Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178063 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Putri Cahyani
"Konsep citra tubuh terus-menerus digambarkan di media, khususnya dalam film animasi. Studi sebelumnya juga menemukan bahwa sebagian besar film animasi telah menunjukkan penggambaran citra tubuh yang negatif selama beberapa dekade. Namun, penelitian ini berpendapat bahwa penggambaran film animasi terkini lebih baik dari film-film sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk membedah penggambaran body image dalam film animasi terbaru dari tahun 2016 hingga 2019, khususnya Kung Fu Panda 3 (2016) dan How To Train Your Dragon: The Hidden World (2019). Konten analisis dari kedua film tersebut dilakukan dengan kerangka Analisis Wacana Kritis Sara Mills. Temuan mengungkapkan bahwa kedua film tersebut menekankan pada penyampaian pesan positif mengenai citra tubuh, penemuan kontras dengan yang ditemukan di film-film sebelumnya. Mereka memerankan tokoh-tokoh dengan berbagai keunikan fisik dan budaya di mana penampilan fisik tidak relevan, aspek yang tidak sering ditemukan dalam film animasi. Karakter juga digambarkan puas dengan penampilan mereka, terlepas dari ukuran atau bentuknya. Kung Fu Panda 3 (2016) dan How To Train Your Dragon: The Hidden World (2019) menggambarkan konsep citra tubuh secara positif.

The concept of body image has been perceptually portrayed in children’s media, particularly in animated movies.. Previous studies also found that a majority of animated movies have shown a negative portrayal of body image for decades. However, this research argues that the portrayal of recent animated films is better than previous ones. This research aims to dissect the portrayal of body image within recent animated movies from 2016 to 2019, particularly Kung Fu Panda 3 (2016) and How To Train Your Dragon: The Hidden World (2019). A content analysis of the two films was conducted using Sara Mills’ Critical Discourse Analysis (CDA) framework. The findings reveal that both movies emphasized on delivering positive body image, contrasting the ones found in previous films. They portrayed characters with various unique physiques and cultures in which physical appearances are irrelevant, aspects that are not often found in children’s movies. The characters are also depicted to be content with their appearances, regardless of size or shape. Kung Fu Panda 3 (2016) and How To Train Your Dragon: The Hidden World (2019) portrayed body image in a positive manner."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nadifa Syahidah
"Grave of The Fireflies merupakan film adaptasi dari kisah novelis bernama Akiyuki Nosaka yang berjuang mempertahankan hidup ketika serangan bom Kobe 1945. Film ini menampilkan situasi serangan tersebut dan dampak yang dirasakan masyarakat Jepang hingga menyebabkan salah satu tokoh utama kehilangan harapan hidupnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serangan bom Kobe 1945 serta bagaimana dampak yang dihasilkan dari peristiwa tersebut direpresentasikan dalam film animasi Grave of The Fireflies.
Penulis menggunakan teori representasi milik Stuart Hall (1997) yang kemudian dianalisis dengan metode sinematografi berdasarkan teknik dokumentasi (shot) dan mise en scene berdasarkan simbol atau unsur dalam gambar. Meskipun dapat dikategorikan sebagai film anti- war karena mengkritik perang, Grave of The Fireflies memiliki tujuan lain untuk menyebarkan gagasan bahwa Jepang sangat menderita dan tidak bersalah.
Film ini tidak menampilkan konteks sejarah mengenai Jepang yang memulai perang terlebih dahulu pada Amerika. Jepang memanfaatkan rasa simpati penonton melalui penggunaan karakter anak-anak agar terbentuk paham bahwa masyarakat Jepang sangat menderita akibat serangan Amerika. Film ini juga menggambarkan ketidakpedulian pemerintah Jepang pada masa itu dengan tetap meneruskan perang dan tidak mengirimkan bantuan yang memadai untuk masyarakat.

