Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azizah Nurul Izzah
"Menyebarnya konten beauty trends pada media sosial menyebabkan terbentuknya standar kecantikan baru yang dapat membahayakan kesehatan mereka yang mengikuti tren tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi bagaimana perempuan memandang beauty trends dan beauty standards. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis bagaimana konten beauty trends di media sosial dapat memengaruhi kesehatan penggunanya, baik secara fisik maupun mental. Eyelash extension, fillers, dan cat rambut digunakan sebagai contoh beauty trends pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam dilakukan kepada tiga perempuan terpilih yang memiliki ketertarikan di bidang kecantikan dan aktif di media sosial. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 7 Mei 2021. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi dan Teori Media Ekologi digunakan sebagai acuan untuk menganalisis pendapat partisipan mengenai beauty standards dan pengalaman pribadi mereka dalam mencoba beauty trends yang ada di Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan berpendapat beauty standards merupakan tolak ukur kecantikan yang dibentuk oleh masyarakat. Mereka juga percaya bahwa beauty standards dapat memengaruhi kesehatan fisik maupun mental pengikutnya. Setelah mencoba salah satu beauty trend, mereka merasakan dampak rambut menjadi lebih kering. Selain itu, mereka juga merasa kurang percaya diri dengan penampilan mereka.

The spreading of beauty trend content on social media that create new beauty standards can cause harm to its consumer. This study aimed to investigate how women see beauty trends and beauty standards. In addition, this study also analyzes how beauty trends content on social media can affect the health of its users, both physically and mentally. This study uses eyelash extensions, fillers, and hair dye as examples of beauty trends. This study uses qualitative research methods. The author conducted the interviews between the 4th and 7th of May 2021. Communication Management of Meaning Theory (CMM) and Media Ecology Theory are used to analyze the participants’ opinions regarding beauty standards and their personal experiences in trying out beauty trends that exist in Indonesia. This study shows that the participants think of beauty standards as a beauty benchmark created by society. They also believe that beauty standards can affect the physical and mental health of one who follows the trends. After trying out one of the beauty trends, they feel their hair is drier. Besides that, they also feel less confident with their appearance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Hendra Maharani
"Munculnya beauty influencer di industri kecantikan, dapat mempengaruhi publik melalui iklan testimonial yang dibuatnya khususnya produk kosmetik. Namun dalam praktiknya, tidak semua beauty influencer melakukan iklan testimonial sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sehingga jika terjadi kerugian konsumen, influencer kecantikan dapat dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, tesis ini bermaksud untuk menganalisis mengenai tanggung jawab beauty influencer atas hasil iklan testimonial yang dibuat di Instagram dengan terlebih dahulu mengkategorikan influencer kecantikan sebagai bisnis periklanan. Penelitian ini menunjukkan bahwa beauty influencer dapat dikatakan sebagai pelaku usaha periklanan jika memenuhi kategori sebagai berikut: tertentu. Hasil analisis mengenai konstruksi akuntabilitas menunjukkan bahwa influencer kecantikan dapat dimintai pertanggungjawaban iklan dibuat. Namun, tidak jelas sejauh mana tanggung jawabnya his yang harus dilakukan karena tidak ada pengaturan lebih lanjut. Berdasarkan hal-hal Oleh karena itu, perlu dibentuk undang-undang periklanan di Indonesia Indonesia yang secara khusus mengatur periklanan menurut definisinya bisnis periklanan yang diperluas
The emergence of beauty influencers in the beauty industry can influence the public through testimonial advertisements that they make, especially cosmetic products. However, in practice, not all beauty influencers do testimonial ads in accordance with applicable regulations. So that if there is a consumer loss, beauty influencers can be held accountable in accordance with applicable regulations. Therefore, this thesis intends to analyze the responsibility of beauty influencers for the results of testimonial advertisements made on Instagram by first categorizing beauty influencers as an advertising business. This study shows that a beauty influencer can be said to be an advertising business actor if it meets the following categories: certain. The results of the analysis on the construction of accountability shows that beauty influencers can be held accountable for advertising created. However, it is not clear to what extent his responsibility should be carried out as there is no further arrangement. Based on these matters, it is necessary to establish an advertising law in Indonesia Indonesia which specifically regulates advertising by definition an expanded advertising business"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisya Dwinanda Cahyandaru
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana campur kode berkontribusi pada iklan media sosial Wardah Beauty melalui caption Instagram mereka. Kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Metode kuantitatif mengungkap jenis campur kode yang dominan digunakan oleh Wardah Beauty, sedangkan metode kualitatif mengungkap bagaimana jenis campur kode yang terlihat pada caption menandakan pendekatan periklanan mereka. Sumber data penelitian ini diambil dari lima belas caption Instagram pada akun Instagram Wardah Beauty pada bulan September hingga Oktober 2022. Diantara ketiga jenis campur kode tersebut, insertion merupakan jenis yang paling dominan digunakan pada caption Instagram Wardah Beauty, dengan persentase sebesar 90,4. %. Jenis yang dominan kedua adalah pergantian, dengan persentase 8,4%, dan yang kurang dominan adalah leksikalisasi kongruen, dengan persentase 1,2%. Melalui dua jenis campur kode dominan yang ditemukan, penelitian ini menyimpulkan bahwa Wardah Beauty hanya menggunakan daya tarik rasional pada iklan mereka untuk menarik pembaca dengan menekankan atribut dan manfaat produk.

