose. Vaksin DPT-HB-HiB adalah jenis vaksin rutin dengan penggunaan terbanyak pada tahun 2022, sedangkan Sinovac Multi Dose adalah vaksin COVID-19 dengan penggunaan terbanyak. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang berharga dalam perencanaan dan pengembangan program vaksinasi di tingkat lokal, serta mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif dalam upaya pencegahan penyakit. Informasi ini dapat membantu puskesmas dan jejaringnya dalam mengelola persediaan vaksin dan menyusun strategi vaksinasi yang lebih baik.

Vaccines are a crucial element in disease prevention efforts that have garnered global attention, particularly in the face of the COVID-19 pandemic. Health centers, as community-level healthcare institutions, play a pivotal role in the administration of vaccination programs. A meticulous evaluation of vaccine usage data in health centers can offer valuable insights for improving vaccination programs and making better-informed decisions. The primary objective of this research is to analyze the data on routine vaccine and COVID-19 vaccine usage in Health Centers across the Matraman Subdistrict and their networks in the year 2022. The data were analyzed to determine the total quantity and types of vaccines most frequently used. The findings of this research reveal that a total of 18 vaccine types were utilized, including BCG, measles, DPT-HB-HiB, and COVID-19 vaccines like Sinovac Multi Dose. DPT-HB-HiB was the most commonly used routine vaccine in 2022, while Sinovac Multi Dose was the most frequently used COVID-19 vaccine. The results of this analysis are expected to provide valuable insights into the planning and development of vaccination programs at the local level and support more effective decision-making in disease prevention efforts. This information can aid health centers and their networks in managing vaccine supplies and devising better vaccination strategies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Dara Pertiwi
"Anak-anak termasuk dalam kategori rentan terinfeksi COVID-19. Keputusan orang tua untuk memberikan izin kepada anaknya untuk divaksinasi atau tidak, bergantung pada kesediaan orang tua untuk menerima vaksin tersebut. IDAI menetapkan capaian vaksinasi sebesar 100% untuk PTM yang aman, sedangkan WHO menetapkan sebesar 70%. Cakupan vaksinasi COVID-19 untuk anak umur 6-11 tahun di Kecamatan Cakung hanya 65.57% untuk dosis pertama dan 33.59% untuk dosis kedua, angka cakupan ini merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan penerimaan orang tua terhadap pemberian vaksin COVID-19 pada anak sekolah dasar di Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur. Penelitian menggunakan desain cross sectional, pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner secara online. Responden penelitian berjumlah 394 orang tua dari murid sekolah dasar yang berada di Kecamatan Cakung. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda model faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan 87.3% orang tua menerima pemberian vaksin COVID-19 untuk anak mereka. Persepsi manfaat (pValue: 0.018), persepsi hambatan (pValue: 0.018), dan pemicu bertindak (pValue: 0.001) merupakan variabel yang berhubungan signifikan dengan penerimaan orang tua terhad ap pemberian vaksin COVID-19. Pemicu bertindak menjadi variabel dominan yang berhubungan dengan penerimaan orang tua. Orang tua dengan pemicu bertindak yang tinggi cenderung menerima vaksin COVID-19 3,1 kali lebih besar dibanding dengan orang tua dengan pemicu bertindak rendah setelah dikontrol persepsi manfaat dan persepsi hambatan.