Grave of The Fireflies is a film adaptation of the story of a novelist named Akiyuki Nosaka who struggled to survive during the 1945 Kobe bombing. This film depicts the situation of the attack and the impact it had on Japanese people until causing one of the main characters to lose hope of his life. Based on this, this study aims to describe the 1945 Kobe bombing and how the impact resulting from this attack is represented in the animated film Grave of The Fireflies.
The author uses the theory of representation belonging to Stuart Hall (1997) which is then analyzed using the cinematographic method based on documentation techniques (shot) and mise en scene based on symbols or elements in the image. Although it can be categorized as an anti-war film because it criticizes war, Grave of The Fireflies has another goal to spread image that Japan is suffering and innocent.
This film does not present a historical context regarding Japan which started the first war on America. Japan takes advantage of the audience's sympathy through the use of children's characters in order to form an understanding that Japanese society has suffered greatly from the American attack. This film also describes the indifference of the Japanese government at that time by continuing the war and not sending adequate aid to the people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Hamidah Wiryawan
"Penelitian ini menganalisis teknik terjemahan judul film animasi Disney dengan teori teknik penerjemahan oleh Yoko Hasegawa. Studi ini memiliki tujuan untuk mengetahui teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan judul film animasi Disney ke bahasa Jepang serta alasan penggunaan teknik tersebut. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis sumber data berupa judul film animasi Disney yang diakses dari https://www.disney.co.jp/studio/animation.html. Dari hasil penelitian ini, terdapat lima teknik yang digunakan dalam penerjemahan judul film animasi Disney, yaitu teknik borrowing, literal, modulation, equivalence, dan addition/deletion. Dalam total 57 data, terdapat 37 penggunaan teknik borrowing, 2 penggunaan teknik literal, 1 penggunaan teknik modulation, 1 penggunaan teknik equivalence, dan 34 penggunaan teknik addition/deletion. Teknik borrowing paling banyak digunakan karena kata/kalimat yang ada pada judul film tidak memiliki padanan yang baik dalam BSa dan juga digunakan untuk memperkenalkan tokoh utama dalam film tersebut.

This study analyses the translation techniques of Disney’s animated film titles by using Yoko Hasegawa’s translation techniques theory. This study aims to determine the techniques used in translating Disney’s animated film titles into Japanese and the reasons for using these techniques. Qualitative research method is used to analyse the data source of Disney’s animated film titles accessed from https://www.disney.co.jp/studio/animation.html. The results are there are 5 techniques that is used to translate Disney’s animated film titles, which is borrowing technique, literal technique, modulation technique, equivalence technique and addition/deletion technique. From the total of 57 data, there are 37 use of borrowing technique, 2 use of literal technique, 1 use of modulation technique, 1 use of equivalence technique and 34 use of addition/deletion technique. Borrowing technique is mostly used because the words/sentences in the film titles do not have a good equivalent in SL and are also used to introduce the main character in the film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Royyan Noor Arofianto
"Film 3D Stop Motion menjadi salah satu hasil karya pembentukan karya berdasarkan gerakan. Sebuah ruang ilusi gerak yang memerlukan komposisi dan tatanan frame untuk menciptakan sebuah narasi tertentu dan dapat diterima oleh mata manusia.Isu yang terjadi sini membuktikan bahwa sebuah frame yang cenderung diam dapat terlihat menghasilkan motion dengan ciri tertentu yang dapat mengilusikan gerak menjadi lebih dinamis.Sehingga timbul pertanyaan, apakah sebuah komposisi statis dapat mengilusikan menjadi sebuah yang dinamis sehingga dapat direlasikan dalam metode perancangan? Pertanyaan inilah yang memunculkan ketertarikan untuk membahas bagaimana sebenarnya komposisi frame yang dihasilkan dari film 3D Stop Motion. Dan dengan adanya potensi metode tersebut dengan melihat bagaimana sebuah objek 3D yang menjadi figur utama dalam produksi film dapat di rekonstruksi ulang menjadi metode pembentukan Form.