This study aims to analyze how code mixing contributes to Wardah Beauty's social media advertisements through their Instagram captions. A combination of quantitative and qualitative methods is used in this research. The quantitative method reveals the dominant type of code mixing used by Wardah Beauty, while the qualitative method reveals how types of code mixing spotted in the caption signify their advertising approach. The data sources for this research were taken from fifteen Instagram captions in the Wardah Beauty Instagram account from September to October 2022. Among the three types of code mixing, insertion was the most dominant type used in Wardah Beauty Instagram captions, with a percentage of 90.4%. The second dominant type was alternation, with a percentage of 8.4%, and the less dominant one was congruent lexicalization, with a percentage of 1.2%. Through the two dominant types of code mixing found, the study concluded that Wardah Beauty only used rational appeals for their advertisements to attract readers by emphasizing product attributes and benefits."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Delia Nopianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk representasi hegemoni tandingan terhadap standar kecantikan yang dilakukan oleh BLP Beauty melalui konten promo di media sosial Instagram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotika Roland Barthes yang melihat makna denotasi, konotasi serta mitos dari dua sampel yang digunakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa representasi hegemoni tandingan terhadap standar kecantikan melalui konten promosi media sosial Instagram BLP Beauty sangat terlihat pada dua unggahan foto pada seri produk Face Base BLP. Konten promosi tersebut memperlihatkan dukungan dan gerakan dari BLP Beauty melalui penggunaan model yang menggambarkan dan menegaskan tentang kecantikan yang tak berstandar. Melalui unggahannya khalayak pun turut serta dalam gerakan tersebut terlihat dari banyaknya likes, komentar dan unggahan yang berkolaborasi dari konten promosi tersebut.

This study aims to determine the form of counter-hegemony representation of beauty standards carried out by BLP Beauty through promo content on Instagram social media. The method used in this research is the semiotic analysis method of Roland Barthes which looks at the meaning of denotation, connotation, and the myth of the two samples used. The results show that the counter-hegemony representation of beauty standards through BLP Beauty's Instagram social media promotional content is very visible in the two photo uploads in the BLP Face Base product series. The promotional content shows the support and movement of BLP Beauty using models that depict and emphasize non-standard beauty. Through his uploads, the audience also participates in the movement, as can be seen from the many likes, comments, and uploads that collaborate with the promotional content."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Putri Dairly
"Media plays an important role in the creation phenomenon in society, one of which is the K-Beauty phenomenon. This study was conducted to determine the role of the media in the the spread of K-Beauty phenomenon in the beauty community in Indonesia. The data used is primary data in the form of accidental discoveries in the field in this case focusing on social media and secondary data through literature studies, which is then analyzed using two theories, namely media ecology theory and coordinated management of meaning theory which assisted by several concepts. The study found that social media play a role in infusing acts and actions, fixing perception, organizing experiences, and connecting the world through content of Korean Wave found on social media which ultimately forms a perception for the Indonesian beauty community to accept the entry of K-Beauty into Indonesia.