Children are in the vulnerable category ofCOVID-19 infection. Parent’s decision to grant permission for their children to be vaccinatedor not, depends on the parental acceptance of COVID-19 vaccination itself. Indonesian Pediatric Association set the vaccination coverage rate at 100% for safe face-to-face learning, while WHO set it at 70%. COVID-19 vaccination coverage for children aged 6-11 years in Cakung district is only 65.57% for the first dose and 33.59% for the second dose, this rate is the lowest compared to other sub-districts in DKI Jakarta. This study aims to find out the determinants of parental acceptance of COVID-19 vaccination in elementary school children in Cakung district, East Jakarta City. The Study used a cross sectional design, data collection was done through filling out online questionnaires. The research respondents were 394 parents of elementary school students in Cakung district. Multivariate analysis using multiple logistic regression risk factor model. The result has shownthat 87.3% of parents received the COVID-19 vaccinationfor their children. Perceived benefits (pValue: 0.018), perceived barriers (pValue: 0.018), and cues to action (pValue: 0.001) were variables that were significantly associated with parental acceptance of the COVID-19 vaccination. Cues to action became the dominant variable in this study.Parents with high-cues to action tend to receive the COVID-19 vaccination 3.1 times more than those with low-cues to action after being controlled by perceived benefits and perceived barriers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Sri Karina Br
"Vaksinasi COVID-19 di Indonesia telah dilaksanakan sejak 13 Januari 2021 dan masih dilaksanakan hingga saat ini. Data capaian vaksinasi ditemukan terdapat perbedaan jumlah penerima vaksin dosis pertama dan dosis kedua. Hal ini menunjukkan terdapat masyarakat yang belum mendapatkan dosis primer lengkap. Padahal vaksin COVID-19 dapat membentuk antibodi secara optimal jika individu menerima dosis primer lengkap. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kelengkapan vaksinasi COVID-19 pada masyarakat di wilayah DKI Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan melibatkan sebanyak 261 responden. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner online yang selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariate menggunakan uji chi square dengan level kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan kelengkapan vaksinasi COVID-19 pada masyarakat DKI Jakarta sudah divaksinasi secara lengkap (95,4%). Terdapat hubungan yang signifikan pada pengetahuan vaksinasi (POR: 8,59), persepsi manfaat vaksinasi COVID-19 (POR: 4,47), dan self efficacy dalam melakukan vaksinasi COVID-19 (POR: 4,78) dengan kelengkapan mendapatkan vaksinasi COVID-19 pada masyarakat. Selain itu, mayoritas masyarakat tetap bersedia untuk menerapkan protokol kesehatan setelah divaksinasi COVID-19 (98,9%). Pemerintah disarankan untuk melakukan reminder kembali kampanye vaksinasi COVID-19. Dinas Kesehatan disarankan untuk membuat perencanaan konten tentang COVID-19 dan vaksinasi COVID-19 yang terbaru serta fokus menyebarkan informasi melalui media sosial dan memperbaharui data capapain vaksinasi. Masyarakat disarankan untuk tetap waspada dan melaksanakan protokol kesehatan serta melakukan vaksinasi booster bagi yang belum melakukan

The COVID-19 vaccination in Indonesia has been carried out since 13 January 2021 and is still being out today. Vaccination achievement data found that were differences in the number of recipients of the first dose of vaccine and the second dose. This data shows that there are people who have not received the primary doses completely. Even though the COVID-19 vaccine can optimally form antibodies if individuals receive the completeness of primary doses. This study aims to find out what factors are related to the completeness of COVID-19 vaccination in the community in the DKI Jakarta area in 2022. This study used a cross-sectional study design and involved 261 respondents. Data were collected through online questionnaires and then analyzed univariate and bivariate using the chi-square test. The results showed that the completeness of the COVID-19 vaccination in the people of DKI Jakarta had been completely vaccinated (95.4%). There is a significant relationship between vaccination knowledge (POR: 8,59), perceived benefits of COVID-19 vaccination (POR: 4,47), and self-efficacy in carrying out COVID-19 vaccinations (POR: 4,78). In addition, the majority of people are still willing to implement health protocols after being vaccinated against COVID-19 (98.9%). The government can carry out a reminder for the COVID-19 vaccination campaign. The Health Office can plan content about COVID-19 and the latest COVID-19 vaccinations and focus on spreading information through social media and updating data on vaccination achievements. The community is advised to remain vigilant and implement health protocols and carry out booster vaccinations for those who have not yet done it."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>