3D Stop Motion Movie became one of the formation of works-based movement. A space of motion illusion requiring the composition and frame order to create a certain narrative and acceptable to the human perception.Issues that occur here prove that a frame that tends to be static can be seen to produce motion with certain characteristics. Creating an illusion that cause the motion becomes more dynamic. The question arises, whether a static composition can makes an illusion into a dynamic so it can be related in the design method? This question raises an interest to discuss how the actual frame composition resulting from the 3D motion of Stop Motion. And with the potential of this method by looking at how a 3D object that becomes the main figure in film production can be reconstructed into Form making method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haniya Nabila Yasmin
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang representasi diri selebriti mikro yang mencakup manipulasi
gambar, yang menetapkan standar kecantikan di media sosial dan dapat memengaruhi citra tubuh wanita.
Makalah ini juga akan menganalisis jika manipulasi gambar telah menantang norma-norma realita kita seharihari,
karena membuat kita untuk memenuhi standar kecantikan yang mustahil dan membantu kita keluar dari
keterbatasan tubuh kita sendiri. Penelitian ini akan menggunakan mikro-selebriti, konten media sosial dan
standar kecantikan sebagai referensi untuk menjelaskan bagaimana mikro-selebriti menggunakan teknik
representasi diri untuk mengkurasi konten media sosial mereka yang kemudian menetapkan standar kecantikan
yang mustahil bagi audiens mereka. Kerangka teori seperti Goffman, The Presentation of The Self Theory
(2008) dan Simulasi Baudrillard dan Teori Simulacra (1981) digunakan untuk memfasilitasi diskusi di balik
motivasi mengapa selebriti mikro membangun citra mereka dengan cara tertentu dan penjelasan tentang gambar
yang diubah. dan hubungannya dengan kenyataan. Berdasarkan analisis dari studi literature dan kerangka teori,
mikro-selebriti terlibat dalam presentasi diri karena menciptakan kesan berdasarkan standar kecantikan audiens
yang ada. Dengan demikian, audiens mereka menganggap presentasi mereka sebagai kebenaran yang
menunjukkan relevansi dengan Teori Simulasi dan Simulacra (1981). Kemudian, makalah ini megusulkan
bahwa presentasi diri oleh mikro selebriti tidak bearkibat buruk terhadap citra tubuh perempuan. Metode
makalah ini ialah mengambil analisa dari berbagai literatur dan penelitian lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Desty Hersiana Mustikaningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran citra tubuh remaja yang mengidolakan tokoh idola. Citra tubuh merupakan persepsi individu dan orang lain tentang bentuk dan ukuran tubuh individu. Remaja biasanya mengharapkan ukuran dan bentuk tubuhnya menjadi ideal seperti apa yang sering dilihatnya, salah satunya tokoh idola. Metode penelitian deskriptif sederhana dengan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana pada 224 remaja dan menggunakan Contour Drawing Rating Scale sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 89,3% remaja yang mengidolakan tokoh idola di SMAN 1 Depok memiliki citra tubuh positif. Pemahaman tentang citra tubuh perlu diberikan kepada remaja seperti di lingkungan sekolah agar remaja mengerti perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh beserta dampaknya.

This study aimed to identify the overview of body image in adolescents who idolize idols. Body image is the perception of the individual and others about individual?s body shape and size. Teens usually expect their body shape and size to be ideal as what they used to watched, like idols. Simple descriptive study with simple random sampling technique to 224 students and used the Contour Drawing Rating Scale as an instrument of research. The result showed 89,3% of teens who idolize idols in SMAN 1 Depok have a positive body image. Understanding of body image needs to be given to adolescents in the school environment in order to understand the changes that occur in the body and the impacts."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deanyta Puspa Dwita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada anak usia sekolah di SDI PB Soedirman Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional pada total responden 137 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri, meliputi pengukuran berat badan menggunakan timbangan dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise, kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,8% siswa mengalami ketidakpuasan citra tubuh. Status gizi, distorsi citra tubuh, riwayat diet, pengaruh orang tua, dan pengaruh media massa memiliki hubungan yang bermakna dengan ketidakpuasan citra tubuh. Peneliti menyarankan agar siswa diberikan informasi dan edukasi yang berhubungan dengan status gizi, diet seimbang, dan gaya hidup sehat.