Media berperan penting dalam terciptanya sebuah fenomena di masyarakat, salah satunya adalah fenomena KBeauty. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran media dalam penyebaran fenomena K-Beauty di komunitas kecantikan di Indonesia. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari penemuanpenemuan secara kebetulan pada media sosial dan data sekunder melalui studi literatur, yang kemudian dianalisis menggunakan dua teori yaitu teori ekologi media dan teori manajemen makna terkoordinasi yang dibantu oleh beberapa konsep. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bahwa media sosial berperan dalam menanamkan tindakan, memperbaiki persepsi, mengatur pengalaman, dan menghubungkan dunia melalui berbagai konten tentang Korean Wave yang akhirnya membentuk persepsi bagi komunitas kecantikan Indonesia untuk menerima masuknya K-Beauty ke Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dinie Ulfa Amaliya
"Makalah ini membahas mengenai kampanye public relations #SmallActsofLove dari brand Love Beauty and Planet di media sosial Instagram pada tahun 2019. Brand ini muncul dengan nilai yang tergolong baru di industry kosmetik dan perawatan tubuh, dengan nilai yang dibawa produk perawatan tubuh berupa nilai ramah lingkungan dan ramah alam melalui prawatan tubuh yang alami. Hal yang melatarbelakangi kampanye ini adalah munculnya masyarakat yang mulai gemar dengan konsep vegan – vegetarian dan peduli terhadap alam dan hewan, sehingga mereka menjadi target utama bagi brand ini. Kampanye ini bertujuan untuk memperkenalkan produk dengan memberi awareness of product pada audiens juga memberi brand image terkait mengenai nilai bahan produk brand yang ramah lingkungan dan ramah alam. Hasil penulisan makalah ini adalah Brand Love Beauty and Planet menggunakan strategi Social Media Marketing untuk mencipatakan brand awareness dan brand image.

This paper discusses the #SmallActsofLove public relations campaign from the Love Beauty and Planet brand on Instagram social media in 2019. This brand appears with a relatively new value in the cosmetics and body care industry, with the value brought by body care products in the form of environmentally friendly values ​​and friendly to nature through natural body treatments. The background of this campaign is the emergence of people who are starting to like the vegan concept - vegetarian and care for nature and animals, so they become the main target for this brand. This campaign aims to introduce products by providing awareness of the product to the audience as well as providing a related brand image regarding the value of the ingredients for environmentally friendly and nature friendly brand products. The result of this paper is that Brand Love Beauty and Planet uses a Social Media Marketing strategy to create brand awareness and brand image."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Nabila Prihapsari
"Praktik catfishing identik dengan penipuan yang dilakukan di media sosial oleh seseorang dengan tujuan untuk menjalin hubungan asmara dengan korbannya. Namun pada kenyataannya, catfishing tidak selalu didasari oleh tujuan untuk menipu. Banyak dari perempuan kerap kali menjadi pelaku catfishing dengan maksud untuk menampilkan presentasi terbaik dari dirinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang melibatkan perempuan dewasa muda pengguna media sosial yang menggunakan make-up, filter, dan editing app dengan wawancara mendalam secara hybrid dan juga kajian pustaka. Presentasi diri yang terbaik ini ternyata menampilkan penampilan fisik yang berbeda dengan penampilan dirinya yang sebenarnya. Usaha-usaha yang perempuan lakukan untuk selalu tampil cantik di media sosial tidak luput dari adanya tuntutan dari lingkungan sosial dan masyarakat. Apalagi jika sudah dihadapkan dengan masalah hubungan asmara, perempuan mau tidak mau harus mengikuti standar laki-laki untuk menjadi cantik sesuai ekspektasi dan kemauan mereka. Penelitian ini menunjukkan bahwa praktik catfishing yang dilakukan para perempuan di media sosial didasari oleh rasa rendahnya harga diri mereka dan citra tubuh yang negatif. Mereka menggunakan berbagai tools seperti make-up, filter, maupun editing app untuk melakukan praktik catfishing tersebut.

Catfishing is a term used to describe online fraud that is done with the intention of developing a romantic relationship with the victim. In reality, catfishing does not necessarily have a deceptive motive. In an endeavor to present the best possible version of themselves, many women turn to catfishing. This study uses a qualitative method involving young adult women who present themselves in social media using make-up, filters, and editing apps. This research was conducted in a hybrid in-depth interview method and also literature review. However, their finest social media self-presentation ended up displaying a distinct physical appearance from his true appearance. They carry out the catfishing activity using a variety of technologies, including makeup, filters, and editing software. This study demonstrates that women's use of catfishing on social media is motivated by their low self-esteem and unfavorable perceptions of their bodies. The pressures of the social environment and society push women to always look beautiful on social media. Women invariably have to adhere to male standards in order to be beautiful in accordance with their expectations and desires, particularly if they are experiencing issues in their personal relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresia Miranti Kesumastuti
"Konstruksi perempuan yang muncul dalam iklan, layar kaca, film maupun media lain menunjukkan salah satu karakter yang dimiliki oleh perempuan yang ideal adalah paras cantik atau menarik. Hal yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan konstruksi sosial kecantikan perempuan yang bekerja di industri media (di belakang layar), apakah sama? Penelitian ini menggunakan teori Konstruksi Sosial dari Berger dan Luckmann. Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme dan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan pekerja perempuan khususnya mereka yang bekerja di belakang layar. Hasil penelitian menunjukkan Proses konstruksi sosial pada kecantikan perempuan yang bekerja di insitusi media terjadi melalui momen eksternalisasi, yaitu adanya anggapan bahwa bekerja di institusi media walaupun di belakang layar harus tetap memperhatikan penampilan wajah dan tubuh, lalu ada momen objektivasi yang terbagi dua yaitu karyawan perempuan merasa memang diperlukan untuk tampil menarik kapanpun itu dan sebaliknya merasa apabila tampilan menarik hanya diperlukan jika ada acara besar saja. Terakhir ada momen internalisasi yaitu proses sosialisasi melalui keluarga teman dan lingkunan sekitar yang terjadi pada setiap individu lalu kemudian hadir di momen eksternalisasi kembali.

The construction of women who appear in advertisements, television screens, films and other media shows that one of the characters possessed by the ideal woman is a beautiful or attractive face. The question is, what about the social construction of women's beauty working in the media industry (behind the scenes), is it the same? This study uses Social Construction theory from Berger and Luckmann. In this study the paradigm used is constructivism and using qualitative methods. Data collection was carried out by in-depth interviews with women workers, especially those who worked behind the scenes. The results showed that the social construction process on the beauty of women who work in media institutions occurs through moments of externalization, namely the assumption that working in a media institution even though behind the scenes must still pay attention to the appearance of the face and body, then there is a moment of objectivation divided into two, namely female employees feel it is necessary to look good whenever it is and vice versa feel that if an attractive appearance is only needed if there is a big event. Finally there is the moment of internalization, the process of socialization through family friends and the surrounding environment that occurs in each individual and then present at the moment of externalization again."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Hendira Maharani
"ABSTRAK
Munculnya beauty influencer dalam industri kecantikan, dapat mempengaruhi masyarakat melalui iklan testimoni yang dibuatnya khususnya produk kosmetik. Namun pada praktiknya, tidak semua beauty influencer melakukan iklan testimoni sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sehingga apabila terjadi kerugian terhadap konsumen, beauty influencer dapat dimintakan pertanggungjawaban yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh sebab itu, skripsi ini hendak menganalisis mengenai tanggungjawab beauty influencer atas hasil iklan testimoni yang dibuat
pada instagram dengan mengategorikan terlebih dahulu beauty influencer sebagai pelaku usaha periklanan. Penelitian ini menunjukkan bahwa beauty influencer dapat dikatakan sebagai pelaku usaha periklanan apabila telah memenuhi kategori tertentu. Hasil analisis mengenai konstruksi pertanggungjawabannya menunjukkan bahwa beauty influencer dapat dimintakan pertanggungjawaba atas iklan yang dibuat. Namun, tidak jelas sejauh mana batas pertanggungjawabannya yang harus di emban karena tidak ada pengaturan lebih lanjut. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya pembentukan undang-undang periklanan di Indonesia yang secara khusus mengatur mengenai periklanan dengan definisi pelaku usaha periklanan yang diperluas.