This study aims to determine factors associated with body image dissatisfaction amongst School-Age Children at SDI PB Soedirman Jakarta. This research will be based on a quantitative cross-sectional research method on 137 students. Data were collected from questionnaire and anthropometric measurements, including weight measurement using weight scales and height measurements using microtoise, then analyzed using chi-square test.
The results showed that 62,8% students were dissatisfied with their body. Nutritional status, body image disturbance, weight-loss diet, parental influence, and media influence has a significant association with body image dissatisfaction. Researcher suggests that students could be given information and education related to nutritional status, balanced diet, and healthy lifestyle.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikry Kasman
"Pendahuluan: Fraktur merupakan masalah kesehatan utama karena sering terjadi, pengobatan yang kompleks dan mahal, serta hilangnya produktivitas. Masalah diperberat bila terjadi komplikasi berupa delayed union atau nonunions. Dalam menilai pengaruh suatu tindakan intervensi terhadap penyembuhan fraktur, diperlukan suatu model perlambatan penyembuhan fraktur dan suatu metode penilaian yang akurat yang meliputi radiologi, biomekanik, dan histologi. Berbagai model perlambatan peyembuhan fraktur telah di laporkan dengan melakukan stripping periosteal dengan menggunakan cauter yang menghasilkan tidak hanya efek mekanik namun juga efek termal. Selain itu, metode penilaian akurat radiologi, biomekani modern bergantung terhadap instrumen yang belum tersedia secara masal. Penilaian histologi melalui histomorphometri dapat dikerjakan tanpa bergantung pada instrument modern dan mahal. Hal ini ditunjang dengan tersedianya program image J yang merupakan program dari NIH dan dapat diperoleh secara cumacuma.
Metode: Penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga September 2013 di Departement Patologi Anatomi FKUI. Penilaian dilakukan terhadap 24 ekor tikus dengan fraktur dengan dan tanpa perlakuan mekanis pada periosteum yang kemudian dievaluasi pada minggu ke-2 dan minggu ke-4. Perlakuan mekanis pada periosteum berupa Stripping sirkular dengan bistruri sepanjang 10mm disekitar fraktur. Penilaian histomorfometri dilakukan secara semi-automated dengan bantuan program image-j, meliputi penilaian parameter total area kalus, area penulangan, area tulang rawan dan area jaringan fibrosa. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan perubahan pada kelompok 2 minggu, kelompok 4 minggu serta beda kelompok 2 dan 4 minggu.
Hasil: Pemeriksaan Histomorfometri minggu ke-2 dan minggu ke-4 didapatkan area penulangan, area tulang rawan dan area jaringan fibrosa kelompok perlakuan lebih kecil dibandingkan pada kelompok kontrol yang secara statistik bermakna. Pada evaluasi beda histomorfometri minggu ke-2 dan minggu ke-4 antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan didapatkan perlambatan proses penyembuhan yang juga secara statistik berbeda bermakna.
Kesimpulan: Analisa histomormofetri dengan image-J dapat dilakukan tanpa bergantung pada instrumentasi yang modern dan perlakuan mekanik pada periosteum berupa stripping sejauh 5mm dapat menghambat penyembuhan fraktur.

Introduction: Fracture is a major health problem because the complexity and expensive treatment, and also loss of productivity that accompanying. That problem worsened if there is complications such as delayed-union or nonunions. Many intervention was done to prevent that complication. In assessing the effect of intervention, a model and also analytic method that includes radiology, biomechanics, and histology were needed. Various models of delayed fracture healing have been reported by stripping the periosteal with cauter which produces not only mechanical but also thermal effect. Moreover, latest radiological and biomechanical assessment rely on instruments that are not available in every places. Histological assessment through histomorphometri can be done without relying on modern and expensive instruments. This evaluation method is supported by the availability of image-J program which is a program of the NIH, and can be obtained free of charge.
Method: The study is an experimental study that was conducted in the Department of Pathology Faculty of Medicine, University of Indonesia, on July to September 2013. 24 rats was divided into 2 group. 1 group was performed mechanical force to bone only to get fracture and other was done by giving mechanical force to bone and also periosteum. Each group was evaluated at 2 weeks and 4 weeks. Histomorfometri assessment was performed semi-automatically with the aid of image-j software. The paramater that measure was total area of callus, newbone area, cartilage area, and fibrotic area. Evaluation is done by comparing the difference of 2 group in 2 weeks, 4 weeks, and also the changes of 2 and 4 weeks of each group.
Result: From Histomorfometric examination on 2nd week and 4th week, we found that newbone formation area, cartilage area and fibrous tissue area of treatment group smaller than in the control group and statistically significant. We also found that there was delaying of healing process in comparring the changing in 2nd to 4th week of treatment group and it is also statistically significant.
Conclusions: Histomormofetri analysis with image-J can be done without relying on modern instrumentation, mechanical force on periosteum on a fracture site by periosteal stripping could inhibit healing fracture especially in histological pattern.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arkitra Nura Hismayana
"Media sosial adalah media yang memiliki banyak pengguna dan digemari oleh masyarakat saat ini. Salah satu media sosial yang paling banyak digunakan adalah Instagram. Di Instagram, kita dapat membagikan informasi dan berinteraksi melalui teks, video, foto, dan suara.  Namun, ternyata fungsi Instagram saat ini bukan hanya sebagai media komunikasi saja, tetapi juga dapat membentuk citra diri seseorang. Citra diri ini berkaitan erat dengan self-representation. Para pengguna Instagram seakan-akan merasa mendapatkan bentuk penghargaan diri yang sangat luar biasa karena dapat melakukan representasi diri melalui media sosial yang sesuai dengan ekspektasi mereka. Salah satu bentuk dari self-representation adalah dengan membangun citra tubuh agar dapat menarik lebih banyak pengikut. Karena memiliki daya tarik dan exposure yang tinggi, mereka bisa mendapatkan tawaran dari berbagai brand dan menghasilkan uang. Hal tersebut dilakukan oleh mayoritas selebriti mikro tanah air. Dalam implementasinya, selebriti mikro memiliki kharisma  dan penampilan fisik bukan seperti orang biasa. Hal ini bukanlah hal yang negatif jika media sosial dijadikan self-representation, namun hal ini dapat mempengaruhi persepsi representasi diri bagi pengguna media sosial yang dapat berdampak pada kehidupan yang sesungguhnya.