ABSTRACT
The emerge of beauty influencers in the beauty industry, influence the society through testimonial advertisements especially regarding cosmetic products. In reality, not all beauty influencers make testimonials advertisements in accordance with the regulations. Hence, if Customers suffered losses beauty influencers should be responsible in accordance with applicable regulations. Therefore, this thesis will analyze the responsibilities of beauty influencers on the results of testimonial advertisements made on Instagram by categorizing beauty influencers as business actors advertising . This study shows that beauty influencers can be categorized as business actors advertising if they meet certain categories. The results of the analysis regarding the construction of its accountability show that the beauty influencer can be held accountable for the advertisements made. However, it is not clear to what extent the liability limits must be imposed because there is no further regulation. Based on this, it is necessary to establish an advertising regulation in Indonesia which specifically regulates advertising with the definition of an expanded business actors advertising."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidina Aysha Anindita
"ABSTRAK
Media sosial telah merubah cara manusia berkomunikasi dengan satu sama lain. Perkembangan sosial media
saat ini membuka peluang karir baru yang belum pernah ada sebelumnya. Salah satunya adalah menjadi seorang
beauty vlogger. Tasya Farasya adalah salah satu beauty vlogger yang paling sukses di Indonesia saat ini.
Meskipun baru memulai karirnya di tahun 2017, Tasya saat ini memiliki 2.88 juta subscribers YouTube dan 2.6
juta followers di Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu upaya yang dilakukan Tasya Farasya
sebagai seorang beauty vlogger mempergunakan media sosial sebagai kanal untuk mempresentasikan dan
mempromosikan dirinya. Artikel ini terpusat pada panggung depan dari teori Dramaturgi karya Ervuing
Goffman dan personal branding milik Peter Montoya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentasi diri
Tasya Farasya di sosial media adalah sebagai pribadi yang menyenangkan, ceria, positif, dan jujur. Tasya
memiliki kredibilitas terhadap promosi produk yang baik, dan menonjol berkat spesialisasinya dalam full glam
makeup look dia diantara beauty vlogger lain yang mengikuti trend natural.

ABSTRACT
Social media has changed the way humans communicate with one another. The development of social media
opens up new career opportunities like never before. One of them is to become a beauty vlogger. Tasya Farasya
is one of the most successful beauty vloggers in Indonesia today. Although she only started her career in 2017,
Tasya currently has 2.88 million YouTube subscribers and 2.6 million followers on Instagram. This study aims
to explore the efforts made by Tasya Farasya as a beauty vlogger to use social media as a channel to present
and promote himself. This article is centered on the front stage of Ervuing Goffmans Dramaturgi theory and
Peter Montoyas personal branding. The results showed that Tasya Farasyas self-presentation on social media
was fun, cheerfu, positive, and truthful. Tasya has credibility for good product promotions, and she stands out
thanks to her specialization in full glam makeup look for her among other beauty vloggers who sticks to the
natural trend."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>