Social media is the media most favored by the public in the current era. One of the most widely used social media is Instagram. On Instagram, we can share information and interact through text, video, photos and sound. However, it turns out that the current function of Instagram is not only as a medium of communication, but also can shape one's self-image. This self-image is closely related to self-representation. Instagram users seem to feel that they are getting an extraordinary form of self-esteem because they can represent themselves through social media according to their expectations. One form of self-representation is building body image in order to attract more followers. Because they have high traction and exposure, they can get offers from various brands and make money. This is done by the majority of Indonesian micro celebrities. In its implementation, micro celebrities have charisma and physical appearance that are not like ordinary people. This is not a negative thing if social media is used as self-representation, but this can affect the perception of self-representation for social media users which can have an impact on real life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayu Darmayanti
"Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembuat film mengemas sebuah pesan dalam merepresentasikan sebuah realitas yang ada pada kehidupan masyarakat, khususnya pada film animasi anak berjudul Frozen dalam merepresentasikan konsep cinta. Penulis menggunakan konsep representasi pada film dan enam tipe cinta menurut Lee. Selain itu, penulis menggunakan analisis naratif dengan menjelaskan struktur tiga babak dalam film Frozen. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan penulis dalam menggambarkan bagaimana representasi konsep cinta dalam film tersebut.
Terdapat dua penelitian yang mendasari penulisan ini. Pertama, penelitian berjudul Representasi Stereotipe Perempuan dalam Film Brave ditulis oleh Fanny Puspitasari, Universitas Kristen Petra, Surabaya dan yang kedua berjudul Disney?s Influence on Famales Perception of Gender and Love yang ditulis oleh Theresa Tonn, pada tahun 2008, Universitas Wisconsin Stout, Amerika. Penulis mengganti konsep Vladmirr Propp dalam penelitian sebelumnya dengan struktur tiga babak. Tulisan ini menunjukan terdapat lima dari enam tipe cinta menurut Lee yang digambarkan oleh masing-masing karakter yang ada pada film Frozen, yaitu Eros, Ludus, Agape, Mania, dan Storge.

This paper aims to examine how film creators potray the representation of realities within people?s life, especially through the children animation, Frozen, in representing the concept of love. The author uses concept of representation in movies and six types of love according to Lee. Additionally, the author uses narrative analysis to explain the three acts structure in the movie Frozen. This method will facilitate the author in illustrating how the concept of love is potrayed in the movie.
There are two researches used as the basis of this paper. First, a research titled Representasi Stereotipe Perempuan dalam Film Brave written by Fanny Puspitasari Go, Universitas Kristen Petra, Surabaya. The second one, titled Disney?s Influence on Famales Perception of Gender and Love written by Theresa Tonn, in 2008, University of Wisconsin Stout, United States. The author substituted Vladmirr Propp?s concept used on the previous paper with the concept of three acts structure. This paper suggest that there are five out of six types of love according to Lee, depicted through different characters in Frozen, Eros, Agape, Mania, and Storge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>